Wednesday, August 7, 2013

MINGGU PASKA IIA

Minggu Paska ke II tahun A

Kis.2,42 47 1Pet.1,3 9 Yoh.20,19 31

_________________________________________

Pembukaan :

Manusia jaman kita umumnya tak mudah percaya akan apa yang kita katakan kalau itu t idak kita buktikan dengan perbua¬tan kita. Perbuatan itu lebih kuat pengaruhnya dari kata kata kita. Beriman dan berbuat adalah dua hal yang saling melengkapi. Kita telah mengimani akan kebangkitan kehidu¬pan namun itu tak cukup karena masih harus dibuktikan da¬lam perbuatan kita. Ketiga penggalan Kitab Suci yang kita dengarkan sebentar pada dasarnya menekankan pentingnya keselarasan antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita lakukan. Orang akan ragu dan bimbang jika kita berka¬ta lain lalu berbuat lain. PASKA pesta kebangkitan yang telah kita rayakan seharusnya menuntut kita untuk bangkit dalam cara hidup kita. PASKA dan kebangkitan oitu baru bisa menyakinkan orang lain kalau kita sungguh menghidupi iman kita dalam perbuatan kita. Marilah kita bertanya diri entah kita termasuk orang yang beriman hanya dalam perka¬taan ataukah orang yang beriman yang dilengkapi dengan perbuatan? Kita memeriksa diri kita dan menyesali dihada¬pan Tuhan dan sesama kita, biar dilayakkan merayakan per¬istiwa agung ini.... hening.... pernyataan tobat.



Renungan :

Tindakan kita yang membuat orang percaya

________________________________________



Seorang penulis bernama Kahlil Gibran dalam salah satu bu¬kunya berjudul : Orang gila dikisahkan tentang dialog ser¬ta pertengkaran yang terjadi antara anggota tubuh manusia. Pada satu kesempatan berkatalah mata kepada anggota tubuh lainnya. Dibalik lembah dan ditengah lautan biru saya melihat sebuah gunung. Gunung itu indah dan sungguh mempe¬sona. Katalah telinga kepada mata. Itu tidak benar karena selama ini saya belum pernah mendengar tentang gunung itu. Mata bohong. Lalu berkatalah tangan: Saya juga tidak per¬caya karena selama ini tangan saya coba menggapainya namun tak pernah saya memegang sebuah gunung. Mata tipu. Hidung berkata : Saya pun tak percaya karena saya belum pernah mencium bau gunung itu. Mata omong kosong. Karena kecewa dan malu matapun mulai melihat ke tempat yang lain. Tel¬inga, tangan dan hidung terus berdiskusi dan mereka men¬ganggap dan menilai mata itu sudah sinting dan gila. Mata mengalami kerusakan.

Mata memang benar melihat gunung, namun telinga tidak men¬dengarnya, tangan tak merabanya serta hidung tak mencium¬nya. Itulah sebabnya mereka ambil kesimpulan gunung itu tidak ada. Yang ada cumalah mata yang gila dan sinting.

Salah satu masalah dan kesulitan yang paling besar untuk jaman kita sekarang ini adalah kesulitan untuk begitu saja percaya akan apa yang disampaikan seseorang kepada kita. Jaman sekarang sulit kita jumpai manusia yang dengan mu¬dahnya percaya atau menerima apa yang kita sampaikan. Ja-man kita diwarnai dengan pelbagai keraguan. Orang kita selalu menuntut suatu kebenaran. Orang baru percaya kalau dia sendiri secara fisik melihat dan merasakan apa yang disampaikan itu. Dan kisah tentang mata yang berdialog dengan telinga, tangan dan hidung tadi adalah kisah yang menggambarkan tentang proses membuat orang percaya. Tak mudahlah mata membuktikan kebenaran tentang apa yang dilihatnya. Ia melihat gunung namun ia tak bisa membukti¬kannya sehingga telinga, tangan dan hidung tetap tak per¬caya akan apa yang dilihat mata itu. Biar gunung itu benar ada tetapi karena tak bisa dibuktikan maka bagi telinga, tangan dan hidung itu tidak ada. Mereka menuntut pembuk¬tian.

Kisah dan pelbagai cerita sekitar kebangkitan Yesus meru¬pakan kisah yang menimbulkan diskusi yang panjang lebar. Berita tentang kebangkitan Yesus melahirkan dua sikap man¬usia antara percaya dan tidak percaya. Kisah itu membuat orang bimbang dan mencari pembuktian itu. Penggalan Injil Yohanes yang kita baca dan dengar tagi juga menggambarkan dua jenis sikap manusia, dua cara manusia memberikan tanggapan terhadap peristiwa kebangkitan itu. Para Rasul yang telah mengalami masa sulit setelah Yesus disalibkan berkumpul, pada satu tempat. Dan pada saat mereka berada bersama terjadilah peristiwa yang amat mengejutkan mereka semua. Pada saat itu Yesus yang telah bangkit hadir di tengah mereka dan menyapa mereka dengan salam yang menda¬maikan dan menguatkan mereka. Yesus membuka pertemuan itu dengan memberikan salam damai sejahtera. Damai sejahtera bagi kamu. Lalu Dia menunjukkan kepada mereka tangan dan lambungnya yang menampakkan bekas tikaman. Dan saat itulah para rasul yang semula merasa takut lalu sadar bahwa benar Yesus itu sungguh telah bangkit. Mereka pun percaya karena melihat sendiri Yesus yang bangkit itu. Dan saat yang sama Yesus memberikan Roh Kudus yang menguatkan para Rasul un¬tuk mewartakan Yesus yang bangkit itu. Dia berkata sama seperti Bapa yang mengutus Aku, maka akupun mengutus kamu. Karena itu terimalah Roh Kudus yang membuat kamu mampu saling mengampuni. Para Rasul mendapat kekuatan Roh Kudus untuk menjalankan misi perutusan Yesus itu.

Sangat menarik pengalaman para Rasul yang mendapat kunjun¬gan Yesus yang bangkit itu pada saat mereka semua berkum¬pul ketakutan. Namun kisah itu akhirnya terganggu sedikit gara gara seorang Rasul tak ada pada tempat saat Yesus berkunjung itu. Lebih jelek lagi dia yang satu orang itu sulit sekali percaya akan apa yang disampaikan para Rasul lain yang sungguh menyaksikan kedatangan Yesus itu. Rasul Thomassaat itu tidak tahu kemana sehingga saat mereka bercerita kepadanya ita tak mau percaya bahkah mati matian menuntut pembuktian. Thomas sama seperti telinga, tangan dan hidung yang tidak percaya apa yang dilihat mata ten-tang sebuah gunung dalam cerita tadi. Ia tak percaya. Per¬tanyaan untuk kita adalah mengapa Thomas tak mudah per¬caya? Thomas memang tak percaya karena tak terjadi peruba¬han pada diri mereka yang telah melihat sendiri Yesus yang bangkit. Saat Thomas berada kembali bersama mereka, mereka semua masih duduk ketakutan dan bersembunyi. Itulah yang membuat Thomas ragu ragu untuk percaya pada apa yang mere¬ka sampaikan. Thomas tak percaya karena cara dan sikap mereka masih belum berubah, mereka masih takut takut sama seperti saat menjelang Yesus ditangkap. Mereka memaksa Thomas untuk percaya namun sikap mereka tidak bisa mendu¬kung agar Thomas segera percaya. Ada pertengtangan antara apa yang mereka sampaikan dengan sikap mereka. Dalam hal ini sikap Thomas sungguh kritis dan terkesan positif. Thomas mau menantang mereka yang telah menyaksikan Yesus yang telah bangkit itu dengan satu pertanyaan yang amat ekstrim. Saya tidak akan percaya sebelum tanganku masuk ke dalam lambung yang tertikam itu. Thomas menilai mereka se¬mua sudah gila seperti penilaian tangan, telinga dan hi¬dung terhadap mata.

Kisah yang diangkat Yohanes tentang tokoh Thomas itu ada¬lah kisah kehidupan manusia sepanjang jaman termasuk jaman kita ini. Rasa bimbang dan ragu itu adalah sikap manusia yang merasa dirinya pintar dan mau segala sesuatu harus dibuktikan. Orang jaman kitapun banyak yang bersikap dan berpikir seperti Thomas yang baru percaya dan beriman ka¬lau ia melihat bukti dan tanda yang nyata. Namun terlepas dari keraguan yang ada dalam diri Thomas itu sebenarnya kita juga bisa belajar sesuatu secara positif dari Thomas. Thomas juga termasuk orang yang kritis. Ia mempunyai kera¬guan serta mau mengeritik sikap dan cara hidup rasul lain yang sudah menyaksikan Yesus itu bangkit. Mereka sudah mendapat kunjungan Yesus dan juga sudah mendapat kekuatan Roh Kudus namun mereka tetap takut dan tak berani keluar dari tempat persembunyian mereka. Yesus sudah memberikan tugas perutusan kepada mereka namun mereka hanya bangga akan kebangkitan Yesus tanpa membuktikannya dengan sikap dan cara kerja mereka. Itulah sebabnya Thomas enggan untuk percaya. Thomas memang mau dan pada dasarnya merindungan pengalaman akan Kristus yang bangkit. Ia mau agar iman kepercayaannya itu dibuktikan dengan tangannya. Thomas mau agar imannya terungkap pula dalam perbuatan tangannya. Tangan dan perbuatannya harus sungguh menguatkan dan mem¬buktikan kepercayaannya akan Kristus yang bangkit. Lain kata bagi Thomas iman dan kepercayaan yang benar adalah iman yang harus menghasilkan buah. Iman baginya harus mam¬pu merubah cara tindak. Ia mau beriman dengan dibuktikan dalam perbuatan. Dengan ini kita bisa melihat bahwa sikap Thomas itu merupakan sikap seorang yang mau beriman secara benar. Iman bagi Thomas berarti berbuat dan bertindak. Baginya tak cukup percaya bahwa Yesus itu telah bangkit. Yang paling penting adalah bagaimana pengalaman kebangki¬tan itu bisa mempengaruhi cara hidup dan pola tindak dalam kehidupan yang nyata setiap hati. Sering kali kita bersi¬kap dan menilai langsung negatif kalau mendengar tentang sikap Rasul Thomas itu.

Thomas yang kurang percaya pada cerita Rasul lain itu ter¬nyata masih mau hidup dan berada bersama mereka. Dia tidak dikucilkan. Dan ternyata Tuhan tanggap terhadap masalah yang dihadapi Thomas. Dan dengan itu Yesus menampakkan diri sekali lagi dan berusaha menyakinkan Thomas bahwa me¬mang benar iman yang benar adalah iman yang harus nyata dalam perbuatan tangan. Itulah sebabnya Thomas diminta Ye¬sus untuk memasukkan tangan ke dalam lambungnya. Dan Thomas tak berdaya selain percaya dan ia pun mengakuinya dengan berkata : Ya Tuhanku dan Allahku. Suruhan Yesus un¬tuk memasukkan tangan berarti Thomas diminta untuk meng¬gunakan tangannya dalam membuktikan dan memperkuat iman¬nya. Yesus membenarkan sikap Thomas yang kritis dan menun¬tut iman yang hidup dan nyata dalam perbuatan. Saat itulah Thomas sungguh pengalami PASKA dan kebangkitan. Ia beri¬man setelah ia menyaksikan sendiri. Ia juga a kan membagi¬kan imannya itu kepada orang lain dengan perbuatan tangan¬nya.

Thomas mengeritik para Rasul lain yang beriman namun tan¬gan mereka enggap untuk berbuat sesuatu. Dan kita semua adalah orang beriman yang telah merayakan PASKA. Kita se¬mua yakin dan percaya bahwa Yesus itu telah bangkit dan juga sedang berada dalam kehidupan kita. Tetapi beriman tanpa dibuktikan dengan pola tindak tanduk kita sama den¬gan tidak beriman. PASKA dan kebangkitan yang telah kita rayakan itu tak ada gunanya jika kehidupan kita tidak men¬galami perubahan. Kebangkitan Kristus tak punya arti jika kita sendiri tidak bangkit dari cara hidup kita yang lama. Hal inilah yang mau ditegaskan dalam bacaan pertama tadi. Cara hidup jemaat perdana yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul tadi merupakan bukti iman yang nyata dalam perbua¬tan. Kehidupan jemaat perdana itu diwarnai suasana per¬saudaraan. Mereka berkumpul bersama untuk memecahkan roti. Kebangkitan yang meraka alami dibuktikan dengan perjamuan persaudaraan. PASKA bagi mereka berarti harus menghasil¬kan persaudaraan dan perdamaian. PASKA bagi mereka be¬rarti membagikan apa yang mereka miliki kepada orang yang tidak memiliki apa apa. PASKA bagi mereka berari menguta¬makan keadilan dengan memberikan kepada seseorang apa yang sesuai keperluannya. Cara hidup yang demikianlah yang mem¬buat orang suka pada mereka. Orang lain tertarik karena cara hidup mereka sesuai dengan iman mereka akan Kristus yang bangkit. Iman mereka sungguh hidup dalam tindakan mereka. Kehidupan mereka merupakan iman yang hidup untuk orang lain. Beriman bagi mereka berarti berbuat. Dan Tuhan akan menyertai segala perbuatan manusia yang mau menyata¬kan imannya. Dan itulah yang mau dikatakan lewat bacaan kedua tadi. Kristus yang bangkit itu adalah jaminannya.



Kita telah merayakan PASKA kebangkitan Tuhan dan itu baru punya arti kalau kita mau bangkit dalam cara hidup kita. Kita sebagai orang tua bisa memberikan arti pada iman kita akan PASKA kalau kita berani melepaskan kebiasaan buruk dalam keluarga kita seperti mental enak, suka berjudi dan mabuk mabukkan. Kita sebagai pendidik/pegawai bisa membuk¬tikan kebangkitan itu dalam cara hidup kita yang setia menjalankan tugas pengabdian kita.

Kita sebagai remaja membuktikan kebangkitan itu dengan cara hidup dan pergaulan kita yang mematuhi tata tertib pergaulan sebagai remaja. Kita sebagai anak anak memberi¬kan arti pada PASKA kalau kita semakin taat pada orang tua dan mencintai mereka. Singkatnya iman kita semestinya dibuktikan dalam perbuatan kita, tindak tanduk dan cara hidup kita.

Semoga semakin banyak juga orang lain yang senang pada kita karena cara hidup kita yang sungguh membuktikan bahwa kita memang benar mengimani Kristus yang bangkit... Amin.

No comments:

Post a Comment