Wednesday, August 26, 2015

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-21 TAHUN B1



HARI MINGGU BIASA XXI TAHUN B/1
Yos 24:1‑2a.15‑18b; Ef 5:21‑32; Yoh 6:60‑71
Paroki Kristus Raja, Mbaumuku 23 Agustus 2015

Buka
Dalam praktik hidup kita Tuhan selalu menawarkan apa yang terbaik yang harus kita pilih dan menjadi pilihan kita. Hari ini Tuhan mengajak kita untuk tetap setia pada pilihan kita berada di hadapan Tuhan dalam perilaku kehidupan yang adil, jujur dan bermartabat. Dalam hidup kita sering beralih dari Tuhan karena adanya tuhan-tuhan lain yang kita sembah dalam wujud, kuasa, nama besar, harta. Mungkin inilah yang harus kita perbaharui mengawali perayaan yang menawarkan  kehiudpan jiwa kita dalam perayaan ini. Kita akui salah dan dosa kita.

Renungan

Salah satu sikap dan tindakan yang melengkapi bahkan melekat pada  diri dan kehidupan kita sejak manusia  pertama adalah persoalan pilih memilih. Setelah Tuhan menciptakan segalanya, manusia diberi kesempatan untuk memilih. Memilih untuk tetap mengikuti apa yang Tuhan tetapkan atau memilih yang lainnya. Kisah kejatuhan manusia pertama sesungguhnya menjadi kisah tentang ketidaktepatan manusia untuk menentukan sikap, untuk memilih.  Kejatuhan manusia pertama adalah bentuk memilih yang salah. Kesalahan memilih ini, terus menerus berlangsung dalam praktik hidup manusia. Manusia bisa salah memilih karena tidak memiliki pendirian yang kukuh berhadapan dengan pelbagai tawaran manis yang dihadapkan kepadanya. Manusia bisa memilih salah karena dia tidak berpegang pada apa yang benar. Manusia bisa salah memilih karena ada yang mengarahkannya untuk memilih yang salah. Manusia bisa saja salah memilih karena tertipu daya muslihat.
Dunia kita zaman ini ibarat sebuah toko swalayan yang menyiapkan segalanya untuk kita pilih. Di dunia yang hadir ibarat toko swalayan  ini banyak sekali pilihan hidup yang menggiurkan. Dia muncul di depan mata kita dengan banyak macam tawaran, banyak macam barang. Di dunia ini manusia bisa tergiur untuk memilih kenikmatan dan kesenangan hidup tanpa berusaha dan kerja keras. Di dunia ini  dan di zaman ini masih ada tawaran bagi manusia untuk mendapatkan uang, harta yang banyak secara instan cukup dengan cara tidur yang banyak sambil mendambakan mimpi turunnya huruf dan angka taruhan pada pelbagai jenis judi yang tersembunyi tetapi dampaknya sangat dahsyat. Tawaran untuk menjadi kaya mendadak dalam permainan angka dan huruf dalam aneka judi telah memperbudak mental, sikap, perilaku sebagian besar masyarakat baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan, baik yang di kota maupun yang ada di desa-desa.
Di dunia yang menjadi toko swalayan ini, manusia juga berhadapan dengan tawaran kuasa dan jabatan. Bagi yang haus dan rakus akan kekuasaan bisa saja menginjak martabat sesamanya dengan tipu muslihat yang terkesan halus tetapi sesungguhnya kejam, terkesan sopan dan santun tetapi sesunggguhnya mematikan. Pilihan hidup dan pilihan-pilihan lainnya yang sesungguhnya melekat pada martabat hidup seseorang bisa saja dibelokkan oleh tipu muslihat dalam aneka bentuknya. Orang-orang yang mencari nama besar dan kekuasaan zaman ini bisa saja menawarkan ‘tuhan-tuhan’ yang baru kepada sesamanya. Wujud ‘tuhan-tuhan’ baru yang bisa menjebak dan membelokkan pilihan hidup seseroang bisa berupa jumlah rupiah, bisa berupa sembako, bisa berupa tawaran posisi dan jabatan. Kuasa dan jabatan yang didapatkan dan didasarkan atas tipu muslihat dengan menghadirkan ‘tuhan-tuhan’ baru seperti itu adalah jabatan dan kuasa  yang rapuh karena berlawanan dengan panggilan manusia untuk adil dan jujur di hadapan Tuhan dan di hadapan sesamanya.
Nilai dan martabat manusia di hadapan Tuhan diukur dengan ketepatan manusia memilih apa yang benar, yang jujur, yang adil. Dan orang hanya bisa hidup secara benar, jujur, dan adil kalau ia sendiri menyadari dirinya sebagai makhluk yang bermartabat. Ciri orang bermartabat adalah menolak setiap tawaran yang berlawanan dengan apa yang benar, berlawanan dengan apa yang adil, berlawanan dengan apa yang jujur. Itu artinya, manusia bermartabat harus memilih apa yang benar, apa yang adil, dan apa yang jujur. Ketiga bacaan yang diperdengarkan untuk hari ini pada dasarnya berbicara tentang bagaimana manusia mempertanggungjawabkan martabatnya di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama dalam menentukan pilihan yang menggaransi dan menjamin kehidupan jiwa. Ukuran kualitas kebermartabatan kita manusia bukan untuk kepentingan hidup yang sementara ini, tetapi harus dilihat sebagai modal yang kita investasikan untuk kehidupan setelah mengakhiri kesementaraan di dunia. Dunia akhirat adalah dunia tanpa kuasa dan jabatan karena hanya ada satu yang berkuasa di sana yaitu Tuhan. Di alam sana tidak ada pejabat dan rakyat, tidak ada pemimpin dan yang dipimpin, tidak ada imam dan umat. Yang ada di sana hanyalah jiwa orang-orang yang menjaga martabatnya selama hidup  dengan cara yang benar, adil dan jujur.
Melalui bacaan pertama kita melihat bagaimana Yosua mengingatkan kita  tentang bagaimana menentukan pilihan yang lebih bebas dan bermartabat. Yosua mendapatkan kekuasaan dan jabatan dari Tuhan tidak memaksakan kehendaknya, tidak mau menyalahgunakan kekuasaan dan jabatannya untuk memaksa bangsanya. Yosua mmperlihatan model pilihan yang benar dengan menghadirkan kembali perilaku kehidupan Israel sebagai bangsa terpilih. Yosua yang menawarkan pilihan yang bermartabat. Yosua tidak memilki uang, tidak memiliki stok sembako untuk membelokkan pilihan bangsa Israel. Yosua membiarkan Israel untuk menentukan pilihan mereka  antara  memilih Tuhan atau allah‑allah lain. Yosua menegaskan, "Jika kamu menganggap tidak baik beribadat kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadat." Yosua, dengan kata-kata ini mau menegaskan tentang penghargaaan terhadap pilihan bebas. Bukan pilihan karena tekanan dan alasan tertentu. Bagi Yosua pilihan bebas itu memungkingkan orang lebih jernih mempertimbangkan akibat dari pilihan yang dilakukan. Hanya orang-orang yang memilih dalam kebebasan akan menerima risiko atau akibat dari pilihannya secara ksatria. Orang yang memilih dalam kebebasan tidak akan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Orang yang memilih dalam kebebasan tidak pernah merasa kalah atau menang.
Yosua adalah pemimpin baru yang dipercayakan Tuhan untuk melanjutkan tugas Musa yang tidak diperkenankan Tuhan membawa bangsa itu masuk ke tanah terjanji. Musa gagal memenuhi harapan bangsanya. Tipe kepemimpinan Musa yang lebih banyak memaksa bahkan sering murka terhadap Israel diperbarui dalam masa kepemimpinan Yosua. Yosua menyadari dan berusaha mempelajari sebab kegagalan Musa dan berupaya menemukan model pendekatan yang baru yang menghargai kebebasan Israel untuk memilih. Yosua sesungguhnya mengetahui bahwa Israel sering memilih yang salah, atau menolak beribadah kepada Tuhan tetapi ia menghargai kebebasan orang-orang yang dipimpinnya. Kata-kata Yosua tadi sesungguhnya secara implisit mau mengatakan bahwa Israel meninggalkan Tuhan dan memilih ‘alah-allah’ atau ‘tuhan-tuhan’ yang lain.
Pilihan yang salah atau kesalahan memilih selalu membawa risiko. Kesalahan milih juga sering terjadi justru karena orang mencari gampang, tidak mau bersusah-susah. Dan yang semua kita tahu satu-satunya alat yang menggampang-gampang hidup manusia adalah uang. Yang penting dapat uang apa yang dipilih tidak perlu dipikirkan. Mental seperti ini mengerdilkan martabatnya sebagai manusia yang diberi akal untuk berpikir kritis. Mental mencari gampang, dan tak mau susah seperti inilah yang mendera para murid seperti dikisahkan dalam injil hari ini. Yesus yang tampil sebagai pemimpin menantang para murid untuk memilih dan berpikir kritis. Para murid yang bermental mencari gampang secara emosinal menjukkan sikap menolak Yesus. Banyak murid Yesus bersungut‑sungut dan menilai kata-kata atau Sabda Yesus itu "keras". Iman mereka menjadi "goncang". Sampai akhirnya banyak di antara mereka "mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia".  Mereka tidak tahan terhadap tantangan yang mengasah pikiran kritis.
 Para murid ditantang dengan kata-kata Yesus. Kita juga dalam cara dan bentuk yang lain menghadapi tantangan yang bisa saja membuat kita memilih jalan yang paling gampang.   Sinode keuskupan Ruteng beberap waktu lalu menemukan dan merumuskan pelbagai masalah yang menggerogoti kehidupan umat dan gereja. Di rumuskan bahwa gereja, dunia, umat sekarang mentalitas konsumerisme, hedonisme, kekuasaaan yang mengabaikan keadilan dan kejujuran. Kuasa, harta dan uang terus menjadi tuhan-tuhan baru yang mengubah perilaku manusia.
Tuhan tidak pernah mau memaksa kita. Hanya kalau kita mau hidup, dan hidup dengan baik, tidak ada lain pilihan kita selain dari Dia, pemberi kehidupan. Tuhan sendiri menegaskan dalam Injil hari ini: "Bagaimanakah jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebe­lumnya berada? Rohlah yang memberi hidup; daging sama sekali tidak berguna. Perkataan‑perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup". Yesus adalah hidup. Dialah hidup itu. "Akulah jalan dan ke­benaran dan hidup" (Yoh 14:6). Dia yang adalah hidup itu, hidup di dalam diri kita dan menghidupkan kita. Melalui Roh‑Nya, Ia memberi hidup itu kepada kita. Melalui sabda‑Nya, Ia memberi hidup itu kepada kita.
Sebab itu siapa mengikuti Yesus, ia "memilih hidup" bagi dirinya dan siapa mengundurkan diri dari Dia, tidak lagi mengikuti Dia, ia "memilih mati" bagi dirinya. Dengan ini kiranya kita disadakan bahwa di dunia ini tidak ada satu pun yang tinggal tetap. Santu Agustinus bilang: "Segala sesuatu berlalu. Hanya Tuhanlah yang tinggal tetap". Dialah satu‑satunya yang tinggal hidup dan tetap hidup selama‑lamanya. Maka pilihlah Dia supaya engkau hidup dan hidup selama‑lamanya. Amin

Saturday, August 8, 2015

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-19 THN B/1



HARI MINGGU BIASA XIX TAHUN B/1
Paroki Kritus Raja Mbaumuku, 9 Agustus 2015
1Raj 19:4‑8; Ef 4:30‑5:2; Yoh 6:41‑51
=============================================================
 
Buka
Hari ini Tuhan mengundang kita untuk menerima jaminan kehidupan jiwa kita melalui Yesus sang Roti Kehidupan. Tuhan menunjukkan cara hidup untuk berbagai dan menghidupan agar kita juga belajar berbagi  dan menghidupan orang lain. Ekaristi adalah perjamuan penjamin kehidupan jiwa karena Yesus sendiri rela hadir dan berada dalam darah dan daging kita. Kita berdoa memohonkan agar kita diberi kekuatan untuk meneruskan semangat Kristus yang berkorban dan berbagi untuk dunia dan sesama. Kita akui salah dan dosa kita...

Renungan
Sibuk dan berkesibukan merupakan tanda yang paling nyata dalam kehidupan kita manusia. Di mana-mana  dan kapan saja orang sibuk dan kita jumpa  setiap orang dengan segala macam urusannya. Kalau kita berusaha merenungkan sejenak dan bertanya tentang alasan, mengapa orang sibuk maka jawaban kita yang pas harus mengarah pada satu perkara yaitu orang sibuk karena orang membutuhkan makanan.  Pekerjaaan dan urusan yang paling utama dan terpenting untuk manusia yang masih hidup adalah urusan berkaitan dengan makan minum. Segala macam kebutuhkan manusia semuanya menginduk pada satu kebutuhan utama yaitu kebutuhan akan makanan.  Orang masih bisa bertahan untuk hidup meskipun  tanpa sandang dan rumah tetapi orang tidak mungkin bisa bertahan untuk hidup tanpa makanan dan minumam. Itulah sebabnya, dalam berbagai kesempatan beracara atau berpesta, urusan makan minum termasuk urusan yang paling merepotkan dan melelahkan. Makanan dan minuman itu bukan hanya  masalah bagi orang miskin tetapi juga masalah bagi orang kaya.  Dalam hal kebutuhan akan makanan dan minuman tidak ada yang kaya atau miskin. Rasa lapar dan haus adalah rasa yang  dihadapi baik orang miskin, sederhana maupun orang  kaya. Tanpa makanan dan minuman orang miskin, sederhana pasti mati. Demikian pula tanpa makanan dan minuman orang kaya juga akan mati.
 Bacaan-bacaan suci yang dihadirkan dalam perayaan minggu biasa ke-19  ini pada dasarnya  mau menegaskan kepada kita perihal keterkaitan, dan saling pengaruh antara  kehidupan dengan ketersediaan makanan  serta keterkaitan antara kematian dan ketiadaan makanan. Segala aktivitas manusia, siapa pun dia,  akan lumpuh dan tak berjalan kalau kebutuhan makanan dan minuman tidak tersedia. Ancaman kematian yang dikorelasikan dengan ketidaaan makanan memungkinkan manusia utnuk secara sungguh-sungguh menyiapkan makanan yang menjamin kelangsungan hiupnya. Korelasi antara ketersediaan makanan dan jaminan  untuk kehidupan secara jelas dibahasakan dalam bacaan pertama. Tokoh Elia yang diserahi tugas sebagai nabi,  mengalami kondisi krisis pangan  dalam perjalanan menuju gunung Horeb sebagai tempat perjumpaannya dangan Tuhan. Elia kelaparan dan kehausan dalam perjalanan, dalam aktivitas, dalam menjalankan peran sebagai  nabi yang membawa dan memperkenalkan Tuhan kepada bangsa  yang dihadapinya dan membawa bangsa itu kehadapan  Tuhan. Elia lapar dan harus karena bekerja, beraktivitas, berjalan. Bukan Lapar dan haus karena duduk dan tidur di tempat. Lapar dan haus yang menimpa Elia adalah situasi yang harus dihadapinya dan yang harus diterimanya sebagai utusan Tuhan.
Lapar dan haus karena beraktivitas melayanai Tuhan seperti yang dialami nabi Elia mau menegaskan kepada kita bahwa orang yang  setia menjalankan misi perutusan  Tuhan,  setia dalam mewartakan kebaikan Tuhan tidak akan dibiarkan mati kelaparan dan kehausan.  Orang yang setia  dalam tugas panggilan dijamin Tuhan tidak akan mati kelaparan dan kehausan.  Orang yang taat dan setia  senantiasa dibela Tuhan. Elia mengalami kelelahan karena kepalaran dan kehausan fisik dalam mengabdi Tuhan. Tuhan menanggapi kesetiaaan sang nabi dengan tersedianya kamanan dan minuman yang memungkinkan sang nabi tiba  di Horeb, gunung Tuhan. Elia mengalami pembebasan dan pemuasan secara fisik jasmani.
Nabi Elia dipilih dan dipanggil Tuhan untuk memberi dan menunjukkkan sikap Tuhan yang setia dan berbelaskasih  terhadap manusia. Elia dipanggil untuk  mendamaikan umat terpilih yang sering mengingkari janji kesetiaan mereka, umat yang terbelenggu dalam sikap bermusuhan dan berbalas dendam, umat yang membiakkan permusuhan karena saling memfitnah. Nabi yang diutus dalam kuasa dan bimbingan Roh Tuhan dipercayakan untuk mendamaikan umat pilihan yang terlibat dalam pertikaian.
Semangat atau spirit nabi Elia juga menganimasi atau menjiwai misi perutusan Santo Paulus yang telah berkeliling memberi kesaksian tentang Kristus. Paulus menghadapi  pelbagai situasi yang berbeda dari satu temat ke tempat lain yang dikunjunginya. Surat Paulus kepada jemaaat  Efesus hari ini berisi perintah yang segera ditanggapi. Surat Paulus ini merupakan sebuah imperasi  yang segera dilaksanakan karena jemaat Efesus terlibat dan terbelit dalam kegeraman, pertikaian, fitnah.(konteks pilkada?) Bagi Paulus, setiap orang yang menerima Yesus sebagai jalan hidupnya harus mengganti kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dengan keramahan, kemesraan, dan saling mengampuni. Paulus menawarkan pola dan model hidup ideal dengan merujuk kepada Yesus yang telah menyatakan kasih-Nya secara utuh dan sempurna dalam penyerahanan diri yang  total. Bagi Paulus, jemaat Efesus berada dalam kondisi kelaparan mental, kehausan spiritual, dan kehilangan orientasi dalam hidup. Kondisi seperti ini akan membawa kematian jika tidak disadari dan dibenahi.  Kristus yang diwartakan Paulus adalah jaminan kehidupan.
Dalam rencana Allah manusia diutus ke tengah dunia yang bersifat sementara sebelum dipangggil untuk kembali berada di hadapan Tuhan. Di dunia manusia mengalami kelaparan dan kehausan secara fisik seperti pengalaman Elia tetapi di dunia yang akan datang manusia akan terancam kematian karena kelaparan dan kehausan secara spiritual. Untuk mengatasi ancaman  kematian spiritual seperti ini, Yohanes dalam injil hari ini memberi jaminan dan kepastian tentang nasib masa depan jiwa orang percaya. Yohanes mencatat secara cermat kata-kata Yesus yang menjadi harapan dan andalan bagi jiwa  manusia,”Akulah Roti Hidup yang Turun dari Surga”. Kata-kata Yesus ini menegaskan bahwa tidak ada orang lain yang memberi jaminan kehidupan bagi jiwa di alam baka selain diri-Nya. Yesus memberi jaminan karena diri-Nya menjadi roti, makanan bukan makanan fisik jasmani melainkan makanan jiwa rohani yang menghidupkan. Roti yang menjamin kehidupan jiwa itu bukan berasal dari dunia dan karena kemuaman manusia melainkan yang turun dari surga karena kemauan Tuhan. ”Tidak seorang pun yang dapat datang kepada‑Ku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku." Kita semua dipanggil untuk datang kepada Yesus sebab di dalam Dia ada hidup. Dialah hidup kita. "Akulah roti hidup. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama‑lamanya." Inilah alasan yang mengharuskan  untuk datang kepada‑Nya. Ajakan untuk datang kepada Yesus, roti kehidupan tidak begitu saja ditanggapi manusia. Kita manusia masih mengeluh dan bersungut‑sungut dalam keraguan  seperti orang Yahudi.
Niat kita untuk datang kepada Yesus tidak mungkin hanya dengan usaha kita sendiri. Sesungguhnya itu adalah anugerah Tuhan. Ia sendirilah yang menarik kita. Sadar atau tidak, Dialah kekuatan yang ada dan hidup dalam diri setiap kita. Kekuatan‑Nya yang menarik tampak pertama‑tama lewat Roh‑Nya yang menguatkan kita, mendorong kita dalam perjalanan hidup kita menuju Yesus. Kita diundang datang kepada‑Nya, masuk dalam persekutuan hidup dengan‑Nya. 
Undangan Tuhan untuk  hidup dalam persekutuan karena Yesus yang diutus-Nya menjadi Roti kehidupan. Dalam konteks Injil Yohanes Yesus sebenarnya  sedang membicarakan dua jenis roti yakni, Manna roti yang berasal dari sorga yang dikenal sebagai makanan malaikat, yang menjadi makanan bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian “Kanaan”  dan Diri-Nya sendiri, yang telah diutus oleh Allah untuk menjadi Juruselamat kita. Paling kurang ada empat hal penting yang dapat kita petik untuk kehidupan kita terkait dua jenis roti ini:
(1) Manna harus dikumpulkan setiap hari. Artinya, sebagai seorang Kristen, kita wajib memperbaharui hubungan kita dengan Yesus setiap hari. Menerima Yesus, bukanlah sekali seumur hidup, tetapi setiap hari bahkan setiap saat, sebab Yesus berkata “diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”(Yoh.15:5). Memperbaharui hubungan kita dengan Yesus setiap hari akan menjadikan hidup kita sebagai berkat untuk sesama.
(2) Manna harus dikumpulkan pagi-pagi karena jika terlambat akan mencair. Lebih baik bila kita mencari Yesus sejak pagi-pagi sekali setiap hari dalam doa pribadi dan renungan Sabda Allah sebelum terlarut dalam kesibukan. Kesibukan adalah alat setan yang paling ampuh untuk memisahkan kita dari Tuhan.
(3) Persiapan manna untuk satu hari saja sebab manna hanya bertahan sehari. Setiap hari relasi kita dengan Yesus harus semakin baik dan semakin sempurna. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini.
(4) Panggilan untuk berbagai, karena kita telah menerima roti hidup dari diri Yesus yang rela dibagi-bagikan maka kita juga dituntut untuk rela berbagi kebaikan kepada orang lain. Yang kaya bisa berbagi kepada yang miskin, yang berkelebihan bisa berbagi kepada yang berkekurangan, yang pintar berbagai kepada yang bodoh.

Seorang ibu sederhana pagi-pagi mendatangi tetangganya yang cukup berada. Ibu itu datang meminta sepotong roti untuk menenangkan anaknya yang menangis minta roti. Ibu yang didatangi itu dengan sopannya berkata, “Maaf, Bu kami belum sempat membeli roti. Kami tidak bisa berikan itu. Ibu itu pulang tanpa roti.  Saat sarapan pagi, ibu yang didatangi tadi mrmbuka lemari tempat penyimpanan roti. Ia terkejut karena beberapa  roti dalam lemari telah berubah menjadi batu. Hanya ada satu  yang belum berubah menjadi batu. Ibu itu menoba menggigit roti itu, dan tiba-tiba roti itu menjadi batu di mulutnya dan giginya tertanam pada roti yang membatu itu.

Yesus sudah memberi diri-Nya sebagai roti hidup untuk kita, biar kita belajar berbagi dari apa yang Tuhan berikan kepada kita. Kita telah mendapat banyak dari Tuhan untuk dibagikan kepada sesama berupa harta, kekuasaan, kepandaian, kebijaksanaan. Kita harus membaginya agar tidak membatu dalam diri kita. Amin