Tuesday, February 25, 2014

PEMINDAHAN KERANGKAN JENAZAH

Renungan

Ibadat Pemakaman Kerangka Jenazah 3 Fr.BHK

Selasa, 26 Februari 2014 di Karangwidoro Malang

Why.21,1-7; Yoh,6:37-40

 

Buka

Saudara/i terkasih, Tuhan Yesus Kristus telah bersabda: ”Biji gandum yang tidak ditanam dan mati, akan tetap tinggal sebiji; tetapi jika mati, akan berbuah banyak sekali”. Tiga biji gandum itu hadir dalam diri ketiga frater kita yang telah berpulang dan kerangka mereka kita  datangkan dan mau kuburkan di pemakaman ini. Kini kita mau menyerahkan kerangka tubuh fisik mereka kepada pangkuan ibu pertiwi. Kita semua percaya bahwa seperti Kristus turun ke alam maut, lalu bangkit dengan mulia, demikian pun saudara-saudara kita ini akan dibangkitkan untuk kehidupan kekal. Marilah kita saling meneguhkan dalam kepercayaan ini.

Doa Pembuka

Marilah berdoa

Allah Bapa yang maharahim, kehidupan dan kematian kami berada di tangan-Mu. Engkau telah memanggil saudara-saudara kami (…….NN) dari kehidupan di dunia ini menghadap hadirat-Mu. Dengan penuh harapan kami menantikan kebangkitan, sebab Kristus telah bangkit sebagai yang pertama dari antara orang-orang mati. Berikanlah mereka istirahat penuh terang dan damai dalam kerajaanMu. Ampunilah segala dosa dan kesalahannya agar mereka layak bersatu dengan para hamba-Mu untuk menikmati cahaya kebahagiaan kekal dan memuji kebaikan-Mu. Engkau mengubah maut yang gelap gulita menjadi fajar yang gilang-gemilang berkat kebangkitan mulia PuteraMu. Maka kami mohon kasihanilah mereka, ya Tuhan, kasihanilah mereka, dan terimalah mereka dalam rumah Bapa surgawi. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kini dan sepanjang masa.  U : Amin 

Kitab Wahyu 21,1-7

Lihatlah, Aku menjadikan segala sestau baru

 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar." Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.

Injil Yohanes 6:37-40

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang  kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk  melakukan kehedak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia  yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang  telah  mengutus Aku, yaitu supaya darisemua yang telah diberikanNya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak  BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan  yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan  supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman. 
Renungan
Dua hari lalu ketika oversteh Claket 21 mengumumkan akan ada pemindahan kerangka konfrater dari pemakaman umum di Surabaya ke pemakaman para frater di Karangwidoro ini muncul dan terdengar beberapa komentar lepas yang terkesan ibarat canda. Frater Patris misalnya sempat berkomentar, mengapa mereka dipindahkan ke sini dan tidak dibiarkan tenang-tenang di pemakaman Surabaya. Kalalu mereka semua yang dimakamkan di tempat lain dibawa ke Malang, nanti kita yang lain tidak kebagian tempat. Frater lain menyambung, bahwa tempat masih cukup. Hanya memang tidak ada yang berani mengungkapkan keinginan untuk secepatnya mendapat tempat atau ingin merebut tempat di komunitas masa depan ini.
Secara praktis dan dalam pemikiran yang lebih pragmatis mungkin ada orang yang berpikir bahwa pemindahan kerangka seperti ini terkesan mencari kerja, mencari kerepotan, buang-buang waktu, tenaga dan biaya. Mencari kerja karena toh di mana saja orang dikuburkan pasti menjadi tanah karena hukum penciptaan mengharuskan itu terjadi. Diciptakan dari tanah kembali ke tanah, diciptakan dari debu kembali ke debu. Belum ada cerita yang menjelaskan bahwa jasad seseorang yang dikubur di tempat lain kemudian dipindahkan akan berubah menjadi emas atau batu permata. Sisa-sisa tubuh konfrater kita yang kita datangkan dari Surabaya dan dimakamkan hari ini di sini tidak akan menjadi emas dan batu permata. Kalau cara pikir seperti ini yang kita gunakan maka apa yang kita lakukan saat ini dianggap sebagai usaha mencari repot dan mau merepotkan diri.
Kita tentu tidak akan berpikir sepraktis dan sepragmatis seperti itu. Tentu ada niatan dan ada nilai yang mau kita wacanakan, yang mau kita tumbuhkan dalam aksi pemindahan kerangkan jenazah seperti ini. Tentu saja kegiatan dan tindakan pemindahan kerangka seperti ini menjadi saat permenungan sekaligus moment belajar untuk kita. Pemindahan kerangka ketiga konfrater ini jelas bukan atas rencana dan kehendak mereka bertiga tetapi atas rencana dan kehendak para frater yang hidup. Karena pemindahan ini terjadi atas rencana dan kehendak kita yang masih hidup maka satu pertanyaan pokok yang harus kita jawab adalah mengapa mereka dipindahkan ke sini? Kemungkinan setiap kita bisa memberi banyak alasan dan argumentasi tetapi saya kira dari semua alasan dan argumentasi yang ada dalam pikiran dan hati kita semunya bisa dirangkum dalam satu jawaban. Mereka dipindahkan ke sini demi sebuah kebersamaan.
Kita menginginkan bahkan bisa dikakatan kita memaksakan adanya kebersamaan bagi konfrater kita yang telah meninggal. Pemindahan yang kita lakukan dilandaskan pada pemikiran bahwa pemakamanan ini merupakan komunitas masa depan yang sungguh-sungguh menghadirkan nilai dan semangat kebersamaan dan persaudaraan. Kita semua dengan cara ini mau mengatakan dan mau mewartakan bahwa kebersamaan dan komunitas kita bukan hanya ada dan terjadi selama kita masih hidup tetapi justru harus nyata dalam komunitas masa depan. Pemakaman ini adalah komunitas masa depan para frater. Di pemakaman ini bahasa kebersamaan, bahasa persaudaraan itu menjadi nyata. Pemakaman ini sebagai komunitas masa depan yang membahasakan kebersamaan dan membahasakan persaudaraan kiranya menjadi komunitas yang tepat untuk kita belajar arti persaudaraan dan kebersamaan.
Kita menghendaki, merencanakan, dan menginginkan agar konfrater kita yang telah meninggal berada dalam satu komunitas masa  depan dalam kebersamaan. Itu artinya kebersamaan untuk mereka yang telah meninggal menjadi urusan penting bagi kita. Kita sibuk mengurus kebersamaan mereka yang telah meninggal jelas tujuannya baik dan mulia. Kita semua percaya sambil berharap dalam iman bahwa kalau semua konfrater kita yang sudah berada bersama dalam persaudaraan di komunitas masa depan ini berdoa dan menjadi pendoa bagi kita yang masih hidup maka para frater dan panggilan dalam tarekat akan terus maju dan berkembang. Maju dan berkembang karena nilai kebersamaan dan dimensi komununal itu kita tugaskan dan wajibkan kepada mereka dengan cara membiarkan mereka berada bersama.
Memang lebih mudah bagi kita untuk merencanakan kebersamaan mereka yang telah meninggal dengan cara seperti ini tetapi saya kira konfrater yang telah meninggal juga menghendaki adanya kebersamaan dan persaudaraan pada komunitas masa kini atau bagi kita yang masih hidup. Tentu menjadi tugas dan tanggungjawab bagi kita yang masih hidup untuk terus menghadirkan kebersamaan dan persaudaraan itu dalam hidup kita selama hidup. Saya kira konfrater yang telah kita satukan di kumunitas masa depan, di pemakaman ini akan merasa berbahagia jika nuansa kebersamaan, nuansa persaudaraan itu juga mewarnai komunitas-komunitas kita.
Kitab Wahyu memberi gambaran tentang langit dan bumi yang baru, Yerusalem baru. Lukisan sastra apokaliptik ini pada dasarnya mau mengatakan bahwa langit dan bumi yang baru adalah langit dan bumi yang diwarnai kebersamaan. Langit dan bumi baru yang didiami orang yang mengtamakan kebersamaan dan persaudaraan. Untuk meraih dan mengalami suasana Langit dan bumi diperlukan kebersamaan dan persaudaraan. Persadaraan dan kebersamaan bukan saja bagi yang telah meninggal tetapi terlebih bagi kita yang masih berada di komunitas-komunitas masa kini.
Kegiatan kita hari ini kiranya menyadarkan kita untuk menata kembali kebersamaan, nilai-nilai persaudaraan dan kehidupan komunal di komunitas-komunitas kita. Saya kira ketiga konfrater kita yang kita satukan di komunitas masa depan ini akan merasa bahagia melihat kita yang mengutamakan kebersamaan dan persaudaraan dalam hiudp dan karya kita. Jika itu yang terjadi maka janji Yesus dalam injil tadi juga menjadi janji yang akan digenapi untuk setiap kita.  Mari kita terus mengisi dan memaknai kebersamaan dan persaudaraan kita. Tuhan memberkati niat baik kita. Amin
Doa Penutup
Marilah berdoa:
Allah dan Bapa kami yang Maha baik, kami mempercayakan hamba-hamba-Mu (NN……) yang kami kasihi ini kepada kerahimanMu. Kami percaya, bahwa semua orang yang meninggal dalam Kristus akan hidup bersama Kristus. Kepercayaan ini memberi kami harapan dan menabahkan hati kami dalam kesusahan. Dengarkanlah doa umatMu ini dan bukalah pintu surga bagi mereka yang sudah Engkau panggil. Semoga kami yang masih berziarah di bumi ini saling membantu dalam segala tantangan hidup ini; dan tetap menaruh kepercayaan yang teguh akan sabda-Mu. Sebab Dialah Putera-Mu, Tuhan dan Pengantara kami kini dan sepanjang segala masa. Amin

Wednesday, February 5, 2014

PAULUS MIKI MARTIR JEPANG

Kamis Pekan Biasa ke-4 Thn. A2 6 Pebruari 2014
Pesta St. Paulus Miki, dkk. Kapela Cor Jesu
1Raj.2,1-4.10-12; Mrk.6,7-13
Buka
Kabar gembira tentang Yesus masuk Jepang berkat usaha Santo Fransiskus Xaverius pada abad ke-16. Lima puluh tahun setelah misi Fransiskus perkembangan umat Kristen di Jepang semakin besar. Bukan hanya jumlah besar tetapi kualitas iman mereka juga semakin kokoh. Perkembangan dan pertumbuhan jumlah umat Kristen itu dianggap mengancam pemerintahan Jepang. Ketika Jepang dipimpiin Hideyoshi, muncul penghasut yang membenturkan para pengikut Kritus  dengan pemimpin Jepang. Orang Kritsen yang dipimpin para misionaris Spanyol dan Portugis dianggap membahayakan keamanan negara dan akan menjadi pengkhianat. Itulah sebabnya banyak orang Kristen yang ditangkap dan dibunuh. Sebanyak 26 yang kita peringati hari ini sebagai martir Jepang adalah pengikut Kristus yang setia dan tegar berpegang teguh pada iman mereka. Paulus Miki  salah seorang dari tiga katekis Yesuit asal Jepang dibunuh bersama 6 biarawan Frasiskan asal Spanyol, Portugis, India dan 17 orang awam. Mereka dibunuh 5 Februari 1597 karena berpegang teguh pada iman akan Kristus. Tahun 1862 St. Paulus Miki dkk digelar  kudus oleh Paus Gregorius XVI.  Marilah kita berdoa, agar semangat para Martir Jepang , Paulus Miki, dkk ini meneguhkan iman kita akan Kristus. Kita berdoa dan bawa semua mereka yang menderita sakit dan penganiayaan karena iman.

Renungan
Dua bacaan suci hari ini mengusung satu persoalan pokok dan penting berkaitan dengan kualitas kehidupan manusia. Persolaan pokok penentu kehidupan itu adalah kebijaksanaan hidup. Kebijaksanaan hidup itu berarti kondisi dan peri kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Raja Salomo yang kemudian dikenal sebagai raja paling bijaksana sepajang sejarah peradaban manusia menjadi bijaksana karena dia mewarisi kebijaksanaan itu sesuai dengan harapan Daud Bapanya. Konsistensi sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak Tuhan melahirkan manusia bijaksana, Yesus juga menghendaki agar para pengikut, para murid, ahli waris-Nya memperoleh kebijaksanaan hidup dalam menjalankan misi perutusan mereka. Kisah pengutusan para murid dalam injil dengan segala ketentuan normatifnya adalah kisah yang menggambarkan betapa Tuhan mengehendaki semua pengikut-Nya menjadi orang bijaksana. Dan kita bisa menjadi bijaksana dalam seluruh tugas, karya kita sejauh kita dikuasai Roh Tuhan   membawa orang agar mengalami Tuhan yang membebaskan dan menyembuhkan. Hari ini dalam cara yang berbeda Tuhan memilih, mengangkat dan mengutus kita, Anda dan Saya untuk menjadi murid-murid-Nya yang setia, bijaksana dan teguh dalam iman seperti Paulus Miki, dkk. Mari belajar menjadi bijaksana dan Tuhan memberkati kita semua.. Amin


Bacaan, 1Raj.2,1-4.10-12

 Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: "Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel. Kemudian Daud mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. Dan Daud memerintah orang Israel selama empat puluh tahun; di Hebron ia memerintah tujuh tahun, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun. Salomo duduk di atas takhta Daud, ayahnya, dan kerajaannya sangat kokoh.

Injil. Mrk.6,7-13

 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Saturday, February 1, 2014

PERINGATAN: CARA MELAWAN LUPA

Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah,  2 Februari 2014
Mal.3,1-4; Ibr.2,14-18; Luk.2,22-32
Peringatan 86 Tahun Tarekat Frater BHK di Indonesia
Buka
Hari gereja memperingati pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Suatu peringatan yang mengingatkan kita bahwa kelahiran dan keharian Yesus merupakan berkat dari Allah untuk manusia. Berkat itu dipersembahkan kepada Allah. Hidup kita juga menjadi berkat dari Allah. Dalam iman yang melihat hidup kita sebagai berkat mendorong kita juga untuk menjadikan diri kita sebagai persembahan kepada Allah. Dan itu secara nyata kita tunjukan dalam jawaban kita menanggapi panggilan Allah. Persembahan diri dalam pelayanan memungkinkan kita melakukan hal-hal sederhana tetapi dengan cinta yang besar dan dengan hati penuh cinta. Persembahan diri kita kiranya menjadi terang bagi orang lain. Bersaman dengan peringatan Yesus dipersembahkan di Bait Allah kita juga bersyukur karena sejak 86 tahun silam para pendahlu kita dalam tarekat frater BHK telah membawa terang ke bumi Indonesia yang memungkinkan banyak orang mengalami kasih Tuhan. Kita berdoa semoga semangat dan cinta yang telah diperkenalkan sejak 86 tahun silam oleh perintis awal terus mewarnai karya para frater BHK ke depannya.
Renungan
Mengawali renungan ini, saya mengajak para frater sekalian untuk mencermati beberapa hal atau kenyataan berikut ini. (1) Di halaman depan rumah Induk ini ada sebuah monumen berupa patung Bunda Hati Kudus dan di bawahnya ada tulisan “Peringatan: Kapitel Umum Pertama di Indonesia. Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus-BHK, Malang, 9-21 Oktober 2000. Fr.MWilfied van der Poll, BHK Pemimpin Umum, Fr.Paulini B.C da Silva, BHK Wakil, Fr.Maria Leo Rultenberg, BHK Anggota/Sekertaris) (2) Di salah satu sudut lorong komunitas DPU Oro-oro Dowo ada prasasti berisi tentang perpindahan pusat generalat frater BHK dari Belanda ke Indonesia. (3) Dua tahun lalu saat mengikuti misa ulang tahun SMAK Frateran ada acara peresmian gua Maria di SMAK Frateran yang ditandai dengan penandatanganan prasasti yang ditempatkan dekat gua Maria. (4) Saat kita mengikuti rekoleksi di komunitas Novisiat, Frater Yasintus selalu menyisipkan ajakan untuk para frater agar bahan-bahan yang dipresentasikannya bisa dikumpulkan menjadi buku (5) Mengakhiri aneka kegiatan perlombaan di Yayasan Mardi Wiyata, para juara biasanya diberi piala dan piagam penghargaan. (6) Ketika saya menghadiri acara pernikahan seorang teman di Blitar, saya diberi sebuah cangkir yang bertuliskan kalimat indah tentang perkawinan, nama pasangan dan tanggal akad nikah mereka. (7) Hari ini kita merayakan ekaristi untuk satu ujud yaitu peringatan 86 tahun Tarekat Frater BHK masuk ke Indonesia.  
Deretan penggalan fakta ini melahirkan satu pertanyaan penting yang harus kita jawab. Pertanyaannya, mengapa harus ada monumen, prasasti, buku, piala, piagam, cangkir dan peringatan 86 tahun seperti ini? Atau kata apa sebenarnya yang memicu dan  mengharuskan adanya fakta-fakta seperti ini? Jawabannya hanya satu kata. Jawabannya adalah kata LUPA. Karena ada kata LUPA dan takut LUPA orang membuat monumen, prasasti, buku cacatan, piala penghargaan, membuat cangkir kenangan, dan hari peringatan. Kenyataan dan kisah sejarah peradaban manusia antara lain dapat dirunut melalui pelbagai cacatan dan peninggalan berupa prasasti. Semua hal itu dilakukan karena ada hal yang penting yang memang tidak boleh dilupakan atau harus selalu diingat. Singkat kata, tugu peringatan, monumen, prasasti, buku, harip-hari peringatan merupakan alat atau senjata melawan LUPA. Tanpa kita sadari, sesungguhnya setiap kali kita melihat meonumen atau prasasti sebenarnya kita dingatkan bahwa kita adalah PELUPA.
Beberapa hari yang lalu  dalam diskusi TVONE terkait keputusan MK tentang mekanisme Pemilu, Yuzril Isha Mahendra beberapa kali menegaskan bahwa masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia memiliki ingatan yang pendek. Untung Yuzril tidak mengatakan bahwa bangsa Indonesia tergolong bangsa yang sering lupa ingatan. Ingatan pendek sama dengan cepat lupa apa yang pernah dilakukan, apa yang terjadi, dan apa yang dialami. Pernyataan Yuzril, itu ada benarnya juga meskipun lupa adalah pengalaman manusia universal. Banyak masalah di negara kita biasanya hilang dari ingatan kita atau dilupakan bersamaan dengan mengalirnya waktu. Kasus-kasus akan dilupakan bersamaan dengan berlalunya waktu dan akan diganti dengan kasus-kasus baru. Ketika kasus kematian Munir didiamkan, mendiang istrinya membuat gerakan perlawanan melawan Lupa dengan membangun menumen melawan Lupa untuk Munir.
Perayaan peringatan 86 tahun tarekat Frater BHK berkarya di Indonesia hari ini, boleh saja dikatakan sebagai peringatan dan perayaan melawan lupa. Melawan lupa yang boleh jadi akan dialami para frater generasi yang akan datang. Peringatan hari ini tanpa kita sadari mau menegaskan kepada kita bahwa kita juga berpeluang untuk lupa dan melupakan hal-hal penting dalam kehidupan kita sebagai sebuah persekutuan di bawah payung spirit hati sang pendiri. Momen peringatan 86 tahun Terekat frater BHK bermisi di Indonesia secara tidak langsung “memaksa” kita untuk mengingat segala sesuatu yang terjadi dan dialami sejak 86 tahun silam. Mengingat segala sesuatu yang penting yang terjadi masa lalu, merenungkan dan memaknainya pada saat ini untuk merencankan suatu perkembangan, progres masa depan misi tarekat. Sekali lagi perayaan peringatan ini, bagi kita adalah momen dan monumen pengingat melawan LUPA. Syukur karena pendahulu kita memilki tradisi untuk mencatat, menulis semua peristiwa penting yang terjadi sehingga kita sebagai pewaris tarekat dapat merunut suka duka perjalanan tarekat.
Tahun lalu di kapel ini kita merayakan misa peringatan 85 tahun tarekat masuk Indonesia. Saya yakin kita semua masih mengingat atau tidak lupa apa yang disampaikan romo yang memimpin misa waktu itu. Tahun lalu juga di kapel ini kita merayakan misa peringatan 140 tahun berdirinya tarekat frater BHK yang dimulai pendiri Ignas Andreas Schaepman di Belanda. Saya juga percaya bahwa apa yang saya sampaikan dalam renungan waktu itu masih melekat kuat dalam ingatan kita. Dari angka 140 tahun itu 86 tahun karya tarekat berada di Indonesia. Itu artinya apa? Artinya setelah 54 tahun tarekat Frater BHK berkarya di bumi Kincir Angin, tanah kelahiran tarekat, karisma pendiri semakin meluas ke Indonesia termasuk ke kota Malang ini. Usia 54 tahun bagi tarekat BHK saat itu dianggap usia matang menentukan pilihan atau opsi bermisi ke Indonesia untuk membumikan spirit Schaepman yang dikuasi gerakan hati. Keyakinan akan kematangan semangat bermisi itulah yang menginspirasi sekaligus menganimasi pelbagai bentuk karya yang dijalankan tarekat berkaitan dengan pembinaan kaum muda dalam jalur pendidikan. Aneka peristiwa penting dan aneka prestasi yang diraih dalam karya para frater BHK selama 86 tahun sebagai komunitas terpanggil harus dingat, dimaknai, dan diamini sebagai buah dari gerakan hati yang dikuasai kasih untuk mencintai. Keberadaan tarekat frater BHK selama 86 tahun di Indonesia adalah keberadaan dan kehadiran sebuah  hati. Spritualitas hati yang menjiwai karya dan perutusan para frater telah diwariskan dari sang pendiri harus dimaknai sebagai hati yang memenuhi kualifikasi unggul. Hati kita merupakan instansi penimbang dalam menentukan apakah yang kita lakukan itu baik atau buruk. Hati  kita menjadi institusi moral yang memungkinkan kita bisa membedakan apa yang baik dari yang buruk dan mengabaikan yang buruk untuk sesuatu yang yang  baik. Hati sebagai pengendali kehidupan, dalam konteks iman dan panggilan kita merupakan penentu kualitas hidup dan karya dalam panggilan kita. Berkarya dan menjalani panggilan dengan hati merupakan bentuk penyerahan dan persembahan diri kepada Allah.
Uskup Schaepman telah menyerahkan diri dan mempersembahkan diri kepada Tuhan. Ia telah memberi contoh penyerahan dan persembahan diri itu kepada semua pengikutnya. Panggilan adalah penyerahan dan persembahan diri. Semua kita menyebut diri sebagai orang terpanggil artinya kita tergolong orang yang telah menyerahan dan mempersembahkan diri dan kehidupan kita kepada rencana Tuhan.
Tentu bukan suatu kebetulan kalau peringatan 86 tahun karya frater BHK di Indonesia  ini bertepatan dengan pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah. Bacaan-bacaan hari ini juga memberi inspirasi sekaligus memberi wawasan baru untuk panggilan kita. Nubuat nabi Maleakhi dalam bacaan pertama menegaskan bahwa Tuhan yang dinantikan akan datang ke Kenisah-Nya. Dalam konteks perjanjian lama kenisah itu merujuk pada bangunan fisik di Yerusalem tetapi dalam konteks perjanjian baru kenisah itu dalam pengertian metafor merujuk pada diri dan pribadi manusia. Tubuh kita adalah Kenisah atau Bait Allah. Wawasan baru yang bisa kita kaitkan dengan peringatan 86 tahun karya frater BHK di Indonesia ini adalah melihat kehadiran para misionaris BHK 86 tahun silam itu sebagai utusan Tuhan yang mempersiapkan jalan sekaligus membawa Tuhan kepada manusia Indonesia sebagai Kenisah. Tentu kita berbangga karena 86 tahun lalu ada konfrater kita yang menghadirkan Tuhan dengan spirit pendiri. Dalam bahasa nabi Maleakhi para frater perintis itu ibarat  tukang permurni logam yang membawa api yang memurnikan dan ibarat tukang cuci yang membawa sabun dan deterjen  pembersih. Misionaris perintis itu telah membawa semangat pendiri yang berpusat pada hati untuk memurnihkan dan membersikan manusia Indonesia dari kebodohan. Bangsa Indonesia yang dimurnikan dan dibersihkan dari kebodohan melelaui karya para frater ibarat nabi yang diutus mentahirkan orang Lewi.  Hasil karya para misionaris perintis BHK memungkinkan begitu banyak orang mengenal Tuhan yang pada akhirnya mempersembahkan diri kepada Tuhan. Sejujurnya harus kita akui bahwa  kita mau bergabung dalam persaudaraan BHK karena ada pendahulu kita yang membawa dan memperkenalkan TUhan itu kepada kita. Dan itulah alasan mengapa ada peringatan seperti ini.
Pilihan menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada TUhan yang diperkenalkan kepada kita melalui karya para pendahulu kita pada dasarnya adalah pilihan untuk berada dan hidup dalam kebersamaan, persaudaraan , dan solidaritas. Dimensi kerbersamaan, persaudaraan, dan solidaritas harus menjadi identitas kita  yang menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Tuhan. Mengapa ketiga hal itu penting? Surat kepada orang Ibrani tadi memberi pendasaran yang tidak terbantaahkan yaitu karena Yesus yang adalah Tuhan telah menyatakan  solidaritas dengan menjadi seperti manusia. Merasa diri sama seperti orang lain adalah bahasa sederhana untuk sebuah solidaritas. Hanya kalau kita merasa diri sama dengan orang lain kita akan menumbuhkan semangat kebersamaan dan persaudaraan. Kita tentu yakin bahwa keberadaan dan karya frater BHK selama 86 tahun di Indonesia berhasil karena mengedepankan dimensi kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas itu. Karena itu, pada momen peringatan seperti ini kita tidak boleh melupakan apa makna kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas itu di antara kita sebagai konfrater dan di antara kita dengan orang yang kita layani dalam karya pelayanan kita.
Kehadiran Yesus di bait Allah saat dipersembahkan kedua orangtuanya menurut tata cara adat Yahudi menciptakan suasana luar biasa. Penggalan injil Lukas tadi menggambarkan bagaimana suasana di kenisah saat seorang bernama Simeon menyaksikan Yesus datang. Simeon yang sepanjang hidupnya merindukan datangnya sang Mesias pada akhirnya meluapkan kegembiraannya dalam sebuah kidung yang Indah. Bagi Simeon kedatangan, kehadiran Yesus di kenisah adalah penuhan akan apa yang dirindukan dan dinantikan sepanjang hidupnya. Hidup Simeon hanya diarahkan pada cita-cita melihat dan memandang Allah. Karena itu, baginya kematian setelah mengalami sendiri, memandang, dan melihat Tuhan  adalah kematian dalam rahmat.”Sekarang Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera, menurut sabda-Mu, sebab aku telah melihat keselamatan yang Kausediakan di hadapan segala bangsa”.
Apa relevansi perkataan Simeon ini dengan peringatan 86 tahun karya frater BHK di Indonesia. Menurut saya pernyataan Simeon ini menjadi sebuah prasasti dan menomen peringatan bagi kita untuk tidak melupakan semangat awal tarekat kita dalam menghadirkan Tuhan kepada orang yang meridukan dan menantikan keselamatan. Sejak 140 tahun yang lalu saat tarekat lahir di Belanda dan sejak 86 tahun tarekat berkarya di Indonesia masih banyak orang seperti Simeon yang menantikan kehadiran Tuhan melalui karya para frater. Saat ini, di mana-mana banyak Simeon yang ingin mengenal Tuhan dalam berbagai cara. Dan para frater BHK punya cara yang khas dalam spirit pendiri, membawa Tuhan yang sudah memenuhi hati kepada hati orang yang mendambakan Tuhan. Sebagai pengikut Kristus kita ada, hadir, dan hidup untuk menghadirkan Kristus. Betapa Tuhan diagungkan kalau setiap perjumpaan kita dengan orang lain melahirkan suana seperti perjumpaan Yesus dengan Simeon. Mari kita jadikan peringatan hari ini sebagai menumen pengingat atau senjata melawan LUPA akan apa yang telah dimulai pendiri dan para pendahulu kita. Semoga semakin banyak orang mengalami seperti yang dialami Simoen dalam perjumpaan dengan kita. Profiat, Hati Bunda Kudus terbuka untuk niat baik kita. Amin
Claket, 2 Februari 2014