Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-3 TAHUN A

Minggu Biasa ke-3

Yes.8:23b,3 1Kor.1:10 17 Mat.4:12 22



HIDUP: MEMBERI LAMPU BERNYALA

Buka

Semua orang normal umumnya tidak suka berada dan hidup dalam kegelapan. Manusia berkecenderungan mencari terang. Mengapa orang tidak suka pada kegelapan. Alasannya karena: banyak kejahatan bisa terjadi dalam kegelapan. Banyak soal timbul bila kegelapan menimpa kita. Dalam kegelapan orang seakan lumpuh dari kegiatannya. Dalam kegelapan semua orang menjadi buta dan tersesat. Di sana bisa terjadi tabrakan dll. Saat-saat seperti itu orang bi¬asanya mendambakan kehadiran seberkas sinar cahaya.

Bacaan hari ini berbicara tentang kehadiran sebuah terang yang besar yang diarahkan kepada semua bangsa yang berjalan da¬lam kegelapan. Yesaya meramalkan hal itu yang terpenuhi dalam Kisah Mateus. Contoh konkret kegelapan itu ada¬lah cara hidup jemaat di kota Korintus yang dilukiskan da¬lam surat Paulus. Yesus adalah terang itu dan para murid telah dipilih untuk menjadi terang dalam peran¬nya sebagai penjala manusia. Kita bertanya diri mungkin kita jarang membawakan dan memberikan terang bagi sesama kita yang berada dalam banyak kegelapan. Untuk itu kita mohonkan belas kasih serta kerahiman Tuhan pada awal pe¬rayaan keselamatan ini.

Renungan

Konon seorang buta pada suatu malam ingin menghadiri pesta pernikahan temannya. Saudaranya sempat mendengar rencana perjalanan si buta itu. Untuk itu kepadanya diberikan seb¬uah lampu lentera bernyala. Ketika orang buta itu diberi lampu ia menolaknya dengan alasan untuk dia terang atau gelap itu sama saja. Baginya lampu yang bernyala itu tidak ada gunanya. Meski ia menolak untuk menerima lampu itu tetapi saudara¬nya berusaha meyakinkan dia, bahwa lampu itu memang tidak berguna untuk si buta sendiri, tetapi sangat berguna untuk orang lain yang akan melintasi jalan yang sama agar tidak terjadi tabrakan antara orang buta dengan orang orang itu. Dengan alasan dan penjelasan seperti itu orang buta terpaksa menerima lentera itu dan mulai berjalan pada malam yang gelap.

Di tengah jalan ia ditabrak oleh seseorang. Si buta itu naik pitam dan berkata: Tidakkah engkau lihat bahwa aku membawa lampu bernyala? Mengapa engkau dengan sengaja menabrak saya? Orang yang menabrak tadi balik bertanya: Tidakkah engkau tahu bahwa lampumu sudah padam? Siapa yang salah Anda atau saya?

Banyak hal yang terjadi dalam kegelapan. Banyak kesulitan dan kecelakaan terjadi dalam kegelapan. Dalam kegelapan kita semua seakan-akan tidak mempunyai mata untuk melihat. Dalam kondisi serupa itu kita membutuhkan terang. Ketiga bacaan Kitab Suci yang ditawarkan gereja kepada kita hari ini pada intinya berbicara tentang dua kenyataan itu. Ke¬nyataan terang dan gelap yang memang sulit untuk didamai¬kan. Yesaya, dalam bacaan pertama, melukiskan suatu kegela¬pan yang menimpa umat manusia. Namun, Yesaya sekaligus meramalkan akan datangnya seberkas sinar yang menerangi kegelapan itu. Kegelapan menimpa orang Galilea karena ha¬rus diangkut ke Asiria. Yesaya menyebutkan dua tempat yaitu Sebulon dan Naftali. Kedua tempat itu sebenarnya adalah daerah Nasaret dan Kapernaum.

Penghuni kedua kawasan itu sedang berjalan dalam kegelapan. Janji pembebasan dari kegelapan itu menjadi inti pewartaan Nabi Yesaya dalam ba¬caan pertama tadi. Kegelapan yang menimpa mereka itu tam¬pak dalam cara dan sikap hidup mereka yang menjauh dari Allah. Kehidupan mereka diwarnai dengan pelbagai macam pe-nindasan dan pemerasan. Mereka jatuh ke tangan musuh kare¬na tidak setia pada Allah.

Pengalaman para penghuni kota Galilea tadi ter¬jadi pula pada zaman Perjanjian Baru. Santo Paulus sebagai orang pilihan Allah juga harus berhadapan dengan sekelom¬pok orang yang juga berada dalam kegelapan. Dalam bacaan kedua kita mendengar bagaimana perasaan serta sikap Paulus berhadapan dengan cara hidup jemaatnya yang berada di kota Korintus. Kegelapan serta awan mendung juga menimpa masya¬rakat Korintus. Menurut catatan, surat kepada jemaat di Ko¬rintus itu merupakan surat kepada jemaat di Korintus itu merupakan surat yang pertama dari Paulus. Itu berarti je-maat yang berada di sana adalah jemaat yang sudah lama menerima pewartaan tentang Kristus. Namun, situasi yang mereka hadapi sungguh mencerminkan bahwa mereka sebenarnya belum dewasa dalam kehidupan iman dan keagamaan mereka. Santo Paulus merasa prihatin dengan kondisi yang sedang menggerogoti kehidupan orang Korintus.

Paulus menulis nota penting karena mendengar sendiri tentang situasi orang Korintus. Di sana sedang terjadi pertarungan sengit antara kelompok kelompok yang ada. Di sana seakan terjadi perebutan kekuasaan antara kelompok. Di sana terjadi per¬saingan yang tidak sehat. Di sana setiap kelompok merasa diri lebih penting dari kelompok lainnya. Jemaat Korintus terancam kehancuran, karena setiap mereka berusaha untuk menjadikan Yesus itu milik eksklusif kelompok mereka. Tidak mengherankan kau dalam nota yang disampaikan untuk orang Korintus tadi Pau¬lus memberikan nasihat yang bijaksana meski terasa sangat tajam. Ia menegur mereka dengan pelbagai pertanyaan pent¬ing: Adalah Kristus itu terbagi bagi sebanyak kelompok di Korintus? Dengan pertanyaan serupa ini sebenarnya Paulus mau menegaskan bahwa semua jemaat telah dibaptis dalam nama Kristus yang satu dan sama. Konsekwensinya jelas bah¬wa mereka harus menjalin kesatuan itu. Paulus menulis: Saudara saudara, aku menasihati kamu demi nama Tuhan kita Yesus Kristus supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam seluruh hidupmu.

Nota peringatan yang dikirim Paulus ini juga merupakan terang yang memancar dalam kegelapan pergolakan kelompok di Korintus. Paulus mengaku dirinya sebagai utu¬san Tuhan yang bertugas memberitakan Injil dan bukannya untuk membaptis. Itu artinya pembaptisan yang satu dan sama, hanya terjadi dalam dan melalui Yesus. Konsekuensi¬nya semua orang yang dibaptis dalam nama-Nya harus menam¬pilkan semangat persatuan dan kesatuan dan bukannya perpe¬cahan dan permusuhan. Jemaat Korintus diminta Paulus untuk menjadi terang. Tetapi kenyataannya, yang ada hanyalah kegela¬pan.

Penginjil Mateus dalam penggalan Injil yang kita baca hari ini melukiskan peranan Yesus sebagai Terang dalam Kegela¬pan. Apa yang dikatakan dalam bacaan pertama terpenuhi da¬lam kehidupan Yesus sendiri. Tanah Zebulon dan Naftali disebut kembali dalam Injil sebagai tempat yang dile¬wati Yesus saat ia menyingkir ke Galilea. Ia meninggalkan Nasaret dan menetap di Kapernaum. Saat itulah mereka yang berada dalam kemelut kegelapan cara hidupnya sempat me¬nyaksikan terang besar. Bangsa yang berdiam dalam kegela¬pan telah melihat terang dan yang dinaungi kegelapan Maut dibebaskan berkat terang besar yang bersinar. Melihat cara hidup mereka Yesus berkesempatan untuk mewartakan pertoba¬tan bangsa yang sering membelakangi Allah. Saat itulah Ye¬sus mau menyadarkan mereka yang degil seperti lembu degil itu. Selanjutnya dalam perjalanan itu Yesus bertemu dengan segala macam orang termasuk para nelayan. Mereka itu di¬panggil-Nya dan jabatan mereka diganti secara total. Gelar penjala ikan diganti menjadi penjala manusia.

Mengherankan sikap semua mereka yang dipanggil Yesus itu. Tidak ada tawar-menawar dan diskusi tentang besar gaji sebagai penjala manusia. Mereka langsung ikut tanpa diskusi. Mengapa hal itu terjadi? Tentu karena mereka te¬lah melihat terang yang dibawa dan mau dibagikan Yesus. Mereka mengikuti panggilan Yesus karena mereka sendiri juga mau membagikan terang yang mereka dapat dari Yesus. Mereka yang tadinya buta ketika bertemu dengan Yesus sea-kan diberi sebuah lampu bernyala untuk menerangi orang lain. Untuk menghindari tabrakan dan perselisihan. Mereka semua mendapat misi yang sama membagikan terang dimana ma¬sih terdapat kegelapan, dan dosa serta maut.

Apa yang dapat kita petik dari pewartaan Kitab Suci hari ini? Barangkali hal berikut ini yang perlu kita bawahi untuk kehidupan kita di lembaga ini.

Pertama: Kita diminta untuk memberikan sesuatu yang bergu¬na untuk orang lain. Dengan kata lain hidup dan keberadaan kita hendaknya berdampak positif bagi orang lain di lingkungan kita. Dan kalau kita kembali pada cerita awal tadi maka kita diminta untuk memberikan lampu/terang untuk orang yang memang merasa gelap dalam banyak hal. Ada banyak kegelapan dalam kehidupan kita seperti kendornya disiplin. Sejauh pemberian kita dirasa baik pasti akan berguna. Lam¬pu untuk seorang buta memang tidak berguna tetapi berguna untuk orang lain agar dapat melihat si buta dan menghind¬ari tabrakan.

Kedua: Kita hendaknya menyadari bahwa keberadaan kita di sini entah sebagai apa saja (siswa, pendidik, karyawan/ti) karena mau menjalankan tugas dan misi Yesus membawa terang, menjadi penjala manusia. Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk membuat kelompok kelompok yang eksklusif dan mendiskredit¬kan kelompok lain. Pengalaman Jemaat Korintus kiranya men¬jadi pelajaran untuk kita.

Kita berada di sini karena Yesus yang memanggil kita. Kepada kita telah diberikan terang untuk menghalau segala bentuk kegelapan yang ada dalam kehidupan kita, berupa sikap santai, acuh tidak acuh, masa bodoh, pura pura, dll. Betapa senangnya sesama kita yang tinggal dalam kege¬lapan melihat terang yang kita bawa dan kita berikan. Semoga diri kita menjadi sebuah lampu yang bernyala bagi orang lain, lewat cara dan teladan hidup kita... Amin...

No comments:

Post a Comment