Saturday, January 7, 2017

RENUNGAN MINGGU PENAMPAKAN

Renungan Minggu Penampakan Tuhan
Yes. 60,1-6; Ef.3,2-3a.5-6; Mat.2,1-12
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng, 8 Januari 2017

Buka
Kita membutuhkan manusia yang bijaksana dalam kehidupan berbagangsa, bernegara dan bergereja. Tuhan telah menampakkan kebijaksanaan-Nya kepada kita dengan kelahiran Putra-Nya untuk kita. Hari ini Tuhan menampakkan diri kepada 3 orang raja yang bijaksana. Tuhan menampakkan diri kepada mereka yang dengan rendah hati, tekun, dan bijaksana mencari Dia. Kita mohon agar kita menjadi pencari Tuhan yang bijaksana.
Renungan
Setelah masing-masing  kita mendengarkan Injil tadi tentu kita bisa ingat minimal satu kata yang paling penting untuk kita ingat. Kalau kita ditanya, berdasarkan injil tadi, kata apa yang terpeting untuk Anda? Untuk saya, kata terpenting yang harus saya ingat dari injil adalah kata Bintang. Mengapa kata bintang itu menjadi penting? Jawabannya karena semua hal yang baik selalu dikaitkan dengan kata bintang.
Semua kita tahu  bahwa bintang itu benda langit yang menampakkan diri di tengah kegelapan malam. Semakin gelap malam semakin jelaslah cahaya sang bintang. Bintang itu benda langit yang menempati angkasa dalam jarak yang jauh. Injil menggambarkan kepada kita bahwa bintang yang berada di tempat yang tinggi, pada malam yang gelap telah memancarkan sinarnya untuk dunia dan semesta. Kita juga sering mendengarkan berbagai ungkapan yang dikaitkan dengan kata bintang seperti bintang film, bintang sinetron, bintang kelas, bintang kecantikan, cita-cita setinggi bintang, bintang pujaan dan bintang idola, dll. Dari deretan ungkapan itu terasa bagi kita kata bintang itu mempunyai makna yang sangat positif. Kata bintang mengandung arti dan makna yang baik serta menyenangkan. Dalam acara  tahun baru kita saksikan para bintang film, artis tampil memukau dalam pelbagai bentuk tayangan televisi. Gambaran kehebatan, keunggulan seseorang sering dan biasa direduksi ke dalam kata bintang. Semua orang ingin menjadi bintang artinya semua orang berkeinginan menjadi yang paling baik, paling hebat. Kerinduan tertinggi manusia untuk menjadi yang terbaik itu bisa ditemukan dalam ungkapan gantungkan cita-cita setinggi bintang atau raihlah cita-cita setinggi bintang.
Baru sepekan kita akhiri tahun 2016 dan baru sepekan pula kita memasuki tahun 2017. Malam pergantian tahun diwarnai dengan berbagai hal yang menggembirakan. Di mana-mana kita dikejutkan oleh letupan kembang api. Ada jutaan bahkan puluhan juta rupiah uang  yang dibakar melalui kembang api yang akan menghasilkan percikan caha berupa bitang di malam yang gelap.  Suasana semarak kembang api dengan cahaya menyerupai bintang-bintang tampak indah bagi kita.  Akhir tahun lama dan awal tahun baru  menjadi saat penting untuk kita. Melepaskan yang lama dan menangkap yang baru. Seluruh dunia seakan bersatu dan bersama dalam perasaan.
Pergantian tahun Masihi yang dihitung berdasarkan peristiwa kelahiran Tuhan  dan bukan hanya  menjadi milik orang Kristiani. Pergantian tahun menjadi milik semua manusia. Sebagai orang yang beriman  kepada Kristus pergantian tahun seperti itu merupakan mujizat sekaligus kebanggaan bagi kita orang Kristinai.  Dan inilah mujizat yang ditampakkan Allah bagi dunia. Peristiwa pergantian tahun yang dirayakan seluruh umat manusia secara tidak langsung mau menyatakan kepada kita bahwa Kristus itu datang untuk segala bangsa dan juga diterima segala bangsa. Pergantian tahun sebenarnya mengukuhkan identitas Yesus sebaga Awal dan Akhir (Alfa dan Omega). Peristiwa itu bagi kita sungguh menjadi saat rahmat dalamnya Allah menampakkan diriuntuk kita.
Hakikat Yesus sebagai Awal dan Akhir pada dasarnya mau menegaskan kepada kita bahwa penggalan hidup manusia terjadi di antara awal dan akhir itu. Perjalan manusia, perziarah hidup kita berlangsung dalam batas waktu. Yesus sendiri menjadi titik awalnya sekaligus sebagai titik tujuan perjalanan hidup orang beriman.  Hal seperti itulah yang mau dikatakan Yesaya dalam bacaan pertama tadi. Yesaya menggambarkan bagaimana segala bangsa mencari terang setelah dilanda kegelapan dan kekelaman. Yesaya mengajak segala bangsa untuk mengangkat muka memandang terang kemuliaan Tuhan yang telah terbit bagi segala bangsa. Semua orang yang mengangkat muka memandang terang akan mendapatkan segala sesuatunya secara berkelimpahan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama artinya orang menaruh harapan sepenuhnya pada rencana dan kehendak Tuhan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama artinya manusia mau menimba kebijakasanaan Ilahi. Santu Paulus dalam surat untuk jemaat Efesus hari ini menjelaskan kepada kita bagaimana kehendak Tuhan itu telah dinyatakan sebagai karunia. Tuhan menyatakan diri, menampakkan diri kepada manusia melalui para nabi yang membawa segala bangsa kepada persekutuan dengan Tuhan.
Pada hari minggu ini gereja sejagat merayakan pesta penampakan Tuhan (Epifani). Masyarakat kita lebih suka dengan istilah pesta tiga raja. Hal ini berkaitan dengan kisah perjalanan ketiga raja bijaksana. Ketiga raja itu digambarkan sebagai orang bijak yang sedang mencari sang Raja baru. Injil   tadi lebih tepat peristiwa hari ini disebut pesta pencarian.  Tiga raja bijak mencari Yesus.  
Injil berbicara tentang sebuah bintang yaitu bintang keselamatan. Bintang yang memungkinkan orang sampai pada tokoh yang membebaskan. Bintang yang membawa orang pada sumber terang ilahi. Kisah perjalanan ketiga raja tadi berhasil sampai tujuan karena ada bintang yang memberikan  mereka petunjuk. Ekspedisi ketiga raja itu berhasil dan ketiga disebut  sebagai orang bjak. Mengapa mereka disebut orang bijak? Ada sepuluh hukum yang menjadikan seseorang itu bijak:
1.     Mampu Bertanya: sebelum melakukan sesuatu orang bijak selalu  bertanya. Bertanya untuk menentukan jawaban. Dengan menjawab pertanyaan itu ia akan bertindak secara tepat. Tiga raja tadi sebelum berangkat mereka mengajukan pertanyaan penting tentang tempat. Di manakah Dia raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kita?
2.     Miliki Kepekaan. Orang bijak mampu membaca gejala yang dihubungkan dengan apa yang mau dicarinya. Tiga raja mampu membaca gejala alam. Melihat bintang Timur. Mampu menangkap pesan setiap gejala kehidupan. Alam kita penuh dengan pelbagai tanda dan gejala yang menuntut kepekaan kita untuk bertindak secara bijaksana.  
3.     Bertujuan. Orang bijak melakukan sesuatu selalu terarah pada tujuan yang jelas. Orientasi dan sasaran jelas. Mereka bertanya, membaca gejala alam dan menetapkan tujuan mereka untuk datang menyembah dalam arti sebenarnya. Hidup dengan arah dan tujuan jelas menjadikan kita sebagai orang bijak yang akrab berkebijaksanaan.
4.     Pendengar Setia. Orang bijak selalu mendengarkan orang lain, terbuka kepada orang lain. Ketiga raja tadi belajar mendengar dari orang lain sekaligus berbagi kepada orang lain. Mereka menjelaskan secara tepat dan pasti kepada Herodes yang lagi gusar atas berita kelahiran raja baru. Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar sebelum berbicara.
5.     Konsisiten: Orang bijak tak akan mundur dalam perjuangannya meskipun dihadang dengan tantangan. Tiga raja tetap meneruskan perjalanan meski mereka menyaksikan ketakutan Herodes. Mereka tetap konsisiten pada perjalanan mereka. Kita sering tidak konsisten dalam cara hidup ketika tantangan menghadang kita. Kita sering membelot kalau tidak menguntungkan kita secara ekonomis, secara politik, dll. Konsistensi sikap kita untuk memperjuangkan nilai kehidupan kadang-kadang kalah di hadapan sejumlah uang, pangkat, status, jabatan politik tertentu.  
6.     Bertindak atas Dasar dan Alasan yang memadai . Orang bijak selalu bertindak atas dasar yang kuat dan argumentasi yang rasional. Bukan bertindak dan hidup berdasarkan spekulasi atau mengnadalkan mimpi tentang binatang di siang bolong. Tiga raja memberikan penjelasan kepada Herodes dengan dasar yang kuat yaitu seperti apa yang telah tertulis dalam kitab suci. Dasar tindakan ketiga raja bijak itu adalah Firman Tuhan sendiri. Bukan retorika buatan mereka sendiri sebagai kata kosng penuh kebohongan.  Mereka tidak membuat spekulasi dan memberikan argumentasi yang direkayasa. Perkataan mereka itu tampak lugas dan jujur. Bertindak lugas dan jujur adalah tanda orang berkebijaksanaan. Kita sering bertindak spekulasi, main untung-untungan. Kita lebih suka tidur agar bermimpi mendapat rejeki dari para dewa binatang.
7.     Teliti dan cermat. Orang bijak itu bertindak cermat dan teliti. Tidak gegabah. Tiga raja meneruskan perjalanan sambil memperhatikan secara teliti dan cermat terhadap bintang yang memberikan petunjuk dalam perjalanan mereka. Bintang itu mendahului mereka  hingga berhenti di tempat di mana bayi Yesus berada. Jika mereka tidak cermat, kemungkinan mereka tidak sampai di tempat tujuan. Mereka berpeluang untuk tersesat. Kita sering tersesat karena kita sering kurang cermat, kurang teliti. Kita sering bertindak dan berkata secara gegabah sehingga sering melahirkan masalah.
8.     Rendah hati. Orang bijak itu selalu bersikap rendah hati terhadap siapa pun. Tiga orang raja tadi bersujud dan menyembah di hadapan bayi Yesus. Suatu sikap yang terasa aneh bagi orang-orang yang mendewakan jabatan. Ketiga orang yang datang itu berstatus sebagai raja yang sudah punya wilayah dan rakyat, tetapi sebagai orang yang bijaksana ketiganya bersikap rendah hati di hadapan Yesus yang kerajaannya masih dalam angan-angan.  Kita sering menjaga pangkat, jabatan, wibawa, kuasa dan status kita dan enggan bersikap rendah hati. Kita lebih banyak bersikap menengadah ke atas lalu lupa menunduk ke bawah. Kita sering membawa pangkat dan jabatan, harta ketika menghadap Tuhan, lalu lupa bahwa kita semua sama di hadapan Tuhan. Tiga raja mengajrkan lepada kita bagaimana seharus dan sepantasnya kita bersikap di hadapan Tuhan.
9.     Berbagi. Orang bijaksana adalah orang yang rela berbagi melepaskan milik berharga untuk orang lain. Ketiga raja itu menyatakan kebijaksanaan mereka dengan membuka tempat harta benda berharga dan lalu mempersembahkannya kepada Yesus. Kita sering bersikap dan bernafsu mengumpulkan segalanya. Kita sering membuat peti yang terkunci mati atas apa yang kita miliki lalu lupa berbagi kepada orang lain. Kita mau merebut proyek sebanyak-banyak; merebut posisi politik di mana-mana. Kita senang membuka investasi di mana-mana dan bermacam-macam lalu kita merasa yang lain sebagai saingan yang harus ditaklukan. Rela dan merekan sesuatu untuk dibagikan kepada orang lain adalah tanda orang yang bijaksana.
10.  Menerima Risiko. Orang bijak itu tidak takut ambil risiko. Tiga raja berani mengambil risiko apa pun yang terjadi berhadapan dengan Herodes. Mereka mencari jalan lain. Mereka  tidak takut kalau hubungan diplomatik antara Herodes dengan ketiga raja itu putus karena mereka tidak mengikuti pesan herodes. Kita sering tak mau mengambil risiko.
Ketiga raja berhasil sampai menjumpai Yesus dan Yesus menampakan diri kepada mereka. Hal ini terjadi hanya karena mereka telah memenuhi sepuluh syarat sebagai orang bijak. Hari ini kita merayakan pesta penampakan Tuhan kepada kita. Yesus yang adalah Awal dan Akhir; Alfa dan Omega telah tampak bagi kita semua setelah kita melepaskan tahun lama dan menerima tahun baru. Tahun baru dengan segala situasinya yang akan kita hadapi jelas menantang kita. Semoga teladan dan cara hidup tiga Raja Bijaksana hari ini memberi inspirasi dan dorongan bagi kita semua untuk belajar menjadi semakin bijaksana. Rahasia dan kebesaran Tuhan hanya bisa tampak dalam kehidupan kita hanya jika kita belajar untuk menjadi bijaksana. Orang bijaksana adalah bintang dalam kehidupan. Karena itu marilah kita berusaha menjadi bintang-bintang yang menerangi kegelapan dunia dan masyarakat kita melalui cara hidup kita yang berkenan kepada sesama, kepada Tuhan, dan kepada alam lingkungan yang menjadi tempat Allah menampakkan diri bagi kita. Kalau kitatidak mampu menjadi matahari baiklah kita berusaha menjadi bintang. Semoga


Di depan Simbol Bintang Daud
di Gereja Betlehem

foto: Rm. Bone Rampung Pr

Saturday, November 26, 2016

RENUNGAN MINGGU ADVENT-1



HARI MINGGU I ADVEN, 21 NOV.2016
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng
Buka

Hari ini kita memasuki masa atau tahun liturgi yang baru yang ditandai dengan perayaan minggu pertama masa  Advent. Kita berdoa semoga dalam masa ini kita sungguh-sungguh membenahi diri bagi kelayakan dan kepantasan kita menyambut kelahiran Tuhan di hari Natal. Kita bawa semua niat pribadi dan niat bersama kita untuk mengisi masa penantian ini dengan segala yang baik

Renungan
Dalam dunia militer ada satu kata yang hampir pasti selalu diucapkan setiap anggota satuan. Kata apakah itu? Kata itu adalah “SIAP” . Siap adalah kata yang selalu diucapkan setiap anggota satuan dalam dunia militer sebelum atau pada saat seorang anggota menerima perintah dari atasan atau sesamanya. Kata ‘Siap’ yang melekat pada mulut setiap anggota militer itu memang kedengarannya sangat singkat dan sederhana, tetapi kata itu memiliki kekuatan luar biasa dalam menentukan arah gerakan dan  model aksi yang akan dilakukan seorang anggota militer. Setiap perintah, aba-aba yang diarahkan kepada setiap anggota militer pasti disambut dengan kata, “Siap!”.
Kata ‘siap’ seperti ini selalu bernuansa harapan karena dalam kata itu tersembunyi atau impilisit ada kerinduan dan kemauan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu secara baik dan sukses. Siap dan kata ‘siap’ biasanya menjadi titik awal untuk setiap kesuksesan dalam hidup. Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa persiapan. Kesuksesan untuk akhir suatu tindakan atau pekerjaan selalu menghadirkan kata siap dalam seluruh prosesnya. Seorang palajar, mahasiswa yang sukses misalnya selalu dikaitkan dengan kualitas persiapannya dalam seluruh proses yang terjadi. Seorang petani dapat dikatakan sukses hanya jika ia siap menjalankan pekerjaannya sebagai petani secara baik. Seorang pejabat pemerintah yang sukses adalah seorang yang sungguh memiliki kata siap dalam dan selama ia memerintah.  Begitu seterusnya kalau ada kata siap pasti ada kata sukses. Singkat kata, tidak ada kesususesan tanpa persiapan. Kata sukses menjadi anak sulungnya kata ‘Siap’.
Hari ini gereja dan kita semua memasuki tahun baru liturgi gereja yang ditandai dengan perayaan minggu pertama Advent. Permulaan tahun Liturgi ini juga ditandai dengan adanya lingkaran Advent dengan empat batang lilin yang dinyalakan secara berurutan sejak minggu pertama hingga minggu keempat masa Advent ini. Bacaan-bacaan yang diperdengarkan untuk kita pada hari Minggu pertama Advent itu sesungguhnya hanya terpusat pada satu kata yaitu kata ‘siap’. Dalam bacaan pertama kita mendengarkan ajakan Yesaya untuk segera mendaki ke gunung Tuhan karena di sana Tuhan akan memberikan manusia petunjuk  dan jalan yang menggaransi kehidupannya. Yesaya menulis ajakan ini: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." Ajakan ke gunung Tuhan seperti ini hanya bisa dijawab dan diikuti kalau orang memang siap berjalan dan mendaki ke gunung Tuhan. 
 Beberapa tahun lalu ketika saya bersama rombongan peziarah tiba di terminal unta di kaki gunung Sinai, ada beberapa orang dari peziarah dari kelompok lain tidak bisa melanjutkan pendakian ke puncak Sinai yang harus ditempuh sepajang malam. Mereka memilih berhenti karena merasa tidak siap menunggang unta dan jalan dalam kegelapan menuju puncak Sinai. Rombongan kami semuanya siap dan tergolong sukses dan kompak tiba di puncak Sinai. Kami sukses tiba pagi hari di puncak Sinai dan sungguh menggembirakan menyaksikan fajar pagi dari kapela Musa di puncak gunung itu. Merasakan dan menikmati suasana hikmat dan sakral karena di tempat itulah dahulu Musa menerima sepuluh perintah yang menjadi pentunjuk bagi kehidupan kita.
Perihal perlunya persiapan seperti ini dalam bahasa dan rumusan lain dan lebih konkret dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma hari ini. Paulus mengingatkan bahwa keselamatan semakin mendekat, dan manusia harus siap menyambutnya. Paulus mengingatkan  jemaat Roma dan kita semua bahwa semuanya harus siap, sebab keselamatan sudah lebih dekat, hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!  Perlengkapan dan senjata terang itu nayata dalam cara hidup kita untuk lebih sopan, seperti pada siang hari, tidak terlarut dalam pesta pora dan kemabukan, dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Bersiap untuk konteks Paulus berarti manusia kita, harus spirit mendewakan kenikmatan lahiriah.
Konsep ‘siap’ menurut Yesus dalam versi Matius dalam injilnya hari ini tampak dalam sikap yang awas atau berjaga-jaga. Yesus memberikan kita deskripsi yang terlampau dramatis tentang suasana yang akan dihadapi manusia yang tidak berjaga-jaga. Yesus mengingatkan bahwa pada waktunya Tuhan akan menggoncang manusia dengan pengalamanan yang tragis melalui lukisan kisah air bah dan narasi lain tentang pemisahan dua orang yang ada di ladang dan dua orang yang ada pada kilangan gandum. Mereka akan segera dipisahkan dan mereka harus siap menerima kenyataan itu. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Kondisi seperti ini mengharuskan manusia untuk berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Kata “advent” seperti yang kita ketahui  berasal dari kata “adventus” dari bahasa Latin, yang artinya “kedatangan”. Masa Advent ini berkaitan dengan permenungan akan kedatangan Kristus. Kristus memang telah datang ke dunia, Ia akan datang kembali di akhir zaman; namun Ia tidak pernah meninggalkan kita atau Gereja-Nya. Ia selalu hadir di tengah- tengah umat-Nya. Dengan demikian  Advent sesungguhnya merupakan perayaan terkait  tiga hal penting yaitu: peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, peringatan akan kehadiran-Nya di tengah Gereja atau umat, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman. Maka kata “Advent” harus dimaknai dalam arti yang penuh, perihal tiga dimensi waktu : dulu, sekarang, dan yang akan datang.
Di hadapan kita ada lingkaran atau corona advent yang terbuat dari daun-daun segar. Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Advent, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan  menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Advent, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Advent setiap minggu, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat.  
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan, masa mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”(Latin) yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan menyambut kelahiran Tuhan. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih.   Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Pesan Firman Tuhan untuk kita hari ini tegas dan jelas yaitu perlunya persiapan hati dan batin menyambut Tuhan dengan berbagai tindakan atau aksi nyata bahwa kita memang siap menyambut Tuhan yang membebaskan kita dari belenggu yang mengancam. Kita diminta untuk selalu siap, berjaga-jaga dengan cara membendahi cara hidup kita terhadap diri kita, terhadap sesama, terhadap alam lingkungan, dan terhadap Tuhan. Aksi praksisnya dikatakan Paulus dalam bacaan kedua tadi.
Saya ingin meringkas pesan Firman Tuhan hari ini dalam cerita kecil ini. Seorang, sebut saja namanya Simon Mael (SM), melintasi padang gurun dan ia sangat kehausan. Dia mencoba mencari tempat penjualan air minum namun tidak ditemukannya. Setelah sekian lama SM berjalan ia berpapasan dengan seorang pedagang dasi. SM yang kehausan itu bertanya apakah pedagang itu mempunya air minum untuk dibagikan kepadanya. Pedagang dasi itu mengatakan bahwa dirinya tidak menjual air  minum namun ia menawarkan dasi seharga hanya Rp10.000 kepada SM. “Dasi ini sangat penting untuk Bapak”, kata penjual dasi itu. SM sangat marah kepada penjuan dasi itu. “ Kau bodoh, Saya tidak butuh dasimu saya hanya butuh air minum”. Ia pun berlalu.  Kemudian SM bertemu dengan seorang anak yang menjual gelang. SM bertanya kepada anak itu apakah ada air yang dijual. Anak itu berkata ia tidak menjual air namun ia menawarkan gelang kepada SM. Kemarahan SM semakin menjadi-jadi. Ia mengusir anak itu. Dalam rasa haus yang kian mendera SM tiba di sebuah restoran yang semua serba gratis. Di restoran itu orang bisa makan dan minum tanpa bayar. Betapa senangnya si SM. Saat ia mencoba masuk, penjaga restoran itu tidak mengizinkan dia karena tidak memakai gelang  dan tidak berdasi. SM memang heran karena semua yang makan dan minum di sana memakai gelang dan berdasi.
Ada banyak peristiwa dan pengalaman dalam hidup kita yang sering kita lewatkan begitu saja bahkan kita sepelekan dan benci. Kita lewatkan dan sepelekan karena yang kita utamakan adalah kepentingan diri kita. Kita tidak pernah membayangkan bahwa semua yang kita hindari dan sepelekan justru menentukan nasib kita. Tuhan mengundang kita untuk mengalami semuanya secara gratis dan Tuhan menguji kita dalam pengalaman hidup. Semoga kita tidak mengalami nasib seperti Simon Mael. Amin

 Di samping Kapela di Puncak Sinai

Saturday, October 29, 2016

Renungan Minggu Biasa XXXI Tahun C/2



Hari Minggu Biasa XXXI Tahun C/2
Keb. 11:22-12:2; 2Tes. 1:11-2:2; Luk. 19:1-10
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng,30 Oktober 2016

Buka
Pengalaman berjumpa  dengan Tuhan baik karena manusia berusaha mencarinya maupun karena Tuhan sendiri berinisiatif mendatangi manusia selalu menjeutkan dan membahagiakan. Kisah Injil hari ini mengingatkan kita tentang  perilaku kehidupan manusia yang menjamin keselamatan jiwanya.  Kita berdoa agar kehidupan kita senantaiasa diwarnai dengan pelbagai kejutan yang Tuhan lakukan atas diri setiap kita. Kita bawa semua doa, harapan, dan intensi  kita kepada Tuhan. Untuk itu kita akui salah dan dosa kita..

Renungan
Mari Berguru pada Zakheus
Judul teks tadi langsung menyebutkan nama Zakheus. Teks ini termasuk unik dan istimewa karena hanya penginjil Lukas yang mengisahkan tokoh Zakheus. Itu artinya bagi Lukas kisah Zakheus itu penting dan bermakna bagi banyak orang. Sungguh mengejutkan bahwa Lukas yang berprofesi sebagai tenaga medis saat itu menulis laporan mirip dengan tulisan wartawan yang meliput peristiwa dan kisah unik. Mengapa Lukas menuliskan Peristiwa itu? Hemat saya Lukas menulis dan melaporkan peristiwa itu karena dalam peristiwa itu ada banyak kejutan. Saya menemukan paling kurang ada 7 kejutan dalam teks itu
Kejutan pertama, Zakheus melepaskan tugas pokoknya sebagai kepada dinas bea dan cukai atau kepala dinas pendapatan di kota Yerikho. Ia tampaknya membiarkan peluang berlalu. Ia tidak menjalankan tugasnya melakupan penagihan dan pungutan terhadap ribuan manusia yang memasuki Yerikho. Dia justru membaur di antara begitu banyak manusia yang menyertai Yesus ke Yerikho. Dia mau dirinya menjadi bagian dari sejumlah besar manusia yang menyertai Yesus. Ia melepaskan interse, kesibukan pribadi yang sifatnya rutinitas demi menjalin kebersamaan dengan orang lain. Zakheus membuat pilihan yang tidak biasanya ia lakukan. Ia mengubah kebiasaannya
Kejutan kedua, Zakheus masuk ke dalam keramaian itu ternyata dengan satu maksud yang luar biasa. Penginjil Lukas mencatat dengan sangat teliti dan cermat tentang maksud Zakheus bukan sekadar melihat Yesus tetapi lebih dari itu itu. Zakheus mau tahu kualitas diri Yesus atau kualifikasi diri Yesus. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu. Pertanyaan orang apakah Yesus itu, adalah pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas diri bukan masalah asal usul, dari mana Yesus. Jawaban atas pertanyaan orang apakah Yesus harus mengacu pada kata sifat dan bukan kata benda. Kalau saat ini saya bertanya kepada kita semua: orang apakah Pater Pit ini? Apa jawaban kita? Orang Larantuka, Flotim. Jawaban seperti ini salah karena Larantuka/Flotim merupakan kata benda yang dalam kalimat akan menjadi keterangan tempat. Jika jawabannya Pater Pit  orang Larantuka/Flotim maka pertanyaannya bukannya orang apakah pater Pit  melainkan orang manakah Pater Pit ini? Jawaban yang benar kalau kita ditanya: orang apakah Pater Pit itu? Jawabannya ia orang baik, orang sehat, orang jujur, orang ganteng, orang pintar, orang seni dan sebagainya. Semuanya itu kata sifat yang mengacu pada kualitas diri dan karakter Pater Pit. Zakheus masuk dalam rombongan orang banyak dengan satu pertanyaan terkait kualitas diri dan karakter Yesus. Kalau kualitas diri Yesus yang mau dilihat Zakheus maka ada pengandaian di balik keinginan itu bahwa ia mau belajar pada Yesus tentang kualitas diri yang baik.
Kejutan ketiga, Zakheus Kepala Dinas Bea Cukai atau kepala Dinas Pendapatan wilayah Yerikho itu melakukan aksi akrobatik dengan bertengger di dahan pohon ara. Aksi akrobatik Zakheus gaya burung kalong ini dilakukannya bukan kebetulan tetapi ia lakukan itu setelah ia mempertimbangkan kondisi fisik yang rendah dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan karena ada begitu banyak orang berdesakan mendekati Yesus. Injil mencatat demikian: maka berlarilah ia lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang lewat di situ. Zakheus membuat perhitungan yang cermat untuk mendahului orang banyak dan menentukan posisi strategis. Niatnya untuk mendapat kualitas diri Yesus mengharuskan dia untuk mengambil sikap dan menentukan pilihan yang strategis. Baginya berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara adalah sikap dan pilihan untuk mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya akan membentuk dan mengubah karakternya yang terlanjur dicap sebagai pendosa. Itulah sebabnya, tanpa beban ia memanjat pohon dengan risiko ditertawakan  karena seorang pejabat publik setingkat kepala Dinas pendapatan ketahuan bertengger di dahan pohon ara. Bagi Zakheus, mencari dan menemukan karakter unggul dalam diri Yesus membutuhkan perjuangan bahkan bisa menjadi bahan tertawaan banyak orang. Zakheus mau menunjukkan kebenaran  bahwa orang harus berlari mendahului, mengungguli yang lain dan harus mampu menentukan posisi dan disposisi diri pada tempat yang pas dan tepat kalau mau mendaptkan sesuatu.
Kejutan keempat terjadi ketika sampai di dekat pohon itu. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."  Zakheus tidak punya intensi, rencana untuk bisa dilihat Yesus apalagi diajak turun dan akhirnya Yesus harus mengubah agenda perjalannya dengan mampir ke rumah Zakheus. Zakheus berlari mendahului dan memanjat pohon untuk melihat Yesus bukannya untuk dilihat Yesus. Peristiwa ini mengungkapkan kualitas diri dan pribadi Yesus yang tidak melihat masa lalu Zakheus. Kaena itu, bagi Zakheus peristiwa Yesus melihat, mengajaknya turun dan terus ke rumah merupakan bonus dari usahanya untuk  mencari dan belajar pada Yesus. Sikap Yesus terhadap Zakheus menjadi antitesis yang merontokkan sikap kebanyakan orang yang menyingkirkan Zakheus terkait jabatannya sebagai kepala pajak. Upaya Zakheus mendahului orang banyak dan menentukan disposisi diri pada tempat yang pas dan strategis mendatang bonus yang luar biasa. Dia mendapatkan lebih dari apa yang ia bayangkan dan rencanakan. Tuhan memberi Bonus bagi orang yang menang dalam perlombaan kehidupan untuk meneladani sikap Yesus.
Kejutan kelima, Zakheus turun dan melayani permintaan dan pemberitahuan Yesus yang mau ke rumah Zakheus. "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Melayani permintaan yang mendadak seperti itu juga tidak gampang apalagi ada begitu banyak manusia yang mau mengikuti Yesus. Memang injil memberi cacatan tentang Zakheus sebagai seorang yang kaya sehingga pasti dengan mudah mengatasi semuanya termasuk siap tempat dan makan minum untuk manusia yang begitu banyak. Dalam kondisi yang serba mendadak Zakheus menerima Tuhan yang tidak pernah ia pikirkan apalagi rencanakan. Tuhan datang bertamu secara mendadak, sifatnya segera, hari ini juga. Kata-kata Yesus ini mau mengatakan bahwa Tuhan menuntut manusia untuk menerima Tuhan  di rumah dan dalam hiudpnya setiap hari. Setiap hari baru untuk kita pengikut Kristus adalah hari ini dan setiap hari ini Tuhan datang dan hidup bersama kita.
Kejutan keenam, Yesus dipersalahkan orang banyak yang mengikutinya ketika Yesus memilih untuk bertamu ke rumah Zakheus. Sikap orang banyak yang bersungut-sungut terhadap Yesus muncul karena Yesus dikaitkan dengan stigma yang diberikan kepada Zakheus sebagai pendosa. Zakheus sungguh menangkap reaksi orang banyak itu sehingga ia tidak ingin Yesus dipersalahkan hanya karena mendatangi rumahnya. Itulah sebabnya  Zakheus berdiri dan berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Inilah kesadaran paling dasar yang lahir dari hati Zakheus sebagai dampak kehadiran Yesus di rumahnya. Kata-kata Zakheus ini tergolong amat revolusioner karena dinyatakan secara terbuka di hadapan publik. Yesus tahu bahwa apa yang dikatakan Zakheus akan terlaksana. Hal itu melahirkan kejutan berikutnya
Kejutan ketujuh, Yesus mengumumkan kepada publik bahwa Zakheus itu keturunan Abraham dan dikelompokkan sebagai  orang yang hilang. Sebagai keturunan Abraham, Zakheus berhak memperoleh keselamatan. "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Pernyataan Yesus ini telah menjadi pernyataan kunci perjumpaan Zakheus dengan Yesus yang bermula dari dahan pohon ara di tepi jalan. Zakheus mencarai karakter Tuhan di tengah kerumunan orang banyak menuju Yerikho dan Tuhan mencari keturunan Abraham dan membawa keselamatan sampai di rumah.
Kisal injil hari ini berakhir menyenangkan karena ada pujian dan penerimaan Kristus terhadap pertobatan Zakheus. Dengan tindakan ini pula Kristus membersihkan segala tuduhan yang dialamatkan kepada-Nya dengan menjadi tamunya (ay. 9-10). Zakheus dinyatakan sebagai orang yang berbahagia. Mengapa? Karena ia telah berpaling dari dosa kepada Allah. Ia telah menerima Kristus masuk ke dalam rumahnya, dan menjadi orang yang jujur, penuh amal, dan baik hati: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini. Sekarang setelah ia dipertobatkan, ia juga dengan demikian diselamatkan; diselamatkan dari dosa-dosanya, dari rasa bersalah akibat dosa-dosa tersebut, dan dari kuasa dosa. Segala manfaat dari keselamatan telah menjadi miliknya. Kristus telah datang ke rumahnya, dan ke mana pun Kristus datang, Ia membawa serta keselamatan dengan-Nya. Ia menjadi Sumber keselamatan kekal bagi semua yang mengakui-Nya, seperti yang dilakukan Zakheus. Namun semua ini belumlah cukup. Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.
Apa yang telah dilakukan Kristus secara khusus untuk menjadikannya seorang yang berbahagia adalah sesuai dengan rencana besar-Nya dan maksud kedatangan-Nya ke dunia. Dengan dasar yang sama ini pula Kristus sebelumnya telah membenarkan pergaulan-Nya dengan para pemungut cukai. Pada waktu itu Ia mengimbau bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat, sekarang ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, to apolōlos -- yang hilang.
Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari dan menyelamatkannya. Rancangan-Nya adalah untuk menyelamatkan, ketika keselamatan tidak ada di dalam siapa pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya tersebut, Ia mencari, menggunakan segala cara yang mungkin untuk mewujudkan keselamatan tersebut. Ia mencari mereka yang tidak layak dicari, Ia mencari mereka yang tidak mencari-Nya dan tidak mengharapkan-Nya, seperti halnya Zakheus di sini.
Dalam banyak hal mungkin kita sama seperti Zakheus yang pendosa tetapi hari ini Zakheus memberikan kita contoh usaha untuk mengenal kualitas diri Tuhan.  Zakheus memanjat pohon hanya karena mau mendapatkan karakter dan kebaikan Yesus. Semoga Tuhan yang sama, setiap hari kita cari dan undang ke rumah-rumah kehidupan kita, sampai kita mendapatkan keselamtan sebagai keturunan Abraham. Amin 

 Pohon Ara Zakheus dekat kota Yeriko