Renungan Minggu Penampakan
Tuhan
Yes. 60,1-6;
Ef.3,2-3a.5-6; Mat.2,1-12
Kapela
STKIP Santu Paulus Ruteng, 8 Januari 2017
Buka
Kita
membutuhkan manusia yang bijaksana dalam kehidupan berbagangsa, bernegara dan
bergereja. Tuhan telah menampakkan kebijaksanaan-Nya kepada kita dengan
kelahiran Putra-Nya untuk kita. Hari ini Tuhan menampakkan diri kepada 3 orang
raja yang bijaksana. Tuhan menampakkan diri kepada mereka yang dengan rendah
hati, tekun, dan bijaksana mencari Dia. Kita mohon agar kita menjadi pencari
Tuhan yang bijaksana.
Renungan
Setelah masing-masing kita
mendengarkan Injil tadi tentu kita bisa ingat minimal satu kata yang paling
penting untuk kita ingat. Kalau kita ditanya, berdasarkan injil tadi, kata apa
yang terpeting untuk Anda? Untuk saya, kata terpenting yang harus saya ingat
dari injil adalah kata Bintang. Mengapa kata bintang itu menjadi penting?
Jawabannya karena semua hal yang baik selalu dikaitkan dengan kata bintang.
Semua kita tahu bahwa bintang
itu benda langit yang
menampakkan diri di tengah kegelapan malam. Semakin gelap malam semakin
jelaslah cahaya sang bintang. Bintang itu benda langit yang menempati angkasa dalam
jarak yang jauh. Injil
menggambarkan kepada kita bahwa bintang yang berada di tempat yang tinggi, pada
malam yang gelap telah memancarkan sinarnya untuk dunia dan semesta. Kita juga sering mendengarkan berbagai ungkapan yang
dikaitkan dengan kata bintang seperti bintang film, bintang
sinetron, bintang kelas, bintang kecantikan, cita-cita setinggi bintang,
bintang pujaan dan bintang idola, dll. Dari deretan ungkapan itu terasa bagi
kita kata bintang itu mempunyai makna yang sangat
positif. Kata bintang mengandung arti dan makna yang baik serta menyenangkan.
Dalam acara tahun baru kita saksikan
para bintang film, artis tampil memukau dalam pelbagai bentuk tayangan
televisi. Gambaran kehebatan, keunggulan
seseorang sering dan biasa direduksi ke dalam kata bintang. Semua orang ingin
menjadi bintang artinya semua orang berkeinginan menjadi yang paling baik,
paling hebat. Kerinduan tertinggi manusia untuk menjadi yang terbaik itu bisa
ditemukan dalam ungkapan gantungkan cita-cita setinggi bintang atau raihlah
cita-cita setinggi bintang.
Baru sepekan kita akhiri tahun 2016 dan baru sepekan pula kita memasuki tahun
2017. Malam pergantian tahun diwarnai dengan berbagai hal yang menggembirakan.
Di mana-mana kita dikejutkan oleh letupan kembang api. Ada jutaan bahkan
puluhan juta rupiah uang yang dibakar
melalui kembang api yang akan menghasilkan percikan caha berupa bitang di malam
yang gelap. Suasana
semarak kembang api dengan cahaya menyerupai bintang-bintang tampak
indah bagi kita. Akhir
tahun lama dan awal tahun baru menjadi saat penting untuk kita. Melepaskan
yang lama dan menangkap yang baru. Seluruh dunia seakan bersatu dan bersama
dalam perasaan.
Pergantian
tahun Masihi yang dihitung berdasarkan peristiwa kelahiran Tuhan dan bukan
hanya menjadi milik
orang Kristiani. Pergantian tahun menjadi milik semua manusia. Sebagai orang yang beriman kepada Kristus pergantian tahun seperti itu
merupakan mujizat sekaligus kebanggaan bagi kita orang Kristinai. Dan
inilah mujizat yang ditampakkan
Allah bagi dunia. Peristiwa pergantian tahun yang dirayakan seluruh umat
manusia secara tidak langsung mau menyatakan kepada kita bahwa Kristus itu
datang untuk segala bangsa dan juga diterima segala bangsa. Pergantian tahun
sebenarnya mengukuhkan identitas Yesus sebaga Awal dan Akhir (Alfa dan Omega).
Peristiwa itu bagi kita sungguh menjadi saat rahmat dalamnya Allah menampakkan
diriuntuk kita.
Hakikat
Yesus sebagai Awal dan Akhir pada dasarnya mau menegaskan kepada kita bahwa
penggalan hidup manusia terjadi di antara awal dan akhir itu. Perjalan manusia,
perziarah hidup kita berlangsung dalam batas waktu. Yesus sendiri menjadi titik
awalnya sekaligus sebagai titik tujuan perjalanan hidup orang beriman. Hal seperti itulah yang mau dikatakan Yesaya
dalam bacaan pertama tadi. Yesaya menggambarkan bagaimana segala bangsa mencari
terang setelah dilanda kegelapan dan kekelaman. Yesaya mengajak segala bangsa
untuk mengangkat muka memandang terang kemuliaan Tuhan yang telah terbit bagi segala bangsa. Semua orang
yang mengangkat muka memandang terang akan mendapatkan segala sesuatunya secara
berkelimpahan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama artinya orang menaruh harapan
sepenuhnya pada rencana dan kehendak Tuhan. Mengangkat muka kepada Tuhan sama
artinya manusia mau menimba kebijakasanaan Ilahi. Santu Paulus dalam surat untuk jemaat Efesus hari ini menjelaskan kepada kita bagaimana
kehendak Tuhan itu telah dinyatakan sebagai karunia. Tuhan menyatakan diri,
menampakkan diri kepada manusia melalui para nabi yang membawa segala bangsa
kepada persekutuan dengan Tuhan.
Pada
hari minggu ini gereja sejagat merayakan pesta penampakan Tuhan (Epifani). Masyarakat kita lebih suka
dengan istilah pesta tiga raja. Hal ini berkaitan dengan kisah perjalanan
ketiga raja bijaksana. Ketiga raja itu digambarkan sebagai orang bijak yang sedang mencari sang Raja baru. Injil tadi lebih tepat peristiwa
hari ini disebut pesta pencarian. Tiga
raja bijak mencari Yesus.
Injil berbicara tentang sebuah bintang yaitu bintang keselamatan.
Bintang yang memungkinkan orang sampai pada tokoh yang membebaskan. Bintang
yang membawa orang pada sumber terang ilahi. Kisah perjalanan ketiga raja tadi
berhasil sampai tujuan karena ada bintang yang memberikan mereka petunjuk. Ekspedisi ketiga raja itu
berhasil dan ketiga disebut sebagai orang bjak.
Mengapa mereka disebut orang bijak? Ada sepuluh hukum yang menjadikan seseorang
itu bijak:
1. Mampu
Bertanya: sebelum melakukan sesuatu orang bijak selalu bertanya. Bertanya untuk menentukan jawaban.
Dengan menjawab pertanyaan
itu ia akan bertindak secara tepat. Tiga raja tadi sebelum berangkat mereka
mengajukan pertanyaan penting tentang tempat. Di manakah Dia raja Yahudi yang
baru dilahirkan itu? Kita?
2. Miliki
Kepekaan. Orang bijak mampu membaca gejala yang dihubungkan dengan apa yang mau
dicarinya. Tiga raja mampu membaca gejala alam. Melihat bintang Timur. Mampu
menangkap pesan setiap gejala kehidupan. Alam kita penuh dengan pelbagai tanda
dan gejala yang menuntut kepekaan kita untuk bertindak secara bijaksana.
3. Bertujuan.
Orang bijak melakukan sesuatu selalu terarah pada tujuan yang jelas. Orientasi
dan sasaran jelas. Mereka bertanya, membaca gejala alam dan menetapkan tujuan
mereka untuk datang menyembah dalam arti sebenarnya. Hidup dengan arah dan
tujuan jelas menjadikan kita sebagai orang bijak yang akrab berkebijaksanaan.
4. Pendengar
Setia. Orang bijak selalu mendengarkan orang lain, terbuka kepada orang lain.
Ketiga raja tadi belajar mendengar dari orang lain sekaligus berbagi kepada
orang lain. Mereka menjelaskan secara tepat dan pasti kepada Herodes yang lagi
gusar atas berita kelahiran raja baru. Tuhan memberi kita dua telinga dan satu
mulut agar kita lebih banyak mendengar sebelum berbicara.
5. Konsisiten:
Orang bijak tak akan mundur dalam perjuangannya meskipun dihadang dengan
tantangan. Tiga raja tetap meneruskan perjalanan meski mereka menyaksikan
ketakutan Herodes. Mereka tetap konsisiten pada perjalanan mereka. Kita sering
tidak konsisten dalam cara hidup ketika tantangan menghadang kita. Kita sering
membelot kalau tidak menguntungkan kita secara ekonomis, secara politik, dll.
Konsistensi sikap kita untuk memperjuangkan nilai kehidupan kadang-kadang kalah
di hadapan sejumlah uang, pangkat, status, jabatan politik tertentu.
6. Bertindak
atas Dasar dan Alasan yang memadai . Orang bijak selalu bertindak atas dasar
yang kuat dan argumentasi yang rasional. Bukan bertindak dan hidup berdasarkan
spekulasi atau mengnadalkan mimpi tentang binatang di siang bolong. Tiga raja
memberikan penjelasan kepada Herodes dengan dasar yang kuat yaitu seperti apa
yang telah tertulis dalam kitab suci. Dasar tindakan ketiga raja bijak itu
adalah Firman Tuhan sendiri. Bukan retorika buatan mereka sendiri sebagai kata
kosng penuh kebohongan. Mereka tidak
membuat spekulasi dan memberikan argumentasi yang direkayasa. Perkataan mereka
itu tampak lugas dan jujur. Bertindak lugas dan jujur adalah tanda orang berkebijaksanaan.
Kita sering bertindak spekulasi, main untung-untungan. Kita lebih suka tidur
agar bermimpi mendapat rejeki dari para dewa binatang.
7. Teliti
dan cermat. Orang bijak itu bertindak cermat dan teliti. Tidak gegabah. Tiga
raja meneruskan perjalanan sambil memperhatikan secara teliti dan cermat
terhadap bintang yang memberikan petunjuk dalam perjalanan mereka. Bintang itu
mendahului mereka hingga berhenti di
tempat di mana bayi Yesus berada. Jika mereka tidak cermat, kemungkinan mereka
tidak sampai di tempat tujuan. Mereka berpeluang untuk tersesat. Kita sering
tersesat karena kita sering kurang cermat, kurang teliti. Kita sering bertindak
dan berkata secara gegabah sehingga sering melahirkan masalah.
8. Rendah
hati. Orang bijak itu selalu bersikap rendah hati terhadap siapa pun. Tiga
orang raja tadi bersujud dan menyembah di hadapan bayi Yesus. Suatu sikap yang
terasa aneh bagi orang-orang yang mendewakan jabatan. Ketiga orang yang datang
itu berstatus sebagai raja yang sudah punya wilayah dan rakyat, tetapi sebagai
orang yang bijaksana ketiganya bersikap rendah hati di hadapan Yesus yang
kerajaannya masih dalam angan-angan.
Kita sering menjaga pangkat, jabatan, wibawa, kuasa dan status kita dan
enggan bersikap rendah hati. Kita lebih banyak bersikap menengadah ke atas lalu
lupa menunduk ke bawah. Kita sering membawa pangkat dan jabatan, harta ketika
menghadap Tuhan, lalu lupa bahwa kita semua sama di hadapan Tuhan. Tiga raja
mengajrkan lepada kita bagaimana seharus dan sepantasnya kita bersikap di hadapan
Tuhan.
9. Berbagi.
Orang bijaksana adalah orang yang rela berbagi melepaskan milik berharga untuk
orang lain. Ketiga raja itu menyatakan kebijaksanaan mereka dengan membuka
tempat harta benda berharga dan lalu mempersembahkannya kepada Yesus. Kita
sering bersikap dan bernafsu mengumpulkan segalanya. Kita sering membuat peti
yang terkunci mati atas apa yang kita miliki lalu lupa berbagi kepada orang
lain. Kita mau merebut proyek sebanyak-banyak; merebut posisi politik di
mana-mana. Kita senang membuka investasi di mana-mana dan bermacam-macam lalu
kita merasa yang lain sebagai saingan yang harus ditaklukan. Rela dan merekan
sesuatu untuk dibagikan kepada orang lain adalah tanda orang yang bijaksana.
10. Menerima Risiko. Orang bijak
itu tidak takut ambil risiko. Tiga raja berani mengambil risiko apa pun yang
terjadi berhadapan dengan Herodes. Mereka mencari jalan lain. Mereka tidak takut kalau hubungan diplomatik antara
Herodes dengan ketiga raja itu putus karena mereka tidak mengikuti pesan
herodes. Kita sering tak mau mengambil risiko.
Ketiga
raja berhasil sampai menjumpai Yesus dan Yesus menampakan diri kepada mereka.
Hal ini terjadi hanya karena mereka telah memenuhi sepuluh syarat sebagai orang
bijak. Hari ini kita merayakan pesta penampakan Tuhan kepada kita. Yesus yang
adalah Awal dan Akhir; Alfa dan Omega telah tampak bagi kita semua setelah kita
melepaskan tahun lama dan menerima tahun baru. Tahun baru dengan segala
situasinya yang akan kita hadapi jelas menantang kita. Semoga teladan dan cara hidup tiga Raja Bijaksana hari
ini memberi inspirasi dan dorongan bagi kita semua untuk belajar menjadi semakin
bijaksana. Rahasia dan kebesaran Tuhan hanya bisa tampak dalam kehidupan kita
hanya jika kita belajar untuk menjadi bijaksana. Orang bijaksana adalah bintang
dalam kehidupan. Karena itu marilah kita berusaha menjadi bintang-bintang yang
menerangi kegelapan dunia dan masyarakat kita melalui cara hidup kita yang
berkenan kepada sesama, kepada Tuhan, dan kepada alam lingkungan yang menjadi
tempat Allah menampakkan diri bagi kita. Kalau kitatidak mampu menjadi matahari
baiklah kita berusaha menjadi bintang. Semoga
Di depan Simbol Bintang Daud
di Gereja Betlehem
foto: Rm.
Bone Rampung Pr