Saturday, November 26, 2016

RENUNGAN MINGGU ADVENT-1



HARI MINGGU I ADVEN, 21 NOV.2016
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng
Buka

Hari ini kita memasuki masa atau tahun liturgi yang baru yang ditandai dengan perayaan minggu pertama masa  Advent. Kita berdoa semoga dalam masa ini kita sungguh-sungguh membenahi diri bagi kelayakan dan kepantasan kita menyambut kelahiran Tuhan di hari Natal. Kita bawa semua niat pribadi dan niat bersama kita untuk mengisi masa penantian ini dengan segala yang baik

Renungan
Dalam dunia militer ada satu kata yang hampir pasti selalu diucapkan setiap anggota satuan. Kata apakah itu? Kata itu adalah “SIAP” . Siap adalah kata yang selalu diucapkan setiap anggota satuan dalam dunia militer sebelum atau pada saat seorang anggota menerima perintah dari atasan atau sesamanya. Kata ‘Siap’ yang melekat pada mulut setiap anggota militer itu memang kedengarannya sangat singkat dan sederhana, tetapi kata itu memiliki kekuatan luar biasa dalam menentukan arah gerakan dan  model aksi yang akan dilakukan seorang anggota militer. Setiap perintah, aba-aba yang diarahkan kepada setiap anggota militer pasti disambut dengan kata, “Siap!”.
Kata ‘siap’ seperti ini selalu bernuansa harapan karena dalam kata itu tersembunyi atau impilisit ada kerinduan dan kemauan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu secara baik dan sukses. Siap dan kata ‘siap’ biasanya menjadi titik awal untuk setiap kesuksesan dalam hidup. Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa persiapan. Kesuksesan untuk akhir suatu tindakan atau pekerjaan selalu menghadirkan kata siap dalam seluruh prosesnya. Seorang palajar, mahasiswa yang sukses misalnya selalu dikaitkan dengan kualitas persiapannya dalam seluruh proses yang terjadi. Seorang petani dapat dikatakan sukses hanya jika ia siap menjalankan pekerjaannya sebagai petani secara baik. Seorang pejabat pemerintah yang sukses adalah seorang yang sungguh memiliki kata siap dalam dan selama ia memerintah.  Begitu seterusnya kalau ada kata siap pasti ada kata sukses. Singkat kata, tidak ada kesususesan tanpa persiapan. Kata sukses menjadi anak sulungnya kata ‘Siap’.
Hari ini gereja dan kita semua memasuki tahun baru liturgi gereja yang ditandai dengan perayaan minggu pertama Advent. Permulaan tahun Liturgi ini juga ditandai dengan adanya lingkaran Advent dengan empat batang lilin yang dinyalakan secara berurutan sejak minggu pertama hingga minggu keempat masa Advent ini. Bacaan-bacaan yang diperdengarkan untuk kita pada hari Minggu pertama Advent itu sesungguhnya hanya terpusat pada satu kata yaitu kata ‘siap’. Dalam bacaan pertama kita mendengarkan ajakan Yesaya untuk segera mendaki ke gunung Tuhan karena di sana Tuhan akan memberikan manusia petunjuk  dan jalan yang menggaransi kehidupannya. Yesaya menulis ajakan ini: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." Ajakan ke gunung Tuhan seperti ini hanya bisa dijawab dan diikuti kalau orang memang siap berjalan dan mendaki ke gunung Tuhan. 
 Beberapa tahun lalu ketika saya bersama rombongan peziarah tiba di terminal unta di kaki gunung Sinai, ada beberapa orang dari peziarah dari kelompok lain tidak bisa melanjutkan pendakian ke puncak Sinai yang harus ditempuh sepajang malam. Mereka memilih berhenti karena merasa tidak siap menunggang unta dan jalan dalam kegelapan menuju puncak Sinai. Rombongan kami semuanya siap dan tergolong sukses dan kompak tiba di puncak Sinai. Kami sukses tiba pagi hari di puncak Sinai dan sungguh menggembirakan menyaksikan fajar pagi dari kapela Musa di puncak gunung itu. Merasakan dan menikmati suasana hikmat dan sakral karena di tempat itulah dahulu Musa menerima sepuluh perintah yang menjadi pentunjuk bagi kehidupan kita.
Perihal perlunya persiapan seperti ini dalam bahasa dan rumusan lain dan lebih konkret dikatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma hari ini. Paulus mengingatkan bahwa keselamatan semakin mendekat, dan manusia harus siap menyambutnya. Paulus mengingatkan  jemaat Roma dan kita semua bahwa semuanya harus siap, sebab keselamatan sudah lebih dekat, hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!  Perlengkapan dan senjata terang itu nayata dalam cara hidup kita untuk lebih sopan, seperti pada siang hari, tidak terlarut dalam pesta pora dan kemabukan, dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Bersiap untuk konteks Paulus berarti manusia kita, harus spirit mendewakan kenikmatan lahiriah.
Konsep ‘siap’ menurut Yesus dalam versi Matius dalam injilnya hari ini tampak dalam sikap yang awas atau berjaga-jaga. Yesus memberikan kita deskripsi yang terlampau dramatis tentang suasana yang akan dihadapi manusia yang tidak berjaga-jaga. Yesus mengingatkan bahwa pada waktunya Tuhan akan menggoncang manusia dengan pengalamanan yang tragis melalui lukisan kisah air bah dan narasi lain tentang pemisahan dua orang yang ada di ladang dan dua orang yang ada pada kilangan gandum. Mereka akan segera dipisahkan dan mereka harus siap menerima kenyataan itu. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Kondisi seperti ini mengharuskan manusia untuk berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Kata “advent” seperti yang kita ketahui  berasal dari kata “adventus” dari bahasa Latin, yang artinya “kedatangan”. Masa Advent ini berkaitan dengan permenungan akan kedatangan Kristus. Kristus memang telah datang ke dunia, Ia akan datang kembali di akhir zaman; namun Ia tidak pernah meninggalkan kita atau Gereja-Nya. Ia selalu hadir di tengah- tengah umat-Nya. Dengan demikian  Advent sesungguhnya merupakan perayaan terkait  tiga hal penting yaitu: peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, peringatan akan kehadiran-Nya di tengah Gereja atau umat, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman. Maka kata “Advent” harus dimaknai dalam arti yang penuh, perihal tiga dimensi waktu : dulu, sekarang, dan yang akan datang.
Di hadapan kita ada lingkaran atau corona advent yang terbuat dari daun-daun segar. Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Advent, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan  menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Advent, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Advent setiap minggu, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat.  
Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan, masa mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”(Latin) yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan menyambut kelahiran Tuhan. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih.   Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Pesan Firman Tuhan untuk kita hari ini tegas dan jelas yaitu perlunya persiapan hati dan batin menyambut Tuhan dengan berbagai tindakan atau aksi nyata bahwa kita memang siap menyambut Tuhan yang membebaskan kita dari belenggu yang mengancam. Kita diminta untuk selalu siap, berjaga-jaga dengan cara membendahi cara hidup kita terhadap diri kita, terhadap sesama, terhadap alam lingkungan, dan terhadap Tuhan. Aksi praksisnya dikatakan Paulus dalam bacaan kedua tadi.
Saya ingin meringkas pesan Firman Tuhan hari ini dalam cerita kecil ini. Seorang, sebut saja namanya Simon Mael (SM), melintasi padang gurun dan ia sangat kehausan. Dia mencoba mencari tempat penjualan air minum namun tidak ditemukannya. Setelah sekian lama SM berjalan ia berpapasan dengan seorang pedagang dasi. SM yang kehausan itu bertanya apakah pedagang itu mempunya air minum untuk dibagikan kepadanya. Pedagang dasi itu mengatakan bahwa dirinya tidak menjual air  minum namun ia menawarkan dasi seharga hanya Rp10.000 kepada SM. “Dasi ini sangat penting untuk Bapak”, kata penjual dasi itu. SM sangat marah kepada penjuan dasi itu. “ Kau bodoh, Saya tidak butuh dasimu saya hanya butuh air minum”. Ia pun berlalu.  Kemudian SM bertemu dengan seorang anak yang menjual gelang. SM bertanya kepada anak itu apakah ada air yang dijual. Anak itu berkata ia tidak menjual air namun ia menawarkan gelang kepada SM. Kemarahan SM semakin menjadi-jadi. Ia mengusir anak itu. Dalam rasa haus yang kian mendera SM tiba di sebuah restoran yang semua serba gratis. Di restoran itu orang bisa makan dan minum tanpa bayar. Betapa senangnya si SM. Saat ia mencoba masuk, penjaga restoran itu tidak mengizinkan dia karena tidak memakai gelang  dan tidak berdasi. SM memang heran karena semua yang makan dan minum di sana memakai gelang dan berdasi.
Ada banyak peristiwa dan pengalaman dalam hidup kita yang sering kita lewatkan begitu saja bahkan kita sepelekan dan benci. Kita lewatkan dan sepelekan karena yang kita utamakan adalah kepentingan diri kita. Kita tidak pernah membayangkan bahwa semua yang kita hindari dan sepelekan justru menentukan nasib kita. Tuhan mengundang kita untuk mengalami semuanya secara gratis dan Tuhan menguji kita dalam pengalaman hidup. Semoga kita tidak mengalami nasib seperti Simon Mael. Amin

 Di samping Kapela di Puncak Sinai

Saturday, October 29, 2016

Renungan Minggu Biasa XXXI Tahun C/2



Hari Minggu Biasa XXXI Tahun C/2
Keb. 11:22-12:2; 2Tes. 1:11-2:2; Luk. 19:1-10
Kapela STKIP Santu Paulus Ruteng,30 Oktober 2016

Buka
Pengalaman berjumpa  dengan Tuhan baik karena manusia berusaha mencarinya maupun karena Tuhan sendiri berinisiatif mendatangi manusia selalu menjeutkan dan membahagiakan. Kisah Injil hari ini mengingatkan kita tentang  perilaku kehidupan manusia yang menjamin keselamatan jiwanya.  Kita berdoa agar kehidupan kita senantaiasa diwarnai dengan pelbagai kejutan yang Tuhan lakukan atas diri setiap kita. Kita bawa semua doa, harapan, dan intensi  kita kepada Tuhan. Untuk itu kita akui salah dan dosa kita..

Renungan
Mari Berguru pada Zakheus
Judul teks tadi langsung menyebutkan nama Zakheus. Teks ini termasuk unik dan istimewa karena hanya penginjil Lukas yang mengisahkan tokoh Zakheus. Itu artinya bagi Lukas kisah Zakheus itu penting dan bermakna bagi banyak orang. Sungguh mengejutkan bahwa Lukas yang berprofesi sebagai tenaga medis saat itu menulis laporan mirip dengan tulisan wartawan yang meliput peristiwa dan kisah unik. Mengapa Lukas menuliskan Peristiwa itu? Hemat saya Lukas menulis dan melaporkan peristiwa itu karena dalam peristiwa itu ada banyak kejutan. Saya menemukan paling kurang ada 7 kejutan dalam teks itu
Kejutan pertama, Zakheus melepaskan tugas pokoknya sebagai kepada dinas bea dan cukai atau kepala dinas pendapatan di kota Yerikho. Ia tampaknya membiarkan peluang berlalu. Ia tidak menjalankan tugasnya melakupan penagihan dan pungutan terhadap ribuan manusia yang memasuki Yerikho. Dia justru membaur di antara begitu banyak manusia yang menyertai Yesus ke Yerikho. Dia mau dirinya menjadi bagian dari sejumlah besar manusia yang menyertai Yesus. Ia melepaskan interse, kesibukan pribadi yang sifatnya rutinitas demi menjalin kebersamaan dengan orang lain. Zakheus membuat pilihan yang tidak biasanya ia lakukan. Ia mengubah kebiasaannya
Kejutan kedua, Zakheus masuk ke dalam keramaian itu ternyata dengan satu maksud yang luar biasa. Penginjil Lukas mencatat dengan sangat teliti dan cermat tentang maksud Zakheus bukan sekadar melihat Yesus tetapi lebih dari itu itu. Zakheus mau tahu kualitas diri Yesus atau kualifikasi diri Yesus. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu. Pertanyaan orang apakah Yesus itu, adalah pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas diri bukan masalah asal usul, dari mana Yesus. Jawaban atas pertanyaan orang apakah Yesus harus mengacu pada kata sifat dan bukan kata benda. Kalau saat ini saya bertanya kepada kita semua: orang apakah Pater Pit ini? Apa jawaban kita? Orang Larantuka, Flotim. Jawaban seperti ini salah karena Larantuka/Flotim merupakan kata benda yang dalam kalimat akan menjadi keterangan tempat. Jika jawabannya Pater Pit  orang Larantuka/Flotim maka pertanyaannya bukannya orang apakah pater Pit  melainkan orang manakah Pater Pit ini? Jawaban yang benar kalau kita ditanya: orang apakah Pater Pit itu? Jawabannya ia orang baik, orang sehat, orang jujur, orang ganteng, orang pintar, orang seni dan sebagainya. Semuanya itu kata sifat yang mengacu pada kualitas diri dan karakter Pater Pit. Zakheus masuk dalam rombongan orang banyak dengan satu pertanyaan terkait kualitas diri dan karakter Yesus. Kalau kualitas diri Yesus yang mau dilihat Zakheus maka ada pengandaian di balik keinginan itu bahwa ia mau belajar pada Yesus tentang kualitas diri yang baik.
Kejutan ketiga, Zakheus Kepala Dinas Bea Cukai atau kepala Dinas Pendapatan wilayah Yerikho itu melakukan aksi akrobatik dengan bertengger di dahan pohon ara. Aksi akrobatik Zakheus gaya burung kalong ini dilakukannya bukan kebetulan tetapi ia lakukan itu setelah ia mempertimbangkan kondisi fisik yang rendah dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan karena ada begitu banyak orang berdesakan mendekati Yesus. Injil mencatat demikian: maka berlarilah ia lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang lewat di situ. Zakheus membuat perhitungan yang cermat untuk mendahului orang banyak dan menentukan posisi strategis. Niatnya untuk mendapat kualitas diri Yesus mengharuskan dia untuk mengambil sikap dan menentukan pilihan yang strategis. Baginya berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara adalah sikap dan pilihan untuk mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya akan membentuk dan mengubah karakternya yang terlanjur dicap sebagai pendosa. Itulah sebabnya, tanpa beban ia memanjat pohon dengan risiko ditertawakan  karena seorang pejabat publik setingkat kepala Dinas pendapatan ketahuan bertengger di dahan pohon ara. Bagi Zakheus, mencari dan menemukan karakter unggul dalam diri Yesus membutuhkan perjuangan bahkan bisa menjadi bahan tertawaan banyak orang. Zakheus mau menunjukkan kebenaran  bahwa orang harus berlari mendahului, mengungguli yang lain dan harus mampu menentukan posisi dan disposisi diri pada tempat yang pas dan tepat kalau mau mendaptkan sesuatu.
Kejutan keempat terjadi ketika sampai di dekat pohon itu. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."  Zakheus tidak punya intensi, rencana untuk bisa dilihat Yesus apalagi diajak turun dan akhirnya Yesus harus mengubah agenda perjalannya dengan mampir ke rumah Zakheus. Zakheus berlari mendahului dan memanjat pohon untuk melihat Yesus bukannya untuk dilihat Yesus. Peristiwa ini mengungkapkan kualitas diri dan pribadi Yesus yang tidak melihat masa lalu Zakheus. Kaena itu, bagi Zakheus peristiwa Yesus melihat, mengajaknya turun dan terus ke rumah merupakan bonus dari usahanya untuk  mencari dan belajar pada Yesus. Sikap Yesus terhadap Zakheus menjadi antitesis yang merontokkan sikap kebanyakan orang yang menyingkirkan Zakheus terkait jabatannya sebagai kepala pajak. Upaya Zakheus mendahului orang banyak dan menentukan disposisi diri pada tempat yang pas dan strategis mendatang bonus yang luar biasa. Dia mendapatkan lebih dari apa yang ia bayangkan dan rencanakan. Tuhan memberi Bonus bagi orang yang menang dalam perlombaan kehidupan untuk meneladani sikap Yesus.
Kejutan kelima, Zakheus turun dan melayani permintaan dan pemberitahuan Yesus yang mau ke rumah Zakheus. "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Melayani permintaan yang mendadak seperti itu juga tidak gampang apalagi ada begitu banyak manusia yang mau mengikuti Yesus. Memang injil memberi cacatan tentang Zakheus sebagai seorang yang kaya sehingga pasti dengan mudah mengatasi semuanya termasuk siap tempat dan makan minum untuk manusia yang begitu banyak. Dalam kondisi yang serba mendadak Zakheus menerima Tuhan yang tidak pernah ia pikirkan apalagi rencanakan. Tuhan datang bertamu secara mendadak, sifatnya segera, hari ini juga. Kata-kata Yesus ini mau mengatakan bahwa Tuhan menuntut manusia untuk menerima Tuhan  di rumah dan dalam hiudpnya setiap hari. Setiap hari baru untuk kita pengikut Kristus adalah hari ini dan setiap hari ini Tuhan datang dan hidup bersama kita.
Kejutan keenam, Yesus dipersalahkan orang banyak yang mengikutinya ketika Yesus memilih untuk bertamu ke rumah Zakheus. Sikap orang banyak yang bersungut-sungut terhadap Yesus muncul karena Yesus dikaitkan dengan stigma yang diberikan kepada Zakheus sebagai pendosa. Zakheus sungguh menangkap reaksi orang banyak itu sehingga ia tidak ingin Yesus dipersalahkan hanya karena mendatangi rumahnya. Itulah sebabnya  Zakheus berdiri dan berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Inilah kesadaran paling dasar yang lahir dari hati Zakheus sebagai dampak kehadiran Yesus di rumahnya. Kata-kata Zakheus ini tergolong amat revolusioner karena dinyatakan secara terbuka di hadapan publik. Yesus tahu bahwa apa yang dikatakan Zakheus akan terlaksana. Hal itu melahirkan kejutan berikutnya
Kejutan ketujuh, Yesus mengumumkan kepada publik bahwa Zakheus itu keturunan Abraham dan dikelompokkan sebagai  orang yang hilang. Sebagai keturunan Abraham, Zakheus berhak memperoleh keselamatan. "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Pernyataan Yesus ini telah menjadi pernyataan kunci perjumpaan Zakheus dengan Yesus yang bermula dari dahan pohon ara di tepi jalan. Zakheus mencarai karakter Tuhan di tengah kerumunan orang banyak menuju Yerikho dan Tuhan mencari keturunan Abraham dan membawa keselamatan sampai di rumah.
Kisal injil hari ini berakhir menyenangkan karena ada pujian dan penerimaan Kristus terhadap pertobatan Zakheus. Dengan tindakan ini pula Kristus membersihkan segala tuduhan yang dialamatkan kepada-Nya dengan menjadi tamunya (ay. 9-10). Zakheus dinyatakan sebagai orang yang berbahagia. Mengapa? Karena ia telah berpaling dari dosa kepada Allah. Ia telah menerima Kristus masuk ke dalam rumahnya, dan menjadi orang yang jujur, penuh amal, dan baik hati: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini. Sekarang setelah ia dipertobatkan, ia juga dengan demikian diselamatkan; diselamatkan dari dosa-dosanya, dari rasa bersalah akibat dosa-dosa tersebut, dan dari kuasa dosa. Segala manfaat dari keselamatan telah menjadi miliknya. Kristus telah datang ke rumahnya, dan ke mana pun Kristus datang, Ia membawa serta keselamatan dengan-Nya. Ia menjadi Sumber keselamatan kekal bagi semua yang mengakui-Nya, seperti yang dilakukan Zakheus. Namun semua ini belumlah cukup. Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.
Apa yang telah dilakukan Kristus secara khusus untuk menjadikannya seorang yang berbahagia adalah sesuai dengan rencana besar-Nya dan maksud kedatangan-Nya ke dunia. Dengan dasar yang sama ini pula Kristus sebelumnya telah membenarkan pergaulan-Nya dengan para pemungut cukai. Pada waktu itu Ia mengimbau bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat, sekarang ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, to apolōlos -- yang hilang.
Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari dan menyelamatkannya. Rancangan-Nya adalah untuk menyelamatkan, ketika keselamatan tidak ada di dalam siapa pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya tersebut, Ia mencari, menggunakan segala cara yang mungkin untuk mewujudkan keselamatan tersebut. Ia mencari mereka yang tidak layak dicari, Ia mencari mereka yang tidak mencari-Nya dan tidak mengharapkan-Nya, seperti halnya Zakheus di sini.
Dalam banyak hal mungkin kita sama seperti Zakheus yang pendosa tetapi hari ini Zakheus memberikan kita contoh usaha untuk mengenal kualitas diri Tuhan.  Zakheus memanjat pohon hanya karena mau mendapatkan karakter dan kebaikan Yesus. Semoga Tuhan yang sama, setiap hari kita cari dan undang ke rumah-rumah kehidupan kita, sampai kita mendapatkan keselamtan sebagai keturunan Abraham. Amin 

 Pohon Ara Zakheus dekat kota Yeriko

Saturday, October 1, 2016

SYUKUR PURNABAKTI SEBAGAI PNS



Renungan Misa Syukur Purnabakti Bpk. Mikhael Mus
Paroki St.Vitalis Cewonikit Jumat 30 Sept.2016
2Tes.3,1—13 ; Lukas 12,35—44
=======================================
Buka
Bapak ibu, Saudara-Saudari yang terkasih. Selamat malam. Selamat bertemu dan berkumpul di tempat ini. Malam ini, kita sekalian diundang untuk menghadiri  perayaan Ekaristi Suci untuk bersyukur bersama Bpk. Mikhael Mus dan keluarga atas waktu, anugerah, dan rahmat penyertaan Tuhan yang senantiasa membimbing beliau selama bertugas sebagai pekerja negara (PNS), baik sebagai pendidik/guru, kepala sekolah, maupun sebagai pengawas pendidikan. Rasa syukur ini sesungguhnya meruapakan pengungkan iman beliau akan penyertaan Tuhan yang tidak rela membiarkan Pak Mikahel berjalan sendirian tanpa kasih Tuhan. Ia menyadari bahwa dirinya mampu mengemban tugas bukan karena kemampuannya semata tetapi terutama karena ada dalam kebersamaan dengan banyak orang termasuk kita semua yang hadir ini yang dipakai Tuhan dengan caranya masing-masing.
Dengan begitu, rasa syukur ini sekaligus ungkapan rasa terima kasih beliau kepada kita dan kepada Tuhan sang penyelenggara. Allah menyertai beliau dalam setiap usaha, tantangan, dan kesulitan selama berkarya. Dalam simpul-simpul suka dan duka itu, beliau sadar bahwa Allah tetap memberi kekuatan dan ketegaran. Allah tetap memberikan “kelapangan” kepadanya. Agar lebih pantas mengikuti Perayaan Ekaristi Suci ini, marilah kita semua dengan rendah hati mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan sembari mengakui segala salah dan dosa kita terkait tugas dan karya kita di hadapan kerahaiman Allah dan pengampunan dari sesama.

Renungan
Kata apakah yang selalu dicari dan kejar setiap orang dalam hidup? Kata itu adalah Sukses. Semua aktivitas manusia selama hidup diarahkan pada pencapaian kata sukses. Semua orang mau mendapat kesuksesan, tetapi apakah dengan itu orang mengetahui hakikat dari sebuah kesuksesan itu? Apa itu sukses. Kalau kita bertanya kepada 10 orang tentang hakikat kesuksesan, kita akan mendapatkan 10 jawaban yang bervariasi.  Hakikat sukses itu bervariasi untuk setiap orang karena untuk sampai pada kata itu, setiap orang beradaa dalam situasi dan pengalaman yang berbeda. Sukses dan kesuksesan itu sesungguhnya tidak bisa didefinisikan, tetapi dapat digambarkan atau dideskripsikan.
·    Untuk yang bersekolah sukses mungkin berarti  dapat menyelesaikan pendidikannya, mendapat pekerjaan sesuai dengan  keahliannya.
·     Untuk yang berkeluarga atau keluarga  sukses mungkin berarti mampu membangun rumah tangga, dan punya anak dan hidup berbahagia dalam rumah tangga.
·     Untuk kontraktor mungkin sukses berarti memang tender dan proyek yang dikerjakannya tidak bermasalah.
·     Untuk pedagang mungkin sukses berarti banyaknya keuntungan dalam dunia bisnisnya, bagi para birokrat sukses itu mungkin dirasakan ketika mendapatkan posisi dan jabatan.
·     Untuk para pemimpin sukses itu mungkin berarti mampu merebut dan mempertahankan posisi dalam pertarungan pemilihan pemimpin.
·     Untuk seorang koruptor mungkin sukses baginya terasa  ketika kejahatannya  berhasil disembunyikan dan belum terdeteksi.
·     Untuk seorang sopir mungkin sukses baginya dirasakan ketika mengantar majikannya dengan selamat ke tempat tujuan
·     Untuk seorang panitia pesta mungkin sukses bagi bisa terasa ketika semua tamu dan undangan merasa dilayani dengan baik.
·     Untuk seorang petani mungkin merasaka sukses memetik banyak hasil dari apa yang ditanamnya
·     Untuk seorang pencuri, mungkin sukses baginya dirasakan ketika aksinya tidak tertangkap orang lain.
·     Untuk seorang pegawai atau pekerja mungkin sukses baginya dirasakan ketika ia mampu menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
·     Begitulah seterusnya, sukses itu bisa dibatasi dan digambarkan dalam cara yang berbeda karena memang dilami secara berbeda.
Sukses adalah kata sifat yang lahir dari aktivitas. Tidak ada kata sukses kalau tidak ada aktivitas dan tindakan. Sukses itu adalah kutub atau ujung terbaik dari semua tindakan. Aktivitas dan tindakan kita selama hidup dalam bahasa populer kita namakan kerja. Sukses selalu dipertalikan dengan kerja atau orang Jawa menyebutnya gawai/gawe. Kata pegawai/pegawe sebenarnya persis sama makanya dengan kata pekerja tetapi orang sering menggunakan mayas bahasa eufemisme yang terkesan mentereng. Syukur bahwa banyak orang  yang belum mengetahui makna pegawai itu sebagai pekerja, sehingga kalau sebut pegawai maka konotasinya lebih dari petani, dan pekerja lainnya. Dampak dari ketidaktahuan itu, membuat banyak orang ingin menjadi pegawai dan yang ada dalam bayangannya bekerja di kantor yang bersih, tanpa harus tersengat matahari dan kucurkan keringat. Apa pun namanya, yang pasti kalau mau mendapatkan kata sukses seeseorang harus bekerja. Mengapa orang, kita harus bekerja?
Ada dua alasannya (a) karena hidup manusia itu berbatas, ada batasnya dan (b) dalam masa hidup yang terbatas itu setiap manusia ingin memberi makna atas kehadiran dan kehidupannya. Andaikan semua kita manusia tidak akan mati, maka dunia kita pasti sepi dari pelbagai kesibukan. Orang tidak perlu sibuk memasak karena manusia tidak mati meskipun tidak makan. Karena itu, kita harus bersyukur karena hidup ini ada batasnya sehingga kita terlibat dalam aneka kesibukan sekadar mempertahankan kehidupan yang sementara. Hanya karena hidup berbatas manusia akan mencari makna dalam kehidupannya. Orang bilang manusia itu makhluk pencari dan penemu makna kehidupan. Itu memang benar! Manusia dan setiap kita berjuang untuk menjadikan hidup kita ini bermakna dan berarti. Hal inilah yang mendorong manusia untuk bergiat dan bekerja. Dengan itu kerja pada tingkat  pertama dilihat sebagai unsur yang menjadikan kehidupan itu berarti dan bermakna. Bekerja itu apa pun bentuknya selalu terkait dengan pemaknaan atas kehidupan.
Mengikuti alur dan logika berpikir tentang kebermaknaan hidup yang ditautkan pada persoalan kerja seperti ini, mengharuskan kita berpikir secara serius tentang apa yang kita kerjakan dan apa saja yang diserahkan kepada kita untuk dikerjakan sebagai pekerjaan. Kerja dan bekerja harus diakui sebagai kenyataan yang melekat-satu pada kehidupan kita. Kerena itu jelas dan­ sangatlah penting bagi kita untuk melihat dan berusaha menyadari kembali makna pekerjaan  yang kita lakukan. Saat ini kita merayakan ekaristi khusus untuk menyadari kembali segala bentuk kegiatan kita. Kita yang hadir dibantu oleh Pak Mikhael untuk melihat kembali apa yang menjadi pekerjaan kita selama ini dan bagaiamana kita melaksanakannya. Kerja yang menyatu pada kehidupan kita sering  dini­lai sebagai beban karena dihubungkan dengan episode pascakejatuhan manusia. Kerja yang dilihat sebagai beban memungkinkan orang menghindari pekerjaan itu.
Gejala dan sikap menghindarkan diri dari usaha dan kerja seperti ini menjadi tantangan bagai Paulus dalam pewartaaanya.  Jemaat Tesalonika yang telah menerima pengajaran Paulus tergoda untuk menghindari pekerjaan dan melepaskan iman mereka. Atas alasan itulah dalam bacaan pertama tadi Paulus menulis, “kami berpesan kepadamu, Saudara-Saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti”. Kata-kata Paulus ini tegas dan jelas bahwa pengikut Kristus harus melepaskan diri dari orang yang tidak mau bekerja dan tidak membenarkan orang yang menjadi beban bagi orang lain. Bekerja bagi Paulus menjadi bagian dari iman yang dinyatakan. Karena itu, logika yang dibangunnya sederhana saja, yang tidak bekerja janganlah ia makan.
Bekerja sabagai bagian dari iaman atau wujud pernyataan iman yang dikatakan Paulus bukan sekadar pemenuhan kebutuhan fisik ekonomis tetapi lebih dari itu harus menjadi sarana yang mengukur spirit atau semangat setiap orang dalam bekerja atau menjalankan tugas. Hal inilah yang mau dikatakan Yesus dalam versi pnginjil Lukas malam ini. Bekerja bukan asal bekerja tetapi bekerja secara sungguh-sungguh. Penegasan itu diungkapkan dalam rumusan benuansa imperatif, perintah, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.  Bekerja dalam semangat dan spirit yang benar adalah bekerja bukan karena selalu diawasi tetapi bekerja karena yakin pekerjaan itu akan membawanya lebih akrab dengan si pemilik pekerjaan.
Didapati tuan dengan pinggang terikat dan pelita bernayala merupakan ungkapan yang menyatakan kesetiaan dan ketekunan seorang dalam menjalankan apa yang menjadi tugasnya. Hanya orang seperti itulah yang akan diberi penghargaan, diangkat untuk suatu tugas dan tanggung jawab yang lebih. Dalam kontsks ini kita bisa menilai diri kita dalam pekerjaan kita. Apakah pernah diangkat menjadi pengawas atau tugas yang lebih berat? Kalau Pak Mikhael ya pernah alami karena sebelum pensiun beliau menjadi pengawas.
Sukses dalam bekerja hanya akan terjadi kalau kita memahami makna kerja kita dan mengetahui cara dan model kerja kita.  Penyair Kahlil Gibran pernah ditanya seorang petani: tentang Apakah Bekerja itu? Gibran menjelaskannya demikian, Jika Kau bekerja maka langkah seiring irama bumi. Berpangku tangan menjadikan engkau orang yang asing bagi  musim, dan keluar dari barisan kehidupan sendiri. Bila Bekerja Engkau ibarat  sepucuk se­ruling. Lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu. Selama ini kau dengar orang berkata bahwa kerja  adalah kutukan dan jeri payah adalah suratan takdir, TETAPI aku berkata kepadamu:  bila kau bekerja Engkau memenuhi seba­gian cita‑cita bumi yang tertinggi. Dengan menyibukan diri dalam kerja, hakikatnya engkau mencintai kehidupan. Men­cintai hidup dengan bekerja adalah mengalami rahasia hidup yang paling dalam. Jika engkau bekerja dengan rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan dirimu. Kau satukan dirimu dengan orang lain, serta kau dekatkan dirimu kepada Tuhan. Kerja adalah cinta yang mengejahwanta. Jika kau tidak sanggup bekerja dengan cinta, lebih baik engkau meninggal­kannya dan jadilah pengemis pada mereka yang bekerja dengan suka­cita. Sebab jika engkau membakar roti dengan rasa tertekan maka pahitlah roti itu. Bila engkau menggerutu  saat memeras anggur, gerutu itu akan meracuni anggur. Kata-kata Gibran ini mau menegaskan bahwa bekerja dengan senang hati dan tanpa tekanan adalah prinsip kerja yang menyelamatkan. Ketulusan dan keterbukaan dalam bekerja itulah yang membawa kesuksesan. Jika sebaliknya kita akan menjadi racun dalam kehidupan bersama.
Kita ingin menjadi roti manis dan anggur tanpa racum. Kita inginkan madu yang manis dihasilhand ari cara kerja kita. Karena itu hendaknya kita hiudp dan berkarya daalam spirit lebah yang menghasilkan madu yang termanis. Kita belajar pada keunggulan lebah
1.    Lebah hanya makan makanan yang baik dan berguna, yaitu serbuk sari termanis dari bunga yang dihingapi. Lebah bekerja secara pasti menentukan dan memlih yang terbaik bukan untuk dirinya tetapi untuk manusia yang akan menikmati manusia hasil kerjanya. Dengan ini lebah mau mengajak manusia meniru sifat dan cara kerja terbaik untuk kebaikan  sesama.
2.    Di mana saja lebah berada dan bekerja mencari ia tidak pernah merugikan. Lebah mengembangkan prinsip kerja yang saling menguntungkan. Prinsip mutualisma saling menguntungkan dibahasakan lebah untuk manusia. Ia mengisap sari bunga tetapi pada saat yang sama ia membantu proses penyerbukan yang memungkinan jenis atau spesien tanamam tertentu bisa berkemang. Dia bekerja mencari kehidupan untuk orang lain tetapi sekaligus menghidupkan yang lain. Inilah cara kerja yang bermakna, tidak mencari keuntungan diri sendiri sambil merugikan orang lain. Prinsip kerja seekor lebah menjadi kritikan bagi para koruptor.
3.    Lebah menerapakan manajemen kerja yang rapih dan teratur. Semua anggotanya bekerja secara sinergis dengan sistem pembagian kerja yang tegas dan jelas. Hanya dengan itu manusia pada waktunya menikmati madu hasil kerja. Manusia sukses, sukses dalam ketertauran kerja bukan dalam kemanasukaan   bekerja atau kerja mana suka.
4.    Lebah mengembangkan semangat kerja pantang mundur. Lebah akan tetap mendekati putik bunga yang mengkin sulit didekati karena diterpa angin. Lebah akan berjuang sampai mendaptkan apa yang terbaik dan termanis bukan untuk dirinya tetatpi untuk manusia pemangsa madu
5.  Lebah memproduksi madu yang manis bukan hasil kerja seekor lebah tetapi merupakan hasil kerja sama segerombolan lebah. Kerja sama binatang berna lebah menghasilkan madu termanis.

Saya kira semua kita sepakat bahwa malam ini kita merayakan syukur bersama Pak Mikhael karena dia telah menghasilkan roti yang manis, anggur yang manis, dan madu termanis. Semoga kita bisa belajar dari sini untuk mengembangkan filosofi kerja seekor lebah. Tidak perlu tanya banyak-banyak tentang apa itu sukses. Cukup ingat apa yang yang dikatakan Brett Farmiloe ini: Bagiku Sukses adalah saat saya mampu berkata:  "Saya mencintai apa yang saya lakukan."  Amin

Rm.Bone Rampung, Pr