Friday, August 2, 2013

Sabtu Biasa ke-17

Sabtu Biasa Pekan –17 Thn.C13 Agustus 2013

Im. 25:1,8-17; Mat 14:1-12.



Renungan

Judul penggalan kitab Imamat dalam bacaan pertama hari ini berbunyi: Dalam tahun suci semua pulang ke tanah miliknya. Tahun suci yang digambarkan dalam kitab imamat ini adalah kesempatan bagi Israel untuk mengevaluasi kembali keseluruhan perjalanan hidup mereka. Tahun suci itu adalah tahun yang ke-50. Tahun itu adalah tahun pendamaian, artinya setelah 49 tahun Israel mengembara, mereka harus berdamai lagi dengan Allah karena mereka sering tidak setia pada perjanjian dengan Yahwe itu. Tahun perdamaian itu ditandai dengan perubahan sikap dan penataan kembali hak dan kepemilikan akan segala sesuatu termasuk tanah. Tanah adalah simbol harta manusia yang harus dipertahankan karena dari tanahlah manusia memperoleh sumber kehidupannya. Tanah itu kemudian menjadi identik dengan diri manusia sebagai pemiliknya.

Mengapa kitab Imamat mengisyaratkan tahun ke-50 itu sebagai tahun perdamaian? Jawabannya karena dalam perjalanan sejarah Israel telah terjadi banyak penyimpangan. Penyimpangan itu adalah penguasaan, penjajahan, dan penindasan di antara bangsa. Perang dalam rangka perebutan tanah terus berlangsung selama perjalanan bangsa terpilih. Perang merebut wilayah adalah usaha penguasaan atas diri dan kehidupan orang lain. Kitab Imamat hari ini ingin meluruskan kembali kehidupan bangsa terpilih dengan mengkhususkan satu waktu bagi pemulihan hubungan atau rekonsiliasi dengan Yahwe.

Penguasaan atas tanah yang dikemukakan dalam bacaan pertama merupakan ungkapan simbolis untuk menggambarkan keserakahan manusia yang bertindak tidak adil terhadap orang lain. Tindakan tidak adil biasanya lahir dari kebencian dan iri hati serta keinginan untuk memuaskan selera dan ambisi pribadi. Pemuasan selera dan ambisi pribadi itu sangat jelas diungkapan dalam perikop injil tadi. Kita mendengar sendiri bagaimana Yohanes Pemandi menjadi korban selera Herodes yang lagi mabuk asmara. Kenikmatan yang diperoleh herodes dipertaruhkan dengan kepala Yohanes Pembaptis. Sungguh suatu keserakahan dan pelampiasan dendam kesumat yang tidak pada tempatnya. Herodes tampaknya kehabisan akal untuk menghadapi Yohanes Pembaptis yang pernah mengecam Herodes karena berselingku dengan Herodias. Herodes yang sudah keenakan itu dengan mudahnya membualkan kata-kata gombal dan janji-janji dihadapan orang banyak.

Bagi Herodes goyangan putri Herodias telah menggelapkan pikirannya. Goyangan putri Herodias mematikan dan membutakan suara hati dan rasa kemanusiaannya. Rasa dendam Herodias terhadap Yohanes mendapat kesempatan ketika Herode mabuk dan terpukau oleh kelincahan putri Herodias saat menari. Konspirasi kejahatan antara Herodes dengan Herodias membawa akbat fatal yaitu terpenggalnya akepala Yohanes. Niat baik Yohanes pembaptis untuk membebaskan Herodes dan Herodias dari hgubungan perselingkuhan justru harus dibayar dengtan nyawa. Bagi orang yang menyimpan dendam seperti Herodias selalu mencari kesempatan untuk membalasnya. Di sini jelas bagi kita bahwa ternyata tidak semua niat baik orang lain itu dimaknai sebagai sesuatu yang baik.

Kematian Yohanes adalah akibat keserakahan, ketamakan, nafsu, dendam Herodes atas perjuangan Yohanes yang menyuarakan kebanaran dan keadilan. Dari kisah injil kita belajar tentang dampak terburuk dari sikap menyimpan dendam. Semoga kisah injil hari ini membantu kita untuk beripikir dan bersikap jernih dalam memaknai setiap usaha dan niat baik sesama

No comments:

Post a Comment