Wednesday, August 7, 2013

MINGGU PRAPASKA II TAHUN B

MINGGU PRAPASKA II

Kej.22,1-2.9a.10-13.15-18; Rom.8,31b-34; Mrk.9,2-10



Berpuasa: Mau Berjalan Turun

Buka

Mengorbankan, merelakan, melepaskan sesuatu yang paling disukai, paling disayangi, paling disenangi menuntut perjuangan yang sungguh-sungguh. Manusia cenderung bertahan dan bahkan ingin terus bertahan di dalam situasi yang membuatnya selalu senang dan gembira. Kecenderungan seperti itu membuat seseorang melupakan prinsip bahwa ada orang lain yang belum sempat merasakan kegembiraan dan kebahgiaan seperti itu. Ketiga bacaan yang ditawarkan gereja pada pekan kedua masa pertobatan ini menjelaskan kepada kita tentang bagaimana seharusnya manusia belajar berkorban baik untuk Tuhan maupun untuk sesamanya. Belajar bagaimana berjuang berhadapan dengan segala cobaan rintangan dalam kehidupan. Tantangan adalah ciri khas kehidupan karena selama hiudp manusia tidak akan bebas dari cobaan dan tantangan. Kita akui kelehaman kita..



Renungan

Setiap tahun almanak atau penanggalan, kalender yang kita dapatkan selalu mencantumkan hari-hari liburan. Biasanya tanggal liburan dikaitkan dengan peristiwa keagamaan. Angka penanggalan untuk hari libur umumnya berwarna merah. Hampir semua penganut agama dan kepercayaan di Republik Indonesia mempunyai jatah untuk berlibur berkaitan dengan agama dan kepercayaan yang dianut. Sebagai contoh, untuk umat Muslim menetapakan adanya Hari Kurban yang dikenal dengan sebutan Hari Idul Adha yang umumnya jatuh pada hari Jumad. Dalam tradisi Islam perayaan itu merupakan peringatan akan satu peristiwa penting ketika nabi Ibrahim harus mengurbankan anak tunggalnya Ismail. Untuk orang Kristen, kisah seperti itu dapat dibaca dalam kitab Kejadian seperti dikisahkan dalam bacaan pertama hari ini. Memang ada perbedaan soal nama anak yang dikurbankan. Dalam tradisi Islam nama anak Ibrahim itu Ismail (putra yang dilahirkan Hagar perempuan yang menjadi selir Ibrahim) sedangkan dalam tradisi Kristen nama anak Abraham itu Ishak (putra yang dialhirkan dari Sara istri sah Abraham). Nama Ibrahim dan Abraham itu orang yang sama, tetapi Ishak dan Ismail itu berbeda. Ishak adalah anak Abraham dari istrinya yang sah yaitu Sara. Sedangkan Ismail adalah anak yang dilahirkan dari seorang perempuan berstatus hamba. Dan kalau kita membaca kitab Kejadian khususnya bab ke-21 maka kita akan melihat bagaimana Sara meminta Abraham agar mengusir Hagar dan Anaknya Ismail. Hagar dan Ismail memang tidak akan mewarisi harta kekayaan karena status mereka sebagai budak. Yang berhak mewarisi kekayaan adalah Ishak dan semua keturunnya.

Bacaan pertama tadi memberikan kita gambaran tentang Idul Adhanya atau hari kurbannya kita orang beriman Kristiani. Iman Abraham diuji dengan tuntutan Yahwe agar mempersembahkan Ishak sebagai kurban. Abraham harus menyatakaan ketaatan dan kesetiaannya kepada Yahwe dengan mempersembahkan anak tunggalnya. Tentunya amat sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana pergolakan batin Abraham saat itu. Bagaimana ia harus mengajak Ishak untuk bersama-sama berangkat ke gunung Moria. Bagaimana Ishak sendiri menyiapkan segala perlengkapan untuk kurban tanpa ia tahu bahwa dirinya sendiri justru yang akan dikurbankan. Tidak terbayangkan bagaimana Abraham harus bergulat dengan dirinya sendiri. Abraham mendaki ke gunung Tuhan untuk membawakan persembahan yang paling berharga. Persembahan dengan nilai pengorbanan yang luar biasa. Abraham harus naik ke puncak gunung Moria. Abraham harus mempersembahkan Ishak sebagai domba kurban. Abraham harus mengurbankan rasa cintanya kepada Ishak. Cinta Abraham kepada Yahwe nilainya lebih tinggi dibandingkan cintanya kepada Ishak. Abraham yakin bahwa Yahwe merencanakan yang terbaik baginya. Dan memang hal itulah yang terjadi. Yahwe memberi jalan bagi Abraham karena Abraham sungguh mencintai Yahwe. Ishak diselamatkan Yahwe hanya karena Abraham taat dan rela berkorban. Ishak sebagai anak kesayangan Abraham diselamatkankan Yahwe karena kesetiaan Abraham. Bagi Yahwe siapa saja yang taat dan melakukan firman-Nya maka segala yang berharga akan diberikan kepada orang itu. Perjuangan dan pergulatan Abraham diperhitungkan Yahwe. Setiap usaha dan perjuangan yang baik, yang sesuai dengan kehendak Yahwe akan membawa berkat bagi orang itu.

Yahwe telah menguji iman Abraham dan Abraham terbukti tetap setia kepada Yahwe. Melalui bacaan kedua tadi Paulus mengingatkan kita bahwa Yahwe (dalam perjanjian lama) atau Tuhan (dalam perjanjian baru) sungguh mencintai manusia. Kalau kisah Abraham menyatakan cinta manusia kepada Yahwe maka Paulus sebaliknya menyatakan kepada kita bagaimana Tuhan sungguh mencintai manusia. Tuhan yang mencintai manusia itu rela mengutus putra-Nya yang Tunggal Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah putra kesayangan, putra Tunggal Allah yang dikurbankan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Perutusan Yesus Kristus sebagai Putra Tunggal Allah merupakan perisai bagi hidup orang beriman. Perutusan Yesus adalah bukti bahwa Tuhan membela kita, Tuhan berada pada pihak kita. Dan menurut Paulus tadi kalau Tuhan sudah pada pihak kita maka kita pasti akan hidup dan bertahan dalam perjuangan hidup kita. Hari Kurban (Idul Adha) yang dibuat Abraham dalam perjanjian lama menekankan aktivitas dan tanggapan manusia terhadap permintaan Yahwe. Kisah perjanjian baru justru mengambil titik star yang berlawanan karena kurban itu lebih menekankan inisiatif Allah yang mau menyelamatkan manusia dengan mengutus Kristus sebagai domba sejati yang harus dikurbankan untuk menghapus utang dan dosa umat manusia. Oleh kurban Yesus manusia beriman dipersenjatai untuk berjuang menuju kemenangan abadi.

Yesus adalah senjata orang beriman dalam menghadapi segala tantangan. Itu artinya hidup dan teladan hidup Yesus hendaknya menjadi contoh dan model setiap perjuangan hidup manusia beriman. Mengikuti Yesus sebagai perisai dan senjata dalam kehidupan kita menuntut kita untuk selalu berjalan bersama Dia. Mengikuti Yesus sebagai orang beriman menuntut kita untuk bersama dia mendaki ke puncak gunung dan juga turun ke lembah untuk menjalankan misi perutusan-Nya. Perikope Injil Markus hari ini sungguh menarik untuk kita renungkan. Injil mengisahkan bagaimana Yesus mengajak para murid-Nya yang diwakili tiga orang yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Mereka diajak untuk mendaki ke puncak gunung. Ajakan Yesus untuk ke puncak gunung sama dengan ajakan Tuhan kepada Abraham dalam bacaan pertama tadi. Ajakan itu adalah ajakan yang penuh perjuangan dan pergolakan. Para murid yang diajak Yesus berhasil sampai ke puncak. Setelah berjuang dengan susah payah mereka tiba di puncak dan mereka menyaksikan satu peristiwa luar biasa. Terjadi pristiwa trasnfigurasi atau perubahan wajah Yesus dan mereka melihat pemandanagan yang menakjubkan. Mereka melihat wajah Musa dan nabi Elia.

Bagaimana reaksi para murid ketika menyaksikan peristiwa yang mengejutkan itu? Para murid terkejut dan bahkan Petrus bergumam seperti bermimpi. Tuhan biarlah kami mendirikan tiga pondok di tempat ini. Satu untuk Elia, satu untuk Musa dan satu untuk Yesus. Sebelum keinginan mereka ditanggapi keadaan segera berubah. Wajah Musa dan Elia menghilang dan mereka hanya mendengar suara dari balik awan: Inilah Putra kesayanganku, dengarkanlah Dia.

Para murid memang mengehndaki untuk mendirikan pondok di puncak gunung tetapi Yesus tetap mengajak mereka untuk turun dari puncak. Mereka harus segera turun ke Yesusalem karena di sana Yesus akan menjalankan misi perutusan-Nya. Mereka diajak Yesus untuk segera ke Yerusalem karena di sanalah Yesus akan menjalankan misi-Nya sebagai Ishak baru yang dikurbankan Tuhan untuk manusia. Dari kisah tadi tampak jelas ada perbedaan kehendak antara Yesus dengan para murid. Para murid menghendaki agar mereka membangun kemah dan terus tinggal di puncak gunung mdenikmati keindahan puncak gunung. Para murid mau supaya peristiwa yang indah, yang menyenangkan, peristiwa yang mengejutkan terus mereka alami di atas puncak gunung. Tetapi, Yesus meminta mereka untuk segera turun menjalankan sesuatu yang paling penting dan utama. Menjalankan misi perutusan membela manusia.

Sikap para murid yang mau membangun pondok di puncak gunung adalah gambaran dan simbol sikap hidup manusia sampai zaman kita saat ini. Para murid itu enggan untuk turun dan berjuang karena sudah merasa keenakan di atas puncak gunung. Sikap para murid tadi masih merasuki para pejabat dan elite politik di negara kita saat ini. Orang yang sudah menduduki jabatan tertinggi, jabatan empuk, jabatan basah, jabatan yang mengenakkan biasanya enggan untuk melepaskannya. Mereka akan berjuang untuk tetap bertahan. Mereka akan berjuang dengan segala cara untuk mempertahankannya dan tidak mau turun. Orang seperti itu adalah seperti para murid yang mau terus berada di puncak gunung.

Masa puasa yang sedang kita jalankan adalah masa dan kesempatan bagi kita semua untuk meninggalkan suasana puncak gunung yang mungkin membuat kita terpesona dan lupa diri. Mungkin kita sudah berada terlalu lama di puncak gunung dengan segala keingian dan kehendak kita sendiri. Mungkin kita sudah membangun kemah di puncak kegembiraan kita lalu lupa untuk turun menjalankan misi kita sebagai pengikut Kristus. Ajakan Yesus bagi ketiga murid-Nya yang mau bertahan di puncak gunung untuk segera turun juga menjadi ajakan bagi kita semua dalam masa persiapan ini. Masa puasa adalah masa mengorbankan apa yang paling kita kita senangi, yang paling kita nikmati, yang paling kita sayangi seperti Abrham yang mengurbankan Ishak. Ambisi kita, keinginan kita, kencenderungan kita adalah barang-barang yang harus kita persembahkan pada masa puasa ini. Mudah-mudahan kita semua menjadi orang-orang yang mau berjalan bersama Yesus ke Yerusalem kehidupan kita dengan segala tantangannya. Berpuasa adalah perjalanan turun ke dalam diri dan realitas hidup bukan mempertahankan sesuatu yang menyenangkan dan memberikan kita kenikmatan. Memang tak mudah bagi kita yang sudah berada di puncak untuk turun tetapi kalau kita menyadari bahwa pada kedalam lembah kita dapat menemukan endapan emas apa salahnya kita harus turun? Kita mau berpuasa berarti mau berjalan turun. Amin.



Rm. Bone Rampung Pr

No comments:

Post a Comment