Wednesday, August 7, 2013

MINGGU PRAPASKA III TAHUN B

HARI MINGGU PRAPASKA III

Kel 20:1 17; 1Kor 1:22 25; Yoh 2:13 25



MENGUSIR KESERAKAHAN DARI BAIT ALLAH



Buka

Para pedagang dengan naluri bisnisnya akan mencari tempat yang ramai dan strategis untuk menjajakan barang dagangannya. Di samping tempat yang trategis dan ramai, pedagang biasanya menggunakan pelbagai kesempatan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Yang ada dalam pikiran pedagang hanyalah faktor keuntungan. Pertimbangan lain biasanya ditempatkan pada urutan belakang. Sikap seperti ini berpeluang besar bagi si pedagang untuk bertindak salah tempat dan salah waktu. Bertindak salah tempat dan salah situasi inilah yang mau ditampilkan bacaan pada hari minggu ketiga prapaska ini. Keserakahan dan kerakusan menguasai pikiran para pedagang sehingga kenisah sebagai pusat aktivitas spiritual telah dialihfungsikan sebagai pasar hewan. Dalam situasi seperti itu norma dan aturan menjadi sangat brelatif bahkan diabaikan.

Sekian sering manusia telah menjadikan diri, hidup, dan hatinya sebagai sebuah pasar hewan yang penuh dengan pelbagai hal yang bertentangan dengan prinsip, norma, dan hukum baik hukum positif maupun hukum Tuhan. Masa pesiapan, masa tobat, bagi kita adalah masa untuk membesihkan kenisah diri dan hidup kita dari pelbagai kotoran dan noda karena mental dan cara hiduo kita. Kita akui semuanya di hadapan Tuhan dan sesama kita…



Renungan

Sepuluh hukum atau perintah Tuhan yang diterima Musa sebagai pemimpin dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir merupakan norma yang mengatur pola perilaku hidup manusia. Hukum pola perilaku itu diarahkan pada dua sasaran yaitu Allah dan sesama. Karena itu, kesepuluh perintah itu dapat diringkas menjadi dua hukum utama yang mengatur relasi manusia dengan Allah, dan manusia dengan manusia lainnya. Tempat pagelaran atau penerapan dua hukum itu secara konkret dinyatakan dalam praktik hidup keagamaan yang mengatur relasi manusia dengan Allah dan dalam praktik hidup sosial kemasyarakatan sebagai wujud relasi antarmanusia. Lebih kurang seperti itulah yang menjadi inti dari sederetan hukum yang digambar dalam Kitab Keluaran yang dipakai dalam bacaan pertama hari Minggu Prapaska ketiga ini.

Dua arah sasar pola perilaku manusia dalam batasan kesepuluh hukum Allah ini dapat kita temukan dalam penggalan injil Yohanes hari ini. Yohanes mengangkat kisah pengalaman Yesus ketika datang ke Bait Allah. Bait Allah merupan represntasi (tanda kehadiran) relasi manusia dengan Allah karena manusia menyadari bahwa Allah hadir di dalam Bait Allah. Karena itulah, Bait Allah atau Kenisah sungguh menjadi tempat yang istimewa untuk manusia dan juga untuk Allah. Bait Allah menjadi tempat perjumpaan secara spiritual antara manusia dengan Allah. Bait Allah menjadi sarana spiritual, sarana rohani yang mesti dijaga dan dipelihara. Menjaga dan memelihara bait Allah tidak saja dalam pengetian pemeliharaan fisik bangunannya tetapi lebih dari itu memerilahara Bait Allah artinya menjadikan dan memfungsikan sarana spiritual itu sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Pemanfaatan sarana rohani sesuai tujuan dan fungsinya berarti pula menuntut manusia untuk mendisposisikan hati dan seluruh sikap dan perilakunya sesuai tuntutan tempat dan lingkungan itu. Bait Allah sebagai sarana spiritual, tempat perjumpaan manusia dengan Allah mengharuskan manusia untuk manaruh hormat pada tempat itu dengan cara menggunakannya secara tepat.

Kisah tentang pengusiran para pedagang atau penjual dari Bait Allah oleh Yesus seperti dinarasikan dalam Injil Yohanes secara amat jelas menggambarkan pemanfaatan sarana spiritual di luar tujuan dan konteksnya. Di sana ada penjungkirbalikan nilai spiritual kehadiran bait Allah sehingga para pedagang mengalihfungsikan sarana spiritual itu menjadi lahan bisnis yang memberi jaminan keuntungan secara matelial. Peristiwa dan kasus yang terjadi di Bait Allah menggambarkan adanya gejala dominasi metal materialistis atas dimensi spiritual. Peristiwa dan kasus di Bait Allah itu telah menampilkan citra dan gambaran mental manusia yang serakah dan rakus untuk menjadikan semua tempat sebagai lahan mengeruk keuntung material. Keserakahan dan kesombongan manusia telah menodai kesakralan Bait Allah. Keserakahan manusia telah mengotori pusat spiritual. Di sana relasi spirtual antara manusia dangan Allah tidak mendapat tempat lagi. Bait Allah telah menjadi pasar yang sering diidentikan dengan praktik yang tidak terpuji.

Penyalahgunaan bait Allah seperti digambarkan ditampilkan Yohanes dalam kaitannya dengan misi kedatangan dan perutusan Yesus. Yohanes mengangkat kisah ini untuk mempertajam misi dan kedatangan Yesus. Kisah tentang ‘tragedi’ di bait Allah ini juga dikaitkan dengan perayaan Paska sebagai salah satu peritiwa penting dalam konteks kehidupan orang Yahudi. Paska sebagai peringatan akan pembebasan bangsa Israel dari kekuasaan Mesir. Pembebasan bangsa Israel atau orang Yahudi dari kekuasaan Mesir mendorong bangsa itu untuk merayakannya setiap tahun di pusat spiritual mereka yaitu Kenisah atau bait Allah di Yerusalem. Itu artinya, semua mereka yang tergolong orang Yahudi tanpa kecuali, paling kurang setahun sekali harus ke Yerusalem. Itu artinya, menjelang Paska kota Yerusalem dipadati jutaan manusia. Keadaan demikian mendorong mereka yang bernaluri bisnis untuk menjadikan peristiwa itu sebagai peluang mencari untung dengan berdagang. Melihat peluang bisnis seperti itu orang lalu mencari tempat yang paling strategis untuk menjajakan barang dagangannya. Tidak luput, pelataran Bait Allah pun dipakai untuk berdagang. Keadaan ini menyulut kemarahan Yesus.

Mengapa Yesus marah dan mencambuki para saudagar hewan itu? Ada beberapa alasan yang bisa kita temukan. Pertama, jelas sekali karena mereka telah menjadikan Bait Allah itu sebagai pasar hewan.Kita dapat membayangkan keadaan sebuah pasar hewan. Mereka menjadikan Kenisah tidak sesuai lagi dengan tujuan dan fungsinya. Kedua, Yesus mencambuki mereka karena dengan berdagang di Bait Allah mereka berlaku tidak adil terhadap mereka yang datang dari jauh ke Yeusalem untuk menjali relasi pribadi dengan Allah di bait Allah. Para pedagang hewan menghalangi orang Yahudi yang datang dari tempat jauh berkomunikasi dengan Allah. Dalam tradisi Yahudi bait Allah dibagi menjadi beberpa bagian. Salah satu bagiannya yaitu pelataran biasanya diperuntuk bagi mereka yang datang dari jauh untuk merayakan paska. Dalam kenyataannya mereka yang datang dari tempat jauh tidak mendapat tempat karena tempat bagi mereka telah dikuasai para saudagar hewan yang serakah mencari keuntungan. Keserakahan mereka telah menghalangi orang lain menjumpai Allah yang diyakini hadir di bait Allah dalam dua loh batu berisi sepuluh perintah Allah. Ketiga, Yesus mencambuki mereka karena tidak lagi menyiapkan diri untuk merayakan Paska tetapi sibuk dengan berdagang demi keuntungan material. Tradisi menghormati Allah menjelang paska telah mengalami kemunduran dan dikalahkan oleh pertimbangan bisnis.

Tindakan Yesus terhadap para saudagar hewan itu jelas menunjukkan sikap respek Yesus terhadap kesakralan Bait Allah itu dan juga menunjukkan apresiasinya yang tinggi terhadap tradisi masyarakat Yahudi yang menghormati Allah di Kenisah Yerusalem. Di sana Yesus berhadapan dengann sekelompok orang yang telah menggadaikan kesakralan bait Allah dengan keuntungan bisnis. Yesus berhadapan dengan sekelompok manusia yang tidak lagi menaruh terhadap kehadiran Allah di Kenisah. Keserakahan telah menguasai sikap hati dan mental orang seputar bait Allah itu. Apakah dengan itu dapat dikaakan bahwa Yesus membenci profesi berdagang? Tentu saja tidak. Kalau sampai Yesus mengusir, memporak porandakan aktivitas berdagang itu pasti bukan karena Ia membenci urusan dagang dan membenci para pedagang.

Yesus mengusir mereka bukan karena memebenci profesi itu melainkan karena mereka berdagang pada tempat yang salah dan dalam situasio yang salah. Yesus sendiri sungguh menaruh respek dan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap profesi pedagang. Hal ini dapat kita telusuri beberapa teks yang membuktikan Yesus menghargai aktivitas berdagang. Yesus sendiri pernah mengangkat kisah kehidupan para pedagang yang mencari mutiara yang indah untuk menjelaskan hakikat kerajaan Kerajaan Allah ysng diwartakannya (Mat.13:45).Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali (Luk.19:13). Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing (Luk. 19:15). Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung (Yak.4:13). Lebih dari itu kitab suci juga mengisyaratkan bahwa harta dan hasil usaha dagang dapat dipakai untuk memuliakan Allah. "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya" (Ams.3:9 10). Karena itu, sikap Tuhan yang keras dan tegas terhadap para peda¬gang di kanisah punya maksud yang sangat positif. Yaitu mau menunjukkan kepada mereka arti dan nilai dari kanisah yang sebe-narnya.

Jelaslah bagi kita bahwa tindakan Yesus bukan indikasi kebencian terhadap kegiatan berdagang melainkan suatu tindakan penyadaran dan pemurnian mental manusia yang bertindak tidak tepat waktu dan tidak tepat tempat. Yesus mau mengembalikan supremasi Bait Allah sebagai pusat aktivitas spiritual ketika keserakahan untuk mendapatkan harta mendominasi sikap dan cara pikir manusia. Yesus ingin mengembalikan tradisi penghormatan tehadap Allah di Kenisah Yerusalem dari sikap mengabaikan tradisi karena pertimbangan bisnis ekonomis semata. Tindakan Yesus adalah upaya membersihkan Bait Allah dari Kersakahan dan kerakusan manusia akan harta. Kalau Yesus mengusir para pedagang dari bait Allah itu sama artinya Ia ingin mengusir Kersakahan, kerakusan, ketidakadilan dari pusat hidup spiritual manusia.

Kalau Yesus mengingatkan para pedagang untuk mengembalikan supremasi bait Allah terhadap keserakahan para pedagang, membersihkan Bait Allah maka Santu Paulus dalam cara yang hampir sama mengingatkan orang beriman bahwa diri atau tubuh orang beriman itu merupakan bait atau kenisah Roh Kudus. Dalam suratnya yang pertama kepada umat Korintus Paulus menggambarkan aneka sikap dan perilaku manusia yang berlawanan dengan hukum Tuhan. Ada banyak sikap dan perilaku manusia yangmenjadi indikasi dirinya sebagai bait Roh Kudus telah dikotori dan ternoda. Perselisihan, ketidakadilan, percabulan, peneyembahan berhala,perzinahan, pencurian, pemabukan, pemfitnahan, penipuan, hawa nafsu, kesekarahan, kerakusan, dan perilaku tak terpuji lainnya (1Kor.6:1-19). Ada dua pertanyaan penting yang diajukan Paulus untuk kita renungkan dalam masa persiapan paska ini. Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? (1Kor.6:15) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (1Kor.6:19)

Semoga kita dapat memberikan jawaban yang tepat atas pertenyaan ini dalam masa persiapan ini agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Pasa prapaska adalah amsa tobat masa pembersihan, pengusiran, dan penyingkiran aneka keserakahan yang ada dalam bait suci, diri kita sendiri. Diri, hidup, dan hati kita adalah kenisah Allah yang harus selalu kita bersihkan dari aneka keserakahan kita. Kalau Yesus mengusir keserakahan manusia yahudi dari bait dan Kenisah Allah maka kita secara pribadi harus mampu mengusir keserkahan yang menguasai diri, hidup, dan hati kita. Janganlah kita mengotori dan menjadikan hati dan hidup kita sebagai pasar hewan yang penuh kebusuikan. Ingatlah, taruhannya terlampau pesar. Diri dan hidup kita telah dibeli dengan harga termahal. Anda dan saya telah dibeli dengan harga paling mahal. Paulus mengingatkan kita, Anda dan saya’ dalam kalimat ini: Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1Kor.6:20)! Semoga!





No comments:

Post a Comment