HARI MINGGU ADVEN I THN C/2 29 NOV 2015
Yer
33:14‑16; 1Tes 3:12‑4:2; Luk 21:25‑28.34‑36
Paroki Kristus Raja Mbaumuku
Buka
Hari ini kita mulai memasuki Masa Advent. Masa Advent ditetapkan
Gereja untuk mengingatkan sekaligus mengajak segenap umat beriman agar
senantiasa sungguh-sungguh mempersiapkan diri menyambut Hari Penyelamatan, hari
kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kedua kalinya. Kita memasuki masa kedatangan Tuhan dalam cara yang baru
yang mempersiapkan kita memasuki kehidupan yang penuh kebebasan tanpa tekanan
dan penuh keadilan tanpa kecurangan.
Tuhan mau datang dan
akan mendatangi setiap kita untuk melakukan pembaruan secara total cara dan
gaya hidup manusia lama kita. Tuhan mau datang dan kita dituntut menyiapkan
diri untuk suatu gerakan pembaruan. Kita berdoa agar Tuhan sunggguh membarui
diri dan kehidupan kita sehingga kita menjadi manusia baru yang berkenan kepada Tuhan. Seraya memohonkan
semangat pembaharuan itu, baiklah kita awali perayaan ini dengan mengakui salah
dan dosa kita. Mungkin kita telanjur merasa mapan dalam cara hidup yang lama
lalu enggan melakukan pembaharuan. Di
hadapan Tuhan dan sesama baiklah kita akui dan sesali salah dan dosa.
Renungan
Satu dua minggu
belakangan ini, warga kota Ruteng dan sekitarnya merasa senang dan gembira
bukan karena banyaknya hiburan dan atraksi yang dipertontonkan pada panggung
kampanye pilkada tetapi karena hujan mulai rajin mengunjungi dan menyegarkan
warga. Di sana sini rumput dan tanaman mulai bertunas, tampak hijau dan segar.
Rumput-rumput tua dan kering tampak mulai lapuk dan menyuburkan tunas-tunas
baru yang menjanjikan dan menyegarkan. Itulah dinamika dan siklus semesta yang
tidak dapat dilawan manusia. Itulah pergantian musim yang menjanjikan sesuatu
yang baru. Itulah bahasa alam yang mengungkapkan bahwa tidak ada yang bertahan
tetap di dunia ini. Itulah bahasa semesta yang menyadarkan kita untuk bersikap
rendah hati di hadapan kehidupan karena segalanya bisa berubah. Perubahan dan
pergantian adalah bahasa kehidupan.
Hari ini kita dan
gereja semesta telah melepaskan satu masa liturgi yang lama dan mulai menerima
satu masa liturgi yang baru. Kita tinggalkan masa-masa biasa untuk menerima
satu masa baru yaitu masa Advent, masa kedatangan Tuhan. Advent sebagai masa
kedatangan Tuhan tidak dimaksudkan agar kita bersikap pasif dalam penantian
melainkan sebaliknya menuntut kita untuk aktif dalam menyambut masa baru
kedatangan Tuhan yang membebaskan. Advent, kedatangan Tuhan itu menjanjikan dan
memberikan kita harapan baru. Mengapa? Karena kedatangan Tuhan selalu
menghidupkan mengubah segalanya.
Nabi Yeremia dalam
bacaan pertama hari ini menubuatkan kebenaran akan adanya harapan baru itu.
Dalam bentuk perbandingan, sang nabi menggambarkan harapan baru itu sebagai
tunas baru yang akan menggantikan dahan dan cabang lama yang telah lapuk dan
rusak dimakan waktu. Nabi mencatat secara tegas dan jelas: “Beginilah
firman Tuhan, sungguh,
waktunya akan datang, bahwa Aku menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum
Israel dan kaum Yehuda. Pada waktu itu,
Aku akan menumbuhkan Tunas Keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan
dan kebenaran di negeri. Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan dan Yerusalem
akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil:
“Tuhan keadilan-Kita.”
Nubuat sang nabi ini
menjelaskan bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya kepada Israel. Tuhan
menjanjikan munculnya Tunas muda, tunas baru, dan diberinya nama sebagai Tunas
Keadilan. Mengapa Tuhan mengutus Tunas muda, tunas keadilan? Itu tidak lain
karena Israel hidup dalam praktik ketidakadilan yang melahirkan kekacauan yang
berujung pada disharmoni tatanan
kehidupan. Ketidakadilan biasanya menginduk pada keserakahan memiliki segalanya
untuk kepentingan diri sendiri sambil menguasai orang lain. Penumpukan harta,
kuasa, dan jabatan selalu melahirkan keributan karena di sana tidak ada lagi
keadilan. Tunas keadilan itu menurut nabi ditumbuhkan Tuhan dalam diri Daud.
Keadilan, Tuhan tumbuhkan dalam diri Daud, dan hanya karena keadilan itulah Yahwe
menyertai Daud yang pada akhirnya melumpuhkan regim Filistin pimpinan Goliat
yang terkenal serakah ingin menguasai semua wilayah.
Tunas baru, tunas muda
pejuang keadilan yang hadir dalam diri Daud sesungguhnya dipilih Tuhan untuk
memperjuangkan kerajaan kasih. Nuansa dan wacana kasih inilah yang dibahasakan
Paulus dalam surat kepada orang Tesalonika hari ini. Kepada orang Tesalonika
Paulus dengan tegas mengimbau agar mengedepankan budaya kasih untuk mengalahkan
budaya kematian. Kata Paulus dalam teks tadi, ”Semoga
Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah, dan berkelimpahan dalam kasih satu sama
lain, dan dalam kasih terhadap semua orang seperti kami pun menaruh kasih
kepadamu. Kelimphan kasih menjadi jaminan kesempurnaan di hadapan Allah
sehingga sekali lagi Paulus menegaskan, Baiklah kamu melakukannya
lebih bersungguh-sungguh lagi”. Ini artinya
jika tidak sungguh-sungguh maka ketakutan dan kecemasan akan menghantui manusia.
Injil hari ini berbicara tentang kecemasan, ketakutan
manusia. "Di bumi bangsa‑bangsa akan takut dan bingung
menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan
berhubungan dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab
kuasa‑kuasa langit akan goncang." Itulah lukisan kondisi konkret kehidupan
manusia di dunia ini. Ada
ketakutan dan kebingungan,
kecemasan dan kegoncangan. Manusia takut dan bingung menghadapi
situasi kehidupan yang penuh masalah. Dan
masalah utama yang dihadapi manusia
adalah ketidakadilan.
Dalam
ketakutan, kebingungan,
kecemasan,
dan kegoncangan karena ketidakadilan
itulah Tuhan menampakkan diri. Tuhan tampak untuk mengubah kondisi lama dengan
kondisi yang baru. "Pada
waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala
kekuasaan dan kemuliaan‑Nya” untuk melakukan
apa yang adil terhadap manusia. Manusia dituntut untuk melihat, merespon
kedatangan Tuhan itu dengan perihidup yang baik. Lukas mengingatkan, “Apabila
semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu,
sebab penyelamatanmu sudah dekat." Manusia harus mengangkat muka melihat hal baru yang ditawarkan Allah.
Manusia harus mengangkat muka, berpaling dari cara hidup lama yang dikuasai
nafsu duniawi. Manusia dan kita semua dituntut untuk meninggalkan cara-cara dan
kebiasaan lama, menggantinya dengan cara baru karena Tuhan menawarkan sesuatu
yang baru yaitu sang Keadilan.
Mengangkat muka adalah
bahasa perubahan cara pandang, mental, sikap dan perilaku hidup. Di dalam ketakutan dan kebingungan,
kecemasan dan kegoncangan, lihatlah Anak Manusia! Apabila semuanya
terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, pandanglah Tuhan! Kebingungan, kecemasan, dan kegoncangan terjadi karena kita kurang melihat
Tuhan. Kita kurang memandang Tuhan
karena
kita lebih banyak berkonsentrasi pada diri
sendiri, melihat diri dan kemampuan sendiri, kehebatan sendiri. Harta, kuasa, jabatan, nama besar seringkali menghalangi
mata manusia untuk memandang dan menegenal Tuhan. Ketika
kita berpaling dari Tuhan, pada saat itulah
kita kehilangan pegangan dan arah, sehingga kita mudah terjebak dalam hal-hal
yang membuat kita sendiri takut dan
bingung, cemas dan goncang.
Hari ini, dalam minggu
pertama Advent kedatangan Tuhan ini kita semua, Anda dan saya diajak untuk
menghilangkan ketakutan, kecemasan, kebingungan, dan kegoncangan dengan cara kembali
melihat Tuhan, mengangkat muka dan memandang Dia.
Ketakutan dan kebingungan, kecemasan dan kegoncangan adalah suatu tanda bahwa
dunia dan diri kita sendiri saja tidaklah cukup untuk memaknai
hidup ini. Kita masih memerlukan Tuhan yang penuh "dengan segala
kekuasaan dan kemuliaan‑Nya".
Karena itu, selain menjadi
tanda, setiap bentuk ketakutan dan kebingungan, kecemasan dan
kegoncangan adalah juga sebuah undangan untuk kembali melihat Tuhan, dan
menaruh harapan kepada‑Nya. Alasannya jelas dikatakan injil, sebab di dalam Dialah
"penyelamatanmu". Keselamatan kita ada di dalam Tuhan
yang datang mendekati kita. Harapan kita
ada di dalam Dia yang menepati janji keselamatan kepada
bangsa Israel, dan melaksanakan keadilan serta kebenaran bagi mereka.
Kekuatan kita ada di dalam Dia sehingga kita luput dari semua yang
akan terjadi, dan menjadi mampu bertahan menghadapi segala
ketakutan dan kecemasan yang ada. Sebab itu, bangkitlah dan
lihatlah Tuhanmu. Hendaklah hidupmu tetap "berkenan kepada Allah, tidak bercacat dan kudus"
di hadapan‑Nya. Tuhan menjanjikan
lahir dan hadirnya Tunas Baru, Tunas Keadilan dan kita hanya akan mengalami
keadilan itu kalau kita melihat, menerimanya dengan meninggalkan semua yang lama
dari cara hidup kita. Semoga.