Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-16 TAHUN A

Minggu Biasa ke-16 Th.A. 18 Juli 1999

Keb.12,13.16-19; Rom.8, 26-27; Mat.13,24-30

Untuk para Suster FRPR Yogyakarta



Buka

Ada bersama, hidup bersama di antara orang yang memiliki pandangan berbeda bahkan yang berlawanan rasa-rasanya tidak gampang. Hidup bersama dengan orang yang kita benci atau yang membenci kita rasa-rasanya tidak mungkin. Tetapi tuntutan seperti itu justru menjadi keharusan bagi setiap orang yang menamakan dirinya sebagai pengikut Kristus. Untuk itu diperlukan satu semangat khusus. Situasi seperti itu terkadang membuat manusia untuk secepatnya mencari jalan pintas. Dan apa yang ditempuh dengan jalan pintas umumnya tidak bijaksana bahkan melahirkan kekecewaan. Kita berdoa semoga kita belajar dari Yesus sang guru kita untuk bersabar dalam segala tindakan dan keputusan kita. Untuk itu mari kita akui kelmahan dan dosa kita.



Renungan

Pada satu kesempatan saya bersama satu keluarga dari Jakarta sempat pesiar ke pusat kerajianan pembuatan keramik di Kasongan ke arah selatan Yogyakarta tepatnya ke arah Bantul. Sewaktu kembali pada salah satu perempatatan jalan ketika lampu merah menyala mobil kami berhenti. Pada saat itu sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi tidak memperhatikan lagi lampu merah terus meluncur. Tidak disangkanya seorang bapa yang mengayuh sepeda sedang melintas. Bapak itu terseret dan kakinya terjerat di antara rantai sepeda motor. Darah tercecer di sana. Si pemuda baru tahu bahwa ia melakukan pelanggaran. Suatu hari di kampus saya harus membayar uang kuliah semesteran. Petugas Bank seperti biasanya selalu datang terlambat. Saya termasuk orang urutan ketiga yang menunggu. Tidak lama kemudian loket pembayaran dibuka dan langsung diserbu puluhan mahasiswa yang baru bayar. Saya terjepit di antara banyak orang dan napas saya sesak. Slip pembayaran saya yang semula pada urutan ketiga ternyata sudah menempati urutan ke-65. Saya memang agak kecewa.

Dari dua penggalan pengalaman kecil yang saya ceritakan tadi tampaknya mau menampilkan satu fenomena yang perlu kita cermati dalam kehidupan kita manusia saat ini. Seorang bapa diseret sepeda motor dan saya terjepit di antara sekian banyak orang itu adalah akibat salah satu sikap yang menguasai manusia. Sikap dan fenomena apa sebenarnya yang terjadi pada dua cerita tadi? Yang mau ditampilkan tidak lain adalah soal Kesabaran. Fenomena Kesabaran rupa-rupa semakin terpinggirkan ketika orang harus bersaing dan berpacu bukan dalam melodi yang harmonis melainkan berpacu dalam waktu secara acak-acakan. Orientasi dan pemusatan kepentingan pada diri sendiri membuat orang tidak bersabar. Dan setiap bentuk ketidaksabaran hampir pasti akan membawa orang pada pelbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran. Ketidaksabaran sering membuat orang berpikir dan bahkan bertindak serba spekulatif, untung-untungan. Ketidaksabaran membuat orang mencari jalan pintas. Dan ketika ia mengambil jalan pintas yang dipentingkan hanyalah dirinya. Orang lain berada di luar perhitungan dan petimbangannya. Ketidaksabaran cenderung membuat orang menghalalkan segala cara.

Menarik sekali apa yang dikedepankan ketiga bacaan hari ini. Ketiga bacaan tadi pada dasarnya mau memaparkan kepada kita tentang wacana kesabaran yang seharusnya dan semestinya dimiliki manusia. Sastra kebijaksanaan melihat kesabaran itu sebagai langkah yang menawarkan pertobatan. Kebijaksanaan seseorang menurut sastra kebijaksanaan tadi diukur berdasarkan berapa lama ia bersabar terhadap orang yang berdosa. Kesabaran terhadap orang yang bersalah adalah ‘byclin’ yang memungkinkan orang itu bisa bersih dari dosanya. Santo Paulus melihat dampak kesabaran manusia ke taraf yang paling tinggi. Kesabaran dalam konteks Paulus tadi menjangkau alam transenden yang melibatkan Roh Allah sendiri. Kesabaran bagi Paulus boleh dikatakan sebagai spiritualitas yang mendekatkan Allah dan manusia. Kesabaran manusia memungkinkan Allah terlibat dalam kehidupan manusia. Roh Allah mendatangi manusia yang menanti dan berharap dengan penuh kesabaran.

Yesus itu manusia yang paling praktis. Pikiran dan perkataan-Nya selalu aktual dan kontekstual. Dia tidak mempunyai teori yang luas atau mendalam tentang hakikat kesabaran itu. Sabar bagi Yesus itu tidak akan diperoleh di ruang kuliah. Belum ada di dunia ini Universitas kesabaran. Tidak ada mata kuliah yang namanya mata kuliah kesabaran. Lalu di mana orang bisa belajar tentang kesabaran itu? Menurut kita sekolah kesabaran menurut Yesus itu ada di mana? Sekolah itu ada di kebun. Dosennya adalah para petani. Lulusannya bukan bergelar S1 atau S2 melainkan S3 yaitu Sebar, Sabar dan Subur.

Tiga kata Sebar, Sabar dan Subur adalah kata kunci bahkan menjadi spiritualitas kehidupan para petani. Seorang petani yang baik harus tahu kapan ia sebarkan benih di sawah atau ladangnya. Seorang petani harus sabar menanti hasil benih yang ia sebarkan itu. Ia tak bisa memaksa padi atau jagung yang ditanamnya dalam tempo seminggu harus bisa dipanen. Ia harus sabar menunggu. Seorang petani yang baik juga harus tahu cara pemupukan yang baik agar benih yang disebarkan itu bisa bertumbuh dengan subur. Semangat petani seperti inilah yang diharapkan Yesus dari para pengikutnya. Semangat tiga S tadi belum menjadi jaminan karena orang harus berhadapan dengan seribu satu macam tantangan dan hambatan. Petani berhadapan dengan rumput liar, ilalang yang menghimpit benih yang disebarkannya. Petani yang normal pasti akan mencabut rumput liar itu sejak awal dan tidak menunggunya sampai berkembang. Itu logikanya petani kita. Tetapi logika pertanian gaya Yesus justru terbalik. Biarkan ilalang atau rumput liar itu berkembang karena pada waktunya petani bisa membedakan dengan jelas mana rumput dan mana tanaman. Yesus sebenarnya mau menegaskan sekali lagi bahwa kesabaran itu penting. Kesabaran membuat orang bisa berpikir kritis. Dalam kesabaran orang bisa membedakan yang baik dan yang salah. Dalam kesabaran orang bisa membuat pilihan keputusan yang matang. Banyak masalah dalam hidup terjadi karena bermula dari sikap yang gegabah, sikap yang kurang sabar. Banyak keputusan atau kebijaksanaan yang dibuat terburu-buru akan menghasilkan ketakatan dan kecemasan baru.

Bagi petani Yesus mengajarkan kesabaran berdasarkan konteks kerja mereka. Andaikan saat ini Yesus mau berbicara tentang kesabaran dalam kehidupan dengan konteks kita mungkin ia membadingkan kerajaan Allah itu seumpama sebuah biara yang penuh dengan calon-calon malaikat tetapi ada pula malaikat gadungannya. Menurut Yesus tidak perlu langsung mengusir malaikat gadungan itu. Biarlah ia hidup bersama kita karena pada waktunya akan jelaslah kegadungannya. Mari kita belajar semakin bersabar dalam segala tantangan hidup kita. Amin.



Pringwulung 18 Juli 1999

Rm.Bone Rampung Pr





Minggu Biasa ke-16 Th.A. 18 Juli 1999

Keb.12,13.16-19; Rom.8, 26-27; Mat.13,24-30

Buka

Salah satu sifat manusia yang bertolak belakang dengan sifat Allah sendiri adalah sikap kurang bersbar. Manusia itu cenderung segalanya berlangsung secepatnya. Terasuk pula dalam menghadapi pelbagai tantangan. Manusia terkadang tidak bersabar dalam berhadapan dengan segala kesulitan dalam hidupnya. Akibat sikap tidak mau bersabar itu orang bisa saja terjebak dalam tindakan yang tidan bijaksana. Orang bertindak gegabah dalam menghadapi kesulitan. Akibatnya orang buaknnya keluar dari masalah tetapi justru menciptakan masalah yang baru. Dalam perayaan ini kita mohonkan rahmat kesabaran itu bagi kehidupan kita masing-masing, terutama kesabaran dalam berhadapan dengan segala kesulitan hidup sehingga kita bisa menemukan jalan yang terbaik bagi kehidupan kita. Agar doa serta harapan ini berkenan pada Tuhan marilah kita akui segala kelemahan dan dosa kita.

Renungan

Apa saja pekerjaan yang bisa dilakukan oleh seorang bapak atau ibu tani? Mereka menyiapkan lahan, menyiapkan bibit, menanam, memupuk, membersihkan, menuai atau memetik. Dalam rangkaian kegiatan itu para bapak ibu tani biasanya berhadapan dengan segala macam kendala. Mereka sepertinya punya musuh dalam usaha mereka. Musuh para petani adalah hama penyakit seperti hama tikus, hama wereng, hama belalang dan sebagainya. Dan musuh petani yang paling besar itu apa? Itu adalah rumput-rumput liar yang tumbuh di lahan pertanian. Rumput liar itu bersaing ketat dengan tanaman yang ditanam para petani. Rumput liar itu merebut kesuburan pupuk yang disebarkan petani. Rumput liar itu akan menghalangi pertumbuhan tanaman secara baik. Rumput liar bisa saja menggagalkan segala usaha para petani. Rumput liar adalah musuh para petani

Corak atau bentuk kehidupan sebagai petani dapat diaktakan sebagai salah satu bentuk pekerjaan yang sungguh melambangkan perjuangan hidup manusia di dunia. Hal itu memang beralasan karena tanpa usaha dan kerja para petani semua manusia akana kelaparan. Hampir semua jenis makanan berasal dari para petani. Demikian pentingnya usaha para petani itu maka dalam pewartaanNya Yesus tak segan-segan menggunakan perumpamaan yang berkaitan dengan dunia pertanian. Ia berbicara atentang para pembajak. Ia berbicara tentang para penabur. Ia berbicara tentang penggarap kebun anggur. Ia berbicara tentang para penuai. Dan hari ini lewat penggalan Injil Mateus Yesus berbicara soal cara, taktik, strategi petani berhadapan dengan lahan pertaniannya yang ditumbuhi rumpur-rumput liar. Petani yang telah menam padi dihadapkan pada masalah karena sawahnya telah ditumbuhi pelbagai rumput yang mengganggu tanaman padinya.

Seorang petani yang baik seharusnya dan hampir pasti akan memberisihkan sawahnya ketika rumput liar itu mulai bertumbuh. Dicabut langsung pada saat rumput liar itu belum besar. Tujuannya supaya rumput itu tidak menyebar ke mana-mana. Dicabut secepatnya agar tanaman padi bisa lebih leluasa hidup dan memberikan hasil yang masimal kepada petani. Tetapi anehnya dalam injil tadi Yesus meminta lain. Rumput ilalang yang mengganggu tanaman padi itu tak perlu secepatnya dicabut. Mengapa Yesus justru melarang mencabut ilalang yang mengganggu tanaman gandum itu? Tentu ada banyak alasan. Ada alasan yang praktis dan sederhana. Dan saya teringat dua tahun lalu ketika saya berlibur, saya berjalan-jalan membawa keponakan saya yang belum sekolah ke kebun kelapa. Kebun kelapa kami ditumbuhi alang-alang dan beberapa ekor sapi dibiarkan memakan rumput alang-alang itu. Saya terkejut ketika keponakan saya itu bertanya kepada saya. Mengapa padi itu dibiarkan di makan sapi? Ia tidak bisa membedakan padi dan alang-alang yang memang daun dan modelnya hampir sama. Tetapi kalau padi mulai berbulir maka dapat diketahui perbedaannya amat jelas. Mungkin itulah alasan praktis mengapa Yesus melarang mencabut ilalang dari gandum itu secepatnya.

Ada alasan lebih penting yang mau dikatakan Yesus dalam larangan tadi. Yesus melarang mencabut rumput ilalang itu karena Yesus mau mewartakan nilai kesabaran dalam kehidupan manusia. Kehidupan para petani pada dasarnya adalah kehidupan yang penuh dengan kesabaran. Ada tiga kata kunci, kata keramat yang hanya dimiliki para petani. Tiga kata itu adalah Sebar, Sabar dan Subur. Petani yang mau berhasil harus bisa sebarkan benih di ladang atau sawahnya. Sebar, menyebarkan benih itulah awal perjuangan seorang petani. Seorang petani yang menyebarkan benih itu harus bersabar. Ia tidak mungkin memaksa padi atau jagungnya dalam waktu satu minggu setelah tanam langsung berbunga. Ia harus bersabar menanti pada waktunya. Untuk sampai pada hasil yang memuaskan petani harus bekerja keras memberikan pupuk agar tanamannya bertumbuh subur. Sebarkan benih, sabar menanti dan suburkan tanaman itulah kunci keberhasilan seorang petani.

Yesus menuntut orang beriman untuk bersikap seperti seorang petani yang giat menabur, menyebarkan benih yang baik, menyuburkannya dengan cara hidup yang pantas dan menantikan hasilnya dengan kesabaran. Dan rumput liar, rumput ilalang yang digambarkan injil tadi adalah simbol kejahatan yang akan menghalang manusia dalam memajukan membagikan kebaikan. Hidup manusia dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang baik. Namun hal itu bisa terhalang karena dalam diri manusia itu sudah ada bibit-bibit rumput liar. Kejahatan yang ada dalam diri manusia itulah rumput liar, itulah rumput ilalalng yang mengganggu kehidupan kita. Kalau kita kebetulan bertemu atau hidup dengan orang-orang yang tidak berdamai tetapi saling bermusuhan itulah wujud nyata dari rumput liar yang mengganggu kehidupan kita. Demikian pula sebaliknya, Kalau kita sulit berdamai, bekerjasama dengan orang lain berarti kita telah menjadi rumput liar atau ilalang untuk orang lain. Dan kejahatan-kejahatan itu mungkin pada awalnya sulit diketahui, tetapi lama kelamaan akan bisa dibedakan dengan jelas. Yesus meminta pengikutNya untuk bersabar dalam menghadapi kejahatan dan tantangan seperti kesabaran seorang petani menanti panen. Hanya orang yang bersabar bisa membedakan yang jahat dari yang baik. Hanya orang yang sabar yang bisa mengatasi kesulitan dengan cermat dan teliti. Tantangan yang kita hadapi akan bisa kita atasi kalau kita bersabar. Dan Paulus menguatkan kita dalam bacaan kedua tadi bahwa Roh Kudus akan mendengarkan doa dan keluhan kita yang tak terucapkan. Mudah-mudahan kita menjadi orang yang bisa belajar untuk bersabar. Bersabar itu pangkal kesuburan. Amin.

Pringwulung, 17 Juli 1999

Rm.Bone Rampung Pr

No comments:

Post a Comment