Wednesday, August 7, 2013

MINGGU TRINITAS

HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS

Kel.4b-6-6.8-9 2Kor.13,11-13 Yoh.3,16-18

Paroki Yoh. Rasul Pringwulung - Yogya, 30-5-‘99



Buka

Umat beriman sekalian yang terkasih

Hari ini kita sebagai gereja merayakan pesta tiga kekuatan yang menghancurkan kekuatan status quo yang dibangun manusia sejak kejatuhannya ke dalam dosa. Hari raya Tritunggal Maha Kudus adalah kesempatan berahmat untuk kita dalam rangka belajar untuk menciptakan kerja sama dan perlunya persekutuan dalam menghadapi pelbagai kekuatan yang mengancam keselamatan kita. Allah yang berperan dalam tiga pribadi telah secara bersama menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Kita berdoa semoga semangat Tritunggal menafasi kehidupan kita dalam kehidupan berbangsa bernegara dan bergereja. Agar doa dan harapan ini berkenan pada Tuhan marilah kita akui kelamhan dan dosa kita..



Renungan

Saya kira kita semua sepakat bahwa hidup kita seluruhnya diarahkan pada usaha mencari kebaikan. Kebaikan demi kebaikan yang kita cari untuk ditata menjadikan kehidupan ini menyenangkan. Karena itu, konsekuensinya kita akan merasa terganggu dan terusik kalau kebaikan yang mau dicapai itu dirusak oleh hal lain. Gangguan terhadap usaha mencapai kebaikan itu dalam bahasa reformasinya adalah keabikan yang terprovokasi. Dan provokatornya bisa bermacam-macam tetapi yang pasti itu adalah manusia-manusia. Kita manusia beriman diciptakan oleh kebaikan dan dalam kebaikan Allah yang menjadi sumber kebaikan itu. Ketika Allah memberadakan manusia, manusia dilengkapi dengan yaitu kebaikan dan cinta Allah sendiri. Kebaikan yang meliputi dunia manusia dari semula terprovokasi ketika manusia pertama terlibat dalam suatu rekayasa dan melakukan koalisi dengan kekuatan setan. Iblis itulah sang provokator pertama yang tercatat dalam sejarah agama-agama. Ular menjadi provokator buat Hawa dan Hawa menjadi provokator untuk Adam. Jadi boleh dibilang tindakan merekayasa dan aktivitas bernuansa provokatif adalah tindakan yang telah menyatu dengan kehidupan manusia, meskipun tidak disebut provokasi dan provokator seperti sekarang.

Kalau kita membaca kisah-kisah dalam perjanjian lama dan selanjutnya perjanjian Baru maka di sana terbentang deretan kisah di mana manusia bertindak sebagai dalang dalam pelbagai tindakan provokatif terhadap platform atau agenda kerja Allah. Ketika manusia membelot dari rencana Allah, saat itulah manusia terdorong untuk mencari pelbagai peluang untuk membenarkan dirinya. Dan manusia semakin jauh dari kebaikan yang menjadi napas kehidupannya. Allah yang pengasih dan penyayang hilang perhatian manusia. Gambaran pembelotan manusia itu dikatakan Musa dalam kitab keluaran tadi. Musa sebagai pemimpim Partai Keselamatan Manusia (PKM) mengakui dengan terus terang bahwa masa pendukung dan para simpatisannya menjadi orang yang bertegar tengkuk. Tengkuk yang tegar adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan manusia yang sulit untuk kembali ke jalan yang benar dan baik. Musa sebagi pemimpim jelas bertanggung jawab terhadap keselamatan bangsanya. Tuntutan reformasi pimpinan Musa bertujuan agar Israel sebagai bangsa yang bertegar tengkuk dapat kembali ke jalan yang benar. Dalam konteks kita sekarang ini kelompok reformis harus berhadapan dengan pendukung status quo yang bukan cuma bertegar tengkuk tetapi bertegar hati.

Sikap manusia yang digambarkan dalam bacaan pertama tadi adalah gambaran tentang situasi status quo yang mau dipertahankan manusia. Dan Allah sejak kejatuhan manusia pertama memang telah merancang suatu proyek raksasa yang diarahkan untuk meruntuhkan keuatan status quo manusia. Kondisi keberdosaan yang melahirkan pelbagai tindakan kejahatan lainnya adalah musuh Allah. Allah membangun kekuatan dengan melakukan konsolidasi dan koalisi yang menjamin adanya pembagian peran melawan status quo itu. Maka Allah membentuk tiga komisi independen yang bisa memantau pelbagai tindakan provokasi yang dilakukan manusia. Komisi pertama dipimpin sendiri oleh Allah Bapa dengan nama Komisi Penyelamatan Universal (KPU). Komisi kedua namanya Komisi Pembebasan Manusia (KPM) di bawah pimpinan Yesus, dan komisi ketiga adalah Komisi Pencerahan (PK) yang diketuai oleh Roh Kudus. Ketiga komisi ini ternyata memiliki platform, program, visi dan misi yang sama sehingga membentuk satu koalisi yang solid dalam rangka menghancurkan status quonya manusia. Dan Koalisi yang solid Antara Bapa, Putra dan Roh Kudus itulah yang kita rayakan hari ini sebagai hari raya Tritunggal Mahakudus. Menguraikan misteri Tritunggal memang tidak mudah meskipun muncul pelbagai ulasan teologis tentang hakikat misteri Tritunggal Mahakudus itu. Sebagai misteri tentu sulit sekali mendapatkan rumusan yang pasti dan tetap. Kita tidak bisa membuktikannya secara indrewi namun daya kerjnya tampak dalam kehidupan kita. Karena itu, saya coba menganalogikan prinsip kerja tiga pribadi Allah seperti dalam negara kita. Allah Bapa kira-kira menjalankan fungsi legislatif yang merencanakan konsep keselamatan, Allah Putra menjalankan fungsi eksekutif dengan menjabarkan rencana keselamatan, dan Roh Kudus menjalankan fungsi Yudikatif yang memantau proses pelaksanaan proyek keselamatan itu. Dan Yesus sebagai pelaksana telah menjalankan peranNya dalam menyelamatkan manusia dari kehidupan status quonya yang penuh dosa.

Tuntutan adanya reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini terus menggema. Pelbagai partai politik berusaha membeberkan segala bentuk program mereka sekadar mendulang suara rakyat. Dan musuh bersama para paratai politik saat ini cuma satu hal yaitu menghancurkan kekuatan status quo dengan sederetan embel-embelnya. Dan status quo yang dimaksudkan tidak lain adalah pelbagai bentuk cara kerja dan cara tindak manusia yang telah menjauhkan manusia dari itu dari jalan yang benar. Kalau kita mencermati pelbagai program yang dipaparkan dalam pelbagai kesempatan kampanye para partai politik melalui televisi maka di sana jelas sekali bahwa orang mau melakukan perbaikan pola kehidupan berbangsa dan bernegara. Mendambakan suatu tatanan baru yang memberikan peluang bagi setiap warga untuk mencari dan mendapatkan kebaikan itu dalam kehidupanya. Cita-cita manusia mirip dengan apa yang diharapkan St. Paulus dalam bacaan kedua tadi. Paulus menghendaki suatu bentuk tatanan kemasyarakatan yang baru yang diwarnai kasih dan kedamaian. Kasih dan kedamian itu hanya bisa diwujudkan dalam semangat kebersamaan. Paulus menghimbau: hendaklah kamu bersalam-salaman dalam cinta kasih persaudaraan yang tulus. Paulus menghendaki kita untuk membentuk koalisi dalam memperjuangkan cinta, dan kedamaian. Tuhan sudah memberikan contoh suatu persekutuan dan kebersamaan yang solid dalam merombak cara hidup manusia yang lama yang membelakangi Allah dan segala kebenarannya.

Sebagai warga negara dan gereja kita juga punya tanggung jawab dalam menciptakan kedamaian berlandaskan kasih. Tuhan dalam persekutuan Tritunggal Mahakudus mampu memulihkan kehidupan dunia manusia. Persekutuan tritunggal adalah persekutuan kasih, persatuan cinta. Kasih dan cinta mampu meruntuhkan pelbagai tindakan yang menghalangi rencana Allah. Tuhan sudah sejak semula mencanangkan satu gerakan reformasi untuk kehidupan kita umat manusia. Dalam konteks politik negara kita yang lagi hangat menyongsong pemilu tentu saja kita punya cita-cita yang sama menghapus pelbagai bentuk ketidakadilan dan penindasan dari kehidupan kita yang dilakukan oleh orang yang senang dengan rekayasa demi kepentingan kelompok tertentu. Tuhan memberikan kita kekuatan untuk melumpuhkan pelbagai tindakan manusia lama yang mau tinggal dalam kegelapan. Masa menjelang pemilu adalah saat yang tepat buat kita menentukan pilihan yang kiranya bisa membawa banyak orang pada suatu persekutuan dan kebersamaan yang menyegarkan. Kalau kita bersukut, bersatu dalam kebenaran untuk memperjuangkan kebenaran maka kebenaran itu akan tampil cemerlang dan tak mungkin terbendungkan. Tuhan sudah membuktikan telah melakukan reformasi total kepada dunia dengan perutusan Putranya yang dilengkapi dengan kekuatan Roh Kudus. PutraNya telah mendatangi kita dan rohnya telah menafasi kita karena itu tentu tak ada alasan bagi kita untuk membolak balikkan kebenaran. Tak ada lagi alasan bagi kita untuk melakukan rekayasa untuk membenarkan diri dan tindakan kita. Mudah-mudahan pesta Tritunggal Mahakudus hari ini sungguh menguatkan kita semua dalam memperjuangkan kebenaran dalam pelbagai dimensi kehidupan kita. Pilihan politik yang selaras dengan nurani demi kebenaran yang diarahkan pada terwujudnya pedarmaian dan cinta adalah pilihan tepat. Marilah kita amelakukan reformasi mulai dari diri kita dengan menyatukan pelbagai kekuatan yang ada dalam diri kita. Tuhan selalu berpihak kepada yang mencari dan memperjuangkan kebenaran. Perjuangan itu adalah bahasa kebenaran dan kalau kita berjuang bersama Tuhan pasti kemenangan ada ditangan kita. Kalau Tuhan di pihak kita siapakah yang bisa melawan kita? Amin..



Pringwulung, 30 Mei 1999

Rm.Bone Rampung Pr

No comments:

Post a Comment