Tuesday, August 13, 2013

RENUNGAN HUT KE-140 TAREKAT FRATER BHK

Renungan Misa HUT ke-140 Tarekat Frater BHK

Ef.1,3-6; Yoh.1,43-51

Komunitas Frater BHK Claket 21 Malang Selasa, 13-8-2013

Buka

Sore hari ini semua kita, para Frater BHK sebagai satu persekutuan orang terpanggil hadir dan berada bersama untuk membuat perhentian sejenak. Sebuah perhentian sejenak tetapi harus menjadi perhentian yang kaya arti dan sarat makna bagi kita. Merayakan Hari Ulang Tahun Tarekat menjadi momen perhentian untuk bersama-sama secara sinergis merajut kembali simpul-simpul kisah pejalanan tarekat untuk suatu masa depan yang lebih baik.Hari ini para frater BHK seluruh dunia merajut simpul ke-140 dengan harapan bahwa pada simpul-simpul itulah para frater mengendarai kendaraan bernama BHK itu secara aman. Tercatat 139 simpul dan anak tangga telah dibangun dan dilewati menjadikan tarekat frater BHK sudah berada di tempat yang tinggi. Suatu posisi yang membanggakan sekaligus posisi yang menanti aneka tantangan. Kita berdoa semoga oleh doa Pendiri, para pendahulu dan Bunda Maria kita terus maju membawa Kristus dalam karya pelayanan kita. Kita akui segala kealpaan kita..

Renungan

Kalau saat ini kita ditanya: mengapa kendaraan sepeda motor dan mobil selalu dilengkapi dengan kaca spion? Jawabannya karena mata manusia itu ada di depan dan manusia selalu berjalan ke depan dan mengarah ke depan. Manusia tidak perlu dilengkapi dengan kaca spion karena manusia berkemampuan untuk menoleh. Menoleh seperti kita ketahui berarti melihat ke belakang. Kendaraan tidak berkemampuan menoleh. Karena itulah, manusia melengkapi kendaraannya dengan kaca spion yang berfungsi melihat apa yang sudah dan sedang terjadi di belakang. Kalau kita menjawab bahwa kaca spion itu untuk membantu pengemudi melihat apa yang ada dan terjadi di belakang, itu artinya kita menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat sebuah kaca spion. Jelaslah bagi kita bahwa sebuah kaca spion untuk sebuah kendaraan selalu dikaitkan dengan segala sesuatu yang ada dan terjadi di belakang. Karena itu, untuk seorang pengendara segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan di belakang dapat dipantau, dicermati, diamati, dimaknai, dan disikapi secara tepat dengan menggunakan jasa sebuah kaca spion.

Hari kita semua hadir dalam perayaan ekaristi yang sangat spesial. Mengapa? Karena kita menempatkan perayaan ini dalam kaitannya dengan sejarah perjalanan para Frater Bunda Hati Kudus. Segala hal dan kondisi yang dialami para frater saat ini tidak bisa dilepaspisahkan dari apa yang telah dimulai 140 tahun silam. Para frater tentu sangat paham dan mengetahui persis sejarah jatuh bangunnya tarekat ini. Saya memang tidak mengetahui banyak tentang sejarah tarekat BHK tetapi sejauh yang saya baca dari sumber yang terbatas saya menemukan bahwa tarekat ini lahir justru karena keprihatinan pendirinya Mgr.Andreas Ignatius Schaepman terhadap nasib banyak orang miskin terutama kaum muda yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak. KEPRIHATINAN pendiri menjadi SIKAP dasar yang memicu rasa SIMPATI dan akhirnya melahirkan aksi EMPATI karena dorongan KASIH untuk mendidik kaum muda. Keprihatian, simpati, empati, dan kasih yang ditunjukkan pendiri adalah sikap dan pilihan yang disandartopangkan dan berpusat pada HATI. Saya kira Spiritualitas HATI yang menganimasi aneka peri tindak dan peri bahasa para frater BHK dalam menjalankan misi tarekat merujuk pada sikap dasar sang Fundator ini.

Jika kita berkilas sejenak ke awal kehaliran tarekat BHK ini maka tampak jelas bagi kita bahwa niat baik dan mulia sang pendiri tidak berjalan mulus. Ia berhadapan tarekat-tarekat yang sulit menangkap niat baiknya. Dalam keadaan seperti itu pendiri berusaha meminta nasihat uskup Swijsen yang telah membentuk tarekat religius Para Frater CMM di Tilburg. Tarekat CMM yang didirikan uskup Swijsen itu terinspirasi oleh keberhasilan Serikat Putri Kasih (PK) yang didirikan oleh St. Vincent de Paulo tahun 1633. Atas dorongan dan kerjasama pendiri dengan uskup Swijsen terbentuklah komunitas baru yang namanya BHK sambil berusaha merumuskan aturan hidup atau konstitusi. Saya kira konstitusi atau aturan hidup para frater BKH termasuk paling baik dan lengkap. Minimal kalau melihat sejarah terumuskannya kosntitusi itu. Yang saya ingat norma kehidupan frater BHK menginduk pada Tarekat Putri Kasih yang dibentuk Vincent de Paulo di Prancis, dikembangkan Tarekat Suster Perawat yang dibentuk Droste di Jerman, ditambahkan oleh tarekat Suster SCMM dan frater CMM yang didirikan Swijsen di Belanda, lalu terkahir disempurnakan untuk frater BHK oleh uskup Schaepman. Setelah aturan hidup disempurnakan, 13 Agustus 1873 atau 140 tahun lalu dimulailah proses formasi bagi Trio Perdana BHK yaitu Fr. Bonifacius, Fr. Gregorius dan Fr. Willibrordus di kota Utrecht. Peristiwa itu ditetapkan sebagai hari kelahiran Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Cita-cita, niat baik dan usaha pendiri membuka hati sedemikian banyak orang untuk bergabung dalam kongregasi Frater BHK dalam rangka mewujudkan misi sang pendiri. Setelah berjuang jatuh bangun selama 50 tahun akhirnya 6 Maret 1923 keberadaan dan karyanya Kongregasi Frater BHK diakui secara publik. Pengakuan publik ini memungkinkan misi mulia pendiri membebaskan manusia dari kebodohan berkembang ke mana-mana dan berada di mana-mana termasuk ke Indonesia. Sebagai warga bangsa dan sebagai anggota tarekat BHK sudah sepantasnya kita bersyukur karena sejak 140 tahun lalu hingga saat ini Tuhan tidak henti-hentinya mengutus frater BHK menjadi ujung tombak pembentukan dan pencerdasan manusia.

Kalau saja kisah perjalanan, pergelutan dan pergulatan tarekat Frater BHK dianalogikan dengan perjalanan sebuah kendaraan maka kita tentu mau berjalan maju dan terus maju tetapi harus memperhatikan apa yang telah ada dan terjadi di belakang kita. Para frater kini ibaratnya sudah berada dan menjadi penumpang dalam sebuah kendaraan namanya kendaraan BHK. Kini kendaraan para frater BHK sudah meninggalkan 139 terminal perhentian dan sedang memasuki terminal ke 140. Setiap tahun yang dimaknai dan dilewati para frater telah mengabadikan pelbagai kisah yang memberikan kita gambaran tentang dinamika perjalanan kongregasi. Setiap tahun tarekat punya kisah, setiap tahun anggota tarekat punya cerita. Semuanya terjadi dan berlangsung dalam sebuah kendaraan yang namanya BHK. Pernik-pernik perjalanan tarekat yang mewarnai setiap terminal perhentiannya, entah keberhasilan-kegagalan, jatuh-bangun, maju-mundur, suka-duka hendaknya dilihat sebagai kepingan-kepingan kisah yang mengindahkan, menghiasi, dan mengaromai perjalanan para frater selanjut. Semua kepingan kisah itu ibaratnya kepingan kaca yang harus kita ubah menjadi sebuah kaca spion yang menjamin keamanan perjalanan kendaran tarekat yang bernama BHK ini.

Kalau hari ini kita diminta berjalan 140 tahun ke belakang tentu kita hanya bisa mengatakan bahwa 140 tahun silam jelas berbeda dengan situasi saat ini. Wajah BHK 140 silam jelas berbeda dengan wajah BHK saat ini. Meskipun wajahnya berbeda, tetapi tetap ada satu yang sama yaitu HATI kita yang terpanggil melakukan sesuatu yang baik demi kebaikan orang lain. Kalau 140 tahun telah kita jejaki dan lalui itu tanda dan buktinya sudah selama itu pula para pendahulu kita menyiapkan HATI mereka untuk orang lain. Karena itu masalah pokok yang menjadi bahan refleksi kita berkaitan dengan momen spesial hari ini adalah: bagaimana kita memaknai kehadiran dan keberadaan kita di tengah tuntutan zaman ini dalam spirit yang telah ditetapkan pendiri?

Menghayati dan menghidupi spirit pendiri frater BHK pada zaman ini tentu lebih kompleks dibandingkan dengan pengalaman para pendahulu kita. Kita tentu inginkan agar tarekat BHK sebagai kendaraan yang kita tumpangi ini bisa menghantar semua anggotanya sebagai penumpang ke tempat yang sesuai dengan harapan awal pendiri. Kita tentu tidak ingin terjebak dalam kemacetan di tengah hiruk pikuknya kehidupan masyarakat saat ini. Kita tentu ingin menghindari semuanya itu. Tidak ada cara lain selain kita menentukan jalur yang tepat yang memudahkan kita sampai ke tempat yang diidealkan pendiri kita. Kalau peri bertindak dan peri berbahasa kita telah berjalan di luar jalur, apalagi nekad memilih trotoar menjauhi jalur yang ditetapkan pendiri, maka kita harus segera mengatur posisi kaca spion tarekat agar kembali ke jalurnya. Selain, menentukan jalur yang tepat di tengah lalulintas zaman ini, kita juga diharapkan memperhatikan apa yang telah terjadi di belakang kita. Itu artinya, kita mau memberi makna pada hari spesial ini dan bertekad untuk terus maju dengan menggunakan cara pandang yang jelas, jernih. Dengan kata lain peringatan spesial ini menjadi saat kita menemukan kembali kaca-kaca spion yang baik dan jernih untuk melengkapi persaudaraan kita dalam tarekat. Kita diminta agar melengkapi perjalanan tarekat kita dengan kaca spion yang bukan saja selalu terpasang pada tempatnya tetapi lebih dari itu kita dituntut agar menggunakan kaca spion yang utuh, bersih,tidak terpecah belah.

Menemukan dan menggunakan kaca spion utuh, tidak terpecah belah, bersih bagi perjalanan tarekat berarti pula kita kembali memaknai panggilan hidup kita sebagai anugerah dan hadiah dari Tuhan. Kita dipanggil Tuhan, bukanlah kebetulan melainkan kebenaran karena bagi Tuhan tidak ada kebetulan. Tuhan betul-betul memanggil kita jauh melampau batas waktu. Sekali lagi, Tuhan memanggil setiap kita bukan kebetulan.Hanya satu kebertulannya yaitu kita kebetulan bergabung dalam tarekat BHK dari berbagai latar belakang kita. Kebetulan yang didasarkan pada Kebenaran bahwa Tuhan memanggil mengharuskan kita yang tergabung dalam persaudaraan ini membetul-betulkan semua ketetulan itu agar pada waktunya berubah menjadi kebenaran. Membetul-betulkan kebetulan untuk menjadi yang betul-betul yang saya maksudkan di sini berkaitan dengan model dan format formasi bagi para calon anggota. Pendalaman spiritualitas dan hal lainnya bagi para anggota tarekat pada dasarnya merupakan bentuk pembetulan agar pada waktunya setiap anggota menghayati panggilan itu sebagai kebenaran dan bukan lagi sebagai kebetulan. Mudah sekali sebenarnya kita mengetahui apakah kita berada dan hidup pada tingkat kebenaran atau tingkat kebetulan saja. Kalau ada sikap mau menang sendiri, tidak menerima pendapat orang lain, masa bodoh, apatis, rasa kebersamaan, persaudaraan mulai menipis bahkan tergerus dari kehidupan bersama maka itu semua menjadi indikator kehidupan masih pada tingkat kebetulan. Sebaliknya, kalau sikap saling menerima, saling memafkan, peka terhadap sesama, saling mendukung, persaudaraan diperkuat itu menjadi tanda kita berada pada tingkat kebenaran. Ingat, Tuhan memanggil kita bukan kebetulan tetapi kebenaran, tetapi Tuhan menempatkan kita secara kebetulan dalam tarekat BHK dengan tujuan kita menjadikannya sebagai kebenaran orang-orang terpanggil. Pendiri dan pendahulu para frater merindukan kebenaran itu yang dibawa dalam tugas dan pelayanan kita.

Konsep panggilan sebagai kebenaran dan bukan kebetulan ini dapat kita temukan dalam dua penggalan firman Tuhan yang secara spesial dipilih untuk perayaan hari ini. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus tadi memang secara singkat menggambarkan hakikat panggilan itu tetapi dalam teks yang singkat itu termuat lima elemen pokok untuk sebuah panggilan sebagai kebenaran. (1) Panggilan itu inisiatif Allah dan diarahkan kepada semua orang sebagai pemberian dan Berkat Rohani. Panggilan berkaitan dengan perkara jiwa berdimensi eskatologis. (2)Panggilan terjadi melampau batas waktu. Tuhan selalu memanggil dan hanya memanggil. Panggilan urusan Tuhan. Manusia hanya bisa menjawab dalam tuntunan Roh Tuhan. Karena itu tidak benar kalau orang mengatakan bahwa tidak ada panggilan, atau Tuhan tidak memanggil. Panggilan itu selalu ada yang tidak selalu ada adalah jawaban manusia karena ada banyak hal yang menutup telinga manusia. Kita semua orang terpanggil, dan kita sudah memberi jawaban dengan cara kita. Tinggal bagaimana kita memberi isi pada jawaban kita. (3) Panggilan kita diarahkan pada satu tujuan yaitu agar menjadi Kudus dan Tidak bercelah. Kehidupan yang kudus dan tidak bercelah adalah kehidupan yang selaras dengan panggilan. Santu Agustinus membahasakannya dengan ungkapan: Non Ideo vocati quia sancti, sed ideo sancti quia vocati. Kita dipanggil bukan karena kita kudus tetapi kita akan menjadi kudus karena dipanggil. Kekudusan bukanlah syarat panggilan tetapi panggilan menjadi syarat untuk kekudusan. Kita adalah orang terpanggil maka potensi menjadi orang kudus terbuka bagi kita sejauh kita memberi isi pada panggilan itu dengan hal yang baik.Bahwa kita berdosa itu tidak disangkal tetapi seperti kata Agustinus: kalau manusia sering menulis bengkok di atas garis yang lurus, Tuhan justru bisa menulis lurus di atas garis bengkok.(4) Kekudusan orang terpanggil itu terpelihara dalam dan karena kekuatan Kasih. Kasih Allah melampaui kedosaan manusia. Kita telah dipilih dalam kondisi kita karena Allah yang adalah Kasih telah menyatakan Kasih itu kepada kita demi kekudusan kita. (5) Kasih Tuhan itu tersalurkan melalui Kristus sesuai dengan kebutuhan manusia. Kita dipanggil karena kasih untuk mengasihi dan Yesus telah memberikan contoh mengasihi secara sempurna.

Injil Yohanes menampilkan dinamika keterpanggilan para murid untuk mengikuti Yesus. Yesus bertemu Filipus dan dalam nada perintah, imperatif Yesus berkata Ikutilah Aku. Itu artinya Yesus sedang berjalan di depan dan memanggil Filipus untuk mengikuti Dia. Perjumpaan Filipus dengan Yesus itu ternyata menyadarkan Filipus akan apa yang pernah dikatakan Musa dalam kitab Taurat. Peristiwa Filipus perjumpaan berefek domino karena Filipus menceritakannya kepada Natanael atau dalam kalangan para rasul disebut Bartolomeus. Informasi tentang Yesus diteruskan kepada Natanael dengan dasar yang jelas yaitu hukum Taurat. Respon Natanael terhadap kisah Filipus umumnya orang menilai negatif sebagai bentuk keraguan. Tetapi sesungguhnya pertanyaan Natalel: ”Mungkinkan sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” mau menegaskan bahwa di tengah situasi kehidupan orang Nazareth yang kacau balau orang merindukan datangnya orang baik. Berita yang disampaikan Filipus tentang Yesus kepadanya merupakan berita gembira yang mengejutkan Natanael. Rumusan negatif Natanael merupakan gaya bahasa yang mau menegaskan ternyata ditengah kebobrokan moral orang Nazareth muncul orang baik seperti yang diramalkan dalam kitab Taurat. Itulah sebabnya Yesus dengan tegas mengajak orang sekitar Yesus untuk menjadikan Natanael sebagai contoh. “Lihat inilah orang Israel Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” .Saat Yesus berkata bahwa Natanael itu orang Israel sejati (Yunani= alethos), secara harfiah berarti “sungguh-sungguh, benar-benar”. Dari sini jelas bagi nkita bahwa yang diinginkan Yesus adalah orang-orang yang hidup tanpa kepalsuan (Yunani= dolos), jujur, tanpa tipu muslihat.

Panggilan kekristenan sejati (alethos) tanpa kepalsuan (dolos) berarti panggilan tanpa agenda lain selian mempermuliakan Tuhan. Orang Kristen yang sejati, hidup tanpa kepalsuan dijanjikan Tuhan akan melihat hal-hal yang besar, bukan hal-hal duniawi melainkan melihat kemuliaan surga yang dipersiapkan-Nya bagi orang jujur tanpa kepalsuan.

Apa yang menarik dari kisah injil ini untuk konteks perayaan 140 tarekat BHK ini? Dari injil ini kita disadarkan bahwa Tuhan memanggil manusia dengan dua cara yaitu secara langsung dan melalui orang lain. Filipus dipanggil secara langsung untuk mengiktui Yesus sedangkan Natanael dipanggil melalui Filipus. Mengapa Natanael yakin akan ajakan Filipus? Karena Filipus memberikan informasi dengan dukungan data dalam hal ini teks kitab suci.

Para frater BHK juga mengenal Yesus yang memanggil dalam diri seorang Filipus yang terjelma dalam diri seorang pendiri. Hati sang uskup pendiri tergerak untuk mengikuti Tuhan dan gerakan hati itu ia teruskan kepada para frater yang tergabung dalam persaudaraan frater BHK. Para frater BHK saat ini adalah Natanael-Natanael baru yang juga ingin mengikuti Tuhan dalam kesatuan dan kesamaan spirit sang pendiri. Uskup pendiri dan kemudian diperluas lagi para pemimpin, formatores dalam tarekat BHK telah memperkenalkan Yesus itu secara sangat memadai seperti Filipus memperkanlan Yesus kepada Natanael karena itu tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengenal, mengikuti, mencintai Yesus setengah-setengah apalagi mengikutinya dalam kepalsuan.

Kita tentu ingin mendengarkan apa yang Yesus katakan untuk Natanael “Lihat, inilah orang Israel Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” dikatakan juga kepada setiap frater. Misalnya saja: kepada

• Fr Ray: “Lihat, inilah orang Turubean Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr Vincen “Lihat, inilah orang Leworok Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr.Iren “Lihat, inilah orang Riung Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr. Hery “Lihat, inilah orang Raman Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr Yasintus “Lihat, inilah orang Oetule Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr Patris “Lihat, inilah orang Jawang Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”

• Fr Agus “Lihat, inilah orang Wolokota Sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” dst.



Kalau semuanya menjadi orang sejati maka betapa berbahagiannya sang pendiri Tarekat dan betapa berartinya perayaan kita hari ini. Akhirnya saya mengajak kita semua untuk memaknai kalimat-kalimat akhir ini: Kalau menjelang pesta 140 sebagian tembok dinding dan lantai biara Claket 21 direnovasi maka hendaknya bangunan panggilan kita juga terus direnovasi. Kalau saat HUT 140 tahun kita bersemangat menikmati menu makanan bergizi untuk memperbaiki trombosit tubuh fisik kita maka hendaknya juga kita terus memberi asupan trombosit pada jiwa kita dengan spirit sang pendiri. Dengan kata lain mari kita tempatkan kaca spion yang utuh dan bersih pada kendaraan BHK agar terus melaju dengan pasti ke tujuannya. Proficiat, Bunda Hati Kudus Bunda kita yang Setia, selamat berulang Tahun, Ad Multos Annos!

No comments:

Post a Comment