Wednesday, August 7, 2013

MINGGU BIASA KE-13 TAHUN A

Minggu Biasa ke-13 Thn.A1 31-10-’99

Mal.1,14b-2,2b.8-10. 1Tes.2,7b-9.13 Mat.23,1-12

Stasi Babarsari, Baciro, Yogyakarta



Buka

Kalu kita mau mencari tahu nama Nenek moyang segala macam kejahatan di dunia ini, maka kita akan dan namanya adalah Curiga. Anak pertama dari curiga itu adalah kesombongan. Kesombongan ini kemudian menjadi nenek moyang bagi segala kejahatan lainnya. Semua kita manusia terjangkit oleh penyakit keturunan kesombongan itu. Selanjutnya manusia akan berusaha menyembunyikan penyakitnya itu dengan segala macam cara dan umumnya cara yang melahirkan penyakit baru seperti kepura-puraan dan berusaha mengaburkan identitas. Usaha untuk mengaburkan atau menyembunyikan identitas umumnya dilakukan untuk menghindar dari tantangan dan risiko yang dihadapi dalam hidup. Orang tidak mau bersaksi dengan identitas yang jelas. Marilah kita akui segala kelemahan kita. Mungkin kita telah mengaburkan identitas kita untuk mendapatkan keuntungan bagi diri kita.



Renungan

Binatang apakah yang biasanya terbang mencari makan pada malam hari? Kalong atau Kelalawar. Mengapa Kalong itu terbang dan mencari makan justru pada malam hari? Menurut cerita orang binatang Kalong itu mencari makan pada malam hari karena ada latar belakang sejarahnya. Ceritanya begini. Pada zaman dulu binatang itu dibagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok pertama menguasai angkasa atau udara. Kelompok kedua menguasai daratan dan kelompok ketiga menguasai kawasan perairan. Pada saat dunia dilanda krisis dan muncul demo dan ancaman disintegrasi, binatang-binatang itu berusaha tampil mengatasi krisis itu. Pada saat itulah tejadi kesalahpahaman antara binantang udara yang bisa terbang dengan binantang darat yang hanya bisa berjalan. Permusuhan antara kedua angkatan itu semakin kuat. Pasukan binatang udara dipimpin oleh panglima mereka yang namanya Kalong atau kelalawar yang dapat terbang dengan sayapnya yang lincah. Sedangkan pasukan binantang angkatan darat dipimpin oleh harimau dengan taring dan kukunya yang tajam. Peperangan antara dua angkatan binatang itu berlangsung lama dan menelan ribuan korban dari dua kubu. Melihat itu binatang air yang dipimpin ikan lumba-lumba mengundang supaya sidang dan mengadakan gencatan senajata antara dua angkatan itu. Pada saat diadakan gencatan senjata palinglima pasukan udara yaitu kalong tewas tertembak. Angkatan udara berkabung dan melakukan upacara pemakaman kalong yang tewas. Pada saat itulah binatang udara lainnya tekejut karena melihat ternyata kalong itu memiliki gigi taring dan kuku yang panjang. Binatang udara menyerahkan bangkai kalong itu kepada binatang darat, karena kalong itu bergigi seperti binatang darat. Binatang darat menerima bangkai kalong itu. Tetapi mereka juga terkejut karena kalong itu memiliki sayap untuk terbang. Binatang darat menolak bertanggung jawab atas kematian kalong itu. Binatang kalong sulit ditentukan apakah termasuk binatang udara ataukah binatang darat. Sejak saat itulah binatang kalong bersumpah sepanjang hidupnya akan terbang malam biar tidak dicurigai sebagai binatang darat atau binatang udara.

Apa sebenarnya pesan atau inti cerita tentang kalong tadi? Cerita tadi sebenarnya mau mengatakan kepada kita tentang bagaimana identitas atau tanda-tanda khusus yang memungkinkan seseroang itu dibedakan dari orang lain dan bisa dimasukkan dalam kelompok tertentu. Kalong sulit dimasukkan dalam kelompok binatang udara atau binatang darat karena memang identitasnya tidak jelas. Lebih mengherankan lagi ia terlanjur diangkat menjadi pemimpin binatang udara. Dalam status yang meragukan dan serba tak jelas ia dipercayakan sebagai pemimpin. Dengan ciri fisiknya kalong itu bisa mendapat keuntungan ganda. Kalau kekuatan binatang darat lebih unggul dia akan berpihak kepada binatang darat. Buktinya ia punya taring. Kalau kekuatan binatang udara lebih dia bisa berpihak dengan alasan ia termasuk binatang udara karena bisa terbang.

Bacaan-bacaan kitab suci yang kita dengar tadi pada intinya berbicara soal mutu dan keutuhan, integritas kehidupan seseorang.

Mutu dan integritas hidup itu dalam konteks bacaan hari ini dapat dinyatakan dalam peran sebagai pemimpin atau anggota yang dipimpim dalam suatu komunitas kehidupan. Krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan terhadap pemimpin merupakan penyakit lama yang sulit disembuhkan. Penyakit itu beberapa tahun terkahir menyerang bangsa kita. Mereka yang diserahi tugas memimpin bangsa kita telah menjadi kolong, beridentitas ganda, dan mencari keuntungan dalam cara-cra yang gelap. KKN adalah tindakan gaya kalong. KKN adalah usaha mempertahankan hidup dalam kegelapan. Nabi Maleakhi dalam bacaan pertama tadi mencatat bahwa orang-orang yang dipercayakan untuk memimpin masa itu tidak menjalankan tugasnya secara baik dan bertanggungjawab. Yang dipercayakan untuk memimpin dan menjadi contoh telah kehilangan identitas. Mereka memiliki identitas ganda agar meluputkan diri dari segala situasi yang tidak menguntungkan. Para pemimpin masa nabi Maleakhi telah bertindak dan hidup seperti binatang kalong. Karena itulah para imam diberi tugas untuk mengembalikan kepercayaan umat kepada Yahwe. Imam yang dimaksudkan dalam perjanjian lama ini adalah semua orang yang diberi tugas untuk memberikan kesaksian tentang Allah. Semua orang diberi tugas dan tanggungjawab untuk memberi kesaksian tentang Yahwe. Semua orang yang mendapat tugas itulah yang disebut para imam. Yang diberi tugas memberi kesaksian dituntut memberikan kesaksian itu dalam hidup yang nyata.

Setiap tugas yang diberikan kepada seseorang bisa dilihat sebagai kepercayaan dan tanggungjawab. Dan kalimat seperti ini paling banyak kita dengar beberapa hari belakangan ini. Presiden dan wakil presiden kita yang baru atau para pemimpin yang baru tak segan-segan mengatakan bahwa jabatan (presiden dan wakil presiden atau apa saja) adalah bentuk kepercayaan dan tanggungjawab yang harus diemban. Jabatan yang mereka pangku adalah tanda kemenangan demokrasi. Tanda kemenangan rakyat. Dan mereka mau mengabdi kepada rakyat. Para anggota kabinet persatuan dan Kesatuan juga mengungkapkan hal yang sama. Kita para rakyat kecil tentu akan mencermati apakah bahasa yang indah itu bisa diwujudkan nanti dalam tugas mereka. Kita menunggu apakah mereka itu tidak bakal menjadi kalong yang beraktivitas dalam gelap. Apakah mereka mampu membutktikan bahwa mereka itu patut diteladani atau tidak. Kita tentu menantikan semua itu dengan sabar.

Kita semua sebagai orang beriman mendapat tugas yang sama untuk memberi kesaksian iman kita dalam kehidupan kita. Kita sebagai orang beriman dengan cara kita masing-masing ditugaskan untuk memberi kesaksian itu. Kita semua adalah imam yang diberi tugas dan tanggungjawab memberi kesaksian tentang iman kita. Dan kita mendapat tokoh yang menjadi model dalam memberikan kesaksian itu. Santu Paulus dalam bacaan kedua tadi menegaskan kepada kita bahwa kesaksiannya itu sifatnya total, bukan setengah-setengah. Komitmennya pada kesaksian itu tidak terbagi. Paulus mendasarkan pewartaannya dalam sikap yang ramah. Dia membiarkan Allah membantunya dalam pewartaan. Kerendahan hati Paulus menjadikan ia sukses dalam pewartaannya. Tindakan-tindakan yang bersifat demonstratif bukan menjadi andalan bagi keberhasilan Paulus.

Yesus termasuk manusia yang tidak suka pada tindakan yang sifatnya demonstratif. Yesus itu bukan seorang akademisi yang menguasai pelbagai teori dan kaidah ilmiah yang akan diajarkannya kepada pengikutNya. Ia tidak punya mimbar untuk memberikan kuliah. Yesus juga bukan teknokrat yang memiliki kemampuan teknis untuk menjelaskan sesuatu. Ia tidak punya bengkel untuk menerapkan kemampuan teknis. Yesus adalah praktisi kehidupan. Sebagai praktisi kehidupan Yesus memiliki tingkat kepekaannya sangat tinggi. Berhadapan dengan petani Ia berbicara sebagai petani. Berhadapan dengan nelayan ia berbicara sebagai nelayan. Kualitas adaptasinya luar biasa. Segala sesuatu coba dilihatnya dalam kerangka yang serba sederhana, mudah untuk diingat dan praktis untuk dilaksanakan. Di atas semuanya itu ia mengajar dengan berbuat bukan dengan kata-kata. Ia telah melaksanakan dan menunjukkan apa yng bisa dilakukan para pengikutNya. Melalui Injil tadi Yesus mengingatkan para murid dan semua pengikutNya agar tidak terjebak dalam gaya hidup ahli taurat yang serba domonstratif dan teoretis. Yesus memaparkan sederetan nilai merah yang telah dikumpulkan para ahli taurat itu. Tujuan pemaparan itu tidak lain supaya para pengikutnya tidak melakukan hal yang sama.

Nilai merah yang paling besar yang diraih ahli taurat adalah sikap mereka yang latah. Mereka memaksa orang agar memanggil mereka rabi yang harus dihormati. Mereka menjadikan diri mereka sebagai objek sembah banyak orang. Mereka mengambil alih posisi Allah. Mereka mau berkuasa atas orang lain. Mereka mengklaim diri sebagai pemimpin yang harus ditaati. Penyakit keturunan dari nenek moyang mereka berupa kesombongan mulai kambuh dan kumat. Dan bagi Yesus kesombongan seperti itu tidak akan bertahan karena setiap usaha meninggikan diri sendiri akan ditimpali dengan risiko diturunkan. Yang meninggikan diri akan direndahkan.

Kita semua adalah pengikut Kristus. Kita semua mendapat mandat dan tugas yang sama untuk memberi kesaksian tentang gaya dan pola hidup yang pernah dijalani dan diakrabi Yesus. Status kita sebagai orang beriman, sebagai pengikut Kristus mewajibkan kita tampil sebagai praktisi kehidupan. Itu artinya kita dituntut untuk mengisi kehidupan kita, mengsisi segala tugas kita dengan segala sesuatu yang sesuai dengan teladan Yesus sang guru kehidupan kita. Menjalani kehidupan sesuai dengan tuntutan iman berarti kita hidup dengan identitas yang jelas. Bukannya seperti kalong yang mendatangkan masalah karena identitas yang tidak jelas. Identitas kita jelas telah dipersatukan dengan Kristus. Kita semua adalah anak terang. Bukan anak-anak kegelapan. Yesus telah membayar lunas dan membuat kita menjadi anak-anak terang. Mudah-mudahan kita tidak menjadi kalong-kalong di tengah masyarakat yang meresahkan karena kita menyukai kehidupan yang serba gelap.



Pringwulung, 31 Oktober 1999

Rm. Bonefasius Rampung Pr

No comments:

Post a Comment