Wednesday, August 7, 2013

MINGGU PENTAKOSTA TAHUN A

Hari Raya Minggu Pentakosta (Th.A1)

Kis.2,1-11; 1Kor.12,3b-7.12-13; Yoh.20,19-23



Buka

Hari ini kita merayakan pesta keberanian sebagai orang beriman karena Roh Tuhan mendampingi kita. Pelbagai macam kebingungan dan ketakutan yang menghantui diri dihalau olkeh kekuatan Roh kudus yang kita terima hari ini. Dalam perayaan ini kita sebagai orang beriman yang menerima Roh dituntut untuk hidup dan bertindak dalam roh itu. Kita berdoa semoga kita dikuatkan Roh Tuhan sendiri dalam menjalankan tugas panggilan kita masing. Sekaligus kita mohonkan agar Roh Tuhan menerangi dan menuntun kita pada jalan yang membebaskan kita dari ketakutan dan kebingungan. Kita mohon ampun atas segala dosa dan kesalahan kita. Mungkin kita kurang menghadirkan Roh Allah dalam perjuangan hidup kita. Mungkin kitalebih banyak mencari kedamaian dari pada membawa dan membagikan kedamaian itu kepada orang lain.



Renungan

Ilustrasi: Sejumlah anak tuna netra atau buta yang diasuh di sebuah Sekolah Luar Biasa pada suatu hari diminta untuk melatih berjalan di jalan raya yang ramai dengan lalulintas. Ketakutan dan kecemasan menghantui mereka. Mereka takut keluar dari gerbang karena mereka membayangkan akan menginjak ular, mungkin menabrak pohon, mungkin terperosok ke dalam lobang, atau malah tak bisa kembali. Setiap kali diminta berjalan keluar gerbang mereka hanya sampai di sebuah pohon cemara yang rindang. Semua mereka berkumpul dan bercerita di bawah naungan pohon itu dan tak seorangpun yang berani menuju jalan raya. Semua mereka ketakutan. Pada dahan pohon cemara di mana mereka berteduh itu terdapat sarang burung pipit dan di dalam sarang itu terdapat 3 ekor pipit kecil yang baru menetas. Salah seekor pipit kecil itu cacat karena matanya buta. Induk pipit itu menghadap rajawali sebagai penghulu para burung. Rajawali itu memberikan sejenis biji tanaman kepada pipit itu intuk disentuhkan pada mata anaknya yang buta. Ketika pipit itu kembali kesarangnya dengan menggigit biji yang diberikan rajawali, tiba-tiba ia terkejut karena ada segerombolan orang di bawah pohon cemara. Karena itu biji yang ada pada mulutnya jatuh dan persis menyentuh mata seorang yang buta. Mata anak itu menjadi melek dan kemudian ia mengambil biji itu dan disentuhkannya pada mata temannya. Suatu keajaiban terjadi karena mata mereka menjadi melek semuanya. Karena merasa sangat senang mereka semua ramai-ramai keluar gerbang dan menuju pusat kota untuk membuktikan bahwa mereka telah mengalami kesembuhan. Ketakutan menjadi lenyap dan mereka menjadi pemberani untuk menceritakan apa yang telah mereka alami.

Takut, bingung adalah perasaan ada pada semua manusia. Ketakutan dan kebingungan biasanya muncul saat orang berhadapan dengan satu situasi, keadaan tertentu. Saya yakin saat ini kita semua sebagai warga negara lagi takut dan bingung karena situasi politik yang sulit kita prediksi secara tepat. Permainan politik memang tidak bisa dijelaskan dengan logika kehiduapan yang biasa. Semua logika dan jalan pikiran yang logis rational seakan lumpuh ketika harus berhadapan dengan barang yang disebut politik itu. Kebingungan politik bisa dikatakan sebagai kebingungan berskala makro, berskala besar untuk kita semua. Namun dalam skala yang lebih kecil kita bisa berhadapan dengan kebingungan yang lain. Seorang pemuda atau pemudi bisa bingung karena mungkin belum mendapat teman dekat. Bisa juga bingung karena sulit memilih teman yang cocok. Bisa bingung karena ada yang mengkinatai janji. Bisa bingung karena karena putus cinta. Bisa bingung karena belum adanya kepastian masa depan. Bisa bingung karena sulit memilih jalan hidup. Orangtua bisa-bisa bingung ketika berhadapan dengan anak mereka yang mau memasuki masa remaja. Bisa bingung ketika putra putri mereka dihadapkan dengan banyak pilihan dalam hidupnya entah pilihan panggilan hidup maupun pilihan pasangan hidup. Singkatnya di mana-mana ada kebingungan. Siapa-siapa saja kebingungan. Zaman ini memang zaman kebingungan. Dan ketika orang terperangkap dalam kebingungan orang bertindak seperti orang yang buta yang tidak mampu melihat jalan yang baik dan benar.

Rupa-rupanya ketakutan dan kebingungan itu menjadi penyakit keturunan untuk manusia. Kalau saudara/i tidak percaya silahkan renungkan perikope Injil tadi. Yohanes dengan jelas sekali menggambarkan penyakit takut dan bingung itu menimpa komunitas para murid Yesus. Ketika Yesus disalibkan kemudian harus transit ke rumah Bapa saat itulah intensitas ketakutan dan kebingungan para murid mulai meningkat. Tetapi satu hal yang mengejutkan sekaligus menjadi berita sukacita untuk kita hari adalah bahwa Yesus senantiasa datang mengunjungi kita. Ia akan menembus pintu hati manusia yang tertutup. Kekuatan rohnya tak terbendung oleh sikap manusia. Para murid yang takut akan manusia menutup pintu rumah mereka namun Yesus mendatangi mereka menawarkan suatu kepastian dalam hidup. Kepastian yang ditunjukkan Yesus bukan kepastian pilihan jalan hidup untuk memilih tarekat biara-biara tertentu melainkan kepastian tentang keadaan hidup yang sebenarnya. Kepastian tentang keadaan Hidup yang dibawa Yesus adalah kedamaian dan kesentosaan. Kedamaian dan kesentosaan yang ditinggalkan Yesus adalah modal dasar bagi manusia untuk menjalankan panggilan hidupnya. Yesus meberikan damai dan kesentosaan bagi semua orang untuk hidup seturut kehendak Allah. Kalau kita semua mau masuk dan memilih cara hidup tertentu misalnya mau menjadi biarawan dan biarawati dengan tujuan menjadi kedamaian atau keamanan bagi diri sendiri maka saya boleh katakan bahwa kita keliru besar. Rumah-rumah biara jangan dianggap sebagai surga di bumi karena apa? Karena dalam kenyataannya banyak orang yang kecewa dan stres berat ketika masuk biara dan mengalami segala hal di sana yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Para calon misalnya stres karena harus menerima keputusan pimpinan. Segala dalil dan alasan suci biasanya dipakai untuk meyakinkan bahwa keputusan yang diambil menjadi sebuah kebijakan yang dipimpin oleh kehendak Allah. Dan mungkin itulah dalil atau senjata pamungkas para pemimpin yang sulit dilawan. Kedamaian itu sudah kita dapat secara pribadi dari Tuhan untuk memberikan arti dan makna pada pilihan hidup kita. Orang kadang tidak sadar akan hal ini sehingga dimana-mana orang berusaha mencari kedamaian. Dan ironisnya untuk mencapai perdamian tidak ada cara lain selain harus berperang. Saya yakin kalau orang sadar bahwa kedamaian itu sudah ada dalam diri kita maka kita pasti dengan mudah memberikan penilaian atas kehidupan kita. Itulah sebabnya injil tadi mengatakan bahwa damai diberikan Bapa kepada Yesus dan diteruskan kepada manusia bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain. Yesus mengutus manusia bukan untuk mencari kedamaian melainkan untuk membawanya. Panggilan hidup apa saja tujuannya bukan untuk mencari dan menemukan kedamiaan melainkan terutama bertujuan membawa dan membagi kedamaian.

Hari raya pentakosta sebagai hari pencurahan roh kudus kepada gereja yang kita rayakan hari ini adalah hari perutsan bagi kita semua untuk membagikan kedamaian seperti Yesus sendiri. Paulus dalam bacaan kedua tadi memberikan gambaran kepada kita tentang daya kekuatan roh kudus itu yang bekerja secara berbeda dalam diri orang yang berbeda tetapi untuk tujuan yang sama. Bukti keterlibatan roh kudus dalam kehidupan sesorang menurut Pulus tadi harus nyata dalam usaha manusia untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Kehadiran Roh Kudus dijadikan nyata dalam setiap orang untuk kepentingan orang lain. Roh kudus adalah roh untuk orang lain. Bukan roh untuk diri sendiri. Yesus menerimanya untuk kita dan kita menerimanya untuk orang lain. Hal ini juga terbukti dalam pengalaman para murid saat pentakosta pertama. Roh Allah turun menyerupai lidah api yang membinungkan. Kekuatan Roh itu bukan saja menguasai para murid melainkan menembus hati dan budi bangsa lain. Tak mengherankan kalau dalam kisah para rasul tadi muncul mujizat besar tentang bahasa Roh. Para murid berbicara dalam bahasa Galiea tetapi dimengerti dalam pelbagai bahasa menurut para pendengarnya. Saya kira sampai saat ini orang belum dapat menyaingi Roh kudus itu dalam membuat alat agar kita bisa mengerti semua bahasa. Kalau hal bisa terjadi maka tak perlu lagi orang mencetak kamus. Tak perlu kita bingung kalau turis berbahasa Inggris tetapi yang masuk telinga kita adalah bahasa daerah kita. Sekali lagi hanya Roh Kudus yang bisa mengubah segalanya itu.

Ketakutan dan kebingungan tak mungkin hilang dari pengalaman hidup kita. Dalam cerita ilustari tentang sekelompok anak buta tadi kita mendengar tentang ketakutan orang buta untuk berjalan jauh. Namun di sana telah terjadi satu mujizat karena mereka semua mendapat kesempuhan sehingga dapat memberikan kesaksian tentang pengalaman kebahagiaan yang mereka terima. Para rasul dalam semua bacaan tadi seumpama orang buta karena harus menutup diri dari dunia luar. Yang ada cuma ketakutan. Di sanapun terjadi mujizat besar. Roh Tuhan turun membakar semangat mereka sekaligus menembus benteng ketakutan mereka. Mereka menjadi orang yang berani memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka akan Allah. Kitapun tengah berada dalam kebingungan dan ketakutan. Mungkin kita takut memberikan kesaksian tentang iman kita. Mungkin kita kut keluar dari gerbang rumah kita karena mau aman. Mungkin kita takut menentukan pilihan kita. Mungkin kita bingung dengan masa depan kita. Tetapi satu yang pasti dan harus kita yakini bahwa dalam kebingungan itu Tuhan datang menawarkan kesejukan dan kedamian. Tuhan ada dan akan datang ke tengah kebingungan kita seperti dahulu ia datang di tengah kebingan para murid. Setiap kita memiliki kebingan dan ketakutan masing-masing. Tetapi pada hari pentakosta ini marilahnkita lepaskan kebingan dan ketakutan kita dengan menyerahkan semuanya pada kuasa Roh Allah. Mudah-mudahan Roh yang kita terima hari ini membantu dan menuntun kita menembus tembok dan benteng ketakutan dalam kebingan kita. Amin.





Pringwulung, 23-5-1999

Rm.Bone Rampung Pr

No comments:

Post a Comment