Friday, August 3, 2012

MINGGU BIASA PEKAN XV THN B


Minggu Biasa ke-15 Thn.B2  15 Juli 2012
Am.7,12-15; Ef.1,3-14;  Mrk.6,7-13
Kapela Biara Frateran BHK Malang, Celaket 21 Malang

Buka

Hidup kita manusia penuh dengan syarat. Syarat-syarat itu ibarat pagar pembatas ruang gerak manusia. Setiap panggilan dan pilihan hidup kita juga ada syaratnya. Pelbagai syarat sebagai pagar pembatas biasanya tidak mudah didamaikan dengan kehendak bebas kita manusia. Setiap pilihan dan panggilan hidup kita juga disertai syarat yang sering menantang. Syarat apapun yang diberlakukan kepada kita manusia terkait dengan panggilan biasanya menjadi ujian terhadap komitmen kita pada pilihan itu. Setiap kebebasan yang terikat itu biasanya menyakitkan. Sebagai orang terpanggil kita juga terikat oleh berbagai hal yang dipersyaratkan kepada kita. Firman Tuhan yang hari ini pada dasarnya mewacanakan tentang panggilan dan pilihan hidup manusia dengan syarat-syaratnya. Dalam konteks kita sebagai orang terpanggil bacaan-bacaan hari ini memuat pesan penting bagi kita dalam memakanai perjalanan panggilan kemuridan kita. Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya perutusan Tuhan sesuai dengan spirit dan porsi yang Tuhan tentukan untuk setiap kita. Persoalannya, kita kadang-kadang alpa memaknai panggilan kita ketika kita berjuang dan bergerak bebas di luar apa yang dipersyaratkan bagi kita. Dalam perayaan ini kita berdoa agar kekuatan kuasa Roh Kudus yang dialirkan melalui Firman Tuhan hari ini terus menolong kita dalam memaknai panggilan hidup kita. Sambil mengakui kealpaan dan kelemahan kita, marilah kita serahkan juga semua intensi bersama dan intensi pribadi kita. Kita serahkan mereka yang sakit, mereka yang menderita, mereka diabaikan, mereka yang mengalami krisis dalam panggilan dan siapa saja yang mengharapkan doa kita dan yang sudah kita janjikan doa. 
Renungan

Benang merah yang bisa kita temukan dari ketiga penggalan Frman Tuhan hari ini terangkum dalam satu kata yaitu Panggilan. Bagaimana panggilan itu terjadi, bagaimana panggilan itu berproses, dan bagaimana panggilan itu dimaknai semuanya secara gamblang terungkap dalam bacaan-bacaan tadi.
Melalui Nubuat Amos kita mendapatkan informasi dan bahkan pengetahuan yang amat penting berkiatan dengan dinamika panggilan seseorang. Panggilan Amos ternyata bukanlah panggilan atas kehendaknya sendiri. Panggilan Amos membahasakan ketaatan seorang terpanggil untuk melakuan bukan apa yang ia suka melainkan melakukan apa yang Tuhan suka dan rencanakan bagi dirinya. Keyakinan seperti inilah yang membuat Amos tetap berkomitmen dan berpegang teguh pada misi perutusannya. Amos berhadapan dengan pemimpin yang terjebab dalam permainan kuasa. Amos diusir karena dianggap melekukan sesuatu yang tidak tepat tempatnya. Dalam pandangan manusia Amos dengan latar belakang status sebagai peternak nomaden seharusnya taat pada Amazia yang mengusirnya. Amos ternyata tidak gentar bahkan dia mewartakan Tuhan yang memanggil dan mengutusnya. Keyakian Amos bahwa dirinya merupakan orang terpanggil, itulah yang membuatnya maju tanpa gentar. Ia tetap menaruh komitmen dan kesetiaannya kepada Tuhan yang memilih dan mengutusnya. Amos tidak pernah merasa keliru atau merasa bersalah menghadapi imam besar Amazia. Ia yakin dirinya memang betul-betul orang terpanggil dan bukannya orang yang terpanggil secara kebetulan. Dari sikap Amos ini kita belajar untuk yakin dengan panggilan kita bahwa kita adalah orang-yang betul-betul di panggil dan dipanggil betul-betul. Bukan kebetulan dipanggil apalagi kalau merasa diri panggilannya dibetul-betulkan artinya seolah-olah terpanggil.
Spirit dan metal Amos dalam perjanjian lama terus diwariskan hingga perjanjian baru. Santu Paulus berhadapan dengan jemaat kota Efesus yang tampaknya kurang yakin akan panggilan untuk mewartakan kebaikan dan kebenaran Tuhan. Ide dan gagasan Paulus yang melintasi waktu sungguh meyakinkan jemaat Efesus tentang keterpanggilan manusia untuk menyatukan diri dengan Kritsus. Menyatukan diri dengan Kristus berarti pula merelakan diri untuk dipakai Tuhan demi pewartaan kebenaran. Paulus sedemikian ekstrimnya sehingga ia menegaskan bahwa panggilan untuk menjadi murid Tuhan, panggilan untuk memberikan kesasikan tentang kebenaran sudah berlangsung atas diri setiap orang beriman sebelum orang itu dilahirkan. Dari sini kita diteguhkan dalam panggilan dan pilihan kita bahwa sebagai orang terpanggil nama kita sudah ada dalam rencana dan agenda Tuhan untuk menjadi saksinya. Satu hal penting perlu kita catat dari bacaan kedua berkaitan dengan alasan mengapa kita telah dipanggil sejak semula sebelum dilahirkan.  Tujuannya demi kekudusan dan kesemprnaan hidup kita. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapannya. Panggilan kita seharusnya dan semestinya menggiring kita pada kondisi hidup yang kudus dan tak bercela. Saya percaya dimensi kekudusan ini menjadi tujuan akhir penghayatan spiritualitas yang merujuk pada kekudus hati Maria yang dimakani secara istimewa oleh para frater BHK. Kekudusan yang diperjuangkan itu pada akhirnya menjadikan orang diakui sebagai anak di hadapan Allah.
Untuk membangun komitmen kesetiaan seteguh Nabi Amos dalam bacaan pertama dan mewujudkan kekudusan dalam spirit santu Paulus dalam bacaan kedua, maka Yesus mendiri memberikan rambu-rambu perjalanan orang terpanggil. Melalui santu Markus dalam injil hari ini Yesus menawarkan sederetan prasyarat mencapai kekudusan dalam tugas dan misi pertutusan orang terpanggil. Tentu kita semua secara pribadi merasa tersapa oleh pesan Yesus dalam injil tadi terkait dengan pengalaman pemaknaan pangilan kita. Kita bisa menilai diri kita sendiri dengan patokan yang Yesus sampaikan kepada Muridnya hari ini. Hambatan kekudusan adalah beban yang sengaja kita letakan pada diri kita.
Pada saat ziarah ke tanah suci tahun lalu saya menyaksikan beberapa ibu yang kesulitan memikul barang bawaannya terutama ketika masuk ke tempat pemeriksaan imigasi. Kesulitan itu juga menjadi kesulitan semua rombongan karena yang lain harus menunggu mereka baru meneruskan perjalanan. Karena itu, mereka terkejut ketika saya berkomentar: Barangmu adalah beban dan deritamu... Yesus melarang para murid membawa banyak hal karena itu akan menjadi beban dan derita... Bagaimana kita memaknai kata-kata Yesus hari ini... Tidak untuk dijawab tetapi untuk kita secara pribadi.

No comments:

Post a Comment