Saturday, January 7, 2017

RENUNGAN MINGGU PENAMPAKAN

Renungan Minggu Penampakan Tuhan
Yes. 60,1-6; Ef.3,2-3a.5-6; Mat.2,1-12
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng, 8 Januari 2017

Buka
Kita membutuhkan manusia yang bijaksana dalam kehidupan berbagangsa, bernegara dan bergereja. Tuhan telah menampakkan kebijaksanaan-Nya kepada kita dengan kelahiran Putra-Nya untuk kita. Hari ini Tuhan menampakkan diri kepada 3 orang raja yang bijaksana. Tuhan menampakkan diri kepada mereka yang dengan rendah hati, tekun, dan bijaksana mencari Dia. Kita mohon agar kita menjadi pencari Tuhan yang bijaksana.
Renungan
Setelah masing-masing  kita mendengarkan Injil tadi tentu kita bisa ingat minimal satu kata yang paling penting untuk kita ingat. Kalau kita ditanya, berdasarkan injil tadi, kata apa yang terpeting untuk Anda? Untuk saya, kata terpenting yang harus saya ingat dari injil adalah kata Bintang. Mengapa kata bintang itu menjadi penting? Jawabannya karena semua hal yang baik selalu dikaitkan dengan kata bintang.
Semua kita tahu  bahwa bintang itu benda langit yang menampakkan diri di tengah kegelapan malam. Semakin gelap malam semakin jelaslah cahaya sang bintang. Bintang itu benda langit yang menempati angkasa dalam jarak yang jauh. Injil menggambarkan kepada kita bahwa bintang yang berada di tempat yang tinggi, pada malam yang gelap telah memancarkan sinarnya untuk dunia dan semesta. Kita juga sering mendengarkan berbagai ungkapan yang dikaitkan dengan kata bintang seperti bintang film, bintang sinetron, bintang kelas, bintang kecantikan, cita-cita setinggi bintang, bintang pujaan dan bintang idola, dll. Dari deretan ungkapan itu terasa bagi kita kata bintang itu mempunyai makna yang sangat positif. Kata bintang mengandung arti dan makna yang baik serta menyenangkan. Dalam acara  tahun baru kita saksikan para bintang film, artis tampil memukau dalam pelbagai bentuk tayangan televisi. Gambaran kehebatan, keunggulan seseorang sering dan biasa direduksi ke dalam kata bintang. Semua orang ingin menjadi bintang artinya semua orang berkeinginan menjadi yang paling baik, paling hebat. Kerinduan tertinggi manusia untuk menjadi yang terbaik itu bisa ditemukan dalam ungkapan gantungkan cita-cita setinggi bintang atau raihlah cita-cita setinggi bintang.
Baru sepekan kita akhiri tahun 2016 dan baru sepekan pula kita memasuki tahun 2017. Malam pergantian tahun diwarnai dengan berbagai hal yang menggembirakan. Di mana-mana kita dikejutkan oleh letupan kembang api. Ada jutaan bahkan puluhan juta rupiah uang  yang dibakar melalui kembang api yang akan menghasilkan percikan caha berupa bitang di malam yang gelap.  Suasana semarak kembang api dengan cahaya menyerupai bintang-bintang tampak indah bagi kita.  Akhir tahun lama dan awal tahun baru  menjadi saat penting untuk kita. Melepaskan yang lama dan menangkap yang baru. Seluruh dunia seakan bersatu dan bersama dalam perasaan.
Pergantian tahun Masihi yang dihitung berdasarkan peristiwa kelahiran Tuhan  dan bukan hanya  menjadi milik orang Kristiani. Pergantian tahun menjadi milik semua manusia. Sebagai orang yang beriman  kepada Kristus pergantian tahun seperti itu merupakan mujizat sekaligus kebanggaan bagi kita orang Kristinai.  Dan inilah mujizat yang ditampakkan Allah bagi dunia. Peristiwa pergantian tahun yang dirayakan seluruh umat manusia secara tidak langsung mau menyatakan kepada kita bahwa Kristus itu datang untuk segala bangsa dan juga diterima segala bangsa. Pergantian tahun sebenarnya mengukuhkan identitas Yesus sebaga Awal dan Akhir (Alfa dan Omega). Peristiwa itu bagi kita sungguh menjadi saat rahmat dalamnya Allah menampakkan diriuntuk kita.
Hakikat Yesus sebagai Awal dan Akhir pada dasarnya mau menegaskan kepada kita bahwa penggalan hidup manusia terjadi di antara awal dan akhir itu. Perjalan manusia, perziarah hidup kita berlangsung dalam batas waktu. Yesus sendiri menjadi titik awalnya sekaligus sebagai titik tujuan perjalanan hidup orang beriman.  Hal seperti itulah yang mau dikatakan Yesaya dalam bacaan pertama tadi. Yesaya menggambarkan bagaimana segala bangsa mencari terang setelah dilanda kegelapan dan kekelaman. Yesaya mengajak segala bangsa untuk mengangkat muka memandang terang kemuliaan Tuhan yang telah terbit bagi segala bangsa. Semua orang yang mengangkat muka memandang terang akan mendapatkan segala sesuatunya secara berkelimpahan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama artinya orang menaruh harapan sepenuhnya pada rencana dan kehendak Tuhan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama artinya manusia mau menimba kebijakasanaan Ilahi. Santu Paulus dalam surat untuk jemaat Efesus hari ini menjelaskan kepada kita bagaimana kehendak Tuhan itu telah dinyatakan sebagai karunia. Tuhan menyatakan diri, menampakkan diri kepada manusia melalui para nabi yang membawa segala bangsa kepada persekutuan dengan Tuhan.
Pada hari minggu ini gereja sejagat merayakan pesta penampakan Tuhan (Epifani). Masyarakat kita lebih suka dengan istilah pesta tiga raja. Hal ini berkaitan dengan kisah perjalanan ketiga raja bijaksana. Ketiga raja itu digambarkan sebagai orang bijak yang sedang mencari sang Raja baru. Injil   tadi lebih tepat peristiwa hari ini disebut pesta pencarian.  Tiga raja bijak mencari Yesus.  
Injil berbicara tentang sebuah bintang yaitu bintang keselamatan. Bintang yang memungkinkan orang sampai pada tokoh yang membebaskan. Bintang yang membawa orang pada sumber terang ilahi. Kisah perjalanan ketiga raja tadi berhasil sampai tujuan karena ada bintang yang memberikan  mereka petunjuk. Ekspedisi ketiga raja itu berhasil dan ketiga disebut  sebagai orang bjak. Mengapa mereka disebut orang bijak? Ada sepuluh hukum yang menjadikan seseorang itu bijak:
1.     Mampu Bertanya: sebelum melakukan sesuatu orang bijak selalu  bertanya. Bertanya untuk menentukan jawaban. Dengan menjawab pertanyaan itu ia akan bertindak secara tepat. Tiga raja tadi sebelum berangkat mereka mengajukan pertanyaan penting tentang tempat. Di manakah Dia raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kita?
2.     Miliki Kepekaan. Orang bijak mampu membaca gejala yang dihubungkan dengan apa yang mau dicarinya. Tiga raja mampu membaca gejala alam. Melihat bintang Timur. Mampu menangkap pesan setiap gejala kehidupan. Alam kita penuh dengan pelbagai tanda dan gejala yang menuntut kepekaan kita untuk bertindak secara bijaksana.  
3.     Bertujuan. Orang bijak melakukan sesuatu selalu terarah pada tujuan yang jelas. Orientasi dan sasaran jelas. Mereka bertanya, membaca gejala alam dan menetapkan tujuan mereka untuk datang menyembah dalam arti sebenarnya. Hidup dengan arah dan tujuan jelas menjadikan kita sebagai orang bijak yang akrab berkebijaksanaan.
4.     Pendengar Setia. Orang bijak selalu mendengarkan orang lain, terbuka kepada orang lain. Ketiga raja tadi belajar mendengar dari orang lain sekaligus berbagi kepada orang lain. Mereka menjelaskan secara tepat dan pasti kepada Herodes yang lagi gusar atas berita kelahiran raja baru. Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar sebelum berbicara.
5.     Konsisiten: Orang bijak tak akan mundur dalam perjuangannya meskipun dihadang dengan tantangan. Tiga raja tetap meneruskan perjalanan meski mereka menyaksikan ketakutan Herodes. Mereka tetap konsisiten pada perjalanan mereka. Kita sering tidak konsisten dalam cara hidup ketika tantangan menghadang kita. Kita sering membelot kalau tidak menguntungkan kita secara ekonomis, secara politik, dll. Konsistensi sikap kita untuk memperjuangkan nilai kehidupan kadang-kadang kalah di hadapan sejumlah uang, pangkat, status, jabatan politik tertentu.  
6.     Bertindak atas Dasar dan Alasan yang memadai . Orang bijak selalu bertindak atas dasar yang kuat dan argumentasi yang rasional. Bukan bertindak dan hidup berdasarkan spekulasi atau mengnadalkan mimpi tentang binatang di siang bolong. Tiga raja memberikan penjelasan kepada Herodes dengan dasar yang kuat yaitu seperti apa yang telah tertulis dalam kitab suci. Dasar tindakan ketiga raja bijak itu adalah Firman Tuhan sendiri. Bukan retorika buatan mereka sendiri sebagai kata kosng penuh kebohongan.  Mereka tidak membuat spekulasi dan memberikan argumentasi yang direkayasa. Perkataan mereka itu tampak lugas dan jujur. Bertindak lugas dan jujur adalah tanda orang berkebijaksanaan. Kita sering bertindak spekulasi, main untung-untungan. Kita lebih suka tidur agar bermimpi mendapat rejeki dari para dewa binatang.
7.     Teliti dan cermat. Orang bijak itu bertindak cermat dan teliti. Tidak gegabah. Tiga raja meneruskan perjalanan sambil memperhatikan secara teliti dan cermat terhadap bintang yang memberikan petunjuk dalam perjalanan mereka. Bintang itu mendahului mereka  hingga berhenti di tempat di mana bayi Yesus berada. Jika mereka tidak cermat, kemungkinan mereka tidak sampai di tempat tujuan. Mereka berpeluang untuk tersesat. Kita sering tersesat karena kita sering kurang cermat, kurang teliti. Kita sering bertindak dan berkata secara gegabah sehingga sering melahirkan masalah.
8.     Rendah hati. Orang bijak itu selalu bersikap rendah hati terhadap siapa pun. Tiga orang raja tadi bersujud dan menyembah di hadapan bayi Yesus. Suatu sikap yang terasa aneh bagi orang-orang yang mendewakan jabatan. Ketiga orang yang datang itu berstatus sebagai raja yang sudah punya wilayah dan rakyat, tetapi sebagai orang yang bijaksana ketiganya bersikap rendah hati di hadapan Yesus yang kerajaannya masih dalam angan-angan.  Kita sering menjaga pangkat, jabatan, wibawa, kuasa dan status kita dan enggan bersikap rendah hati. Kita lebih banyak bersikap menengadah ke atas lalu lupa menunduk ke bawah. Kita sering membawa pangkat dan jabatan, harta ketika menghadap Tuhan, lalu lupa bahwa kita semua sama di hadapan Tuhan. Tiga raja mengajrkan lepada kita bagaimana seharus dan sepantasnya kita bersikap di hadapan Tuhan.
9.     Berbagi. Orang bijaksana adalah orang yang rela berbagi melepaskan milik berharga untuk orang lain. Ketiga raja itu menyatakan kebijaksanaan mereka dengan membuka tempat harta benda berharga dan lalu mempersembahkannya kepada Yesus. Kita sering bersikap dan bernafsu mengumpulkan segalanya. Kita sering membuat peti yang terkunci mati atas apa yang kita miliki lalu lupa berbagi kepada orang lain. Kita mau merebut proyek sebanyak-banyak; merebut posisi politik di mana-mana. Kita senang membuka investasi di mana-mana dan bermacam-macam lalu kita merasa yang lain sebagai saingan yang harus ditaklukan. Rela dan merekan sesuatu untuk dibagikan kepada orang lain adalah tanda orang yang bijaksana.
10.  Menerima Risiko. Orang bijak itu tidak takut ambil risiko. Tiga raja berani mengambil risiko apa pun yang terjadi berhadapan dengan Herodes. Mereka mencari jalan lain. Mereka  tidak takut kalau hubungan diplomatik antara Herodes dengan ketiga raja itu putus karena mereka tidak mengikuti pesan herodes. Kita sering tak mau mengambil risiko.
Ketiga raja berhasil sampai menjumpai Yesus dan Yesus menampakan diri kepada mereka. Hal ini terjadi hanya karena mereka telah memenuhi sepuluh syarat sebagai orang bijak. Hari ini kita merayakan pesta penampakan Tuhan kepada kita. Yesus yang adalah Awal dan Akhir; Alfa dan Omega telah tampak bagi kita semua setelah kita melepaskan tahun lama dan menerima tahun baru. Tahun baru dengan segala situasinya yang akan kita hadapi jelas menantang kita. Semoga teladan dan cara hidup tiga Raja Bijaksana hari ini memberi inspirasi dan dorongan bagi kita semua untuk belajar menjadi semakin bijaksana. Rahasia dan kebesaran Tuhan hanya bisa tampak dalam kehidupan kita hanya jika kita belajar untuk menjadi bijaksana. Orang bijaksana adalah bintang dalam kehidupan. Karena itu marilah kita berusaha menjadi bintang-bintang yang menerangi kegelapan dunia dan masyarakat kita melalui cara hidup kita yang berkenan kepada sesama, kepada Tuhan, dan kepada alam lingkungan yang menjadi tempat Allah menampakkan diri bagi kita. Kalau kitatidak mampu menjadi matahari baiklah kita berusaha menjadi bintang. Semoga


Di depan Simbol Bintang Daud
di Gereja Betlehem

foto: Rm. Bone Rampung Pr