Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-12 TAHUN A

MINGGU BIASA KE-12 THN.A1

Yer.20:10-13; Rom.5:12-15; Mat.10:26-33



KETAKUTAN YANG KREATIF

Buka

Katakutan bisa membuat orang tidak mau melakukan sesuatu atau sebaliknya ketakutan membuat orang bisa melakukan sesuatu. Setiap pilihan terhadap alternatif yang memungkinkan orang merasa takut selalu membawa konsekuensi atau akibat tertentu. Sebagai orang beriman kita sering berhadapan dengan pilihan atau kenyataan yang yang berbuntut ketakutan. Dan hal itu membuat orang tidak kreatif. Orang menjadi kerdil. Orang beriman dalam pandangan Yesus haruslah kreatif. Kretaivitas orang beriman harus bertumpu pada ketakutan akan Allah. Kita bertanya diri apakah kita lebih takut kepada Allah atau lebih takut kepada manusia? Saya mengaku….



Renungan

Siapa Takut? Pertanyaan ini bukan sekadar basa-basi yang diluncurkan dalam bentuk pariwara atau iklan tentang produk tebaru melalui media massa kita. Siapa takut? Pertanyaan ini sangat menantang dan mungkin lebih tepat dikatakan sebagai pertanyaan yang bernada provokatif. Pertanyaan ini dapat diinterpretasi ganda yaitu tidak ada lagi orang yang takut, tidak ada lagi sesuatu yang ditakuti dan jangan atau tidak perlu takut.



Katakutan dapat membuat orang tidak mau melakukan sesuatu atau sebaliknya ketakutan membuat orang bisa melakukan sesuatu. Setiap pilihan terhadap alternatif yang memungkinkan orang merasa takut selalu membawa konsekuensi atau akibat tertentu. Sebagai orang beriman, kita sering berhadapan dengan pilihan atau kenyataan yang yang berbuntut ketakutan. Dan hal itu membuat orang tidak kreatif. Orang menjadi kerdil.

Orang beriman dalam pandangan Yesus haruslah kreatif. Kretaivitas orang beriman harus bertumpu pada ketakutan akan Allah. Dalam masa reformasi seperti sekarang ini, tampaknya kata takut atau ketakutan mulai menjauh dari kehidupan kita. Era reformasi adalah era keberanian. Era penyingkiran rasa takut yang memungkinkan bahkan memberikan harapan baru bagi manusia untuk dapat hidup dan menjalankan kehidupan ini secara baik. Badai reformasi telah menafasi pelbagai aspek kehidupan kita. Saat ini pun telah muncul nabi-nabi baru yang menuntut kekebasan, keterbukaan, keadilan, dan kebenaran. Semua orang semakin berani menuntut haknya dengan pelbagai macam cara dan sarana.

Menempatkan teks-teks kitab suci yang dibacakan untuk kita pada hari Minggu ke-12 ini dalam konteks reformasi rasa-rasanya tidak relevan dan tidak aktual bagi kita. Mengapa? Karena saat ini hampir semua orang sudah mulai berani terhadap siapa saja dalam masalah apa saja. Dan bacaan-bacaan minggu ini mengingatkan kita supaya jangan takut. Apakah benar hidup kita telah sungguh-sungguh bebas dari rasa takut itu?

Sehebat apa pun keberanian manausia, sekuat apa pun tuntutan reformasi yang kita alami menurut hemat saya tidak akan membebaskan kita dari gangguan sahabat karib kita yang namanya Takut atau ketakutan itu. Kalau kita jujur dan mencoba melihat keseluruhan pengalaman hidup kita maka kita akan sampai pada satu titik kesimpulan bahwa hidup kita manusia dianyam dari ketakutan-ketakutan dan dibangun di atas ketakutan. Kalau boleh saya katakan hidup kita ini berarti di diberi arti justru karena adanya jalanan ketakutan dalam diri dan hidup kita. Saya boleh pastikan bahwa kalau ada dari antara kita ini merasa diri tidak memiliki ketakutan maka betapa kerdil hidup orang itu. Ketakutan memungkinkan orang kreatif dan dinamis. Rumah-rumah dipagar tembok dan digembok berlapis-lapis takut dijarah maling. Semua pengemudi kendaraan harus memperhatikan rambu-rambu lalu lintas, takut ditilang polisi. Barang-barang impor harus ditelititi takut tercemar atau terkontaminasi dioksin yang membayakan. Orang berlajar karena takut ketinggalan pengetahuan. Partai-partai politik menggunakan cara-cara yang kurang terpuji karena takut kalah dalam pemilu. Para pejabat menumpukkan harta ilegal karena takut tanpa harta menjelang usia senja. Orang-orang rajin berdoa karena takut masuk neraka. Singkatnya orang berbuat sesuatu entah itu sifat baik atau buruk selalu bermula dari adanya perasaan takut. Ketakutan mendahului keberanian untuk melakukan sesuatu.

Ketakutan dapat memposisikan manusia pada dua pilihan yang saling berseberangan. Karena merasa takut orang bisa melakukan kejahatan. Tetapi karena rasa takut juga orang bisa melakukan sesuatu yang baik. Dalam konteks seperti ini maka menurut hemat saya ada dua jenis ketakutan. Jenis yang pertama adalah ketakutan Primitif (status quo). Dan ketakutan jenis kedua adalah ketakutan Modern. Katakutan primitif adalah ketakutan yang mendorong orang melakukan segala yang jahat. Sebaliknya ketakutan modern adalah ketakutan yang memungkinkan orang terlibat dalam pelbagai tindakan yang baik, yang membawa kemajuan bagi dunia dan kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia, ketakutan primitif cenderung menguasai manusia. Katakutan primitif itu ada sejak manusia pertama Adam dan Hawa terlibat dalam satu rekayasa karena takut. Mereka takut tidak sama seperti Allah membuat pasangan itu berani makan sesuatu yang dilarang. Adam dan Hawa mewariskan model ketakutan primitif, ketakutan status quo. Surat Paulus kepada jemaat Roma dalam bacaan kedua tadi memberikan penjelasan tentang hal ini. Dan konsekuensi atau akibat dari pewarisan ketakutan primitif itu tidak tanggung-tanggung. Maut dan kematian adalah konsekuensi dari pewarisan ketakutan primitif sejak Adam, sampai masa kepemimpinan Musa.

Yesus adalah tokoh atau figur yang paling radikal dalam menuntut perombakan atau proses reformasi terhadap kehidupan manusia. Yesus di utus ke dunia untuk melakukan reformasi total terhadap dunia. Yesus diutus ke dunia untuk mengalahkan ketakutan primitif yang memperbudak manusia. Yesus datang mau mewariskan kepada dunia sebuah ketakutan bercorak modern, ketakutan yang bernada reformis, ketakutan yang mendorong manusia menghindarkan diri dari segala tindakan dan perbuatan yang tercela. Yesus datang dan menuntut manusia untuk takut kepada Allah yang memungkinkan manusia mengharapkan kehidupan. Ketakutan primitif yang diwariskan sejak Adam ditaklukan dengan ketakutan reformis, ketakutan yang menghidupkan di tangan Yesus.

Reformasi yang tengah kita banggakan saat ini belumlah reformasi seperti yang diharapkan Yesus. Kita semua masih dikelompokkan sebagai orang yang dikuasai ketakutan primitif. Karena itu, ajakan Yesus “janganlah kamu takut” masih aktual, masih relevan untuk kehidupan kita. Yesus menuntut para pengikut-Nya agar tidak takut menghadapi manusia yang dikuasai ketakutan primitif. Yesus membekali umat beriman dengan ketakutan modern, ketakutan reformis. Dan Tuhan sejak zaman para nabi seperti Yeremia dalam bacaan pertama telah mencanangkan proses reformasi itu. Yeremia diutus dan dikenal sebagai nabi yang paling takut kepada Tuhan sehingga ia berani menentang para pejabat dan penguasa yang lalim saat itu. Yeremia berhasil membongkar kelaliman dan pelbagai tindakan rekayasa politik pada masa itu. Ia berani mempertaruhkan hidupnya di tangan Tuhan dalam rangka memerangi manusia-manusia yang enggan melepaskan warisan ketakutan primitifnya.

Tuntutan Yesus dalam injil hari ini sungguh menantang kita. Pernyataan Yesus pada dasarnya mengharapkan kita sebagai pengikut-Nya untuk tampil sebagai nabi yang memiliki ketakutan akan Allah untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan yang memperpanjang staus quo kedosaan manusia. Menyangkal Allah dan hidup berlawanan dengan kehendak Allah sama artinya kita melilih ketakut primitif. Risikonya adalah maut dan kematian. Mengakui Allah dan melakukan kehendak-Nya akan menjadikan kita sebagai kelompok reformis. Yesus menantang kita entahkah kita pilih mengakui Allah atau menyangkalnya. Kekuatan-kekuatan jahat yang lahir dari ketakutan primitif akan terus kita hadapi, tetapi Tuhan memberi jaminan kemenanagan buat kita yang membela dan berpihak kepada kebenaran. Karena itu, kita boleh mengibarkan panji bertulisakna “Kalau Allah di pihak kita siapakah yang berani melawan dan mengalahkan kita?” Mudah-mudahan kita lebih takut kepada Allah dari pada takut kepada manausia. Amin



Pringwulung, 19 Juni 1999

Rm.Bonefasius Rampung Pr

No comments:

Post a Comment