Saturday, June 13, 2015

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-11 THN.B

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XI THN B1
Yeh 17:22‑242Kor 5:6‑10Mrk 4:26‑34
Paroki Kristus Raja Mbaumuku
==========================================

Buka
Hari ini Yesus menerangkan kekuatan 'Kerajaan Allah' melalui perumpamaan tentang tanaman. Yesus menerangkan bagaimana iman itu tumbuh berkembang dalam hidup kita. Pada mulanya sangat kecil bahkan mungkin tidak kelihatan, tetapi lambat laun iman itu akan berkembang yang akhirnya menghasilkan buah. Iman adalah proses seseorang mengenal Kristus sebagai juru selamat, bagaimana memahami kasihnya yang agung , memhami jalan-jalannya yang membebaskan. Beriman adalah proses menyerahkan diri kepada Tuhan untuk berbuahkan segaa hal baik dalam kehidupan nyata. Iman akan bertumbuh dan berkembang kalau dipelihara, disiram, dengan cara hidup yang benar. Damai dan sukacita adalah buah dari iman yang ada dan berkembang dalam kehidupan oang percaya.

Renungan
Saya yakin sebagian besar dari kita yang hadir ini pernah melihat atau memakan buah durian. Bagi yang tidak biasa durian itu pasti dijauhi karena baunya tak sedap. Bagi orang yang sudah biasa, bau kulit durian dikalahkan oleh enaknya isi durian itu. Itulah paradoks dan misteri durian berbau tetapi disukai orang. Sebelum orang membelah buah durian kita bisa menebak berapa jumlah biji yang ada di dalam sebuah durian. Bisa satu, dua, tiga, empat, dan paling tinggi 12. Tetapi tidak ada satupun dari antara kita yang bisa menembak berapa buah durian yang bisa dihasilkan dari satu biji durian jika ditanam, bertumbuh, dan berbuah. Hanya Tuhan yang bisa pastikan jumlah buah durian dari sebiji durian yang ditanam. Ketika kita mengupas kacang tanah kita bisa pastikan ada berapa biji di dalam satu kacang tanah itu, tetapi tidak seorang pun yang bisa menembak berapa jumlah kacang tanah yang dihasilkan kalau satu biji itu ditanam, dipeliharan dan berisi. Sekali lagi hanya Tuhan yang tahu pasti. Kita bisa deretkan contoh-contoh lain tetapi pada intinya mau dikatakan kepada kita bahwa setiap saat sebenarnya Tuhan melakukan mukjizat dan karya agung bagi kehidupan manusia. Setiap saat sesungguhnya Tuhan melakukan perkara besar dalam kehidupan kita agar kita mengimani Dia dan hidup menurut kehendak Tuhan.

Firman Tuhan yang menyapa kita melalui bacaan hari ini secara amat jelas menggambarkan betapa dasyatnya karya Tuhan itu. Melalui bacaan hari ini Tuhan mau menegaskan bahwa perkembangan Kerajaan Allah itu tidak kelihatan tetapi dahsyat dan luar biasa. Perkembangan kerajaan Allah itu diumpamakan dengan pertumbuhan sebatang pohon atau sebuah biji sesawi. Sampai saat ini banyak sekali tanaman unggul yang dihasilkan dari  rekasaya teknologi dan ilmu pengetahuan. Kita mengenal padi unggul, mangga unggul, kopi unggul, tomat unggul, jagung unggul, dan lain-lain. Keunggulan dari tanaman yang dihasilkan dalam rekayasa teknologi itu tidak akan diketahui unggul tanpa harus ditanam. Bibit-bit unggul itu memerlukan lahan. Padi unggul membutuhkan lahan atau sawah untuk membuktikan keunggulanya. Mangga ungggul membutuhkan lahan tempat mangga ditanam dan bertumbuh. Sampai saat ini belum ada temuan dan hasil rekayasa teknologi pertanian yang bisa menghasilkan padi unggul tanpa lahan. Keunggulan satu jenis bibit sangat ditentukan kondisi lahan dan tempat orang menamnya dan bahgaimana tanaman itu dipelihara dan dirawat. Keunggulan sebuah benih tanaman sangat bergantung pada kondisi lahan dan proses pemeliharaannya.  Tidak ada pohon atau tanaman yang langsung tumbuh tanpa ditanam. Tidak ada tanaman unggul yang ditanam menghasilkan buah buah yang banyak tanpa proses pemeliharaan yang baik. Hasil tanaman yang banyak mengandaikan orang memiliki lahan dan pernah menanam. Tidak ada pohon mangga atau biji jagung yang langsung tumbuh tanpa ditanam di tanah. Tidak ada petani padi atau jagung yang tanam langsung memanen. Normalnya dan biasanya ada pelu lahan, perlu waktu menanam, perlu waktu pemeliharaan dan akhirnya perlu waktu untuk memetik hasil. Itulah logika alam yang tidak mungkin dibolak-balik. Semua orang mengerti dan memahami itu secara alamiah. Kita manusia hanya tahu kalau kita menanam sesuatu di kebun atau di sawah atau dalam polibag, sesuatu itu dipelihara, dijaga dengan baik maka pada akhirnya kita akan memetik hasil yang berlimpah. Hasil selalu menjadi taget akhir dan semua mengharapkan agar hasilnya maksimal dan berlimpah.

Bacaan pertama dan Injil secara jelas menyampaikan kepada kita bahwa hasil yang didapatkan merupakan akibat dari tindakan sebelumnya. Nubuat Yehezkiel menegaskan bahwa untuk menghasilkan pohon aras yang tinggi dan kuat Tuhan sendiri melakukannya. Tuhan sendiri menanam pohon aras di atas sebuah gunung yang tinggi. Aku sendiri akan mengambil carang dari puncak pohon aras dan menanamnya di puncak gunung yang tinggi. Pohon itu menjadi pohon yang hebat dan menjadi tempat binatang berteduh dan dan burung bersarang. Dalam cara yang lain penginjil Markus menggambarkan bahwa biji pohon dan biji sesawi yang baik akan bertumbuh hanya kalau orang menanamnya pada lahan yang baik, memeliharanya dengan baik dan tekun. Menanam dan merawat, menabur dan memelihara adalah dua kata kunci, dua kata penting yang harus kita maknai dalam kehidupan kita sebagai pesan Tuhan hari ini untuk kita.

Tidak ada pohon atau tanaman yang langsung berbuah tanpa ditanam dan tak ada sesuatu yang ditanam mengasilkan buah tanpa pemeliharaan yang tekun dan setia. Firman Tuhan hari ini mewacanakan persoalan benih kerajaan Allah yang harus bertumbuh dan menghasilkan buah. Itu artinya harus ada lahan, harus ada aktivitas, harus ada mental yang tekun dan setia. Benih Kerajan Allah yang akan bertumbuh dan berkembang menghasilkan buah membutuhkan lahan baik, membutuhkan usaha yang tekun dan setia.

Adakah dari antara kita ini yang belum menerima benih unggul dari Tuhan? Tidak ada orang beriman yang tidak diberi benih unggul itu. Semua kita telah menerima benih kerajaan Allah itu ketika kita dibaptis. Diri kita sejak menerima pembaptisan sesunggguhnya telah menjadi lahan paling subur yang memungkinkan benih kerajaan Allah itu bertumbuh dan berkembang menjadi pohon yang menjadi tempat perteduhan dan perlindungan bagi apa saja dan siapa saja ibarat pohon rimbun tempat orang berteduh dan burung bersarang karena merasa nyaman. Kita harus berbangga karena kita telah menjadi lahan dan ladang Tuhan bagi bertumbuhnya benih kerajaan Allah yaitu iman. Iman yang ditanamkan di kedalam dan di dalam diri kita harus dipelihara, disuburkan, ditumbuhkembang dengan usaha yang tekun dan setia. Kita dituntut untuk bertumbuh dan berkembang dan menghasilkan buah-buah iman. 

Buah-buah iman itulah yang harus ditaburkan, ditanamkan kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Kita semua dituntut Tuhan untuk melakukan itu dalam cara dan bentuk yang cocok dan pas dengan tugas panggilan kita. Kita tidak perlu berpikir apa hasilnyda dan berapa besar hasilnya karena hasil dari apa yang kita tanam itu urusan Tuhan. Kitan hanya berkewajiban menabur, menanam dan memelihara benih iman dan Tuhan yang menentukan hasilnya.  Berhadapan dengan benih iman,benih firman Tuhan kita harus menjadi seorang penanam/penabur yang tekun dan setia, di hadapan benih dan firman Tuhan kita harus menjadi penyiram yang tekun dan setia agar iman dan benih kerajaan Allah itu terus berkembang. Kita dituntut untuk menjadi penanam dan penyiram benih kerajaan Allah yang kecil itu. Dalam cara dan porsi yang berbeda kita harus menjalankan peran agar benih kerajaan Allah itu bertumbuh dan berbuah dan bukanya mati dan kering di tangan kita. Kita dituntut untuk bekerja sama dan sama-sama bekerja memperluas kerajaan Allah tanpa mempersoalkan apa peran kita. 

Kita bisa menjadi penabur atau penanam, kita bisa juga menjadi penyiram dan pemelihara iman itu. Paulus mengingatkan kita akan peran kita dalam membesarkan benih kerajaan Allah ibarat ia mengingatkan pengikut Apolos dan pengikutnya yang bertengkar tentang siapa yang paling bersaja mewarkan Kristus yang bangkit apakah pengikut Apolos atau pengikut Paulus. Kepada umat di Korintus Paulus menegaskan "Siapakah Apolos? Siapakah Paulus? Mereka adalah pelayan‑pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing‑masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku yang menanam, Apolos menyiram, namun Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing‑masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Al­lah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah" (1Kor 3:5‑59).

Sekali lagi dalam perkataan Paulus ini ada tiga utama dan penting hal yang mau dikatakan yaitu ladang/lahan, menanam, dan meniram. Dalam perkataan Santu Paulus ini ada dua proses utama dalam per­tumbuhan atau perkembangan Kerajaan Allah. Pertama adalah proses menanam dan kedua adalah proses menyiram. Dua proses menanamMasih ada satu proses lain sebenarnya, yakni proses me dan menyiram adalah prasyarat utama sebelum proses proses memetik/memanen. Supaya bisa memetik, mesti juga menanam dan menyiram. Tanpa menanam dan menyiram, orang tidak bisa memetik. Demikian mau dikatakan bahwa setiap proses dari suatu pertumbuhan atau perkem­bangan sama nilainya, sama pentingnya, sama gunanya.

Kita semua telah menerima benih kerajaan Allah itu dalam bentuk iman kita. Kalau benih kerajaan Allah itu iman kita dan kita harus menanam dan menyiramnya artinya kita punya harapan akan memetik hasilnya. Hasil yang akan dipetik itu harus bisa berguna tidak saja untuk diri sendiri tetapi harus lebih berguna bagi orang lain. Tuhan menuntut kita untuk bertumbuh dan berkembang ibarat pohon yang menjadi tempat perteduhan dan perlindungan. Untuk itu kita harus selalu menanam dan menyiram benih iman itu kepada orang lain melalui cara kerja, perilaku, peri tindakan, peribahasa kita dalam kehidupan pada setiap konteks dan lingkus tugas kita. Sebagai orangtua kita memelihara dan menyuburkan iman itu dalam keluarga dengan cara hidup yang mengutamakan damai, saling memaafkan, saling menguatkan, saling memperhatikan. Sebagai pegawai, guru, pendidik kita bisa menanam dan menyuburkan iman itu di tempat kerja kita yang mewujud dalam disiplin kerja, ketekunan, kesetiaan, kejujuran, keteladanan. Sebagai petani, pedagang kita menanam dan menyiran benih kerajaan Allah itu dalam cara kerja yang jujur, tekun dan setia. Sebagai apa saja kita yang beriman dituntut untuk menjadi seorang Paulus yang menanam  atau menjadi Apolos yang menyiram. Entah penanam atau penyiram yang pasti Tuhan yang memberi pertumbuhan sehingga iman yang kita tanam, iman yang kita siram pada akhirnya menghasilkan buah. 

Kita harus menghasilkan buah itulah tujuan akhir dari proses hidup kita dalam iman. Mengapa? Karena menurut Paulus tadi kita semua pada waktunya harus menghadap takhta pengadilan Kristus. Dalam pengadilan itulah setiap orang, setiap kita, memperoleh apa yang patut kita diterima, sesuai dengan apa yang kita lakukan selama hidup kita, baik atau jahat. Kata nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama, pada kahirnya Tuhanlah yang bisa menjadikan pohon kering menjadi hijau atau sebaliknya menjadikan pohon yang hjau menjadi kering. Kita mendambakan akhir yang baik karena itu awali dan jalanilah kehidupan ini dengan baik sesuai keinginan Tuhan. Mengawali hidup secara baik, menjalani kehidupan yang baik secara baik, pasti akhirnya kita mendapatkan kebaikan itu. 

Dua biji kacang tanah yang ditanam di dalam satu lubang berdiskusi dalam tanah. Mereka diskusikan tentang pilihan mau bertumbuh atau tidak. Kacang pertama ia memilih untuk bertumbuh dngan alasan biar nanti memberi hasil untuk petani yang menanmnya. Kacang kedua memilih tidak mau bertumbuh karena takut mati diserang bekicot. Kacang yang mau bertumbuh itu kemudian dipelihara tuannya, dijaga agar tidak diserang bekicot sampai kahirnya menghasikan satu kilo kacang tanah yang bisa menjadi benih lagi. Kacang yang tidak mau bertumbuh didapati tuannya membusuk. 

Kita semua adalah benih unggul karena iman. Kita hanya memilih mau bertumbuh atau tidak. Semoga pesan firman Tuhan hari ini membantu dan mengingatkan kita untuk memaknai panggilan hidup iman kita secara sempurna. Amin.

Rm.Bone Rampung, Pr







MINGGU BIASA XI/B/2015
Yeh 17:22-24  2Kor 5:6-10  Mrk 4:26-3
======================================


Buka

      Injil karangan Markus hari ini berceritera tentang Yesus, yang berbicara tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan tentang benih, yang tumbuh di ladang. Palestina adalah daerah tanah kering, banyak padang pasir dan berbatu-batu, jarang turun hujan, dan panas terik karena matahari. Karena itu Yesus berbicara dengan bahasa kehidupan masyarakat pertanian. Semua orang menantikan kedatangan Kerajaan Allah, sebagai suatu masyarakat di mana segenap penghuninya hidup bersama sebagai saudara dengan kasih, damai dan sejahtera.

Renungan

      Yesus memperkenalkan Kerajaan Allah, yang diwartakan dan didirikan-Nya, secara sederhana dan sesuai dengan keadaan medan pertanian rakyat. Seorang petani tahu dan melaksanakan apa yang harus dilakukannya untuk menanam tubuh-tumbuhan atau menaburkan benih di ladang. Apa yang ditanam atau benih yang ditaburkan akan bekerja sendiri. Si petani hanya harus menjaga dan merawatnya, sampai akhirnya dapat berbuah dan dimanfaatkan. Tetapi bagaimana terjadinya proses yang berjalan dalam perkembangan tanaman itu, si petani tidak tahu. Ia hanya tahu hasilnya.
Di zaman Yesus masyarakat Yahudi mengharapkan kedatangan Kerajaan Allah. Tetapi masing-masing orang atau kelompok mempunyai gambaran tentang Kerajaan Allah yang berbeda-beda, menurut caranya masing-masing. Karena Palestina waktu itu dikuasai pemerintahan Romawi, ada kelompok orang yang berkeyakinan, bahwa hanya dengan melawan penjajahan Romawi dengan kekerasanlah Kerajaan Allah akan datang. Ada pula kelompok yang terdiri dari kaum Farisi. Mereka  punya kepastian bahwa Kerajaan Allah hanya akan datang, apabila masyarakat hidup dan berbuat dengan sangat ketat menurut huruf Taurat atau hukum Musa. Dan di samping itu ada pula golongan orang yang hidup menyendiri, meninggalkan keramaian masyarakat dan tinggal di daerah padang gurun, bebas dari kejahatan, karena ingin membangun Israel sejati, sebagai Kerajaan Allah seperti yang dicita-citakan. Mereka semua itu memang sangat menantikan datangnya Kerajaan Allah, tetapi disertai dengan sikap dan hidup fanatik, berlebih-lebihan baik di bidang keagamaan, politik, budaya maupun sosial.
Adanya corak kelompok-kelompok tersebut menimbulkan perbedaan pandangan dan sikap hidup, yang merupakan hambatan, jurang atau tembok pemisah antar mereka sendiri sebagai warga sesama semasyarakat. Maka terdapatlah  pertentangan, bukan kesatuan dan persaudaraan. Nah, itulah yang total bertentangan dengan ciri khas  Kerajaan Allah yang sesungguhnya.

Apakah pesan perumpamaan Yesus dalam  Injil Markus hari ini kepada kita?

      Kiranya justru untuk dunia modern dewasa ini, dengan segala kemampuan dan keberhasilan kemajuannya, pesan Injil dalam perumpamaan tentang benih yang tumbuh sangat relevan dan aktual. Kerajaan Allah diwartakan Yesus dan dinantikan umat manusia bukan hanya baru kelak, atau untuk masa depan, melainkan sekarang pun sudah diwujudkan oleh Kristus. Memang sebagai suatu proses yang masih harus terus berjalan menuju kepada kepenuhannya. Kerajaan Allah adalah karya Allah sendiri. Tetapi justru karena Kerajaan itu dibangun untuk kita manusia, maka Allah juga mengikutsertaan kita untuk ikut membangunnya.
Maka apakah kewajiban dan karya kita yang utama? Pertama; Yesus pertama-tama menegaskan, bahwa kita harus sadar bahwa Kerajaan Allah adalah karya Allah. Maka kita harus yakin dan selalu sadar, bahwa Kerajaan Allah itu pasti akan terwujud. Kedua, Yesus mengingatkan kita, bahwa kita harus bersikap, hidup dan berbuat bagaikan tanah, yang siap dan bersedia menerima benih yang ditaburkan Allah ke dalam hati kita. Dan dengan daya yang kita miliki masing-masing itulah, kita mengolah hati kita sebagai tanah, yang mampu mengubah benih-benih itu menjadi tanaman yang berbuah.
Perumpamaan tentang benih dalam Injil Markus hari ini kita mengingatkan dan menyadarkan kita, bahwa kehidupan , pekerjaaan, kedudukan, masyarakat dan Gereja kita, semuanya itu merupakan Kerajaan Allah, yang hanya dapat berada dan berkembang berkat daya Allah sendiri, bukan hasil karya kita sendiri, betapapun besar dan hebatnya! Allahlah yang berkarya di dalam segalanya, juga di dalam diri kita. Bila kita sungguh yakin dan sadar akan kenyataan ini, maka sikap, hidup dan perbuatan kita akan berubah. Bila demikian akan terjadi perubahan dalam keadaan di dalam keluarga, komunitas, biara, pastoran, Gereja dan masyarakat .

Sangat berguna bagi kita untuk juga merenungkan perumpamaan tentang biji sesawi, yang sangat kecil tetapi dapat menjadi tanaman yang sangat besar. Perumpamaan ini berlaku juga bagi Yesus Kristus sendiri dan Gereja-Nya.  Yesus memiliki kepercayaan yang sangat mendalam. Ia mewartakan kabar baik, bersikap dan berbuat baik, tetapi banyak orang melawan dan memusuhi Dia, bahkan Ia harus menderita dan mati disalib. Tetapi karena yang dilakukan-Nya adalah karya Allah. Yesus tidak takut, tidak cemas, tidak kecewa. Hasilnya? Seperti biji sesawi yang sangat kecil, bisa menjadi tanaman besar, begitu juga karya keselamatan yang diselenggarakan Yesus, yang mati di salib, akhirnya berkat kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga dan dimuliakan bersama Allah Bapa dan Roh Kudus, menjadi karya Allah yang agung. Gereja yang didirikan Yesus dimulai dengan kelompok kecil di Nasaret dan diselesaikan di Yerusalem, kini tertanam dan berkembang di seluruh dunia. Gereja mengalami perkembangan yang baik, tetapi juga mengalami kesukaran yang berat. Injil hari ini mengingatkan kita: kita tetap yakin dan sadar, bahwa Kerajaan Allah didirikan oleh Allah sendiri. Optimisme! (Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm).



Minggu Biasa XI /B/2012
Yeh 17:22-24  2 Kor 5:6-10  Mrk 4:26-34
======================================

Buka

        Tiga bacaan dalam Misa kudus hari ini, yaitu Bacaan I (Yeh), Mazmur Tanggapan (Mz 92) dan Injil (Mark), mengajak kita merenungkan hal pertumbuhan atau perkembangan tumbuh-tumbuhan sebagai perumpamaan mengenai perkembangan hidup kita sebagai manusia, tetapi sebagai manusia kristiani. Kiranya bagi kita yang hidup di bumi, dunia, masyarakat yang makin maju, namun sekaligus makin kompleks dan sulit ini, dua perumpamaan sangat sederhana yang dipakai oleh Yesus dalam Injil hari ini, dapat menolong kita untuk merenungkan bagaimana kita dapat berkembang menjadi manusia kristiani sejati yang dewasa.

Renungan

      Sejak dahulu sampai sekarang banyak orang hidup penuh dengan keinginan untuk menjadi orang besar, makin terkenal, memiliki rumah dan bangunan makin besar dan mewah, bahkan banyak umat merindukan bangunan gereja makin besar, megah dan indah. Diidam-idamkan negara yang makin sejahtera, makin besar, makin kuat. Secara manusiawi hal-hal ini bisa dimengerti. Itulah juga dialami orang-orang di zaman Yesus. Dan ketika Yesus mewartakan Kerajaan Allah, kerajaan itu digambarkan secara manusiawi juga oleh orang-orangYahudi. Tetapi Yesus menerangkan arti Kerajaan Allah yang sedang dibangun itu dengan perumpamaan tentang penabur yang dikaitkan dengan penanaman benih dan pertumbuhannya. Diperlihatkan bahwa si penabur hanya menabur dan menanam, jadi relatif tidak berbuat banyak, tetapi dengan kepastian akan hasilnya. Hanya dikata-kan bahwa benih tnmbuh dan bertunas. Jadi dalam perumpamaan itu mau ditekankan bahwa kekuatan benih itu sendiri untuk bertumbuh dan bertunas dengan sendirinya tanpa campurtangan manusia! Bahkan akhirnya berbuah! Demikianlah Yesus mau menerangkan, bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya bergerak dan berkembang dengan diam-diam namun pasti dan penuh kepastian, sampai nanti hasilnya akan diambil dan ditentukan pada pengadilan/keputusan-Nya terakhir.
Selanjutnya Yesus menggambarkan Kerajaan Allah sebagai biji sawi yang termasuk jenis biji yang sangat kecil. Yesus ingin menunjukkan, bahwa Kerajaan-Nya akan berkembang, meskipun pada permulaannya memang sangat kecil dan tidak menyolok. Dan buukan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tinggi, melainkan rendah namun melebar.
Demikianlah dari benih-benih yang kecil akan tumbuh Gereja berkat sabda Allah. Masa`panenannya ialah menggambarkan saat pengadilan terakhir. Memang pertumbuhannya lambat, seperti yang dialami Gereja, yang disebabkan oleh aneka hambatan, seperti penganiaan, dan dosa-dosa anggota-anggotanya sendiri. Dibutuhkan kesabaran dan ketabahan hati. Tetapi Yesus menegaskan dan memberi kepastian, bahwa Gereja sebagai gambaran Kerajaan-Nya memang mulai sebagai biji kecil, namun akan tumbuh dan berkembang. Perkembangan itu adalah hasil kekuatan Allah, bukan hasil usaha kita!
Sebenarnya dengan berbicara tentang perumpamaan mengenai bisi sawi itu, Yesus berbicara tentang iman  kita. Maka pesan Injil hari ini kepada kita ialah, bila kita sungguh memiliki iman yang benar dan hidup, Tuhan akan melaksanakan hal-hal yang besar dalam diri kita. Tetapi apabila kita di manapun dan kapanpun hanya mau mempercayai kekuatan kita sendiri betapapun besarnya, dengan aneka rencana dan program apapun, untuk “mendirikan Kerajaan Allah”, - pastilah kita akan gagal dan kecewa! Kita harus selalu ingat dan sadar, bahwa Tuhan Allahlah yang menabur, Tuhanlah yang menyirami tanaman, dan Tuhanlah yang akan memetik hasilnya! Kita hanyalah abdi-abdi yang melayani kebun tanaman Tuhan.
Pada Hari Kaum Muda Sedunia di Madrid-Spanyol, 18 Agustus 2011, Paus Benediktus XVI mendapat pertanyaan:”Bagaimana hasil-hasil Hari-Hari Kaum Muda Sedunia dapat dipastikan di masa depan?” Jawaban beliau: “Allah selalu menabur secara diam-diam. Hasilnya tak akan segara kita lihat dalam statistik! Benih-benih yang ditaburkan Tuhan di tanah Hari Kaum Muda Seduia ini sama dengan yang disebut dalam Injil. Ada yang jatuh di jalan, terinjak-injak dalam hilang; ada yang jatuh di tanah padas dan lenyap; adalah pula yang jatuh di antara duri-duri dan juga mati. Namun ada yang jatuh di tanah subur, tumbuh dan berbuah melimpah”.
Marilah kita sesuai dengan pesan Injil hari ini meneguhkan iman kita akan Tuhan, yang hadir dan berkarya secara diam-diam namun nyata dalam diri kita masing-masing serta bersama, sehingga sabda-Nya sebagai benih yang ditaburkan dalam hati kita dapat bertumbuh, berkembang dan berbuah sebagai manusia kristiani sejati yang dewasa.
(Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm).