Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-5 TAHUN A

Minggu Biasa ke-5 Thn. A/1 7 Pebruari 1999

Yes. 58,7-10 1Kor.2,1-5 Mat.5,13-16 Baciro



Buka



Cahaya dan terang itu didambakan semua orang. Ketika kegelapan menimpa kehidupan, ketika mendung menimpa kehidupan, saat itulah manusia mengharapkan terbitnya matahari dan bersinarnya cahaya. Orang merindukan terang. Orang merindukan cahaya. Dan semua orang beriman dipanggil untuk membawa terang dan juga menjadi terang itu sendiri. Pada awal perayaan ini kita bertanya diri sejauh mana kita telah menjalankan peran kita sebagai pembawa terang atau sebagai terang. Kita mohon ampun bila kita belum berfungsi secara maksimal sebagai terang.



Renungan

Saya mengajak kita semua merenungkan pesan firman Tuhan hari ini dengan satu cerita, ilustrasi berikut ini.Tiga orang anak berjuang memperebutkan harta kekayaan orangtua mereka. Ketika sang Bapak memasuki usia senja ketiga putranya mulai berusaha untuk merebut harta kekayaan orangtua mereka. Setiap mereka berjuang untuk mendapatkan harta warisan yang terbanyak dan terbaik. Melihat gelagat ketiga putranya itu maka Bapak mereka berusaha membagikah harta itu seadil-adilnya. Tetapi, anak-anaknya tetap merasa tidak puas. Untuk itu, Bapak mereka mendapat akal dengan mengadakan perlombaan. Perlombaannya sederhana. Setiap anak itu diminta untuk mengisi ruangan tamu dengan barang-barang apa saja, sampai tidak ada lagi bagian ruangan itu yang kosong. Yang berhasil akan mendapatkan warisan paling banyak dan berharga. Perlombaan dilaksanakan. Anak sulung langsung membeli dan mengumpulkan segala barang lalu memasukkan semuanya ke ruang tamu. Menjelang malam sang Bapak memasuki rungan untuk memberi nilai terhadap setiap anaknya. Ruangan itu memang penuh dengan segala barang, tetapi di antara barang yang disusunnya itu masih ada ruangan, cela-cela kecil yang kosong. Menyusul anak kedua. Ia membeli beberapa botol parfum yang mahal lalu menyemprotkan semuanya di ruangan tamu itu. Bapaknya diundang masuk. Silakan Bapak rasakan keharuman ruangan ini. Ruangan ini penuh dengan keharuman parfum merek terkenal di dunia. Bapaknya mengangguk-anggukkan kepala lalu mencatat nilai. Tibalah giliran anak yang ketiga. Pada malam itu ia mengundang bapaknya untuk menyaksikan hasil lombanya. Mereka memasuki ruangan itu dalam keadaan gelap. Ruangan itu tidak diisi apa-apa. Lalu anaknya mengambil sebatang lilin dan membakarnya. Lilin itu ditempatkan di tengah ruangan dan anak itu bertanya kepda bapaknya. Silakan Bapak mencari dan melihat bagian mana dari ruangan ini yang tidak disinari cahaya. Bapaknya bingung karena memang ruangan itu semuanya terkena sinar lilin kecil, sambil mencatat nilai.

Sehari kemudian diumumkan hasil perlombaan itu. Anak pertama mendapat nilai 50, anak kedua mendapat nilai 75 dan anak ketiga mendapat nilai 100. Yang pertama hanya dapat 50 karena bapaknya tidak bisa masuk ruangan untuk melihat secara keseluruhan, dan memang tampak ada lubang dan cela-cela yng tidak terisi dengan barang. Anak kedua hanya dapat 75 karena bapaknya hanya bisa mencium keharuman parfum dalam ruangan tetapi tidak melihat apakah keharuman itu memang mengisi seluruh ruangan. Sementara anak ketiga mendapat 100 karena memang ia menggunakan hal yang murah sederhana namun mampu mengisi seluruh ruangan. Anak ketiga menang karena mengandalkan terang, mengandalkan cahaya sebuah lilin untuk sebuah ruangan yang gelap. Ia mendapat harta yang paling berlimpah dan berharga.

Kalau kita coba menghubungkan cerita tadi dengan apa yang disampaikan dalam ketiga bacaan yang kita baca dan dengar tadi maka di sana kita bisa menemukan benang merah dan pesan yang penting untuk kehidupan kita sebagai orang beriman. Inti cerita di atas tadi mempersoalkan perjuangan kita manusia dalam merebut seuatu yang berharga. Dan, cara merebut kemenangan itu memang macam-macam. Bervariasi untuk setiap orang. Ada orang yang mengisi dan merebut harta berharga itu dengan mengumpulkan atau mengandalkan barang sebanyak mungkin. Ada pula yang mengandalkan kehebatan dan nama merek, keharuman nama untuk merebut harta itu. Ada pula yang merebutnya dengan mengandalkan kesederhanaan namun sangat manjur. Kehidupan kita sebagai umat beriman di dunia ini yang tengah berjuang merebut harta surgawi dapat dibandingkan dengan ketiga anak dalam cerita tadi.

Dan yang menjadi bahan permenungan kita hari ini adalah apa yang dilakukan oleh anak yang ketiga tadi berkaitan dengan penting dan kuatnya pengaruh terang atau cahaya dalam kehidupan. Pentingnya cahaya dalam situasi yang gelap. Nubuat Yesaya dalam bacaan pertama secara sangat jelas berbicara tentang cahaya itu. Judul bacaan tadi berbunyi Cahayamu akan merekah laksana fajar. Dan, efektivitas peran cahaya dalam konteks Yesaya ini harus dinyatakan dalam kehidupan konkret terhadap orang lain yang tidak memiliki apa-apa. Pelbagai macam kekurangan, kesulitan, tantangan, krisis yang dihadapi manusia, bagi Yesaya adalah bentuk kegelapan hidup yang harus disinari. Manusia dipanggil untuk menjadi terang yang dapat mengisi ruangan dunia dan kehidupan yang gelap. Orang seperti itulah yang akan dibentengi Allah dalam kebenaran dan kemuliaan. Orang yang mau menjadi terang bagi orang lain akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan hidup.

Menjadi pembawa terang bagi orang lain memang bukan hal yang gampang. Menjadi terang dengan membantu sesama terkadang menjadi redup ketika setiap bantuan disertai dengan perhitungan tertentu. Mengejar prestise, menacari nama, popularitas diri dan sejenisnya meruapakan hambatan terbesar bagi manusia untuk berperan sebagai cahaya. Santu Paulus memberikan resep ampuh bagi orang yang mau menjadi terang. Kesederhanaan dan kerendahan itulah kunci kesuksesan pewartaan Paulus. Apa yang dilakukan Paulus sesungguhnya merupakan kelanjutan cara yang ditunjukkan Yesus dalam pewartaan-Nya.

Figur seperti Yesaya, dan Paulus telah tiada namun bukan berarti aktivitas membawa terang, membagi terang serta memberikan kesaksian telah berakhir. Yesus melalui Injil Mateus telah menjadikan kita semua sebagai garam dan terang. Tuntutan Yesus dari kita adalah mengisi ruangan hidup kita, mengisi cela-lela kehidupan kita dengan terang. Menjadi garam dan terang artinya kita dipanggil untuk memberdayakan dan memaksimalkan peran garam dan terang itu. Memaksimalkan peran sebagai garam dan terang artinya manusia harus menentukan porsi yang pas serta menentukan tempat yang strategis. Garam baru berfungsi kalau ditempatkan pada sesuatu yang tawar. Cahaya baru berfungsi maksimal hanya di tempat yang gelap. Dan, kita ditugaskan untuk mengasinkan yang tawar dan menyinari yang gelap dalam kehidupan kita. Mudah-mudahan cerita awal tadi membantu kita untuk semakin menjadi cahaya dan terang dalam kehidupan kita di masa yang akan datang, sehingga kelak kita semua keluar sebagai pemenang meraih kebahagiaan bersama Allah. Amin.

Rm.Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment