Friday, June 21, 2013

RENUNGAN PERNIKAHAN


Renungan Pemberkatan Nikah
JOEL SINAGA & VIRGINIA R PASKALIANA
Efesus 5,1-2,22-33; Matius 19,1-9
Paroki Maria Diangkat ke Surga Malang Minggu, 23 Juni 2013

Buka
Hari ini kita datang ke hadapan Tuhan untuk mengucapkan syukur karena Tuhan, dari saat ke saat, terus mengalirkan cinta-Nya dalam seluruh perjalanan kehidupan kita. Secara lebih istemewa kita bersyukur sekaligus memohon kelimpahan rahmat Tuhan bagi pasangan Joel dan Irin yang akan mengukuhkan niat dan komitmen cinta mereka dalam ikatan perkawinan. Hari ini Joel dan Irin menjadi pemenang Tender Proyek Pembangunan jembatan Cinta yang menghubungkan Joel dan Irin; menghubungkan dua rumpun keluarga besar. Kita berdoa semoga Joel dan Irin menjadi pelaksana proyek pembangunan jembatan cinta yang kuat, cinta yang berkualitas sebagai keluarga Kristiani yang ditandai Kasih dan kesetiaan satu sama lain. Sambil mengakui kelemahan dan segala dosa kita di hadapan Tuhan dan sesama, kita memohonkan rahmat Kasih dan Kesetiaan bagi kedua mempelai agar jembatan cinta, keluarga yang dibentuk hari ini sungguh menjadi lambang cinta Tuhan terhadap umat-Nya.

Renungan
Masih segar dalam ingatan kita, sebulan lalu warga Malang Kota mengikuti pesta demokrasi pemilihan Wali Kota. Di tempat lain ada pemilihan Bupati dan Gubernur. Tahun depan kita akan memilih Presiden yang baru. Fenomena yang menarik perhatian kita dalam setiap pesta politik seperti itu berkaitan pasangan calon yang kita sebut paket-paket Calon Walikota dengan paket wakil mereka. Lebih menarik lagi, biasanya nama Paket itu ditentukan secara cermat, menarik, dan memiliki nilai politik, nilai jual artinya harus mampu meyakinkan pemilih untuk memilih paket itu. Pada umumnya nama paket itu diampbil dari nama calon walikota atau bupati dengan nama calon wakil mereka.

Jika pasangan pengantin Joel dan Irin ini kita analogikan dengan paket politik seperti dalam pemilihan bupati atau walikota maka tentu tidak salah kalau saat ini saya boleh bertanya kepada pasangan suami istri yang hadir dalam pemberkatan pernikahan ini. Pertanyaan yang sama tentu harus dijawab juga oleh pasangan mempelai Joel dan Irin. Pertanyaannya: Kalau pasangan suami istri dan pasangan mempelai ini diberi nama sebagai paket maka apa nama paket Anda? Saya meminta satu paket yang mewakili umat, satu paket untuk Bapa mama saksi, dan paket yang terakhir adalah paket untuk pengantin ini. Saya beri waktu bagi Anda berunding menentukan nama paket Anda. Bagi keluarga yang belum bisa merumuskan paketnya bisa nanti dikerjakan di rumah sebagai pr saja. Kita ingin dengarkan nama paket dari pasangan yang menjadi saksi dalam pernikanan ini. Bapak Alo dan Mama Maria menamakan paket mereka adalah ALMA. Alma itu kata bahasa Latin yang berarti yang memberi makan, yang menghidupi, yang membesarkan, yang memberi berkat, yang melimpahkan karunia, yang lemah lembut, yang menyegarkan, yang terhormat. Dari kata ini terbentuk ungkapan alma mater artinya ibu yang memberi makan, yang memelihara. Dari arti kata Alma sebagai nama paket untuk Bapa mama saksi ini kita bisa lihat bahwa lebih 90 persen makna kata itu mereka wujudkan dalam perjalanan hidup berkeluarga.

Saya kira sungguh sangatlah tepat jika Joel dan Irin telah memilih paket Alma itu sebagai saksi ikatan pernikahan Anda berdua. Karena itu, kita dengarkan apa nama Paket calon keluarga baru ini yang akan mereka umumkan saat ini. Jika pasangan ini belum bisa menemukan nama paketnya maka saya tawarkan nama paket mereka adalah paket JOIN (JOel-irIN). Join itu berarti bergabung, bersatu, bekerja sama. Paket JOIN adalah paket yang Indah karena dibentuk dari kata Joel dan Irin. Joel adalah satu kata dengan empat aksara. Irin adalah satu kata juga dengan empat aksara. JOIN itu menjadi satu kata, dan menjadi nama paket pengantin ini. JOIN lahir dan terbentuk hanya karena Joel melepaskan sebagian dari nama dirinya untuk diisi dengan setengah dari nama diri Irin. JOIN juga lahir dan terbentuk karena Irin melepaskan sebagian dari nama dirinya juga untuk diisi dengan sebagain diri Joel. Nama paket JOIN yang saya tawarkan ini adalah nama yang kaya arti dan sarat makna. Keyakaan arti dan kesaratan makna tentu harus bisa dibuktikan dalam usaha Joel dan Irin menjalani kehidupan berumah tangga yang mengutamakan Kesatuan dalam Kasih dan kesetiaan.

Menemukan pasangan ideal untuk menentukan satu Paket dalam konteks politik pemilihan bupati, walikota, dll. bukanlah perkara mudah. Ada begitu banyak faktor dipertimbangkan dan diperhitungkan ketika dua orang dicalonkan menjadi satu paket politik. Pemilihinan dan penentuan PAKET calon bupati dan wakilnya biasanya didasarkan atas berbagai pertimbangan. Ada pertimbangan geografis, ada pertimbanhgan sosiologis, ada pertimbangan agama, ada pertimbangan kekerabatan, ada pertimbangan kesamaan visi dan misi. Karena dasar pertimbangan begitu banyak maka kita bisa katakan bahwa Paket itu berarti Pasangan Ketat. Paket yang ideal pada akhirnya harus dideklarasikan kepada seluruh masyarakat calon pemilih. Paket itu kemudian diverifikasi sebelum dinyatakan sebagai pasangan yang sah. Regulasi, main untuk itu dibuat dengan harapan dipatuhi sehingga pada akhirnya muncul paket jadi yang diusung dalam kebenaran, karena kebenaran, dan untuk memperjuangkan kebenaran.

Joel dan Irin hari ini telah menjadi paket jadi dan sudah dinyatakan lolos dalam tahap verifikasi. Nama mereka telah diumumkan kepada publik tentang kelayakandan kepatutan mereka untuk membentuk paket yang tadi saya namakan paket JOIN. Joel dan Irin adalah paket jadi yang hari ini dilantik bukan menjadi walikota dan wakil wali kota melainkan menjadi Keluarga Kristiani yang baru. Proses pengukuhan mereka bukan oleh KPU tetapi Komisi Penyebaran Cinta (KPC). Keduanya lolos verifikasi karena Tuhan memberi kemampuan saling mencinta di antara mereka. Joel dan Irin adalah Paket (pasangan Ketat) yang akan menjalankan visi dan misi cinta secara bersama selama dan sepanjang hidup mereka dalam sebuah institusi yaitu keluarga.

Upacara pemberkatan nikah seperti ini sudah biasa kita saksikan dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu. Sudah banyak kita ikuti dan saksikan pasangan pengantin yang dengan gagah berani mengikrarkan sumpah setia sehidup semati. Meskipun peristiwa seperti ini terkesan biasa, tetapi untuk Joel dan Irin peristiwa seperti ini merupakan peristiwa bersejarah, peristiwa penting. Mengapa? Karena pengalaman ini merupakan peristiwa pernyataan kebesaran Allah. Misteri Allah ditampakkan, dinyatakan, dibahasakan kepada manusia lewat kerinduan membagi cinta, keingin untuk membangun serta mengembangkan cinta antara dua pribadi. Persatuan dua pribadi yang berbeda bukanlah hal sederhana. Hal besar serupa ini hanya terjadi karena rahmat dan cinta Allah telah merasuki dan menjiwai kedua mempelai sehingga memutuskan untuk hidup bersama dan bersatu sebagai paket abadi. Persatuan yang telah, sedang dan terus dibangun kedua mempelai dalam paket JOIN adalah persatuan cinta dalam Allah dan karena Allah yang merupakan sumber cinta. Hal sebesar ini terjadi karena manusia termasuk kedua mempelai telah menjadi orang pilihan Allah.

Dari segi cakupan dan luas wilayah dukungan paket Joel Irin (JOIN) ini termasuk ideal dan bisa diandalkan karena satunya dari pulau Sumatra, satunya dari Pulau Flores lalu hidup di pulau Jawa. Sebagai paket jadi tentu saja Joel dan Irin sudah merundingkan bersama tentang strategi masa depan berkaitan dengan pengukuhan paket mereka hari ini di sini. Pasti banyak pertimbangan yang digunakan Joel untuk menentukan pasangan paket hidupnya. Juga tentu banyak alasan dan pertimbangan yang Irin pakai untuk menerima tawaran Joel bersama keluarga besarnya untuk menjadi pasangan paket ini. Kami semua yakin bahwa kedua rumpun keluarga telah melihat visi dan misi pasangan ini sehingga pada akhirnya merestui paket ini untuk disahkan hari ini.

Sebagai paket jadi, paket JOIN ini tentu menginginkan dan merindukan agar paket ini langgeng hingga ajal menjemput. Kerinduan seperti ini membutuhkan alat perekat yang menjamin kelangggengan persatuan itu. Apa sesungguhnya alat perekat yang melanggengkan paket JOIN ini ke depan? Tuhan dalam sabda dan Firman-Nya yang Kudus yang diperdengarkan kepada kita melalui dua bacaan tadi memberikan jawaban yang pasti. Alat perekat yang menjamin kelanggeng hidup berkuarga itu adalah KASIH dan KESETIAAN. Kasih dan Kesetiaan adalah dua tiang utama yang menopang bangunan keluarga Kristiani termasuk penopang keluarga baru yang dibentuk paket JOIN ini. Logika kehidupan suami istri menurut santo Paulus harus selalu berjalan dalam Kasih. Model kasih itu telah Yesus tunjukkan dalam misi menyelamatkan manusia. Itulah sebabnya Paulus dalam bacaan pertama menegaskan: hiduplah dalam Kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan dirinya bagi manusia sebagai korban yang harum dan berkenan kepada Allah. Penyerahan diri Yesus merupakan bukti kesetiaan-Nya pada kehendak Bapa. Kasih dan kesetiaan seperti itulah yang hendaknya memberi warna, cintra, nuansa pada kehidupan umat dan keluarga-keluarga Kristiani. Kalau kehidupan berkeluarga telah ditopang oleh Kasih dan Kesetiaan maka di sana akan ada saling mengerti, saling melayani, saling memahami, saling mendengarkan, saling menguduskan, saling melengkapi. Hidup sebagai suami istri Kristiani dalam konteks bacaan pertama mengharuskan pasangan suami istri untuk mewujudkan kewajiban terhadap pasangannya, sebagai kewajiban yang ditunjukkan kepada Kristus. Tuntutan agar Istri tunduk kepada Suami, bukan berarti istri berada pada posisi lemah atau harus selalu kalah terhadap sang suami. Tunduk kepada suami lebih diartikan sebagai keataan karena kasih bukan bukan pepatuhan dalam ketakutan. Itulah sebabnya pada ayat lain dalam bacaan pertama Paulus menegaskan kewajiban suami untuk mengasihi istri seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Siapa yang mengashi istrinya ia mengasihi dirinya sendiri. Dengan ini mau dikatakan kepada kita bahwa Kasih dan Kesetiaan suami istri merupakan wujud nyata dari Kasih Kristus terhadap gereja-Nya. Kita semua adalah gereja yang dikasihi, dicintai, ditebus, diselamatkan Kristus melalui korbannya di kayu salib. Kasih dan kesetiaan suami terhadap istri dan kasih istri terhadap suami menjadi tanda dan bentuk pengambibagianan, partisipasi manusia terhadap Kasih dan kesetiaan Kristus yang diwariskannya sebagai rahasia agung bagi manusia. Misteri, rahasia kasih dan kesetiaan Kristus secara konkret hidup dan berlangsung dalam persekutuan hidup berkeluarga.

Kasih dan kesetiaan yang menopang dan membentengi kehidupan keluarga Kristiani dari masa ke masa selalu menghadapi aneka tantangan dan kesulitan. Penggalan Injil Matius tadi memberikan kita gambaran betapa usaha mewujudkan kasih itu menghadapi tantangan. Yesus berkeliling di Galilea untuk menyatakan kasih Allah dalam bentuk menyembuhkan orang sakit. Yesus dihadang sekelompok orang farisi yang bertanya bukan karena mereka tidak tahu tetapi sekadar mencobai Yesus. Pertanyaan mereka: bolehkah orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja? Rumusan pertayaan seperti ini menunjukkan bahwa bagi mereka para suami bisa menceraikan istri dengan segala macam alasan termasuk alasan yang dibuat-buat, dicari-cari. Yesus mematahkan pikiran sesat orang farisi itu dengan bertanya: apakah kamu tidak membaca kitab suci yang menegaskan bahwa persekutuan suami istri itu terjadi atas rencana dan kehendak Allah. Yang telah diperstuan Allah jangan diceraikan manusia. Untuk membela diri, orang farisi itu mencoba berdalih dan merujuk nabi Musa yang memberi surat cerai. Argmentasi inipun dipatahkan Yesus. Jawaban Yesus tidak lagi merujuk pengalaman pasangan suami istri perjajanjian Lama tetapi langsung ditujukan kepada orang farisi itu. Bagi Yesus orang farisi itu bertanya, karena mereka ingin menceraikan istri mereka tetapi dengan cara mencari-cari dan mencuri-curi alasan. Kepada mereka pun Yesus menegaskan bahwa Perceraian adalah gambaran ketegaran hati manusia. Kata Yesus berkata kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu, Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian”. Pesan injil ini tegas dan jelas bagi kita, bagi kelaurga Kristiani, dan terutama bagi paket JOIN bahwa keinginan, niat, rencana untuk meninggalkan pasangan dengan mencari-cari, apalagi mencuri-ciri, merekayasa alasan seperti orang farisi tidak akan pernah dibenarkan di hadapan Tuhan. Niat-niat seperti itu adalah gambaran Ketegaran hati, gambaran ketidaktaan, bentuk ketidaksetiaan, model pengkhianatan terhadap janji yang telah diucapkan. Mungkin pernyataan saya ini penting untk diinga: Sebuah janji, ikrar, sumpah yang diucapkan atas nama Tuhan melahirkan seribu mata pedang. Sekali orang mengingkarinya, seribu mata pedang itu akan mengiris jiwanya, tetapi selama orang setia pada janjinya ia akan dikawal seribu pasukan berpedang untuk melawan musuh yang membongkar semangat kasih dan kesetiaan itu.

Kedua mempelai Joel dan Irin, Paket JOIN milik Anda berdua diresmikan hari ini dan didukung oleh dua rumpun keluarga besar. Paket Anda bukanlah paket jabatan politik yang hanya bertahan sejauh rakyat mempercayai Anda. Paket Anda bukan paket politik, bukan paket bupati/walikota hasil pilkada. Paket Anda diverifikasi bukan oleh partai politik. Paket Anda didukung oleh partai Tunggal yakni partai Kasih. Apa konsekuensinya? Paket Anda bukan untuk masa dan periode lima tahun saja tetapi paket yang kekal sampai mati. Anda berdua memasuki jabatan Kehidupan, bukan jabatan politik. Karena itu cara kerja, cara hidup, cara pandang yang bernuansa politis harus dijauhkan dari kehidupan suami istri. Suami bukanlah lawan politik istri atau sebaliknya istri bukanlah lawan politiknya suami. Kalau keluarga dijadikan sebagai arena politik maka setiap hari orang akan berbenturan dengan kepentingannya. Hari ini Anda berdua menjadi satu paket Abadi yang dikukuhkan Allah sendiri dan Anda telah menjadi Satu dan Cuma Satu. Joel yang satu dan Cuma satu hanya untuk Irin yang Satu dan Cuma satu. Irin yang satu dan Cuma satu hanya untuk Joel yang satu dan Cuma satu. Mengakhiri renungan ini saya bacakan sepenggal puisi yang kutulis khusus buat paket JOIN.


“JOIN CUMA SATU”

Jika JOIN ingin melepas rindumu
angkatlah matamu ke langit biru
Di sanalah JOIN akan bertemu
karena angkasamu cuma satu
padanya JOIN gantungkan cita dan cinta yang satu

Kalau JOIN ingin memekarkan kenanganmu
tataptlah bulan purnama di jagat raya
karena bulanmu tunggal adanya
dialah saksimu yang satu dan setia
tatkala JOIN menjalin mimpi bersama

Kalau JOIN ingin membaca kisah-kisahmu
rangkullah bumi di bawah kakimu
karena pada bumi yang satu
awetlah rekaman kebersamaanmu

tetapi
bila JOIN ingin menulis sejarah bersama
pandanglah tapak-tapak Tuhan dalam semesta
karena seluruh hidupmu terpahat abadi di sana

Proficiat dan selamat berbahagia semoga Paket JOIN satu untuk selamanya. Tuhan memberkati. Amin



Sunday, June 9, 2013

MINGGU BIASA X THN C2

HARI MINGGU BIASA X Th.C/2 9 Juni 2013
1Raj 17:17 24; Gal 1:11 19; Luk 7:11 17
Paroki Lawang


Buka
Hari ini Tuhan melalui Firman-Nya menampilkan sederetan kisah kebaikan Tuhan untuk manusia. Mukjizat yang digambarkan dalam bacaan hari ini mau menengaskan kepada kita betapa Tuhan peduli terhadap nasih hidup dan kehidupan manusia. Kalau Tuhan sudah peduli terhadap nasib hidup dan kehodupan kita, maka sebagai pengikut Kristus kita dituntut untuk peduli terhadap masalah dan kebutuhan sesama kita. Dalam kenyataan munkgin kita sering menutup mata, menutup telinga, menutup hati, terhadap masalah sesama bahkan menjauh dari sesama yang bermasalah. Kita memohon pengampunan Tuhan seraya memohon kekuatan agar kita belajar pada Yesus yang memiliki Hati yang berbelas kasih.

Renungan
Gerak, bergerak, gerakan adalah bahasa kehidupan. Makhluk dikatakan hidup kalau dia bisa bergerak. Mati, kematian adalah gambaran kondisi atau keadaan tanpa gerakan. Tidak bisa bergerak adalah tanda kematian. Firman Tuhan dalam tiga bacaan hari ini berkaitan dengan dua dimensi pokok kehidupan kita. Hidup dan mati, merupakan dua kenyataan yang mewarnai ziarah hidup kita manusia. Ketika menyadari bahwa kita hidup, sesungguhnya kita mengamini kematian kita. Sebaliknya, ketika kita membayangkan kematian kita sesungguhnya kita menyadari diri sebagai sesuatu yang hidup. Hidup dan mati merupakan dua titik yang dilalui setiap makhluk hidup. Meskipun manusia mengalami nasib seperti hewan dan tumbuhan kehidupan dan kematian kita manusia jelas berbeda dengan hidup dan kematian hewan dan tumbuhan. Kehidupan dan kematian manusia sebagai cintra Allah adalah kehidupan dan kematian yang pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sebagai asal dan sekaligus tujuan hidup manusia.

Tuntutan akan adanya pertanggungjawaban kita akan hidup dan kehidupan sebagai citra Allah pada titik akhir mengharuskan kita memaknai dan memberi arti pada kehidupan kita. Ketiga bacaan hari ini mau menyadarkan sekaligus mengingatkan kita bahwa kehidupan kita akan berakhir, kehidupan kita ini hanyalah sementara. Kesadaran akan kesementaraan hidup seperti ini, harus ada dan mewarnai cara hidup kita. Bahwa kematian akan menjemput itu pasti tetapi yang kita inginkan adalah kematian secara baik. Kerinduan dan dambaan setiap orang akan kematian secara baik hanya bisa dicapai melalui cara hidup yang baik. Kematian yang baik adalah buah dari kehidupan yang baik. Santu Agustinus pernah berkata: Barang siapa yang hidup baik akan mengalami kematian yang baik tetapi siapa yang menjalani kehidupan secara buruk jangan pernah mengharapkan kematian yang baik.

Kesadaran akan cara hidup yang buruk seperti ini diungkapkan seorang ibu kost tempat Elia menumpang dalam bacaan pertama. Ibu kost itu menyadari bahwa Elia adalah utusan Allah yang singgah dan menginap di rumahnya. Saat Elia menetap di sana putri sang ibu kost sakit lalu mati. Kematian sang putri itu menyadarkan sang ibu akan kesalahannya dalam hidup. Kesadaran itu muncul dalam pertanyaannya untuk Elia: Apakah engkau menumpang di rumahku untuk mengingatkan kesalahanku dan menyebabkan kematian putriku? Elia meneruskan pertanyaan itu kepada Yahwe yang mengutusnya sekaligus berdoa agar Tuhan menunjukkan kuasa membangkitkan putri yang meninggal itu. Doa dan harapan sang Ibu yang diteruskan Elia mendapat jawaban dari Yahwe sehingga sang putri hidup kembali. Peristiwa dramatis itu berakhir dengan pengakuan sang ibu akan kuasa dan kebenaran Firman Tuhan yang disampaikan nabi.

Mukjizat yang dilakukan Elia dalam bacaan pertama dimaksudkan agar orang yang mendengarkan dan menyaksikan peristiwa itu termasuk sang ibu yang menyadari kesalahan yang dialkukan sebelumnya yakin bahwa Tuhan berkuasa atas kehidupan dan kematian. Kesadaran itu harus diwartakan terutama kebenaran bahwa Allah itu bukan Allah orang Mati melainkan Allah orang hidup. Pewartaaan tentang kuasa Tuhan seperti ini secara nyata terjadi dalam pewartaan Paulus. Dalam suratnya kepada Jemaat Galatia hari ini Paulus menegaskan kepada kita tentang bagaimana Allah menjadikan Paulus sebagai pewarta Firman Tuhan kepada segala bangsa. Paulus sungguh yakin bahwa Allah telah menyatakan sang Putra kepadanya dan sang Putra itulah yang diwartakannya kepada segala bangsa.

Bagi Paulus apa yang diwartakannya adalah benar. Baginya berita gembira yang disebarkannya bukanlah berita bohong. “Injil yang kuberitakan bukanlan injil manusia dan ajaran buatan manusia melainkan injil dan ajaran yang diterima dari Yesus sendiri”. Dengan kata lain, kata-kata dan tindakan Paulus adalah kata-kata dan tindakan atas nama Tuhan yang menggunakan dirinya. Pengalaman pertobatan diri Paulus telah menjadi pemicu dan pemacu semangat pewartaannya kepada segala bangsa. Dalam bacaan pertama mukjizat yang dilakukan Elia membangkitkan iman seorang ibu, dan dalam bacaan kedua Mukjizat yang dialami Paulus telah menggerakkan dan menjiwai seluruh dinamika pewartaannya di berbagai tempat dengan segala situasinya.

Kalau kita mencermati pelbagai kisah tentang mukjizat di dalam kitab suci baik yang terjadi dalam perjanjian lama maupun yang terjadi dalam perjanjilan baru seperti yang dikisahkan dalam bacaan-bacaan hari ini pada dasarnya mau menegaskan kepada kita tentang peran, keterlibatan, intervensi Allah terhadap situasi manusia. Mukjizat dihadirkan Allah dalam situasi kekinian dan kesinian (kini dan di sini) yang dialami manusia. Itu artinya, setiap mukjizat selalu terikat pada konteks situasi dan kehidupan manusia. Karena itu logis dan masuk akal setiap mukjizat itu membawa makna dan pesan bagi kehidupan manusia. Dalam bimbingan kuasa Roh Kudus kisah mukjizat yang telah tertulis dalam konteks tertentu itu tetap memberi inspirasi dan pesan bagi kehidupan manusia sepanjang zaman. Sebagai orang beriman kita sungguh yakin bahwa Firman Tuhan yang telah ditulis ribuan tahun lalu itu bukan sekadar kisah sejarah masa lampau. Lebih dari itu Firman Tuhan itu senantiasa terjelma secara baru dalam kehidupan orang beriman, dalam kehidupan kita. Firman Tuhan itu tidak pernah kedaluwarsa, tidak mengenal masa expire. Mengapa? Karena Roh Kudus senantiasa menyertai setiap orang untuk memaknai Firman itu sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhannya dalam hidup. Bagi setiap orang Firman Tuhan itu berbicara dan memberi pesan secara baru.

Keyakinan kita akan kuasa Roh Kudus yang menyertai setiap Firman Tuhan membuat kita sadar bahwa setiap kali kita membaca, merenungkan Firman Tuhan, di sana kita akan mendapatkan pesan untuk kehidupan kita. Penggalan Injil Lukas hari ini juga hadir dengan pelbagai pesan bermakna untuk kita. Teks injil ini termasuk teks yang unik dan spesial karena hanya Lukas yang mencatat peristiwa menghidupkan orang mati dan mencatan lokasinya di kota Nain. Kalau kita membaca peta tanah suci kita akan temukan kota Nain itu terletak di Wilayah Galiea Selatan dekat dengan perbatasan Samaria. Dua tahun lalu setelah saya merayakan misa di Gereja Kana bersama rombongan peziarah kami bergerak arah selatan ke kota Nasareth dan masuk ke Basilika Kabar Gembira tempat Maria menerima Kabar Malaikat dan dari sana terus ke selatan agak ke timur kami tiba di tempat yang nama Nain persis di lokasi Yesus menghidupan Purta Nain dalam injil tadi. Nain berada di bagian paling selatan Galilea dan untuk ke sana Yesus datang dari Kafernaum yang terletak bagian utara danau Galiea. Kafernaum menjadi kampung Yesus dan di Kafernaum itu ada gereja delapan Sabda Bahagia, gereja pengangkatn Petrus, dan Gereja Perbanyakan Roti.

Nama Nain menurut pemandu yang membawa kami ke sana berarti “padang rumput hijau” atau tempat yang “menyenangkan”. Kisah yang disuguhkan injil menggambarkan bahwa di dekat pintu gerbang Nain ditampilkan situasi yang sungguh berlawanan dengan arti nama itu. Saat YESUS berada di dekat pintu gerbang kota Nain, terjadi sesuatu yang menyedihkan karena putra tungal seorang janda mati dan diusung ke luar. Dilihat dari banyaknya orang yang mengiringi janda, dapat disimpulkan janda ini adalah seorang yang baik hati dan disayangi tetangga maupun penduduk kota Nain. Di dekat gerbang kota Nain itu terjadi pertemuan dua rombongan besar manusia. Rombongan pertama yang keluar dari kota mengusung orang mati dan rombongan kedua yaitu rombongan yang menyertai Yesus yang bergerak hendak memasuki kota.

Perjumpaan dua rombongan manusia dengan arah tujuan yang berlawanan itu telah menjadikan gerbang kota itu menjadi tempat penting. Gerbang Nain menjadi monumen peringatan pernyataan kasih Allah untuk manusia. Gerbang Nain menjadi tugu peringatan Kasih Allah yang menyelematkan. Di gerbang Nain ada perjumpaan aneka rasa yang membaur. Yang mau masuk kota ingin mendapatkan kegembiraan dan kesenangan sedangkan yang keluar kota justru mengusung duka karena sedang mengusung jenazah. Di antara benturan rasa yang bertentangan itu Yesus menyatakan perasaan-Nya. Untuk itu Yesus melakukan serentetan tindakan yang penting untuk kita maknai dan renungkan. Tindakan penting itu terlihat pada ayat yang berbunyi: Dan ketika TUHAN melihat janda itu, tergeraklah hati-NYA oleh belas kasihan, lalu IA berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya dan berkata: Hai Anak Muda bangkitlah!”. Dalam ayat ini kita temukan tujuh kata kerja penting yaitu melihat, tergerak, berkata, menangis, menghampiri, menyentuh, bangkit.

Melihat. Hal yang pertama dilakukan Yesus adalah melihat sang janda. Melihat di sini berarti mengamati dalam rangka memahami perasaan sang janda. Ketepatan pengamatan dan pengelihatan Yesus terhadap janda itu menentukan reaksi dan sikap Yesus. Pengelihatan dan pengamatan Yesus adalah memahami secara benar perasaan sang janda. Tanggapan yang tepat dan sesuai terhadap sesuatu masalah sangat ditentukan kualitas pengamatan dan pemahaman akan masalah. Di sini Yesus mau mengajarkan kita bahwa untuk dapat memberikan tanggapan yang tepat terhadap setiap persoalan kita harus bisa melihat secara tepat dan jernih.

Gerak dan Ketergerakan Hati. Setelah Yesus memahami masalah yang menimpa sang janda yang dilihat dan diamati-Nya hati Yesus tergerak oleh peraaan belas kasihan. Tergerak di sini merujuk pada sikap yang spontan memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi. Hati Yesus tergerak melihat keadaan janda itu, mau mengajarkan kita secepatnya memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi sesama. Dengan kata lain Yesus mengajak kita untuk tanggap dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dasar sikap tanggap itu bukan karena ada pertimbangan lain selain rasa belas kasih. Hati Yesus tergerak karena belas kasihan terhadap sang janda Nain. Berbelaskasihan bukan sekadar simpati tetapi harus sampai pada sikap empati tanpa syarat.

Berkata berkomunikasi. Bagi Yesus masalah Janda Nain itu tidak cukup hanya dengan melihatnya lalu bersikap empati. Bagi Yesus komunikasi verbal dengan kata-kata menjadi penting dalam mengatasi masalah dalam kehidupan. Berkomunikasi untuk mengatasi masalah mengharuskan orang memilih kata yang tepat. Pilihan kata Yesus untuk sang janda sangat tepat yaitu Jangan menangis.

Menangis adalah bahasa universal pengungkap rasa. Janda Nain menangis kesedihan atas kematian putra tunggalnya. Yesus melarang janda itu menangis bukan karena menangis itu buruk, Buktinya Yesus sendiri juga menangisi kematian Lazarus. Lalu mengapa Yesus melarang janda itu menangis? Jawabannya karena air mata membuat pandangan seseorang menjadi kabur, tidak jernih melihat objek. Yesus melarang janda itu menangis dengan tujuan agar dia bisa melihat orang di hadapannya secara benar. Tangisan dan air mata, bisa mengaburkan mata orang untuk melihat Tuhan. Kita, baca pengalaman Maria Magdalena yang menangis di makam Yesus setelah kebangkitan. Ketika dia menangis dia tidak mengenal Yesus yang bangkit, tetapi begitu Yesus meintanya jangan menangis Maria Magdalena mengenal Yesus. Kata-kata larangan menangis ini disampaikan Yesus untuk mengingatkan setiap orang beriman agar dalam menghadapi persoalan hidup kita harus memandang Tuhan dalam pandangan jernih.

Menghampiri, usaha untuk semakin dekat. Yesus yang berpapasan dengan rombongan pengusung jenazah setelah memahami perasaan sang janda berusha untuk mendkati pengusung jenazah. Peti jenazah itu menjadi bagi sang janda. Yesus yang berbelaskasih berusaha mendekati masalah sebelum mengatasi malasah. Tindakan Yesus ini juga menjadi ajakan bagi kita pengikutnya untuk melihat masalah dari dekat sehingga pemcahannya tepat. Hanya orang yang tahu masalah akam mampu mengatasi masalah.

Menyentuhnya melibatkan diri dengan risiko. Yesus bukan hanya mendekati masalah menghampir usungan tetapi lebih dari itu Ia menyentuh peti jenazah. Niat hati Yesus untuk mengatasi masalah sang janda tidak cukup dengan melihat, dengan kata-kata tetapi harus diwujudkan dalam tindakan. Yesus menyentuh berarti Yesus sungguh melibatkan diri dalam masalah itu saebelum mengatasinya. Yesus menyentuh peti jenazah adalah tindakan dengan risiko besar. Dalam adat Yahudi yang menyntuh jenazah dianggap najis selama tujuh hari. Niat dan belaskasih Yesus mengalahkan hukum adat itu dan justru sentuhan Yesus yang diserati dengan kata-kata yang penuh kuasa membangkitkan pemuda Nain itu. Bangkitlah Rentetan tindakan Yesus menghasilkan mukjizat besar sekaligus mengatasi masalah sang janda Nain.

Sebagai pengikut Kristus kita bisa menjadi kelompok yang bergabung dengan Janda Nain keluar kota sambil menangis mengusung masalah kehidupan kita. Kita juga kita menjadi kelompok yang tergabung dengan Yesus yang memaski kota. Jika saat ini kita masuk kelompok janda Nain yang keluar kota dengan masalah kita apa beban hidup yang kita usung supaya bisa ditasai Yesus yang kita jumpai dalam hidup kita? Seandainya saat ini kita menjadi salah seorang yang mamasuki kota Nain boleh jadi kita akan menjumpai begitu banyak orang yang mengalami nasib seperti janda Nain menghadapi masalah kematian anaknya. Untuk zaman kita ada banyak janda Nain dan ada banyak kematian yang dihadapi. Keluarga-keluarga Kristen yang terbelit dan terlilit dalam pelbagai macam masalah adalah janda-Janda Nain zaman kita. Kehidupan yang jauh dari hukum Tuhan adalah jenis kematian zaman kita. Semoga kita belajar meringankan penderitaan sesama seperti yang ditunjukkan Yesus kepada Janda di Kota Nain. Tuhan memberkati kita. Amin



Claket, 9 Juni 2013

Saturday, June 1, 2013

PESTA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

Pesta Tubuh dan Darah Kristus 2 Juni 2013
Kej.14,18-20; 1Kor.11,23-26; Luk.9,11b-17
Gereja Paroki Maria Diangkat ke Surga Leli, Malang


Buka

Perayaan Ekaristi itu adalah perayaan perjumpaan kita dengan Tuhan yang telah memberikan diri dan hidup-Nya untuk kita. Perayaan Ekaristi adalah perayaan kerelaan Tuhan untuk berbagi kepada kita manusia. Yesus memberi tubuh dan darah-Nya agar kita belajar memberikan diri kita untuk kepentingan banyak orang. Panggilan kemuridan kita dalam konteks injil hari ini boleh dikatakan sebagai panggilan untuk menjadi sepotong roti atau seekor ikan yang siap digandakan dan dibagikan kepada orang lain. Kita bersoa memohonkan rahmat Tuhan agar kekuatan Tubuh dan Darah-Nya yang diberikan kepada kita dan yang kita terima membantu kita untuk belajar memberi. Sekian sering kita lebih banyak menunggu menerima dan enggan untuk berinisiatif meberi dan berbagi. Itulah kelemahan yang harus kita akui pada awal perayaan misa hari raya Tubuh dan Darah Kristus ini.


Renungan
Kalau kita mencermati kehidupan kita, maka tampak jelas bagi kita bahwa dari dahulu sampai sekarang, bahkan sampai kapun pun manusia selalu sibuk melakukan segala sesuatu. Kesibukan itulah yang membuat ruas-ruas jalan macet, pasar-pasar ramai, supermaket dan pusat-pusat perbelanjaan penuh dengan manusia. Manusia tampaknya selalu bergerak di mana-mana dan bergerak ke mana-mana. Andaikan kita renungan sejenak segala macam kesibukan itu, maka kita akan menemukan alasan yang paling utama dari segala macam kesibukan manusia. Tampaknya ada bagian tubuh kita manusia yang memaksa kita untuk terus sibuk dan sibuk terus. Bagian mana dari tubuh manusia yang membuat kita harus sibuk dari waktu ke waktu bahkan sepanjang waktu? Tanpa kita sadari ternyata pikiran dan otak kita bukan lagi yang mengendalikan kesibukan kita. Bagian tubuh manusia yang mengendalikan kesibukan adalah perut kita. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan makan minum tampaknya menjadi asalan utama dan pertama untuk setiap model kesibukan kita manusia.

Orang sibuk di mana-mana dan sibuk ke mana-mana pada akhirnya kalau ditanya mengapa sibuk jawabannya adalah untuk mempertahankan hidup. Upaya mempertahankan hidup untuk manusia pasti merujuk pada pemenuhan kebutuhan perut berkaitan dengan makan minum. Dengan ini jelaslah bagi kita bahwa orang sibuk untuk mendapatkan makan minum, juga jelas bagi kita orang tidak mungkin bisa sibuk tanpa makan minum. Jadi, logika kehidupan manusia bisa dirumuksan demikian: sibuk untuk mendapatkan makan minum dan makan minim untuk menjalankan kesibukan. Sederhananya, orang bisa bekerja supaya mendapatkan makanan dan dengan makanan orang bisa bekerja dengan baik. Dari jalan pikiran seperti ini juga menjadi jelas bagi kita bahwa makanan adalah kehidupan. Tanda orang hidup adalah membutuhkan makanan. Kehidupan ditentukan oleh jenis makanan. Lama atau singkatnya kehidupan seseorang juga ditentukan oleh jenis makanan dan minuman. Diet dan menu makanan itu hanya untuk orang yang masih hidup dan ditentukan dalam rangka mempertahankan dan memperpanjang kehidupan. Dan, kenyataan hidup setiap hari membuktikan kepada kita bahwa dalam pelbagai jenis kegiatan biaya yang paling besar biasanya berkaitan dengan perkara makan minim.

Firman Tuhan yang diperdengarkan untuk kita dalam bacaan hari ini memang tidak secara langsung berbicara tentang pesta yang dilengkapi acara makan minum. Bacaan hari ini mempersoalkan makan minum bukan dalam konteks pesta melainkan makan minum dalam konteks misi perutusan atau misi pewartaan tentang keterlibatan Allah pada dimensi yang paling hakiki dari kehidupan manusia. Perbedaaan konteks inilah yang memungkinkan wacana makan minum itu dibahasakan secara metaforik dalam simbol makan minum yang biasa Dalam konteks kehidupan masyarakat Yahudi. Roti dan anggur yang diwacanakan dalam bacaan-bacaan hari ini mengacu pada konsep makan minum. Melalui bacaan pertama, kita mendengarkan kisah bagaimana Imam Melkisedekh mempersembahkan roti dan anggur sekaligus memberkati Abram. Kisah itu membuktikan secara meyakinkan bahwa Abram dihidupi, dibekali, disemangati, ditenagai kembali oleh kekuatan makanan yang dipersembahkan imam agung Melkisedekh. Tindakan imam Melkisedekh ini membawa konsekuensi yang luar biasa pada dan kehidupan diri Abram. Abram yang dihidupi dan dijamin Allah harus membalas kebaikan keramahtamahan serta kemurahan hati Imam Melkisedekh itu dengan menyerahkan sebagian rampasan dan jarahan kepada imam agung itu.

Perkara makan minum dalam pengertian yang metaforik seperti ini dipertegas lagi dalam pewartaan Santu Paulus dalam Suratnya kepada jemaat Korintus tadi. Paulus mengangkat salah satu segmen kisah perihal aneka peruabahan dan pengalaman pribadinya. Paulus secara pribadi telah mengalami betapa Tuhan telah menghidupinya secara spiritual dalam episode pertobatannya. Pengalaman pribadi itulah yang Paulus teruskan kepada para pengikut Kristus. Karena itu, secara amat drmatis Paulus berkata: Saudara-saudara, apa yang telah kuterima dari Tuhan, kuteruskan kepadamu. Apa yang mau diteruskan Paulus itu? Hal yang mau diteruskan Paulus adalah pengalaman puncak perutusan Putra manusia yang memberi kehidupannya untuk manusia. Memberikan kehidupan bukan lagi dalam pengertian metaforik tetapi memberikan dirinya, tubuh dan darahnya untuk menjamin kelangsungan hidup dan perjuangan manusia. Paulus melandaskan pewartaannya itu dengan menukil episode puncak penyerahan diri Yesus. Ia mengangkat dan mewacanakan kembali segmen kisah perjamuan malam terakhir. Bagi Paulus, segmen puncak penyerahan diri Yesus haruslah menjadi kenangan abadi untuk semua orang yang percaya. Logika berpikir Paulus sederhana saja. Mau mengingat Tuhan berarti harus melaksanakan semua pesannya. Dimensi memorial atau dimensi peringatan akan Tuhan harus dan mesti mewarnai praktik hidup manusia yang rela berbagi tanpa merasa cemas akan kekurangan, rela memberi tanpa merasa cemas akan kehabisan. Memberi tanpa takut akan merasa kurang dan berbagi tanpa takut akan kehabisan adalah cara berbagi dan cara memberi yang harus menjiwai tindakan pemberian manusia. Model berbagi dan model memberi yang Yesus tunjukanadalah model yang mesti dan harus dilanjutkan para pengikut-Nya.

Kerelaan berbagi tanpa merasa kekurangan atau memberi tanpa merasa kehabisan adalah berita besar sekaligus menjadi tugas mulia untuk semua orang yang percaya. Santo Lukas dalam penggalan injil hari ini pada dasarnya mewacanakan suatu konsep yang berkaitan dengan urusan bagi membagi makanan. Perikop injil hari ini secara tegas menyatakan efek yang luar biasa dari tindakan berbagi itu. Ada kondisi yang menyenangkan atau menggembirakan sebagai puncak yang menggambarkan buah dari tindakan memberi dan bergai itu. Merasa kenyang adalah kondisi yang secara analogis mengacu pada keadaan kehidupan seseroang yang berkelimpahan dan berkecukupan. Kenyang adalah bahasa kehidupan karena dalam kondisi kenyang orang bergembira dan memungkinkannya untuk melakukan sesuatu.

Kondisi kenyang sebagai tanda kelimpahan dan kecukupan adalah keadaan yang dibangun atau dirajut oleh aneka tindakan sebelumnya. Kenyang itu adalah keadaan atau kondisi sesaat yang didahului dengan aneka hal sebagai prakondisi. Ribuan orang kenyang seperti yang dinarasikan Lukas dalam injil hari ini, hanyalah satu titik yang dihasilkan dari sederetan aktivitas dan sikap Yesus yang berinteraksi dengan para murid-Nya serta bersama ribuan orang yang mau mendengarkan pewartaan-Nya. Pewartaaan Yesus tergolong sukses luar biasa. Buktinya dalam tempo singkat ribuan orang telah mengikuti Dia. Andaikan waktu itu ada isu tentang pemilihan bupati atau walikota dan Yesus ikut sebagai calon independen, tentu Yesus akan keluar sebagai pemenang tunggal karena lima ribu orang pasti memilih-Nya.

Merasa kenyang biasanya terjadi kalau orang telah mendapat banyak dan makan banyak. Logislah rasanya kalau banyak orang yang kenyang itu artinya persediaaan makanan itu pasti banyak. kalau persediaaanya banyak maka logis pula kalau orang berpikir pasti seksi konsumsi itu banyak orang. Apa yang digambarkan dalam penggalan injil hari ini justru bertolak belakang dengan logika kehidupan biasa. Banyak orang kenyang dalam logika Yesus bukan terutama karena banyaknya persediaan makanan yang membuat orang kenyang. Jumlah atau takaran kuantitatif bagi Yesus bukanlah hal paling penting yang memungkinkan orang kenyang. Hal pokok yang membuat orang merasa kenyang dalam konteks pewartaan Yesus adalah sikap yang rela memberi untuk berbagi dengan orang lain. Sikap yang rela memberi dan mau berbagi dengan orang lain akan membawa dampak yang luar biasa kepada orang yang menerimanya. Kerelaaan berbagi dengan senang hati itulah yang menjadi resep atau kata kunci yang membuat ribuan orang merasa kenyang setelah menerima pembagian roti.

Mukjizat perbanyakan roti dalam injil tadi diajalin dari sederetan sikap rela memberi. Ketika hari sudah malam para murid meminta Yesus supaya segera menyuruh ribuan orang itu pergi mencari penginapan dan makan masing-masing. Mendengar itu, dalam hati Yesus muncul rasa dan keinginan untuk memberi tumpangan dan makanan kepada ribuan orang itu. Hal itu nyata dalam jawaban Yesus katanya: Tidak, tidak perlu mereka disuruh pergi karena kamu harus memberi mereka makan. Yesus menekankan aspek dan kata memberi. Pada saat seperti itu, pikiran dan hati para murid justru tertutup rapat karena mereka membayangkan kesulitan memberi makanan kepada ribuan orang. Dalam kondisi serba terbatas dan kekurangan manusia biasanya cenderung ingat diri. Saat itu kerelaan memberi itu hilang dari para murid.karena mereka masih terikat pada perhitungan matematis, tentang jumlah orang yang harus diberi makanan. Dalam proses itu terjadi kejutan pada diri para murid. Dalam nada datar dan pesimis para murid berkata: yang ada pada kami paling-paling 5 roti dan 2 ekor ikan. Kata-kata para murid itu adalah bahasa putus asa dan sering terjadi dalam hidup kita manusia. Dalam kondisi seperti itu hendak mengajarkan dan menunjukkan kepada mereka cara memberi yang membuat pemberian tidak akan kehabisan. Hal itu memang terbukti luar biasa. Lima roti dan dua ekor ikan yang dalam pandangan manusia itu tidak ada artinya justru bagi Yesus sangat berarti. Roti dan ikan yang terbatas itu dilipagandakan hanya kalau orang membaginya secara tulus dan dalam kerelaaan. Pertama Yesus memberikan roti itu dengan senang hati tanpa merasa kurang kepada para murid. Pengalaman menerima pemberian Yesus yang demikian simpatik itu memberi inspirasi kepada para murid untuk berlaku dan bertindak secara sama kepada siapa saja mereka memberikan roti itu. Semua murid membagi dengan rela tanpa merasa kurang. Situasi seperti itulah yang menguasai ribuan orang untuk membagi, memberi roti itu kepada satu sama lain. Sikap itulah yang menjadikan roti dan ikan itu selalu cukup bahkan berkelebihan. Telapak dan genggaman tangan Yesus yang terbuka secara penuh saat memberi roti kepada para murid untuk dibagikan mengjarkan para murid untuk memberi dengan cara yang sama. Telapak tangan dan para murid yang terbuka saat membagikan roti kepada orang lain memungkinkan mereka menerima lebih banyak lagi dari Tuhan. Saat berziarah ke Israel tahun lalu saya juga sempat berdoa di gereja perbanyakan Roti tadi. Di dalam gereja itu ada tempat yang dipagar dan Tulisan Mensa Christi (Meja Kristus). Tempat itu merupakan tempat lima roti dan dua ikan diletakan sebelum dibagikan. Gereja ituberdekatan dengan gereja delapan Sabda bahagia dan gereja Pengangkatan Petrus menjadi gembali. Tempat itu berada di sebelah utara danau Galiea dan jaraknya 3 km dari kota Kafernaum.

Hari ini kita merayakan Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Mengapa harus ada pesta seperti ini? Jawabannya, karena jiwa manusia membutuhkan makanan sebagaimana halnya badan dan fisik kita. Kalau kebutuhan fisk, tubuh jasmani kita dihidupi oleh makanan jasmani, maka jiwa kita membutuhkan makanan rohani yang secara simbolik hadir dalam ekaristi dalamnya kita menyambut tubuh dan darah Kristus. Yesus membagi dan memberi bukan sebatas kebutuhan fisik jasmani kita, melainkan memberi dan membagikan diri-Nya sendiri yang diimani hadir secara sakramental. Kalau dalam kisah perbanyakan Roti Yesus memberi roti dan ikan untuk kebutuhan fisik maka dalam pesta tubuh dan Darahnya hari ini atau dalam Ekaristi Yesus memberi dirinya secara penuh kepada kita yang mengimani dan mengamini-Nya.

Apa balasan kita, balasan Anda semua dan balasan saya terhadap kasih dan kebaikan Tuhan yang memberi hidup dan diri-Nya untuk kita? Jawabannya yang mungkin tepat untuk kita adalah belajar untuk memberi dalam kerelaan dan ketulusan. Tuhan sudah membekali kita semua dengan roti dan ikan dalam pelbagai bentuk talenta dan karunia dengan harapan agar kita bisa membagikannya kepada orang lain. Roti dan ikan kita adalah bakat-bakat kita, ilmu-ilmu kita, kebaikan-kebaikan kita, kelebihan kita. Semuanya itu akan terasa kurang jika kita gunakannya untuk diri kita sendiri. Semuanaya tidak akan berkembang kalau tetap berada dalam kepalan dan gengaman tangan kita.

Seorang Bapa namanya Pak Pelit. Suatu pagi ia melintas di bagian belakang rumah tetangganya. Pak Pelit tiba-tiba menghilang dan ternyata ia jatuh terjerumus ke dalam lubang sampah milik tetangga. Lubang sampah itu cukup dalam. Beberapa orang yang lewat di sana ingin menolong Pak Pelit. Tiga orang pertama meminta Pak Pelit untuk memberikan tangannya agar bisa ditarik keluar. Ayo, Pak BERI tanganmu biar kami menarikmu keluar. Pak Pelit tidak menanggapinya. Kemudian datang orang keempat. Ayo, Pak TERIMA tanganku biar aku manrikmu keluar. Pak Pelit menerima tangan orang itu dan ia berhasil ditarik dari lubang sampah. Ketiga orang sebelumnya heran mengapa Pak Pelit baru bereaksi kepada orang terakhir. Orang keempat itu menjalaskan. Anda bertiga salah memberi perintah kepada Pak Pelit. Anda meminta dia MEMBERI TANGAN KEPADAMU. Anda mesti tahu Pak Pelit itu seorang yang sulit MEMBERI. Karena itu dia tidak rela memberikan tangannya. Saya berhasil karena saya meminta Pak Pelit untuk MENERIMA dan itu cocok dengan sifatnya yang hanya mau MENERIMA.

Mukjizat perbanyakan Roti dalam injil tadi adalah mukjizat berkaitan dengan cara memberi. Bukan soal cara menerima. Yesus telah memberikan seluruh diri dan hidupnya untuk kita sebagai mukjizat tergaung dan termulia yang kita imani. Dia telah memberikan Tubuh dan Darah-Nya dalam ekaristi yang kita rayakan. Tujuannya agar kita belajar untuk memberi dari apa yang Tuhan berikan kepada kita melalui tugas panggilan kita. Sebagai pengikut Kristus hari ini dan di sini kita mendapat perintah dan amanat dari Yesus. Perintah Yesus singkat dan jelas: “KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN”. Sebagai orang beriman yang telah menerima Tubuh dan Darah Tuhan kita dipanggil untuk belajar dan menjadikan diri dan hidup kita sebagai pemberian kepada orang lain. Jika semangat itu ada dalam diri dan hidup kita… maka yakinlah hari ini, besok ,dan sepanjang hidup kita akan menjadi rentetan mukjizat memungkinkan semakin banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan. Marilah kita terus belajar untuk memberi dan Tuhan memberkati kita… Amin



cLaKeT, 21 Malang 2 Juni 2013
Rm. Bone Rampung, Pr