Wednesday, August 7, 2013

MINGGU PENTAKOSTA TAHUN A

HARI RAYA PENTEKOSTA

Kis 2:1 11;1Kor 12:3 13; Yoh 20:19 23

Gereja Paroki Borong



Buka

Merenungkan hidup kita sebagai orang kristiani, yang mendasarkan iman kepada Yesus Kristus, oleh Santo Paulus kita diajak merenungkan daya kekuatan, yang memungkinkan kita dapat beriman dan mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan (1Kor 12:3). Daya kekuatan itu ialah Roh Kudus, Roh Allah sendiri. Roh Kudus itu dianugerahkan kepada para rasul, kepada Gereja dan kepada kita berkat jasa Yesus Kristus. Roh Kudus adalah daya kekuatan hidup ilahi, kebatinan Allah sendiri, yaitu cinta. Roh Kudus adalah Roh Cinta.

Cinta ilahi yang merupakan kebatinan Allah dianugerahkan menjadi kebatinan kita. Dengan begitu, kita dikembalikan menjadi peserta hidup ilahi secara penuh. Dengan kata lain kita dijadikan sebagai anak-anak Allah. Dengan karunia Roh Kudus, kita diajak untuk hidup dalam persatuan dan persaudaraan yang mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada dalam hidup kita. Oleh kuasa daya kekuatan Roh Kudus, kita diajak untuk menemukan dan menghayati perbedaan tugas sebagai pelayanan demi terwujudnya hidup cinta persekutuan dan persaudaraan.; juga kita diberi kemampuan untuk meretas perbedaan-perbedaan sosial, ekonomi, etnik, posisi, serta kepribadian yang cenderung memecah belah, menjadi sarana untuk membangun hidup persaudaraan. Kita memohon agar Roh Kudus itu membantu kita dalam penghayatan hidup kita secara baik dan benar di hadapan sesama dan di hadapan Tuhan. Kita akui segala salah dan dosa kita.



Renungan

Saya mengawali renungan ini dengan satu cerita. Gunawan Mohamad pada kolom Catatan Pinggir di Majalah Tempo pernah menulis kolom dengan judul Tertawa. Kolom itu pada intinya mengulas tentang pentingnya tertawa bagi manusia yang lagi disibukkan dan tengah dibebani aneka isu politik Ada bebarapa contoh cerita yang diangkat dalam kolom itu dengan harapan orang bisa tertawa. Salah satunya tentang seorang calon Bupati di kabupaten Anu. Suatu kesempat berkampanye calon bupati bersama tim suksesnya berjuang merebut simpati dari sekelompok warga kampung yang masih terisolasi dan jarang dikunjungi para pejabat pemerintah. Karena kampung yang dikunjungi itu masih tergolong primitif dan daerah tertinggal, warganya banyak yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi mereka hanya mengandalkan bahasa setempat, bahasa mereka sendiri. Saat calon Bupati berkampanye mereka semua diundang. Berkatalah calon Bupati itu: Saudara-saudara sekalian. Kalau Saudara-saudara semua mendukung dan memilih saya untuk menjadi bupatimu, maka bulan pertama saya akan membuka jalan raya ke tempat ini. Semua warga kampung itu diam karena tidak mengerti bahasa Indonesia. Seorang pemuda yang kebetulan pernah bersekolah dan mengerti, langsung berteriak dalam bahasa daerah mereka : Hoya. Mendengar itu semua warga berteriak Hoya, Hoya, Hoya. Mendenrgar terikan itu, si calon bupati berkata lebih lantang lagi: Kalau saya menjadi bupati maka semua warga tidak perlu membayar pajak dan bisa menyekolahkan anaknya secara gratis. Warga kembali berteriak lebih keras: Hoya, Hoya, Hoya. Pidato selesai dan calon Bupati ingin meninjau kawasan rumah yang kumuh di kampung itu. Di jalan bebatuan pemuda yang bisa berbahasa Indonesia tadi mengingatkan si calon bupati agar berjalan hati-hati karena di kampung itu di mana-mana ada hoya karena di sana belum ada kakus. Apa itu hoya? Tanya calon Bupati. Hoya, itu adalah bahasa kami yang sama artinya kotoran manusia alias tai, jawab si pemuda. Si calon bupati bingung karena selama ia berpidato banyak yang berteriak hoya yang dikiranya berarti teriakan mendukungnya. Itu cerita.

Masalah apa sebenarnya yang terungkap dari kisah si calon bupati tadi? Malasah pokoknya adalah soal bahasa dan cara berbahasa. Semua kita sepakat bahwa bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pemahaman akan suatu hal. Orang yang tahu, mengerti, dan memahami banyak bahasa akan lebih mudah berkomunikasi dengan siapa saja. Berkomunikasi dan berbahasa adalah proses mempertukarkan pemahaman akan suatu hal. Pemahaman yang sama akan satu memungkinkan terjadinya komunikasi antar manusia. Bahasalah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Bahasa merupakan dasar bagi manusia untuk memahami segala hal. Bahasa merupakan kelengkapan kodrat kemanusiaan kita. Konsekuensinya, dalam bahasa manusia harus dapat berbahasa secara baik dan secara benar. Mengapa? Karena bahasa bisa mengantar kita ke dua tempat yang berbeda yaitu ke surga atau ke neraka. Surga dan neraka itu, kata orang, ada dalam hati dan pikiran manusia tetapi dinyatakan dalam tindakan berbahasa, dalam kata-kata.

Hari ini kita merayakan Pentakosta, peristiwa turunnya Roh Kudus yang dengan pelbagai karunia, daya kekuatannya mengubah serta menggerakkan kita untuk berbahasa secara baik dan benar dalam konteks kehidupan kita sebagai orang yang menerima Kristus. Lukas melalui Kisah para rasul dalam bacaam pertama secara jelas mengungkapan bagaimana Roh Kudus menjelma dalam kekuatan bahasa yang luar biasa. Daya ubah yang digerakkan Roh kudus itu telah menguasai, merasapi hati dan perasaan sekelompok masa yang berasal dari pelbagai tempat, suku dan bahasa. Daya kekuatan Roh Kudus telah membuat lidah para rasul semakin fasih mewartakan kebenaran tentang Kristus yang telah bangkit dan telah naik ke surga. Para rasul bukannya berkampanye merebut posisi dan jabatan politik seperti calon bupati dalam cerita awal tadi. Kekuatan daya kejut karya Roh itu melahirkan pertanyaan besar dalam diri lautan masa. Dalam nada heran lautan masa bertanya: “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita”. Kekuatan Roh Kudus telah mempersatuan pengertian dan pemahaman mereka untuk menerima kebenaran yang diwartakan para murid.

Mengapa Pembicaraan, penyampaian, pewartaan para rasul dimengerti oleh semua pendengar dari pelbagai suku, bangsa dan bahasa? Jawabannya tidak lain karena yang diwartakan itu memang yang benar. Para rasul bukan mewartakan kepalsuan dan kebohongan. Para rasul tidak berbicara atau berkampanye merebut simpati demi kuasa dan jabtan. Mereka berbicara tentang satu hal yaitu kebenaran karya Allah. Bahasa para rasul adalah bahasa universal dan materi pewartaan mereka juga materi universal. Semua orang , semua kita mengharapkan segala hal yang benar atau mencari kebenaran. Kebenaran yang dicari harus dibahasakan dalam bahasa universal yaitu cinta yang menjadi dasar hidup yang damai dan sentosa.

Sebagai anak-anak Allah, karena memiliki Roh yang sama dan satu, kita memiliki hidup yang sama dan satu yaitu CINTA. Itulah landasan persekutuan hidup yang menjadikan kita satu sama lain. Oleh karena itu dengan turunnya Roh Kudus, kita dibawa masuk ke dalam “permainan bahasa CINTA ALLAH”, untuk membangun dan memelihara persatuan: dengan Allah dan sesama. Bahasa dalam konteks injil disebut Sabda atau Firman. Dan Firman yang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus merupakan tindakan Allah menyucikan bahasa kita manusia. Ketika Sabda atau Firman menjelma menjadi manusia maka saat itulah bahasa manusia hanya memiliki dua kekuatan yakni: bahasa yang tertebus dan bahasa yang tidak tertebus.

Bahasa tertebus adalah bahasa yang dijelmakan dalam tindakan atau perbuatan yang menghidupkan persekutuan kita dengan sesama. Itulah yang kita sebut sebagai bahasa kasih. Sementara itu, bahasa tidak tertebus akan muncul dalam tindakan yang melahirkan kekerasan dan malapetaka. Bahasa tak tertebus itu menghancurkan persaudaraan antara kita. Pelbagai konflik, masalah yang diberitakan dalam media massa kita belakangan ini dapat dilihat sebagai indikasi ketidakmampuan kita untuk mem-bahasa-kan kasih Allah, yang telah dirintis dan diperagakan oleh Sang Firman itu. Kalau sampai orang melecehkan sesama atau membuat berita-berita bohong yang menghina sesama, di sana bahasa telah dipakai secara salah. Cerita dan berita yang membuat banyak orang bingung bukanlah bahasa yang bersumberkan pada Roh. Belakangan ini bahasa yang paling laris adalah bahasa yang menyudutkan dan menghina orang lain entah karena bersaing secara ekonomis atau pun bersaing secara politis. Masyarakat kita dalam beberapa bulan ke depan bakal menjadi masyakarakat yang saling menggeser dan menggusur. Suhu dan kondisi politik bakal menempatkan kita pada kotak-kotak kepentingan, kotak-kotak pertimbangan dan perhitungan yang sifatnya spekulatif. Dan koran-koran murahan bakal memanfaatkan bahasa untuk memojokkan pihak tertentu agar tetap ada bahan untuk berita. Masyarakat dibodohi sambil menanti saat kapan ia akan berteriak ‘hoya’ terhadap semua pembohongan itu.

Roh Kudus yang turun menjiwai para rasul telah menyucikan bahasa-bahasa manusia menjadi bahasa Cinta yang memungkinkan orang merasakan sesamanya sebagai bagian dari dirinya. Dasarnya, adalah pembaptisan yang sama sebagai satu anggota tubuh yang sama. Gagasan inilah yang harus kita maknai dan renungkan dari bacaan hari ini: Yesus bersabda: Roh Kudus akan mengingatkan kamu akan apa yang telah Kukatakan kepadamu”. Inti ajaran Yesus adalah: hukum cinta kasih dalam rangka mewujudkan kehidupan yang aman dan damai. Damai adalah warisan abadi yang dihembuskan atau menghidupkan orang beriman. Yesus mewarisi kita damai dengan maksud kita menjadi duta damai melalui tutur bahasa kita. Damai sentosa yang diharapkan Injil hari ini, hanya akan terwujud kalau manusia menggunakan bahasa tertebus dan menghilangkan bahasa yang memecah belah memancing permusuhan. Sama seperti Bapa mengutus Aku untuk membawa damai demikian juga Aku mengutus kamu untuk membawa damai itu dalam perkataan dan perbuatan yang benar.

Karunia Roh Kudus masa kini perlu menjadi pengumuman hukum baru: bukan lagi dalam rupa log-log batu seperti dahulu kala, melainkan hukum yang dipahatkan pada Hati dan Tangan kita. Allah tidak hanya menyampaikan peraturan-peraturan hidup, melainkan memberikan Roh-Nya, agar kita manusia lebih kreatif dalam mencintai Allah dan sesama. Karunia Roh Kudus itu memungkinkan kita mampu berbicara, berkomunikasi iman dalam pelbagai bahasa yang mempersatukan serta menghidupkan. Kharisma Kasih ini betul-betul membahagiakan kalau didasarkan pada saling mengerti, saling memperhatikan, saling membagi.

Roh Kudus pulalah yang mengingatkan kita bahwa jati diri kita sesungguhnya adalah makhluk “rohani”: kerinduan kita akan Allah tidak berhenti pada keinginan-keinginan daging mengumpulkan harta, merebut kuasa dalam cara yang tidak santun dan tidak elegan. Roh Kudus telah turun ke atas dan ke dalam hati kita untuk mengubah gaya dan pola kehidupan kita. Bukti cinta kita Kristus harus terlihat pada kenyataan apakah kita menuruti Firman-Nya atau tidak. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku”. Menuruti firman berarti berbuat dan berbicara yang benar. Misteri pentakosta hari ini adalah kisah tentang cara berbahasa yang dapat dipahami dan dapat dipegang sebagai kebenaran.

Dalam banyak perkara orang selalu mencari Kebenaran dan Yesus itu adalah kebanaran yang menjadi patokan bagi para pengikut-Nya. Manusia merindukan kebanran itu. Sekali kita mencoba menerjemahkan kerinduan itu ke dalam “emas dan perak harta” atau kursi jabatan, maka di sana kebenaran dimanipulasi dan kita menggeser posisi Tuhan sebagai sasaran kerinduan kita, karena keinginan kita menjadi sentral. Inilah yang disebut menyembah berhala. Keinginan-keinginan kita berupa harta, kekuasaan, kenikmatan kini menjadi ‘tuhan-tuhan” kita yang baru.akibatnya, relasi kita dengan sesama menjadi rapuh dan penuh dendam dan kebencian, karena landasan persatuan itu bukan cinta kasih Allah, melainkan berhala-berhala baru buatan kita sendiri. Dalam relasi dengan sesama, bisa terjadi keinginan kita berperan sedemikian dominan sehingga orang lain dijadikan sasaran.

Dalam tataran politik, pola hubungan kita terjebak ke dalam pola hubngan subyek-predikat; maksudnya: “yang lain” itu diperlakukan hanya sebagai “fungsi“. Kata ‘rakyat’ sering dipakai sebagai jargon politik para wakil rakyat kita. Hal yang harus disadari bahwa dalam relasi seperti itu “keinginanku” sangat berperan. Paling-paling kata yang sama diobralkan menjelang perebutan posisi dalam pemilu; setelah semuanya selesai, pihak yang dianggap “rakyat” itu tak pernah dihiraukan lagi.

Tetapi, bila Roh Kudus sudi turun jauh di kedalaman hati kita, asal kita mendengarkan bisikannya, kita menjadi mampu membahasakan cinta kasih Allah itu di tengah dunia kita yang hiruk pikuk ini. Roh Kudus akan membaharui pola hubungan kita dengan Tuhan dan sesama karena Dialah yang meneguhkan murid-murid sehingga mereka mampu memegang teguh perintah-perintah Yesus. Roh itulah yang menjadikan orang kristen sehati-sejiwa; memampukan mereka mematuhi sabda-Nya dan demikian mendapatkan jalan bersatu dengan Bapa. Roh itulah yang memampukan para murid untuk menetapkan pilihan, menghargai kebenaran dan nilai. Kita telah menerima Roh Kudus hari ini dengan harapan bahasa manusia kita dimurnikan dari pelbagai pertimbangan manusiawi kita. Sebagai pengikut Kristus, kita semua mau merebut posisi, jabatan, kursi dan harta di surga. Karena itu, dalam arti tertentu marihlah kita menjadikan hidup kita ini sebagai saat berkampanye tentang kebenaran. Kekuatan Tuhan, yaitu Roh Kudus telah dihembuskan ke dalam diri kita dan Tuhan sendiri akan menempati hati kita. Marilah kita mengedepankan bahasa kasih demi perdamaian. Semoga, suara kita diterima, dan dipahami karena kita berbicara secara benar seperti pengalaman para rasul pada hari pentakosta pertama. Amin.





Rm.Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment