Monday, August 4, 2014

RENUNGAN MIDODARENI

Renungan Ibadat/Misa Midodareni
Pasutri Marsel Maring & Lusinta Sianturi
Teks Bacaan: Tob.8,5-10; Yoh.2,1-11
Malang, Jumat 8 Agustus 2014   
Buka
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada malam yang kudus, menjelang pernikahan Bapak Marsel dengan Ibu Lusi, kita diundang ke rumah ini untuk bersama-sama memohon berkat kepada Tuhan agar semua persiapan yang telah direncanakan dalam rangka pelaksanaan pernikahan dapat terlaksana dengan baik, lancar dan sesuai dengan rencana. Pernikahan adalah hal yang sangat kudus, oleh karenanya marilah kita dukung dengan sepenuh hati ibadat pada malam hari ini dengan terlebih dahulu memohon ampun atas kesalahan dan dosa kita.
                                    
Renungan
Sebagai catatan awal, saya harus mengatakan bahwa khotbah, renungan yang bernada nasihat tidak mungkin saya sampaikan kepada pasangan bapak Marsel dan Ibu Lusi. Alasannya, sederhana keduanyanya sudah mengalami suka duka, pahit manisnya hidup berkeluarga dan umur saya kurang pas untuk memberi petuah. Saya kira petuah yang tepat akan didapatkan besok dari imam yang akan meneguhkan pernikahan. Karena itu, yang saya sampaikan mungkin lebih tepat sebagai cerita saja dan penjelasan tentang latar belakang peristiwa malam ini.
Harian Kompas Minggu, 2012 memuat sebuah cerita pendek berjudul Pemanggil Bidadari. Cerita pendek itu mengisahkan kebiasaan seorang nenek yang membangunkan cucunya yang masih remaja tengah malam dan mengajaknya keluar dari rumah. Pada saat semua warga terlelap dalam tidur sang nenek mengadakan rutual memanggil bidadari. Semula sang cucu tidak memahamai apa yang dilakukan sang nenek. Lama-lama ia mendapat penjelasan dari neneknya bahwa warga kampungnya membutuhkan suasana hidup yang rukun dan damai. Suasana rukun dan damai untuk warga kampung hanya akan terjadi kalau semua keluarga di kampung itu diberi damai.
Menurut sang nenek, damai itu hanya bisa diturunkan dari langit melalui bidadari, dan untuk itu mereka harus dipanggil dalam upacara yang disebut upaca memanggil bidadari. Sang cucu menjadi sangat percaya karena setelah upcara dibuat tampak ribuan kunang-kunang terbang dari langit dan tampak turun di setiap rumah di kampung mereka. Sang nenek, menjelaskan bahwa saat bidadari turun dalam rupa kunang-kunang bidadari menyiram serbuk kedamian dalam mimpi setiap orang yang tertidur lelap. Terlebih lagi serbuk kedamaian itu dimasukkan ke dalam semua janin yang tengah dikandung warga di kampung itu. Sebelum sang nenek meninggal itu berpesan kepada cucunya agar melanjutkan ritual memanggil bidadari itu biar kehidupan warga terjamin aman dan damai. Dalam waktu enam bulan setelah nenek meninggal sang cucu merasa putus asa karena kehilangan neneknya sehingga upacara tidak dibuat. Akibatnya, warga kampung terlibat dalam berbagai masalah dan saling bermusuhan. Ketika upacara dibuat lagi, serentak warga kampung rukun kembali.
Itu sebuah kisah kerinduan manusia akan rasa damai dan damai itu harus selalu diusahakan, diperjuangkan. Pembawa damai dalam konteks cerita pendek tadi adalah para bidadari.
Tema dan ujud perjumpaan kita malam ini adalah midodareni. Sejauh yang dapat saya pelajari dalam ilmu bahasa dan sastra, kata modidareni adalah kata bahasa Jawa yang berarti serangkaian upacara bagi calon pengantin perempuan menjelang upacara pernikahan. Kata midodareni yang dipakai masyarakat Jawa sesungguhnya diambil dari kata bahasa Sansekerta yaitu kata  Widyadhara yang terbentuk dari tiga unsur yaitu Wid (yang mengetahui), ya (yang harus) dan dhara (yang membawa). Jadi, Widyadhara berarti membawa sesuatu yang harus diketahui, membawa pengetahuan. Dalam perkembangan kata itu widayadhara mengalami perubahan menjadi widodari atau widadari (Jawa). Dari bentuk widodari/widadari muncul kata bidodari atau bidadari. Pergantian huruf w menjadi b mengikuti hukum pertukaran bunyi dalam ilmu bahasa (hukum b-m-w) seperti kata watu/batu; wiwir/bibir; waja/baja. Bidadari berarti putri, dewi dari khayangan, perempuan jelita.  Dengan demikian upacara midadareni, widadareni, bidadareni malam ini berkaitan dengan kata bidadari. Lalu bagaimana konsep ini masuk dalam upacara.
 Dalam berbagai kajian tentang sastra yang berbicara tentang dunia mitologi dikenal kisah-kisah mitis magis dalam bentuk mitos-mitos yang berbicara perihal kehidupan para dewa dan dewi. Midodareni adalah upacara yang berlatarkan mitos masyakarat Jawa. Upacara midodareni berkaitan dengan mitos Dewi Nawangwulan dan Joko Tarub. Dalam mitos itu digambarkan bahwa pernikahan Joko Tarub dengan Dewi Nawangwulan berakhir dengan perpisahan karena kebohongan Joko Tarub diketahui Dewi Nawangwulan. Sang dewi yang merasa dibohongi memutuskan untuk kembali ke kahyangan dan berjanji akan  turun ke bumi saat putrinya, Dewi Nawangsih menikah. Dengan demikian, upacara midodareni sesungguhnya diambil dari cerita tentang turunnya Dewi Nawangwulan dengan rombongan para dewi untuk menemui putrinya, Dewi Nawangsih yang menikah. Dalam perkembangannya midodareni dimaknai dan diartikan sebagai upacara menyambut rombongan bidadari dari khayangan  yang datang memberi kekuatan kepada pengantin perempuan sekaligus datang merias, mempercantik, dan  menyempurnakan calon pengantin perempuan.
Dalam bacaan pertama kita mendengarkan kisah perkawinan Tobia putra tunggal pasangan Tobit dan Hana. Keluarga Tobit adalah salah satu keluarga yang di tawan ke Babel dan  mendapat banyak cobaan: sakit, matanya buta, dan hidup serba kekurangan. Dalam perjalanan Tobia didampingi malaikat Rafael yang menampakkan diri sebagai seorang pemuda bernama Azariya.  Atas nasihat malaikat Rafael yang menyamar sebagai Azariya  Tobia diminta agar menyimpan empedu dan hati ikan yang ditangkap Tobia saat menyebrang sungai Tigris. Empedu ikan dapat menjadi obat berbagai penyakit dan hati ikan bisa digunakan untuk mengusir setan.  
Dalam perjalanan itulah Tobia bertemu dengan Sara putri tunggal Raguel. Tobia  jatuh cinta pada Sara tetapi takut mati karena Sara memang sudah pernah diperistri oleh 7 laki-laki, tetapi semua mati sebelum menghampiri Sara karena Sara dikuasai Asmodeus, setan pembunuh. Atas nasihat malaikat Rafael Tobia menjadikan Sara  sebagi istrinya. Tobia diminta agar  membakar hati ikan biar selamat dari serangan setan Asmodeus. Doa Tobia dan Sara tidak lain memhonkan ketenangan dan kedamaian hidup sebagai suami istri seperti yang kita dengarkan tadi. Di sini kita melihat bahwa pasangan Tobia dan Sara diselamatkan karena Tuhan yang hadir dalam diri malaikat Rfael senantiasa memberikana pertolongan pada waktunya. Berjalan bersama Tuhan selalu menguatkan dan membebaskan.
Kisah kehadiran Tuhan dalam kehidupan yang membebaskan dalam bahasa yang lain disampikan penginjil Yohanes dalam episode pernikahan di Kana. Kemelut yang membayangi tuan pesta nikah di kota Kana teratasi karena Yesus hadir di sana. Persediaan anggur sebagai menu utama perjamuan nikah menipis, kecemasan mendera tuan pesta. Tidak ada orang yang mencari jalan keluar. Untung ada dan hadir seorang Ibu yaitu Maria. Tidak bisa dibanyangkan kisah akhir pesta seandainya Maria tidak hadir di sana. Tidak bisa dibanyangkan bagaimana malunya tuan pesta di hadapan para tamu yang datang. Sekali lagi untung ada seorang Ibu, Maria. Kata-kata Maria, singkat sederhana, tetapi ksta-katanya merupakan rumusan inti masalah saat itu. ”Mereka kehabisan Anggur”. Kata-kata Maria ini tanpa penjelasan panjang lebar. Yesus menangkap signal dan pesan hati seorang ibu. Alhasil mukjizat pertama ditunjukkan dalam konteks kekurangan dalam perjamuan nikah. Di sinilah kita harus dan mesti peran pengantara Maria antara manusia dengan Tuhan, melalui Maria kepada Yesus (per Mariam ad Jesum). Bahwa kita bisa meminta langsung kepada Yesus itu tidak perlu dipersoalkan tetapi kisah di kota Kana jelas mematahkan setiap argumentasi yang menolak kehadiran Maria. Menolak Maria, ibarat orang mengakui dan menerima beras tetapi menolak padi sebagai asal beras. Karena itu, kehadiran Maria dalam hidup berkeluarga dengan segala persoalannya menjadi sangat penting.
Dua tahun lalu ketika saya memimpin perayaan Ekaristi di gereja Kana bersama rombongan peziarah ada hal istimewa yang saya rasakan. Pertama, bahagia karena berkesempatan merayakan Misa di tempat Yesus melakukan Mukjizat yang pertama. Kedua, saat pasutri membaharui janji pernikahan mereka di gereja Kana suasana haru dan tangis skacita terjadi di sana. Ketika suami-istri saling menyerahkan bunga kepada pasangannya tampak wajah yang ceria seakan memancarkan tekad untuk terus mengabadikan cinta mereka dan saksinya adalah Altar gereja Kana. Semuanya tampak enggan meninggalkan gereja Kana yang menjadi tempat Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kita semua berharap bahwa pasangan Marsel dan Lusi mengalami sukacita dan kegembiraan karena senantiasa ditemani rombongan bidadari, malaikat Rafael, dan Maria, dan Yesus sendiri. Semoga.



Tobit .8,5-10

Pada malam perkawinannya, Tobia berkata kepada Sara: “Kita ini keturunan orang suci. Kita tidak boleh kawin seperti orang yang tak mengenal Allah”. Maka mereka berdoa, agar tetap sehat walafiat. Kata Tobia: “Terpujilah Engkau, Allah leluhur kami. Hendaknya langit dan bumi memuji Engkau: mata air, sungai dan laut beserta segala makhluk yang hidup di dalamnya. Engkau telah membentuk Adam dari tanah dan memberikan Hawa kepadanya sebagai teman hidup. Engkau tahu, ya Tuhan, bahwa aku tidak mengawini Sara ini karena dorongan hawa nafsu. Aku mengawini dia untuk memperoleh keturunan, agar nama-Mu terpuji untuk selama-lamanya.” Lalu Sara juga berdoa: “Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami. Semoga kami tetap sehat walafiat dan bersama-sama mencapai umur panjang.” Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.

 Injil Yohanes 2,1-11

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi Iibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

RENUNGAN 1 TAHUN ARWAH AGUST. D.HARATANTO

Misa Peringatan Setahun Agustinus Daniel Hartanto
Pkh. 3,1-11; Yoh. 6,37-44
Kapel Frateran BHK Oro-Oro Dhowo Malang 4 Agustus 2014

 Buka

Sore hari ini kita berkumpul dalam perayaan Ekaristi dengan ujud khusus memohon kerahiman Tuhan untuk Agustinus Daniel Hartanto. Kita memperingati setahun almarhum dipangggil Tuhan, bukan untuk membuka dan memperdalam rasa duka dan kecemasan kita tetapi justru kita mengenangkannya sebagai pijakan bagi kita untuk tetap bersemangat. Bersemangat karena percaya akan janji Tuhan yang berkuasa mengatur segalanya termasuk mengatur kelahiran dan kematian manusia. 
Kita yang masih hidup tentu memhonkan agar mereka yang dipanggil Tuhan beristirahat dalam kemuliaan dan kedamian. Sebaliknya, mereka yang kita doakan, yang telah berpulang tentu mengharapkan agar kita tetap berjuang mengisi waktu kehidupan, terbebas dari rasa putus asa. Kita berdoa semoga semangat kita dan semangat keluarga, pengharapan kita dan pengharapan keluarga tetap teguh. Kita bawa semuanya dalam perayaan kematian dan kebangkitan Tuhan ini. Kita akui salah dan dosa kita...  

Renungan
Dalam mengenang kepergian almahum Agustinus Daniel Hartanto  ini, saya mengajak kita semua dan teristimewa keluarga yang ditinggalkan untuk memaknai dan menerima dalam iman rencana Tuhan berkaitan dengan kepergian Almahum. Mengawali renungan ini saya mengajak kita semua untuk menyimak dan merasakan beberapa fakta seputar kematian yang menjadi berita utama dalam beberapa mingggu belakangan ini.
Harian Kompas dan berbagai media sosial lainnya, kemarin menurunkan berita dengan judul yang menyedihkan,  516 pemudik tewas karena kecelakaan lalulintas selama dalam rentang waktu 22 Juli hingga 2 Agustus 2014.  Itu laporan resmi secara nasional dari Mabes Polri.
Dari sekian banyak berita kecelakaan saya ambil dua berita yang paling tragis yang terjadi di Muntilan dan Situbondo. Di Muntilan sebuah mobil  Suzuki Carry bertabrakan dan terbakar menewaskan empat orang penumpang yang merupakan satu keluarga: suami, istri dan 2 anak. Di Situbondo mobil Daihatsu Xenia B 1768 KFQ  milik satu keluarga asal Bojong Malang terguling di Jalan Raya Baluran. Mobil yang memuat satu keluarga berjumlah 7 orang itu terguling dan menewaskan 3 dari 7 anggota  keluarga  itu.
Berita lain tentang fakta kematian  yang menyedot perhatian dunia berkaitan dengan kecelakaan pesawat terbang. Tanggal 17 hingga 25 Juli 2014 boleh dikatakan sebagai pekan paling mengerikan untuk dunia penerbangan. Setelah pesawat MH-170 milik Malaysia hilang bersama 238 penumpannya,lagi-lagi pesawat Malaysia Airlines MH-17 tertembak dan jatuh di Ukraina, merenggut 298 jiwa penumpang. Menyusul pesawat Trans Asia  Airway jatuh saat mendarat darurat di Taiwan menewaskan  47 penumpangnya dan menyusul lagi tragedi yang menimpa maskapai Air Algerie, yang menewaskan 119 penumpangnya.
Pengamat penerbangan mengklaim 2014 adalah tahun yang paling aman dalam sejarah tranportasi udara, tetapi kenyataannya jumlah korban jiwa justru meningkat 300 persen sejak 2013. Tercatat 763 penumpang dan awak kabin tewas dalam kecelakaan pesawat sepanjang 2014. Jumlah tersebut 498 lebih tinggi, dibandingkan tahun 2013 hanya 265 jiwa. Juli 2014 boleh dikatakan sebagai bulan terburuk dalam sejarah penerbangan dilihat dari jumlah penumpang yang meninggal. Dalam kasus jatuhnya pesawat di Ukraina tercatat ada 12 orang WNI. Dan yang mengerikan, satu keluarga 4 orang yaitu Yuli Hastini asal Solo yang mau berlibur ke Solo bersama suaminya John Paulisen dan dua anak mereka Arjuna Martin Paulisen dan Srikandi Paulisen tewas dalam kecelakaan itu.
Bagaimana reaksi dan perasaaan kita, sandainya kisah-kisah kematian massal keluarga seperti ini menimpa keluarga-keluarga  kita? Satu anggota keluarga meninggal saja kita merasa sedih, apalagi kalau satu keluarga meninggal sekaligus. Tidak terbayangkan bagaimana susana dan reaksi keluarga besar yang ditinggalkan. Lebih dari itu, mengapa saya mengangkat fakta kematian massal, yang menimpa satu keluarga? Saya sama sekali tidak bermaksud membangkitkan rasa sedih berkepanjangan dalam diri kita tetapi justru saya mau mengatakan kepada kita bahwa cobaaan dan derita, apalagi kematian itu dialami semua orang, semua keluarga.
Saat ini kita boleh ingat anggota keluarga kita yang telah meninggal  tetapi coba bayangkan kalau saat ini kita menjadi salah satu anggota keluarga dari satu keluarga (4 orang) yang terbakar dalam kecelakaan di Muntilan, atau keluarga (3 orang) yang tewas di Situbondo, atau keluarga Ibu Yuli yang tewas bersama suami dan dua anak mereka? Saya kira kita akan menyadari bahwa cobaan dan  derita kita masih jauh lebih ringan daripada yang dialami keluarga-keluarga lainnya ini. Dengan membandingkan seperti ini kita harapkan bahwa kita tidak tenggelam dalam perasaan duka berkepanjangan apalagi putus dan kehilangan harapan. Tuhan mencobai kita dalam batas kemampauan kita untuk mengukur kekuatan iman kita dan sekaligus mengukur kualitas harapan kita.
Apa artinya cobaan dan derita sebagai pengukur iman dan harapan kita? Jawabannya ada dalam firman Tuhan yang kita dengarkan dalam bacaan-bacaan yang kita gunakan. Sungguh menarik membaca dan merenungkan kitab Pengkhotbah karena segalanya berada dalam keteraturan dan keseimbangan ang dikaitkan dengan waktu. Kitab Pengkhotbah dengan tegas mengatakan bahwa segala sesuatu di kolong langit ada waktu dan masanya. Itu artinya apa saja dan siapa saja yang ada di bumi ini tidak ada yang kekal atau abadi. Dunia adalah perubahan, dunia diwarnai perubahan dan pergantian dan itulah  yang menjadikan kehidupan menarik dan penuh dinamika.
Hal yang menarik untuk kita renungkan dari kitab Pengkhotbah adalah persolan lahir dan meninggal. Ada waktu lahir dan ada waktu meninggal. Pada ayat 2 ada kata lahir-meninggal dan pada ayat 4 ada kata menangis-tertawa; meratap-menari. Kalau ayat 2 dan ayat 4 ini kita sejajarkan maka kita akan temukan pasangan kata lahir-menangis; meninggal-tertawa atau lahir-meratap, meninggal-menari. Pasangan kata seperti ini tentu tidak biasa untuk kita. Saat orang lahir biasanya kita bergembira, senang, tertawa dan saat orang meninggal kita menangis, sedih, dan meratap. Apakah penulis kitab suci tidak keliru? 
Kitab suci sama sekali tidak keliru dan tidak salah karena yang tertawa dan menangis itu adalah orang yang lahir dan yang meninggal. Saat seorang bayi dilahirkan semua orang lain senang tetapi tetapi bayi harus menangis dan jika tidak menangis harus dibuat agar menangis. Sebaliknya, ketika seseorang meninggal semua yang lain menangis dan bersedih tetapi yang meninggal senang, tertawa, dan menari karena dibebaskan dari beban kehidupan di dunia.
Konsep ini sesuai dengan ajaran iman kita bahwa kematian adalah awal suatu kehidupan kekal penuh sukacita. Dalam konteks ini pula maka kita yang ditinggalkan diharapkan tidak tengelam dalam duka berkepanjangan apalagi berputus asa. Kita yang masih hidup diharapan mengisi waktu sesuai rencana Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi dan kita alami dalam hidup hanyalah seringan dan variasi di jalan yang kita lewati bermula dari kelahiran hingga kematian. Hidup kita terentang antara dua waktu yaitu lahir dan mati?
Yesus memlaui penginjil Yohanes juga meneguhkan dan menguatkan  kita bahwa dengan janjiinya yang tidak terbatalkan akan setiap orang yang datang kepada-Nya. Almahum Agustinus Daniel Hartanto merupakan pemberian dan hadiah gratis dari Tuhan untuk dititipkan sementara kepada keluarga dan orangtua. Sebagai orangtua tentu keluarga telah memelihara dan merawat titipan itu dan setahun lalu titipan itu diambil kembali oleh Tuhan sebagai pemiliknya. Ada waktunya Tuhan memberikan itu kepada keluarga dan setahun lalu Tuhan mengambilnya kembali. Sebagai orang yang percaya kita hanya bisa bersyukur karena pernah dipercayakan untuk menerima dan memelihara pemberian Tuhan.
Dalam iman kita tentu yakin bahwa Tuhan memanggilnya untuk menikmati sukcita abadi. Semua yang Tuhan berikan akan diambilnya dan Tuhan tidak membiarkan pemeberiannya hilang. Setahun lalu Agustinus Daniel Hartanto hilang dari pandangan fisik kita dan keluarga tetapi ada dan hidup secara rohani di hadapan Tuhan sang pemilik kehidupan itu. Yesus dalam injil menegaskan bahwa Dia akan menjemput setiap orang yang datang kepada-Nya. Dalam keyakinan seperti inilah kita menerima kenyataan ini dalam ketegaran semangat, dalam keteguhan iman dan harapan.
Almarhum Agustinus sudah diselamatkan Tuhan, dan tentu alharhum lebih berbagia lagi jika semua keluarga yang ditinggalkan tetap menjalani kehidupan secara lebih bersemangat lagi, terutama dalam mengembangkan amal dan kebaikan kepada orang lain. Masih ada Agutinus Daniel Hartanto memang telah dipanggil pulang tetapi TUhan pasti mengirim Agustinus-Agustinus yang lain kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika keluarga tetap hidup bersemangat membantu orang apalagi memperlakukan orang lain seperti yang pernah dilakukan untuk Agustinus maka kepergian Almarhum bukannya mematahkan semangat kita melainkan justru memacu semangat dan meneguhkan iman dan pengharapan kita dalam kerinduan sampai janji Tuhan terlaksana. Yesus sebagai yang pertama bangkit sudah berjanji bukan hanya kepada Agustinus yang telah dipanggilanya setahun lalu, tetapi juga untuk kita yang masih. Tidak ada jalan lain selain kita terus berjuang sampai tiba waktunya kita juga dipangggil. Semoga Tuhan terus memberi kita semua  semangat iman dan harapan. Amin


Pengkhotbah 3,1-11
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.


Yohanes 6,37–44

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?" Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Saturday, August 2, 2014

MISA ARWAH YOHANES M.BADRI

Misa Peringatan 100 Hari Almarhum Yohanes M.Badri
Yesaya 35,1-10; Matius 21,18-22
Lingkungan St.Petrus Celaket Malang 30 Juli 2014
=============================================

 Buka

Saat ibadat rosario kita sering mengucapkan doa ini: ” Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu”
Dalam dan melalui doa yang singkat ini sebenarnya tergambar kayakinan dasar kita sebagai orang percaya. Doa ini menggambarkan iman , kasih dan pengharapan kita akan suatu kehidupan setelah kematian. Dalam doa ini manusia mengakui kebaikan dan kerahiman Tuhan akan nasib manusia. Kita yang masih hidup memohon dibebaskan dari neraka dan bagi yang telah meningal mengharapkan kerahiman dan belas kasih Tuhan untuk mengantar jiwa  sesama kita yang terpaksa transit sementara di bandara api penyucian.  
Dalam konteks itulah malam ini kita diundang untuk mendoakan keselamatan jiwa almahum... dalam perayaan ekaristi. Merayakan ekaristi bagi kedamaian jiwa umat beriman berkaitan dengan keyakinan kita akan api penyucian. Kita percaya bahwa jika seseorang meninggal dunia dengan iman kepada Tuhan, tetapi dengan menanggung dosa-dosa ringan dan luka akibat dosa, maka Tuhan dalam kasih dan Kerahiman Ilahi-Nya akan terlebih dahulu memurnikan jiwa. Setelah pemurnian dilakukan sempurna, maka jiwa akan mendapatkan kekudusan dan kemurnian yang diperlukan agar dapat ikut ambil bagian dalam kebahagiaan abadi di surga.
Dalam iman marilah kita mengawali doa harapan kita bagi keselamatan jiwa almahum... dengan mengakui  kesalahan dan dosa-dosa kita.

Renungan
Harian Kompas Januari 2012  memuat  cerita Pendek berjudul ”Pohon Hayat”. Pohon Hayat (pohon hidup) yang menjadi judul cerpen itu adalah sebatang pohon tua yang tumbuh di alun-alun sebuah kota. Seorang kakek bercerita kepada cucunya tentang pohon yang besar, tinggi, dan tua yang ada di tengah kota itu.  Suatu hari sang cucu meminta kakeknya untuk bersama-sama ke alun-alun kota untuk melihat pohon yang diceritakan itu. Setiba di alun-alun kota keduanya langsung menuju pohon yang besar, tinggi dan rindang itu. Kakek menceritakan kepada cucunya bahwa pohon sudah ada sejak dahulu kala dan tidak ada yang tahu siapa yang menanamnya di alun-alun kota. Setelah keduanya berteduh, sang kakek mengajak cucunya untuk mengangkat kepala, menengadah  mengamati dahan, ranting, dan daun-daun pohon itu. Sambil mengamati bagian pohon itu, sang kakek berkata kepada cucunya, lihat dan tahukah kamu bahwa ada banyak misteri terungkap dari dahan, ranting, dan daun pohon ini? Setelah lelah mengamati bagian pohon raksasa itu sang kakek melanjutkan pembicaraannya kepada cucunya, katanya: kehidupan setiap penduduk di kota ini tersemat pada setiap lembaran daun yang bertengger di cabang dan ranting pohon ini. Setiap kali ada satu daun yang gugur itu artinya ada seseorang di kota ini telah lepas dari kehidupan. Satu daun artinya satu kehidupan, begitu kisah sang kakek.
Setelah mendengarkan penjelasan sang kekek, mata sang cucunya mengamati begitu banyak daun kering berserakan dan terinjak-injak orang yang datang ke alaun-alun kota. Lalu terjadilah dialog antara sang kakek dan cucunya.
”Apakah daun-daun kering yang berserakan ini adalah jasad orang-orang yang sudah mati?” tanya sang cucu sambil memperlihatan daun-daun kering. ”Ya, daun-daun itu adalah sisa jasad mereka dari pohon kehidupan.” ”Berarti  termasuk bekas jasad ayah ada di antara daun-daun kering itu?”lanjut sang cucu. ”Mungkin. Tetapi kakek kira, jasad ayahmu kini sudah menyatu kembali dengan tanah.” Mengapa daun-daun kering itu tidak dibersihkan atau dibakar saja.” ”Tak perlu, karena lambat laun mereka juga akan kembali ke muasalnya, tanah, melebur menjadi tanah. Dari tanah kembali ke tanah.”
”Kalau daun-daun yang mulai tampak kuning yang ada di atas sana itu milik siapa?” tanya sang cucu ” Itu semua milik orang-orang tua yang masih hidup di kota ini, mereka-mereka yang sudah lama bertengger di atas pohon kehidupan.” ”Apakah mereka akan segera gugur.” Ya,”Tentu saja, karena gugur itu adalah nasib dan takdir mereka.” ”Apa kakek ada di antara salah satu daun kuning yang ada di atas sana, yang siap gugur itu?” ”Aku tidak tahu. Itu rahasia yang di atas, tidak seorang pun berhak tahu.”
Sang cucu kembali  menengadahkan kepala sambil mengamati, mencari-cari di mana letak daun milik kakeknya, daun miliknya, daun milik ibunya, dan daun dari sanak keluarganya.”
Apakah ”Tunas-tunas daun yang tersemat di pucuk pohon itu, adalah bayi-bayi yang baru lahir di kota ini?” ”Ya. Benar, memang kenapa?” Ya, ”Berarti, sekarang, aku berada di antara daun-daun muda yang bertengger di atas sana?” ”Ya. Tentu saja lanjut kakek.” ”Wah itu artinya, masa gugurku masih sangat lama.”  ”Siapa bilang? Setiap lembar daun kehidupan yang ada di atas sana adalah rahasia. Tak ada seorang pun yang tahu. Gugur adalah hak semua daun, dari yang kuning, yang masih segar dan hijau, bahkan yang masih tunas pun bisa saja patah dan gugur.”
Seminggu setelah kembali dari alun-alun kota, sang kakek menderita sakit. Makin hari kesehatannya memburuk. Sang cucu teringat akan kata-kata sang kakek sewaktu mereka berteduh di bawah pohon di tengah kota. Dia pun lari ke pohon itu untuk mengamati apakah ada daun kuning yang akan gugur ditiup angin. Setelah satu jam menunggu di bawah pohon itu, sang cucu merasakan datangnya terpaan angin menghempas pohon itu. Tampak  olehnya beberapa daun kuning, daun segar, dan pucuk muda dari pohon itu gugur beterbangan sampai akhirnya rebah ke tanah. Dia pulang, dan dalam perjalanan ia mendengar tangisan karena ada anak kecil, orang dewasa yang meninggal. Lebih dari itu setiba di rumah ia menyaksikan kakeknya telah meninggal.
Kisah kakek dan cucu dalam Cerpen Pohon Hayat (pohon hidup)  ini adalah kisah yang sungguh bersentuhan langsung dengan dimensi terdalam atau hal pokok tentang kehidupan kita. Penulis cerpen ini secara amat mengesankan mencoba menganalogikan, membandingkan hidup dan kehidupan kita dengan sebatang pohon yang ditanam di tengah alun-alun kota. Dialog tokoh kakek dan cucunya dalam cerpen ini sudah menjadi renungan dan bahan refleksi untuk kita. Diri dan hidup kita bukanlah apa-apa. Diri dan hidup kita hanyalah selembar daun yang tumbuh pada salah satu ranting pohon hidup. Daun itu cepat atau lambat akan menguning dan tua. Kapan gugurnya, kapan agin menerpa dan menerbangkannya tidak ada yang tahu. Itu rahasia yang Tuhan sembunyikan bagi semua kita manusia. Kita hanya bisa membaca gelaja alam  ketika daun mulai kuning kita bisa pastikan daun itu akan gugur. Daun kehidupan manusia menjadi kuning tidak bisa diartikan seperti warna lampu lalulintas, kuning siap berubah menjadi hijau. Warna kuning daun kehidupan manusia menjadi pratanda saat pulang dan saat mudik abadi akan segera tiba.
Selembar daun pohon kehidupan telah gugur 100 hari lalu dalam diri almarhum..... Dia gugur ibarat dau yang lepas diterpa angin setelah melewati proses panjang dalam usia yang ia lewati. Dia telah gugur setelah sekian tahun bertengger pada dahan pohon kehidupan. Dia mengisi hari hidupanya bersama keluarga, keluarga besar, dan bersama semua orang yang telah mengenalnya. Dalam keluarga dan oleh keluarga almarhum bukan hanya sekadar selembar daun tetapi lebih dari itu ia telah menjadi sebatang pohon tempat sandaran dan berteduhnya semua anak dan cucunya.
Sejak kepergian almarhum 100 hari lalu kita semua disadarkan bahwa almarhum resmi kembali mengakrabi bumi asal. Dia datang dari tanah dan kembali ke tanah. Seratus hari lalu almarhum ibarat selembar daun yang ggur diterpa angin. Ia gugur sebagai daun tetapi ia tinggalkan segala hal yang baik bagi anak-anak sebagai sebatang pohon. Karena itu, meski secara fisik ia telah hilang dari pandangan kita tetapi secara rohani ia tetap menjadi penyubur pohon kehidupan keluarga oleh teladan dan cara hidupnya yang baik
Daun kehidupan yang gugur dan kita kenangkan malam ini bukanlah daun tanpa arti untuk kehidupan kita dan keleuarga yang ditinggalkan. Almarhum mudik abadi 100 lalu bukanlah pengembara tanpa tujuan. Bukan lembaran daun tanpa makna. Bagi kita yang mengenanya, dan dan terutama bagi keluarga, kepergian almarhum, lepasnya daun kehidupan nya dari pohon kehidupan, membuat kita sedih sebagai mansia,  tetapi kita yakin Tuhan mempunyai rencana yang lebih untuk almarhum dan untuk kita. Mungkin kita merasa seperti hidup tanpa harapan tetapi nubuat Yesaya dalam bacaan pertama sungguh menguatkan kita. Janji Tuhan senantiasa ditepati karena Tuhan itu setia. Dalam kesetiaan itulah TUhan Tuhan berkuasa mengubah segalanya, mengubah pucuk daun menjadi daun yang hijau, terus menguning, lalu gugur.
Tuhan yang sama digambarkan Yesaya sebagai Tuhan yang berkuasa mengubah situasi gurun menjadi situasi yang membawa sukacita. Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai. Lebih dari itu Tuhan sendiri datang membawa pembalasan dan ganjaran. Tuhan yang setia membuka jalan bahkan menjadi jalan  bagi Kudus bagi orang benar. Di jalan kudus itulah tidak akan ada singa, binatang buas, orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ, dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai.
Gambaran sukacita padang gurun seperti yang dinubuatkan Yesaya malam ini jelas menjadi harapan kita semua bagi almarhum. Sukacita dan sorak sorai kemenangan itu tentu kita yakin didapat almarhum karena selama hidupnya almarhum telah menjadi pohon ara yang berbuah lebat dan manis dalam berbagai kebajikan dan kebaikan yang pernah ia lakukan. Kita manusia mungkin dan boleh melupakan semua kebaikan yang dibuat almarhum terhadap kitsa dan terhadap siapa saja tetapi Tuhan tidak melupakan segala kebaikan itu. Apa yang baik dan segala sesuatu yang baik yang manusia lakukan  selama hidup tidak akan dilupakan Tuhan. Tuhan mengingat segala kebaikan dan melupakan semua keburukan karena Tuhan  menghendaki agar manusia hidup ibarat pohon ara yang bisa menghasilkan kebaikan dan kebajikan. Pohon ara yang diancam Yesus adalah pohon ara tanpa kebaikan, pohon ara tanpa kebajikan.
Kisah  tentang daun gugur dalam  Cerpen Pohon Hayat semestinya mengharuskan kita untuk memaknai perjalanan hidup kita. Dan kisah pohon ara dalam injil seharusnya mewajibkan kita untuk berkehidupan dengan buah-buah kebaikan dan kebajikan. Dalam perayaan misa arwah seperti ini kiranya menjadi saat rahmat yang membawa kita pada permenungan akan kualitas pohon kehidupan kita. Kisah daun gugur pada cerpen Pohon Hayat adalah kisah hidup dan akhir kehidupan kita.  Setiap kita bisa menilai apakah daun pada pohon kehidupan kita baru bertumbuh ataukah sudah hijau ataukah sudah mulai berwana kuning. Ingat misteri daun gugur,  pada pohon kehidupan tidak memandang  umur. Bahwa daun kehidupan kita akan gugur itu sudah pasti tetapi bagaimana kita menyiapkan kepastian itu, itulah yang perlu kita antisipasi dengan selalu mau menjadi pohon ara yang berbuahkan kebaikan dan kebajikan.
 Akhirnya, saya mengajak kita semua  agar sekembali dari tempat ini kita menata pohon kehidupan kita. Mumpung kita masih diberi waktu untuk bisa memupuk dan membenahinya. Dalam iman kita percaya Tuhan mampu mengubah segalanya, mengubah hidup kita dan teristimewa mengubah almahum kehidupan almahum untuk menikmati sukacita yang kekal... Amin.

Keselamatan bagi Umat Tuhan
Pembacaan dari Nubuat Yesaya 35,1-10

Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai. Kemuliaan Libanon akan diberikan kepadanya, semarak Karmel dan Saron; mereka itu akan melihat kemuliaan TUHAN, semarak Allah kita. Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan. Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya. Di situ tidak akan ada singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana; orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ, dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.
Demikianlah Sabda Tuhan


Yesus mengutuk Pohon Ara (Matius, 21,18-22)
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Doa Pembukaan

Ya Allah, awal dan akhir kehidupan orang percaya, kami brsyukur kepada-Mu atas anugerah  dan  rahmat-Mu  bagi kami umat-Mu. Dalam bimbingan kasih-Mu Engkau telah menuntun kami semua untuk  berdoa bersama mengenangkan dan mendoakan keselamatan jiwa hamba-Mu ..... yang telah kami kembali ke rumah-Mu yang abadi. Kami memohon, ampunilah segala dosanya agar dia pantas dikutsertkan ke dalam sukacita abadi bersama para kudus. Kuatkanlah kami semua dan keluarga yang ditinggalkan  dengan anugerah penghiburan iman dan semoga kamba-Mu yang kami kenangkan dalam perayaan ini menjadi pendoa bagi kami. Tuntunlah kami dalam terang kuasa Roh Kudus-Mu agar kami mampu merenungkan Sabda-Mu dan mengamalkannya dalam kehidupan kami. Demi Kristus Pengantara  kami. Amin










TEKS UPACARA MIDODARENI

Tata Cara Liturgi
Malam Tirakatan Calon Pengantin / Midodareni
Marsel Maring & Lusinta Sianturi
=================================================

Lagu Pembukaan

Tanda Salib dan Salam:
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U: Amin
P: Semoga Allah yang Maha Kuasa selalu melimpahkan kasih dan berkatnya kepada kita semua,
U: Sekarang dan selama-lamanya

Pengantar & Pernyataan Tobat
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada malam yang kudus, menjelang pernikahan Bapak Marsel dengan Ibu Lusi, kita diundang ke rumah ini untuk bersama-sama memohon berkat kepada Tuhan agar semua persiapan yang telah direncanakan dalam rangka pelaksanaan pernikahan dapat terlaksana dengan baik, lancar dan sesuai dengan rencana. Pernikahan adalah hal yang sangat kudus, oleh karenanya marilah kita dukung dengan sepenuh hati ibadat pada malam hari ini dengan terlebih dahulu memohon ampun atas kesalahan dan dosa kita.
                                    
Saya Mengaku ….
P : Semoga Allah yanh Maha Pengasih selalu menuntung dan melindungi kita sampai ke hidup yang kekal..
U : Amin

Marilah berdoa


P: Ya Allah mahapengasih, sumber ketenteraman dan kebahagiaan keluarga, pada malam hari ini kami berkumpul atas Nama-Mu, sambil memohon berkenanlah hadir di antara kami, bersama para malaekat dan para kudus di surga, dan mencurahkan berkatMu yang berlimpah kepada saudara kami  Lusi dan Marsel yang akan mengikrarkan janji pernikahan. Berkenanlah hadir di tengah kami sebagaimana Yesus bersama bunda Maria dan para rasul menghadiri perkawinan di Kana.
Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan Pengantara kami; yang bersama Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa.
U : Amin.

Litturgi Sabda

Bacaan Pertama (Tob.8,5-10)

L: Pembacaan dari kitab Tobit bab 8, ayat 5 sampai 10:

Pada malam perkawinannya, Tobia berkata kepada Sara: “Kita ini keturunan orang suci. Kita tidak boleh kawin seperti orang yang tak mengenal Allah”. Maka mereka berdoa, agar tetap sehat walafiat. Kata Tobia: “Terpujilah Engkau, Allah leluhur kami. Hendaknya langit dan bumi memuji Engkau: mata air, sungai dan laut beserta segala makhluk yang hidup di dalamnya. Engkau telah membentuk Adam dari tanah dan memberikan Hawa kepadanya sebagai teman hidup. Engkau tahu, ya Tuhan, bahwa aku tidak mengawini Sara ini karena dorongan hawa nafsu. Aku mengawini dia untuk memperoleh keturunan, agar namaMu terpuji untuk selama-lamanya.” Lalu Sara juga berdoa: “Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami. Semoga kami tetap sehat walafiat dan bersama-sama mencapai umur panjang.” Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.

Lagu Antar Bacaan (?)
Bacaan Injil (Yoh.2,1-11)

P: Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama lamanya
P: Inilah Injil Yesus Kristus, menurut Santo Yohanes
U: Dimuliakanlah Tuhan

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

P : Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami

Homili/Renungan
                     
LITURGI MIDODARENI

P: Bapak, Ibu dan Saudara sekalian
Malam ini adalah malam yang suci bagi keluarga,  terlebih bagi bagi calon pengantin Ibu Lusi dan Pak Marsel. Malam ini kita akan bersama-sama memohon berkat dari Tuhan, Raja dari segala bidadari, dan juga memohon restu dari para malaikat, para orang kudus. Marilah kita daraskan Litania Orang Kudus (hening)

Litani Orang Kudus (dipersingkat)
P:Tuhan kasihanilah kami  -  U:Tuhan kasihanilah kami
P:Kristus kasihanilah kami – U:Kristus kasihanilah kami
P:Tuhan kasihanilah kami – U: Tuhan kasihanilah kami
 P: Santa Maria Bunda Allah –  U: doakanlah kami
Para malaikat Allah yang kudus, ...
Santo Yusup,....
Santo Yohanes Pembaptis,
Santo Petrus dan Paulus,
Santa Maria Magdalena,
Santo Ignatius dari Anthiokia,
Santa Agnes,
Santa Perpetua dan Felicitas,
Santo Agustinus,
Santo Fransiscus Xaverius,
Santo Yohanes Maria Vianney,
Santa Theresia,
Santo Benedictus,
Santo Antonius,
Santa Yohana,
Santo Martinus,
Santo Maselinus
Semua orang Kudus Allah,

P: Tuhan Maha rahim, U: bebaskanlah umatmu
Dari segala kejahatan,
Dari segala dosa,
Dari kematian kekal,
Karena penjelmaanMu,
Karena kematian  dan kebangkitan-Mu,
Karena pencurahan Roh Kudus,

P: Kristus dengarkanlah kami, U: Kristus dengarkanlah kami
P: Kristus kabulkanlah doa kami, U: Kristus kabulkanlah doa kami

Doa Pembukaan
Allah yang Maha Pengasih, sumber cinta sejati dan sumber kebahagiaan keluarga, kami bersyukur atas cinta yang telah Kau tumbuhkan dalam hati Lusi dan Marsel. Malam ini kami berkumpul memohon kepada-Mu agar Engkau sudi datang bersama para Kudus dan para malaikat di surga untuk memberkati kedua  hamba-Mu, Lusi dan  Marsel ini, sebagaimana  Engkau dulu datang dan memberkati pengantin di Kana. Kehadiran-Mu bersama para malaikat akan membawa bukan saja sukacita bagi kedua calon pengantin ini, tetapi juga  kegembiraan dan ketenangan batin bagi seluruh keluarga besar, terutama dalam menghadapi dan menjalani peristiwa besar bagi keluarga ini. Demi Yesus Kristus Putra-Mu Tuhan dan Pengantara kiami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala abad. Amin.

Pemberkatan Calon Pengantin:
P: Saudara-saudaraku terkasih, marilah kita mohon berkat dari Allah yang Maha Pengasih bagi calon pengantin Lusi dan Marsel. (Tangan diulurkan kepada  Lusi dan Marsel sambil berdoa)
           
P: Allah yang Maha Pengasih, kami tahu bahwa hidup berkeluarga adalah penggilan yang luhur dan terhormat, karena lewat perkawinan dua orang, Engkau mengangkat mereka menjadi rekan kerja dalam mengalirkan dan menghidupkan Kasih-Mu. Kami mohon sudilah memberkati calon pengantin ini, sehingga besok dapat menjalani semua upacara yang sudah direncanakan. Kuatkalah mereka berdua agar bisa menepati janji yang mereka ucapkan di hadapan-Mu dan kelak bisa menjalani kehidupan suami isteri dengan setia dan penuh kasih serta senantiasa takwa kepada-Mu. Semoga mereka berdua saling memahami dan menghargai dalam upaya mereka membangun keluarga Katolik yang sejati. Semoga para Kudus merestui perjuangan mereka membangun keluarga, dan semoga para malaikat mendampingi serta menjaga langkah-langkah mereka supaya luput dari godaan yang merongrong kehidupan berkeluarga mereka. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan Junjungan kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Penyerahan Keluarga (Oleh wakil keluarga calon pengantin) 
Ya Allah, Bapa sekalian insan, Engkau menciptakan manusia dan menghimpun mereka menjadi satu keluarga, yakni keluarga-Mu sendiri. Engkau pun telah memberi kami sekeluarga teladan, yakni Keluarga Kudus di Nasaret, yang anggota-angggotanya sangat takwa kepada-Mu dalam penuh kasih satu sama lain. Terima kasih, Bapa, atas teladan yang indah ini.Semoga keluarga kami selalu Kau dorong untuk meneladani keluarga kudus di Nasaret agar tumbuh menjadi keluarga Kristiani yang sejati yang dibangun atas dasar iman dan kasih akan Dikau dan sesama.
Ajari kami untuk hidup menurut InjilMu, rukun, ramah, bijaksana, saling menyayangi, menghormati dan saling membantu dengan ikhlas hati. Hindarkanlah keluarga kami dari mara bahaya dan mala petaka; sertailah kami dalam suka dan duka; tabahkanlah kami bila kami menghadapi masalah. Jadikanlah keluarga kami batu yang hidup untuk membangun jemaat-Mu di lingkungan kami tinggal. 
Berilah kepada keluarga kami rejeki yang cukup. Semoga kami selalu berusaha hidup baik di tengah jemaat dan masyarakat, Jadikanlah kami garam yang berdaya mencegah kebusukan yang merongrong masyarakat, dan terang yang selalu menghalau kegelapan.   
Ya Bapa, kami juga berdoa untuk keluarga-keluarga yang sedang dilanda kesulitan, dampingilah mereka agar jangan patah semangat. Berilah kekuatan kepada para anggotanya untuk kembali membangun keutuhan keluarganya.
Akhirnya ya Bapa, kami menyerahkan semua rencana dan acara penerimaan sakramen pernikahan hamba-Mu Lusi dan Marsel. Kami percaya bahwa Engkau akan menyertai kami semua sehingga semua boleh berjalan dalam limpahan berkatMu.
Semua ini kami mohon kepada-Mu, demi Kritus Tuhan dan pengantara kiami kini dan sepanjang masa. Amin.

Doa Umat:

P: Bapak-Ibu dan Saudara-saudari terkasih, marilah kita lanjutkan dengan doa umat:

K: Ya Tuhan, Engkau berkenan supaya laki-laki dan perempuan bersatu dalam kasihMu. Semoga calon pengantin ini membuka hati menanggapi panggilan suci ini. Marilah kita mohon...
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

K: Engkaulah tumpuan hidup kaum beriman. Semoga calon pengantin ini dapat membangun keluarga atas dasar iman dan kasih sejati. Kami mohon....
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
 K: Engkaulah selalu menjaga hidup anak-anakMu. Semoga calon pengantin ini selalu sehat dan kelak dapat melaksanakan kewajibannya membina keluarga, mengabdi kepada gereja dan masyarakat. Kami mohon......
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

K: Semoga calon pengantin ini selalu dapat berusaha membina hidup berkeluarga sesuai dengan kehendakMu. Kami mohon...
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

K: Semoga seluruh keluarga besar kedua mempelai senantiasa menopang kehidupan calon keluarga baru ini dengan penuh hormat dan penuh cinta. Kami mohon....
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan

P: Marilah kita hening sejenak untuk menyampaikan doa dan intensi kita masing-masing..... ( Hening sejenak) .........Kami mohon....
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan


LITURGI EKARISTI (teks Tersendiri)
Catatan: jika tidak dilanjutkan dengan Ekaristi maka langsung dilanjutkan dengan doa Bapa Kami berikut ini)

Bapa Kami

P: Bapak-Ibu dan Saudara-Saudara terkasih dalam Kristus, marilah segala permohonan dan pujian kita satukan dengan doa yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri kepada kita.
U: Bapa Kami......

P: Ya Bapa, jadilah selalu kehendakMu, sebab itulah satu-satunya pedoman hidup kami. Semoga kami tak henti-hentinya berusaha supaya kehendakMu benar-benar terlaksana dalam diri kami sendiri, di dalam keluarga dan lingkungan hidup kami, sementara kami menantikan dengan rindu, kedatangan penyelamat kami Yesus Kristus.
Penutup dan Berkat

Marilah berdoa
Allah Bapa, syukur kepada-Mu atas Firman dan cinta-Mu kepada kami dalam ibadat ini. Nyatakanlah berkatmu kepada kedua calon mempelai, semoga berkat melimpah selalu menerangi rumah tangga mereka berdua. Peliharalah dan padukanlah cinta kasihnya agar mereka berdua mampu memaknai kehidupan rumah tangga yang kudus demi Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U : Amin

P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama lamanya
P : Kita sekalian semua orang yang kita doakan terutama kedua calon mempelai ini dilindungi dan dibimbing olehBerkat Allah yang Mahakuasa + Demi nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus
U : Amin
P : Saudara sekalian Ibadat dan doa kita sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah

Lagu Penutup:






Penyusun: Rm.Bone Rampung, Pr