Thursday, August 1, 2013

MISA PEMBUKAAN TAHUN PEMBELAJARAN

MISA PEMBUKAAN TAHUN SEKOLAH

Amsal 2,1-11 Mateus.25,1-13

SMAK Frateran BHK Malang Jumat, 2 Agustus 2013



Buka

Pagi hari ini kita semua, segenap civitas akademika SMAK Frateran Malang berkumpul untuk merayakan Ekaristi dalam rangka membuka Tahun pembelajaran yang baru. Kita mengingikan agar apa yang hendak kita lakukan, kita lakukan dalam nama Tuhan. Sebagai orang beriman, yang percaya kepada kekuatan Tuhan, perayaan seperti ini tidak saja perlu tetapi sudah semestinya dan seharusnya dilaksanakan. Perayaan seperti ini menjadi penting dan relevan hanya kalau perayaan ini memungkinkan kita sebagai pendidik, peserta didik mempertanyakan atau menggugat segala apa yang akan kita laksanakan proses berlangsungnya pembelajaran yang kita masuki. Kita memulai sesuatu yang baru sambil bercermin pada apa yang telah kita lalui. Perayaan seperti ini akan berarti dan bermakna kalau kita jadikan sebagai titik pijak sekaligus penentu arah perjalanan kita dalam pergulatan dan pergelutan kita mencari dan menemukan kebijaksanaan dalam proses belajar yang akan berlangsung. Kita semua, baik sebagai pendidik maupun peserta didik, mau membangun niat dan tekad untuk menjalankan tugas kita secara baik dan penuh tanggung jawab sebagai orang beriman. Kita mau berjalan dalam harapan bahwa Tuhan membimbing perjalanan kita. Agar harapan kita ini berkenan kepada Tuhan kita akui kelemahan dan dosa kita.



Renungan

Sokrates, seorang bijak pernah berkata: "Suatu kehidupan yang tidak dipertanyakan tidak pantas dijalani" Bagi Sokrates hidup dan kehidupan harus dijadikan masalah yang terus dipertanyakan. Kalau hidup menjadi masalah dan menjadi pertanyaan manusia didorong untuk mencari jalan keluar dan jawabannya. Segala sesuatu yang dihadapi, dijalankan harus selalu dipertanyakan. Pernyataan Sokrates ini mengisyaratkan dan mengharuskan kita untuk selalu sadar dalam segala hal yang kita lakukan. Jika kita bertindak tanpa mengetahui apa dan bagaimananya maka kita akan hidup ibarat robot serba mekanistis. Apa yang dikatakan Sokrates tadi kalau kita sederhanakan berarti kita harus bertanya: saat ini kita berada di mana, sedang melakukan apa, hendak ke mana dan apa yang harus dilakukan? Dengan kata lain kita harus bertolak dari satu motivasi dan bergerak menuju Orientasi. Hidup kita harus berjalan di antara Motivasi dan Orientasi. Motivasi menjadi kekuatan yang mengerakkan dan Orientasi menjadi arah tujuan hidup kita. Manusia yang mau berjalan menuju kesempurnaan dan kebijaksanaan haruslah memiliki motivasi dan tujuan.

Saya kira kalau semua tindakan, aksi, aktivitas kita didasarkan pada pertanyaan yang dirumuskan dengan baik, memungkinkan kita bertindak lebih bijaksana. Kita akan mengetahui secara pasti dari mana kita akan mulai, ke mana kita akan berjalan dan di mana kita akan berhenti. Pada saat ini, kita semua sebagai keluarga besar lembaga pendidikan SMAK Frateran, berkumpul karena kita semua menyadari bahwa kita akan memulai suatu proses belajar bersama. Kita semua tepah menjadi pemenang tender proyek pencerdasan manusia yang harus menyentuh semua dimensi kemanusiaannya. Setiap kita dalam kapasitas kita masing-masing, ditugaskan dan terpanggil untuk mempertajam kecerdasaran intelektual kita, mengembangkan kecerdasan emosional kita, memurnikan kecerdasan spiritual kita, dan memperluas kecerdasan sosial kita. Kita berkumpul dalam doa untuk membuka tahun sekolah baru. Kita mau menjawab pertanyaan yang menyertai keberadaan dan keterpanggilan kita ke lembaga SMAK Frateran Malang ini. Kita mau menjawab pertanyaan mengapa kita berkumpul dan berada dengan cara seperti ini di SMAK Frateran Malang. Kita semua bersepakat bahwa kita mau berada dan terlibat dalam suatu perjalanan bersama untuk mengeksplorasi pelbagai ilmu dan kebijaksanaan dalam rimba ilmu pengetahuan. Para pendidik dan peserta didik, kita semua ingin berjalan bersama mencari dan menemukan kebijaksanaan melalui pelbagai ilmu dan keterampilan yang akan kita berikan dan dapatkan di lembaga pendidikan SMAK Frateran Malang. Keinginan untuk menerapkan pelbagai prinsip pendidikan, penciptaan suasana, lingkungan belajar yang kondusif serta ketersediaan berbagai sarana belajar menjadi prakondisi yang menjamin terjawabnya pelbagai harapan dan tujuan kita. Tujuan pendidikan, tujuan kita tidak lain membentuk manusia yang berkebijaksanaan. Dalam konteks penerapan kurikulum Nasional, kita berada bersama, dalam rangka menata dan membentuk pola berlaku, pola bertindak, pola berbahasa yang melahirkan diri pribadi yang berkarakter. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang perilaku dan periberhasanya mengekspresikan keluasan pengetahuan dan kematangan mental. Pendidikan berkarakter mengharuskan semua pemangku kepentingan atau stake holdernya untuk berkebijaksanaan. Berkebijaksanaan sebagai ekspresi karakter harus dapat dijabarkan ke dalam pelbagai tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis, moral, sosial. Pendidikan yang mengondisikan sekaligus membentuk seseorang untuk tampil secara integral, utuh, seimbang dalam aneka kecerdasan tentu menjadi tekad lembaga SMAK Frateran.

Kalau kita kembali pada gagasan bijak Sokrates tadi maka keberadaan kita dalam lembaga pendidikan asuhan para Frater BHK ini harus kita pertanyakan. Pertanyaannya: mengapa, untuk apa dan bagaimana kita berada di sini dan memilih bergabung dalam komunitas SMAK Frateran. Pertanyaan seperti ini terkait dan terikat erat pada dua hal pokok yaitu (1) tujuan proses yang ingin kita jalani, dan serangkaian kiat kita untuk mencapai tujuan itu. Kita semua sebagai pendidik dan peserta didik bergabung dalam keluarga besar yayasan Mardy Wiyata dalam rangka membekali diri dengan segala macam pengetahuan dan keterampilan. Itu artinya kita harus memilki strategi dan kiat meraih tujuan itu. Jawaban dan penjabaran kita boleh saja berbeda tetapi intinya sama yaitu mau menjadi orang yang berkebijaksanaan sebelum menjadi orang bijaksana. Penulis Kitab Amsal dalam bacaan pertamal memberikan kita gambaran tentang proses hidup dan kehidupan dalam deretan ungkapan yang indah. Hidup yang baik dan benar atau hidup yang berkarakter dalam konteks Amsal tidak lain adalah hidup yang terarah pada pengetahuan tentang kebijaksanaan. Pengetahuan yang baik dan benar adalah pengetahuan yang melahirkan diri pribadi atau manusia yang berhikmat dan berkebijaksanaan. Manusia yang berhikmat dan berkebijaksanaan yang dimaksudkan Amsal adalah manusia yang hidup dan bertindak berdasarkan HATI. Manusia berkarakter yang diidealkan bangsa ini sesungguhnya bukan hal yang baru bagi para frater BHK. Tarekat BHK yang dikenal dan terkenal terdepan dalam misi edukatif sudah jauh sebelum kemerdekaan telah menerapkan pendidikan karakter itu. Pendidikan karakter hakikatnya adalah pendidikan yang berkaitan dengan HATI. Bukan kebetulan, bukan juga baru bagi tarekat BHK karena tarekat telah menjadikan HATI sebagai motor penggerak pelayanannya dalam pendidikan. Pendidikan berspiritualitas HATI yang menjadi kekahasan frateran BHK adalah pendidikan yang mengarahkan orang untuk mendapatkan hikmat. Judul penggalan kitab Amsal tadi berbunyi: Faedah menuntut Hikmat. Ada sekian banyak faedah, kegunaan menuntut hikmat dan pengetahuan itu antara lain: memungkinkan orang bertumbuh dalam kebenaran (tahu mana benar, mana salah), berkembang dalam keadilan, mekar dalam kejujuran, kaya dalam pengetahuan, dan akhirnya memungkinkan orang menaruh hormat kepada Tuhan. Akhir dari pengetahuan yang benar harus mampu membawa orang pada sikap hormat dan mencintai Tuhan. Mengahargai orang dan mencinbtai Tuhan adalah perkara sikap HATI.

Untuk sampai pada diri yang berhikmat, yang berkebijaksanaan, yang berkebenaran, berkejujuran serta berkeadilan itu tidak mudah. Tuhan memberikan kita sarana pembantu. Tuhan memberikan kita suara hati sebagai pusat pengendali, pusat monitor hidup dan tindakan kita. Tuhan memberikan kita telinga untuk mendengarkan hal-hal yang menuntun kita pada kebijaksanaan. Tuhan memberikan kita mulut untuk menyatakan kebenaran dan kejujuran. Dan Tuhan memberikan kita kemampuan akal yang memungkinkan kita menjadi pribadi yang kreatif, dinamis dalam mencari, menggali, menemukan pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengertian tentang panggilan kehidupan adalah sikap Hati. Amsal menegaskan: "Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak dan mengejarnya seperti harta terpendam maka engkau akan beroleh pengertian tentang hidup”. Tuhan menolong orang jujur, membela orang benar, memelihara orang adil dan mengganjari orang yang setia karena Tuhan sendiri setia.

Keberadaan kita di SMAK Frateran tentu karena kerinduan kita mencari pengetahuan yang memungkinkan kita berjalan menuju kebijaksanaan yang dituntun HATI. Untuk itu kita dituntut lebih kreatif memanfaatkan pelbagai peluang yang ada. Untuk menjadi pribadi yang berkebijaksanaan dan berpengetahuan perlu perjungan. Kebijaksanaan dan pengetahuan tidak datang sebagai mukjizat. Cita-cita dan harapan kita dalam menggeluti pengetahuan harus memaksa kita untuk lebih tekun, kreatif, dinamis, dan kompetitif. Karena itu Penggalan Injil Mateus mau menggarisbawahi aneka kiat dan strategi manusia dalam menimba kebijaksanaan dan pengetahuan itu. Kisah lima gadis yang bodoh dan lima gadis yang bijaksana tadi mau mengungkapkan kenyataan bahwa di dunia ada dua jenis, model, kelompok manusia. Dua kelompok itu dibedakan berdasarkan strategi menantikan sang pengantin. Itulah gambaran citra manusia termasuk kita semua

Dari Injil kita menemukan dua strategi yang berbeda. Kelompok pertama itu berpredikat bijaksana karena mereka menggunakan strategi yang cermat, tahan uji, ketat, teliti, kreatif, dan berpikir antisipatif. Semuanya itu diibaratkan dengan persiapan minyak yang cukup. Hasilnya memuaskan. Mereka senang dan bergembira mendapat bonus masuk ke ruang pesta. Kehebatan mereka terletak pada strategi. Kelompok kedua disebut bodoh karena menggunakan strategi yang sebaliknya. Mereka berpredikat bodoh karena strateginya sangat longgar, penuh spekulasi, main untung-untungan, santai-santai, tidak mau bertahan, tidak mau bersusah-susah, tidak merasa malu, bermental pengemis, bergantung pada orang lain, bermental enak, lebih suka memilih tidur. Hasilnya hanya kekecewaan yang berlipat-lipat. Bukan saja tidak melihat pengantin datang tetapi lebih lagi mereka dipermalukan pintu ruangan perjamuan. Singkatnya mereka gagal mencari dan menemukan pengetahuan dan kebenaran karena menerapkan strategi main gampang-gampangan. Mereka tidak akan menjadi orang bijak yang punya Hati. Mereka menjadi orang kalah yang tergeser, tergusur dan terelimiasi dari lintasan kehidupan yang dirindukan.

Kehadiran kita di SMAK Frateran adalah kehadiran untuk mendapatkan sesuatu yang penting bagi masa depan kita. Kita semua adalah para gadis yang ingin menyaksikan sang pengantin yang mengundang kita ke ruangan pesta. Pengantin kita adalah kesuksesan yang kita nantikan. Sukses akan datang dan hanya untuk mereka yang terjaga bykan untuk yang tertidur, malas, dan ngantuk. Kita ingin sukses sebagai pendidik. Kita ingin sukses sebagai peserta didik. Kita ingin sukses sebagai sebuah lembaga pendidikan. Kita mau menjadi seperti lima gadis yang bijaksana. Untuk itu tidak ada cara yang lebih tepat selain kita menggunakan strategi yang kreatif, dinamis, antisipatif. Untuk menjadi manusia bijaksana dan sukses hanya satu kunci ajaibnya. Kunci itu harus menjadi milik setiap kita karena dengan kunci itu kita dapat membuka pintu gudang perbedaharaan hikmat dan kebijaksaan. Ruang harta hikmat kebijaksaan tidak bisa dibuka dengan kunci T (TIDUR) tetapi harus dibuka dengan kunci terbaru yaitu kunci D(DISIPLIN). Disiplin di sini dapat dijabarkan sesuai konteks dan peran kita masing-masing. Para pendidik baik tenaga edukatif maupun nonedukatif akan sukses kalau menjalankan perannya secara kreatif sambil mempertimbangkan pelbagai tindakan edukatif dan prinsip-prinsip pedagogis yang bercorak humanis. Para pendidik akan sukses kalau menyadari perannya sebagai pendidik dan memilki komitman total berdasarkan kesadaran etis dan kejernihan nurani. Sebagai siswa kita dituntut untuk menyadari peran dan tanggungjawab kita sebagai gadis-gadis yang menantikan pengantin kesuksesan kita. Dalam mencari kebijaksaaan perserta didik difasilitasi baik tenaga pendidik maupun fasilitas lainnya. Semuanya akan sia-sia kalau sebagai siswa kita tidak mengindahkan aturan, tata tertib dan disiplin yang diberlakukan di lembaga ini. Disiplin dalam konteks siswa adalah disipilin belajar, disiplin bergaul, disiplin berkata-kata, disiplin berpikir. Lima gadis bijaksana dalam kisah injil tadi adalah figur tipikal yang unggul dalam disiplin. Sebaliknya kelima gadis bodoh adalah contoh orang yang tidak disiplin. Kita tidak mau dikelompokkan sebagai orang bodoh hanya karena tidak Disiplin. Disiplin secara sederhana berarti melakukan apa yang benar secara benar di tempat yang benar pada waktu yang benar.

Saya akhiri renungan awal tahun sekolah ini dengan cerita kecil. Suatu siang saat istihat Asty dan Berty duduk di emperan tempat parkir di sekolah mereka. Keduanya tertawa karena tampaknya sedang menyaksikan sesuatu yang lucu. Mendengar itu, seorang pagawai skolah dan seornag guru mendekati mereka dan menyaksikan apa yang terjadi. Pegawai dan guru itu juga ikut tertawa karena mereka menyaksikan seekor binatang lucu. Binatang itu lucu, menarik bagi mereka karena kepalanya ada di depan tetapi sayangnya selalu berjalan ke belakang. Kita bisa menebak nama binatang itu. Itu namanya Undur-Undur.

Beberapa hari kemudian Undur-Undur itu enggan bergerak meski diusili para siswa lain. Penelitian pakar Undur-Undur melaporkan bahwa binatang itu dilanda depresi berat karena pernah ditertawakan dan dipermainkan, dipermalukan dua siswa pegawai dan guru. Menurut pengamatnya, binatang itu berencana mengantungkan diri tetapi sayangnya ia tidak bisa mundur ke atas ke tempat yang tinggi. Undur-Undur lalu mencari tim pembela membawa kasus pencemaran nama baik itu ke tingkat mahkama konstitusi para binatang. MK dunia binatang tak bisa memutuskan perkara itu. Jalan terakhir Undur-Undur berunjuk rasa di seputar istana Surga. Tuntutan mereka tidak tanggung-tanggung. Tuhan harus menghukum siswa, guru dan pegawai yang menertawakan mereka. Melalui juru bicara dan penasehat Undur-Undur itu membacakan nota protesnya di hadapan Parlemen surga. Isi nota protes undur-undur itu demikian: Tuhan kami tidak senang dengan cara manusia itu. Mereka mempermalukan kami tanpa alasan. Mereka menertawakan kami karena kami hanya bisa berjalan mundur. Padahal, keadaan ini bukan atas permintaan kami tetapi karena Tuhan menetapkan hal itu bagi kami. Kami tidak pantas ditertawakan karena itu sama artinya manusia menertawakan Tuhan. Seharusnya, kamilah yang menertawakan manusia karena mereka disebut manusia tetapi cara hidup manusia sering berjalan mundur seperti kami. Manusia sering mengulur-ulur segala hal. Mereka selalu menunda segala sesuatu. Mereka selalu bertindak tidak tepat waktu. Karena itu, kami menuntut dan meminta Tuhan untuk meninjau kembali nama-nama ciptaan. Gantikan saja nama manusia yang suka mengulur-ulur itu dengan nama kami. Biar mereka itu jadi Undur-Undur.

Tentu kita tidak mau disebut undur-undur. Lima gadis bodoh adalah manusia bermental undur-undur. Kita membuka tahun sekolah ini dalam nama Tuhan. Kesuksesan akan terus mendekat dan mendatangi kita. Akankah kita sebagai guru dan siswa di sekolah ini menjadi kelompok gadis bijaksana atau kelompok gadis bodoh? Hanya kita yang bisa menjawab dan membutikannya…Semoga !!





Rm.Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment