MINNGU IV PRAPASKA
2Taw,36:14-16; 19-23, Ef.2,4-10 Yoh 3:14-21
Berpuasa: Ajakan ‘Coming Home’
Buka
Hari ini kita memasuki hari minggu ke IV masa prapaska. Firman Tuhan hari ini mengajak kita semua untuk percaya kepada Putera Allah yang telah diutus oleh Allah ke dunia. Sebab, Puteranya diutus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari segala kemalangan, dari akar segala kemalangan hidup manusia. Dalam bacaan-bacaan suci hari ini, kita diingatkan tentang dua sisi kehidupan kita antara murka atau belas kasih, dosa atau rahmat, kegelapan atau terang, yang seringkali mewarnai hidup kita manusia. Hari-hari pertobatan kita dari dosa-dosa hampir mendekati puncak pengurbanan diri Putra Allah. Kita sekalian sudah siap menyambut kebangkitan Tuhan dan Juru Selamat kita. Kisah pembuangan dan pembebasan umat Israel menjadi konsekuensi dari pilihan mereka sendiri. Peringatan St. Paulus kepada umat Efesus yang menekankan bahwa “karena kita manusia ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Dan lebih lanjut, dalam injil Yesus mengeluh: “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” Kita berdoa semoga Tuhan tetap bersabar melihat sikap dan tindakan kita yang cenderung memilih kehendak sendiri daripada kehendak Allah yang menyelamatkan.
Renungan
Kalimat yang dipakai sebagai judul renungan ini diambil dari bagian terakhir dari kalimat yang ada dalam bacaan pertama pekan keempat masa prapaska ini. Kalimat yang singkat ini mengungkapkan suatu situasi dan pesan penting untuk kita. Kalimat yang pendek ini memberikan kita informasi tentang seseorang yang tersesat dan hendak pulang. Tentu saja ada banyak alasan yang membuat orang tersesat dan kesulitan untuk pulang. Situasi bencana alam atau situasi perang bisa saja membuat orang kehilangan arah untuk menemukan jalan yang membawanya kembali ke tempat asalnya. Kalimat yang pendek ini mengingatkan kita akan kisah dan pengalaman seorang veteran tentara perang asal Amerika yang mengalami nasib naas semasa perang berkecamuk di kawasan Vietnam.
Kisah pengalaman tokoh veteran perang itu kemudian diabadikan secara dokumenter dalam sebuah film berjudul “Coming Home” yang dapat diterjemahkan menjadi ‘pulang ke rumah’. Film dokumenter itu memuat kisah tentang seorang veteran yang pincang dan cacat seumur hidup akibat perang Vietnam. Film ini melukiskan dengan begitu baik dan teliti mengenai penderitaan, tekanan fisik, mental seorang veteran yang harus menerima keadaan dirinya sebagai orang cacat. Dengan keadaan fisik seperti yang dialaminya, sang Veteran perang merasa dirinya tidak berguna. Ia merasa kehilangan masa depan. Ia sungguh merasa mengalami kehancuran baik kehancuran fisik maupun kehancuran mental, kehancuran semangat. Dalam kondisi penuh tekanan seperti itu, seorang perempuan berupaya menolong dia agar menerima keadaannya. Perempuan itu meyakinkan dia bahwa dengan keadaan fisik yang ada sang veteran perang itu masih dapat menciptakan suatu masa depan yang menjnajikan. Tokoh perempuan itu meneguhkannya bahwa si cacat masih bisa membangun sesuatu yang indah dari puing-puing kehancuran yang dideritanya. Perang telah menggoreskan duka dan kepedihan bagi siapa saja yang mengalaminya.Kehancuran adalah kata akhir dari peperangan yang terjadi karena ambisi berkuasa pada diri manusia.
Situasi veteran perang Vietnam yang ditampilkan melalui film ‘Coming Home’ ini tampaknya mirip dengan situasi bangsa Yahudi seperti yang digambarkan Kitab Tawarikh dalam bacaan pertama tadi. Dari kisah itu kita mendapatkan gambaran bahwa sebagai suatu bangsa, bangsa Yahudi pernah mengalami pembuangan, mengalami keruntuhan, dan kehancuran karena perang. Dalam situasi pembuangan, dalam situasi keruntuhan, dalam situasi kehancuran, mereka merasa tidak bisa berbuat banyak. Kekuatan musuh yang tidak dapat dipatahkan membuat mereka ibarat orang cacat yang tidak berdaya menolong diri mereka sendiri. Mereka hanya bisa bermimpi dan mendambakan suatu keadaan yang baik dan menyenangkan. Kehancuran bangsa yang diangkat dalam bacaan pertama bermula dan berakar dari sikap hidup bangsa itu yang selalu berubah setia. Berubah-ubah setia itu sama artinya murtad atau tidak setia lagi kepada Yahwe. Berhadapan dengan sikap bangsa yang tidak setia seperti ini Yahwe memanfaatkan jasa Raja Koresy dari Persia untuk mengembalikan mereka dari pembuangan. Bukan hanya itu, tetapi juga membangun kembali kenisah mereka yang telah hancur. Dengan itu, rasa percaya diri mereka sebagai bangsa ditumbuhkan lagi. Keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka mekar lagi. Allah tetap menyatakan kesetiaan-Nya terhadap manusia yang tidak setia.
Pengalaman bangsa terpilih ini memberi gambaran kepada kita tentang Allah yang setia. Allah memang sering kirim orang-orang atau utusan-Nya kepada kita manusia kalau kita sedang dalam kesulitan. Ada begitu banyak orang yang berperan sebagai nabi dikirim Tuhan kepada manusia agar bebas dari masalah dan kesulitan hidup tetapi sekian sering manusia menolak mereka bahkan membunuh mereka. Manusia tidak dibiarkan berjuang sendirian dalam menghadapi pelbagai kesulitan dalam hidupnya. Pada saat orang merasa haknya direbut, kebebasannya dipasung, keamanan dan keselamatannya terganggu, selalu saja muncul orang-orang yang akan membela, yang akan membantu, yang akan berjuang demi mereka. Allah memang selalu memperhatikan kita melalui orang-orang yang penuh perhatian kepada kebutuhan dan penderitaan sesama. Orang-orang yang berjuang membela kepentingan kita, tentu saja kita hargai dan hormati. Terlalu banyak jumlah orang yang berjuang demi kemanusiaan yang kita kenal dalam sejarah hidup manusia di berbagai belahan dunia ini.
Dari sekian banyak orang yang berjuang untuk nasib manusia itu, tidak ada orang yang jauh lebih berarti, lebih mulia, lebih agung yang bisa menyelamatkan kita manusia selain Yesus kristus Putera Allah sendiri. Yesus sungguh mulia, agung dan terpuji tidak saja karena membebaskan manusia dari berbagai masalah, tetapi lebih dari itu membebaskan manusia dari akar segala permasalahan yaitu dosa. Yesus membabaskan manusia dari dosa berarti Yesus membebaskan manusia dari maut karena upah dosa adalah maut. Perikope Injil Yohanes tadi menegaskan bahwa Allah begitu mencintai dunia sehingga Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal, supaya siapa saja yang percaya kepada-Nya tidak akan mati, tetapi memperoleh hidup yang kekal.
Tentu ada banyak hal yang dapat kita petik dan renungkan berdasarkan pesan firman Tuhan hari ini untuk kita. Dari apa yang disampaikan Yesus melalui injil tadi paling kurang kita dapat mengambil tiga hal penting yang bisa kita renungkan. Ketiga hal penting itu tidak dapat dipisahkan yaitu Tindakan Allah, Maksud tindakan Allah, dan Sikap dan tanggapan manusia terhadap Tindakan Allah itu. Hal penting pertama adalah Tindakan Allah. Manusia yang menghadapi masalah dalam hidupnya tak dapat menolong dirinya sendiri. Dalam situasi seperti itu dari semula Allah berinisiatif untuk melakukan sesuatu tindakan demi manusia. Puncak dari semua tindakan serta inisiatif Allah untuk manusia itu diwujudkan dalam bentuk memberikan bhkan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal. Inisiatif dan tindakan Allah ini kemudian tampak dalam misi yang diemban dan dilakukan Yesus Putera-Nya menyelamatkan umat manusia dari sakit, penyakit, rasa takut, rasa lapar, rasa ditinggalkan, rasa dikucilkan, melepaskan manusia dari segala kemalangan, dari kekuasaan dosa, dari pengaruh kuasa kegelapan, dan membebaskan manusia dari kematian.
Berdasarkan misi dan tindakan Yesus tampak jelas bagi manusia apa yang maksud atau tujuan tindakan Allah sebagai hal penting yang kedua. Maksud dan tujuan tindakan Allah itutidak lain supaya manusia beroleh hidup yang kekal. Supaya manusia beroleh hidup yang sebenarnya, hidup yang berkualitas, hidup yang berkelimpahan bukan hidup yang gersang, bukan hidup yang kering, bukan hidup yang dangkal. Hidup yang berkelimpahan adalah hidup yang memungkinkan orang dapat berbagi kepada orang lain, artinya hidup yang bisa membaktikan diri bagi sesama, hidup yang melahirkan semangat suka menolong, hidup yang membuat orang lain senang, hidup yang membantu orang lain untuk berkembang dan berhasil, hidup yang mengangkat orang lain untuk maju. Tujuan tindakan Allah adalah untuk kehidupan manusia yang memberi dapat ikutan bagi kehidupan manusia lain atau sesamanya. Hidup yang bisa menjadi berkat bagi orang lain. Hidup yang mampu menciptakan persaudaraan di mana saja kita berada. Allah mengirim Putera-Nya agar manusia memiliki hidup ideal seperti itu.
Sampai di sini inisitaif tindakan Allah yang disertai dengan tujuan tindakan-Nya menuntut tanggapan manusia. Agar tujuan tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia dan untuk menjadikan manusia memiliki hidup yang berkelimpahan itu bisa tercapai, manusia dituntut untuk segera memberikan respon atau segera menanggapi tindakan Allah itu. Tanggapan manusia merupakan hal penting ketiga menurut injil hari ini. Manusia perlu merespon secara tepat tindakan Allah. Manusia perlu mengambil sikap terhadap tindakan Allah. Inisiatif dan tindakan Allah tidak bermaksud menghilangkan partisipasi dan tanggapan manusia. Inisiatif Allah tidak bermaksud menjadikan manusia bermental pasif tanpa perjuangan. Tanggapan manusia haruslah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan maksud Allah. Sikap yang diambil manusia akan menentukan apakah dia akan memperoleh keselamatan, apakah ia akan memperoleh hidup yang berkelimpahan ataukah sebaliknya mengalami kehancuran, mengalami hukuman sebagai ganjaran atas ketidaksetiaannya.
Berkaitan dengan sikap apa yang harus diambil, Yohanes mengajak kita untuk menanggapi tindakan Allah itu secara positif, Yohanes mengajak kita untuk mengambil sikap kooperatif terhadap rencana keselamatan Allah itu. Sikap kooperatif itu ditunjukkan dalam kepercayaan kita kepada Yesus Kristus, sang Putra Tunggal Allah itu. Kalau kita percaya kepada Dia kita tidak akan mati, tetapi hidup. Dengan menaruh kepercayaan kepada Putera-Nya, manusia, kita memperoleh kekuatan dan menemukan jalan untuk berjuang atau bertahan; dengan percaya kepada Dia, kita tidak akan dikalahkan, dikuasai oleh kesulitan-kesulitan, oleh kesukaran-kesukaran hidup, tetapi kita akan menemukan jalan untuk mengatasinya. Kalau kita sungguh menaruh kepercayaan kepada-Nya, maka walaupun malapetaka menimpa kita suatu saat Allah memberikan kita jalan mengatasinya. Walau kesalahan, kelalaian menghancurkan cita-cita dan masa depan kita, Allah bersama kita dan menginspirasikan kita untuk memulai lagi semuanya.
Kenyataan membuktikan bahwa ternyata manusia tidak menanggapi cinta dan tindakan Allah secara tepat. Manusia kurang menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan. Sikap dan model tanggapan manusia yang tidak tepat itu ibarat manusia yang ingin tinggal dalam kegelapan dan menolak terang. Yohanes mengatakan bahwa manusia menolak terang dan lebih menyukai kegelapan. Sungguh tidak mengherankan lagi, kalau situasi hidup manusia berada di ambang kehancuran. Kita temukan gejala-gejala kehancuran itu pada seluruh lini kehidupan manusia. Gejala kehancuran itu sudah mulai tampak dalam diri kaum muda yang terlibat dalam pelbagai praktik kehidupan yang kurang sehat dan kurang terpuji, dalam diri keluarga-keluarga kristiani yang tidak rukun, dalam diri gereja yang tidak mengamalkan ajaran-Nya, dalam negara yang diancam pelbagai persoalan. Ini semua karena orang menolak terang dan memilih kegelapan.
Masa puasa adalah masa untuk membangun kembali kepercayaan kita kepada Tuhan. Karena itu, marilah kita memanfaatkan masa prapaska ini untuk membangun kembali kepercayaan itu, agar kita mendapatkan hidup yang berkelimpahan. Dengan hidup yang berkelimpahan itu, kita akan mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi persaudaraan kita bagi paroki, bagi sesama, bagi gereja dan bagi bangsa kita, bagi lingkungan kerja dan pelayanan kita. Yakinlah kita bahwa Allah, karena sangat mengasihi dan sangat mencinitai dunia tidak menginginkan dunia ini hancur, tidak menginginkan dunia ini hidup dalam penderitaan yang berkepanjangan. Untuk itu dia mengutus Putera-Nya yang tunggal. Putera-Nyalah yang membebaskan manusia dari akar segala kemalangan yang menimpa umat manusia. Semua kita diharapkan untuk percaya kepada Putera-Nya itu. Karena kalau percaya, akan memperoleh hidup yang berkelimpahan, sebaliknya kalau tidak percaya tidak akan memperoleh hidup yang kekal bahkan mendapatkan penghakiman dari Allah. Kalau kita menyadari bahwa kita telah tersesat Tuhan mengajak kita dalam masa puasa ini untuk ‘coming home’ kembali ke rumah Tuhan. Semoga.
Rm.Bone Rampung, Pr
No comments:
Post a Comment