Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-21 TAHUN A

Minggu Biasa ke-21 Thn. A1

Yes.22,19-23; Rom.11,33-36; Mat.16,13-20

Stasi Babarsari Yogyakarta, 22 Agustus 1999



Buka

Pengenalan manusia akan Tuhan sangat bergantung pada corak kehidupan yang manusia tunjukkan selama hidupnya. Manusia dapat memberikan jawaban yang tepat sejauh manusia itu hidup secara tepat sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita semua telah diangkat sebagai pengikut Kristus. Kita semua telah menjadi kunci ditangan Allah untuk membuka jalan bagi orang yang mencari Allah. Teladan hidup yang kita terima dari kehidupan Yesus mewajibkan kita untuk menjabarkannya dalam kehidupan kita. Yesus hari ini bertanya kepada kita sejauh mana kita telah mengenal-Nya dengan meneruskan teladan hidup-Nya dalam kehidupan kita. Kita akui kelemahan kita. Mungkin kita belum mengenal Yesus secara tepat karena kehidupan kita masih jauh dari contoh kehidupan Yesus sendiri.



Renungan

Kita semua sudah datang dari rumah tempat tinggal kita. Andaikan kita datang dan rumah kita tidak ada yang menungguinya, apakah yang kita lakukan terakhir sebelum kita meninggalkan rumah kita? Andaikan kita datang dengan kendaraan sepeda, sepeda motor atau mobil, apa yanag kita lakukan sebelum melepaskan kendaraan kita di tempat parkir? Yang kita lakukan adalah mengunci pintu rumah kita, mengunci gerbang rumah kita, mengunci kendaraan kita. Tujuannya agar rumah, kendaraan kita tidak kemalingan. Kunci rumah kita memungkinkan rumah kita bisa ditutup dan bisa dibuka. Tanpa kunci kita tidak bisa keluar atau masuk rumah kita. Tanpa kunci kita tidak bisa menggunakan kendaraan kita.

Suatu ketika ketika masih menjadi mahasiswa saya dijemput ke salah satu gereja untuk memimpin perayaan ekaristi peringatan HUT kemerdekaan 17 Agustus. Karena tidak ada orang yang menunggu di rumah kost, semua pintu termasuk garasi saya kunci.. Biasanya setiap kami memiliki kunci duplikat tetapi karena teman Romo yang lain sedang berlibur maka semua kunci saya simpan. Tidak kusangka salah seorang Romo tiba pada sore itu. Dia tidak mempunyai kunci. Ia terpaksa duduk saja di depan rumah selama beberapa jam sampai saya kembali. Dia juga tidak tahu kalau saya titipkan kunci kepada keluarga yang biasa mengantar makanan untuk kami. Dia baru bisa masuk ketika keluarga itu menghantar makanan ke rumah kost kami. Untung kunci saya serahkan kepada orang lain.

Bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan untuk kita hari ini pada dasarnya berbicara tentang pentingnya sebuah kunci. Karena itu, masalah penyerahan kunci menjadi masalah yang paling pokok dan mendasar yang perlu kita renungan. Dalam bacaan pertama Nabi Yesaya menggambarkan masalah suksesi kepemimpinan yang dilakukan kurang normal. Sebna adalah seorang kepala istana terancam turun pangkat bahkan akan dipecat dari jabatannya. Alasan pemecatannya memang tidak dikatakan dengan jelas. Tidak disebutkan apakah karena ia terlibat dalam penyakit KKN atau karena terlibat sebagai sutradara yang berhasil membobol sebuah bank besar seperti yang terjadi dengan kasus, skandal pembobolan Bank. Juga tidak disebutkan Sebna dipecat karena terlibat dalam praktik money politics menjelang pemilu. Juga tidak disebutkan dia dipecat mungkin karena terlibat dalam jaringan atau sindikat penjualan narkotika. Informasi yang kita dapat dari bacaan pertama hanya sebatas memberitahukan kepada kita bahwa Sebna akan dipecat. Itu artinya jelas ada ketidakberesan dalam perannya sebagai pemimpin istana. Yesaya menggambarkan proses suksesi kepemimpinan yang bercorak darurat. Atau kalau kita mau gunakan istilah yang bernuasa reformasi adalah terjadinya proses pemerintahan yang bercorak transisi. Terjadi krisis kepemimpinan. Untuk menggantikan posisi Sebna bukannya orang dari kelompok poros tengah melainkan Elyakim yang pantas di mata Tuhan dan yang diyakaini oleh mayoritas rakyat akan mampu memenuhi harapan mereka. Elyakim adalah putra Hilkia yang merupakan tokoh penting masa itu. Suksesi kepemimpinan itu ditandai dengan pelbagai tindakan simbolis dan seremonial. Elyakim menerima jabatan itu dalam tindakan simbolis mengenakan jubah, ikat pinggang dan menerima kunci rumah Daud. Ia menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. Ia menjadi bapa dan bukan sebagai penguasa Ia menjadi milik semua orang dan bukan menjadi milik kelompok tertentu. Kepemimpinannya jauh dari sikap eksklusif dan primordialisme yang sempit. Ia menjadi tumpuan dan harapan banyak orang. Elyakim mendapat mandat dari Tuhan sendiri untuk menjadi petunjuk jalan bagi rakyat yang dilayaninya. Elyakim sungguh menyadari bahwa ia mendapat kehormatan dari Tuhan sendiri. Konsekuensinya ia harus menjadi pelayan dan mengabdi total kepada rakyatnya. Kepemimpinan yang berkenan kepada Tuhan adalah kepemimpinan yanag diarahkan pada kehendak dan rencana Tuhan sendiri. Karena itu dalam bacaan kedua tadi Paulus menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi bersumber dari Allah, tercipta karena Allah dan harus tertuju kepada Allah. Kepada manusia memang Tuhan memberikan segalanya, memberikan sebuah kunci. Menerima kunci dari Tuhan sendiri tujuannya jelas agar setiap orang yang menerima kunci itu dapat membuka pintu yang pasti, pintu yang pas, pintu yang pantas, pintu yang terang bagi mereka yang ingin memasuki rumah kediaman Allah dengan segala kemuliaaNya.

Kitab Perjanjian Lama seperti kitab Yesaya tadi berbicara soal suksesi kepemimpinan. Proses pergantian pemimpin itu terjadi sepanjang manusia hidup bersama orang lain. Proses pergantian pemimpin dalam kisah kitab suci memang agak unik. Tidak perlu ada demonstrasi, tidak perlu membentuk KPU yang mengatur pemilu, tidak perlu ada paduan suara para anggota MPR/DPR. Tidak menuntut adanya debat para calon atau harus tampil membawakan pidato politik. Mengapa kitab suci tidak memerlukan semuanya itu? Alasannya karena makin banyak hal yang dilakukan dan dikatakan maka makin banyak pula kepalsuan dan penipuan di dalamnya. Semakin orang banyak berbicara semakin sedikit ia akan melakukan apa yang ia bicarakan. Dan proses suksesi kepemimpinan yang ditunjukkan Yesus dalam Injil tadi adalah proses suksesi tanpa basa basi. Pemilihan dan penyerahan kunci kepada Simon Petrus tidak perlu menyusun Rancangan Undang-Undang khusus. Yesus cukup alergiterhadap konsep konstitusi dan legitimasi. Yesus termasuk orang yang pragmatis dalam sikap dan tindakan pewartaannya. Bagi Yesus kalau orang melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan maka orang itu dinilai bertindak konstitutional dan memiliki legitimasi atas tindakannya.

Pengangkatan Petrus oleh Yesus dalam injil tadi berlangsung dalam suasana yang tidak formal. Pengangkatan itu bukan di gedung MPR melainkan di jalan. Pengangkatan itu terjadi dalam perjalanan melakukan pewartaan. Itu artinya pengangkatan itu harus dijabarkan dalam proses melaksanakan tugas pewartaan. Pengangkatan Petrus adalah pengangkatan untuk membawa kegembiraan. Yesus sengaja tidak mengangkat Petrus ketika duduk di rumah supaya Petrus tidak hanya duduk melainkan harus selalu berada di tengah orang yang mungkin tidak menemukan jalan. Petrus harus menjadi pembawa kunci yanag memungkinkan orang masuk ke alam yang dikehendaki Allah. Pengangkatan Petrus tidak dilakukan dalam upacara dengan perjamuan supaya Petrus jangan merasa keenakan lalu lupa peran dan tugasnya sebagai pemegang kunci.

Petrus menerima kunci dari Yesus setelah ia menjawab secara tepat pertanyaan Yesus. Para rasul yang lain tidak dapat memberikan jawaban yang tepat seperti Petrus. Para rasul yang lain hidup bersama Yesus tetapi belum mengenal secara pasti siapakah Yesus itu. Jawaban mereka dangkal dan datar padahal mereka semua menjadi orang dekat Yesus. Dari situ jelas bagi kita bahwa kemuridan mereka tidak menjadi jaminan bahwa mereka sungguh mengenal Yesus. Pada hari ini Yesus juga mengajukan pertanyaan yang sama untuk kita masing-masing. Jawaban saya, jawaban Anda, jawaban kita tentu macam-macam bergantung pada kadar dan kualitas, mutu relasi kita secara pribadi dengan Yesus. Corak hidup kita, corak tindakan kita, corak tutur kata kita akan mewarnai model jawaban kita. Jawaban yang kita berikan adalah cerminan hidup kita. Kalau hidup saya jujur, lurus seperti yang diteladankan Yesus maka kalau hari Yesus bertanya kepada kepada saya tentang siapakah Dia maka jawaban saya adalah Yesus itu guruku dalam kejujuran. Kalau saya selalu mau membantu dan selalu mau berdamai dengana orang lain maka kalau saya ditanya siapakah Yesus itu maka jawaban saya Yesus adalah penolong dan pendamai.

Status kita sebagai orang beriman, sebagai pengikut Kristus mewajibkan kita untuk memberikan jawaban yang pasti seperti Petrus. Sebagai pengikut Kristus, kita juga diberi kunci untuk orang lain. Semangat hidup Yesus, contoh tindakan Yesus adalah kunci-kunci yang ia wariskan untuk kita. Contoh hidup Yesus itulah yang kiranya menjadikan kita sebagai kunci untuk orang lain yang tidak bisa membuka rahasia kebenaran. Yang sulit mendapatkan ketenangan dan kejujuran, yang sulit mewujudkan kedamaian. Hidup dan teladan Yesus adalah kunci yang telah kita terima. Mudah-mudahan kita menjadi sebuah kunci yang membawa orang semakin banyak dan semakin dekat pada Tuhan. Amin

Rm.Bone Rampung Pr

Pringwulung, 22 Agust.’99

No comments:

Post a Comment