Minggu Biasa ke-15 Thn.B2 15
Juli 2012
Am.7,12-15; Ef.1,3-14;
Mrk.6,7-13
Kapela Biara Frateran BHK
Malang, Celaket 21 Malang
Buka
Hidup kita manusia penuh dengan syarat. Syarat-syarat itu ibarat pagar
pembatas ruang gerak manusia. Setiap panggilan dan pilihan hidup kita juga ada
syaratnya. Pelbagai syarat sebagai pagar pembatas biasanya tidak mudah
didamaikan dengan kehendak bebas kita manusia. Setiap pilihan dan panggilan hidup
kita juga disertai syarat yang sering menantang. Syarat apapun yang
diberlakukan kepada kita manusia terkait dengan panggilan biasanya menjadi
ujian terhadap komitmen kita pada pilihan itu. Setiap kebebasan yang terikat
itu biasanya menyakitkan. Sebagai orang terpanggil kita juga terikat oleh
berbagai hal yang dipersyaratkan kepada kita. Firman Tuhan yang hari ini pada
dasarnya mewacanakan tentang panggilan dan pilihan hidup manusia dengan
syarat-syaratnya. Dalam konteks kita sebagai orang terpanggil bacaan-bacaan
hari ini memuat pesan penting bagi kita dalam memakanai perjalanan panggilan
kemuridan kita. Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam karya perutusan
Tuhan sesuai dengan spirit dan porsi yang Tuhan tentukan untuk setiap kita.
Persoalannya, kita kadang-kadang alpa memaknai panggilan kita ketika kita
berjuang dan bergerak bebas di luar apa yang dipersyaratkan bagi kita. Dalam
perayaan ini kita berdoa agar kekuatan kuasa Roh Kudus yang dialirkan melalui
Firman Tuhan hari ini terus menolong kita dalam memaknai panggilan hidup kita.
Sambil mengakui kealpaan dan kelemahan kita, marilah kita serahkan juga semua
intensi bersama dan intensi pribadi kita. Kita serahkan mereka yang sakit,
mereka yang menderita, mereka diabaikan, mereka yang mengalami krisis dalam
panggilan dan siapa saja yang mengharapkan doa kita dan yang sudah kita
janjikan doa.
Renungan
Benang merah yang bisa kita temukan dari ketiga penggalan Frman Tuhan
hari ini terangkum dalam satu kata yaitu Panggilan.
Bagaimana panggilan itu terjadi, bagaimana panggilan itu berproses, dan
bagaimana panggilan itu dimaknai semuanya secara gamblang terungkap dalam
bacaan-bacaan tadi.
Melalui Nubuat Amos kita mendapatkan informasi dan bahkan pengetahuan
yang amat penting berkiatan dengan dinamika panggilan seseorang. Panggilan Amos
ternyata bukanlah panggilan atas kehendaknya sendiri. Panggilan Amos
membahasakan ketaatan seorang terpanggil untuk melakuan bukan apa yang ia suka
melainkan melakukan apa yang Tuhan suka dan rencanakan bagi dirinya. Keyakinan
seperti inilah yang membuat Amos tetap berkomitmen dan berpegang teguh pada
misi perutusannya. Amos berhadapan dengan pemimpin yang terjebab dalam
permainan kuasa. Amos diusir karena dianggap melekukan sesuatu yang tidak tepat
tempatnya. Dalam pandangan manusia Amos dengan latar belakang status sebagai
peternak nomaden seharusnya taat pada Amazia yang mengusirnya. Amos ternyata
tidak gentar bahkan dia mewartakan Tuhan yang memanggil dan mengutusnya.
Keyakian Amos bahwa dirinya merupakan orang terpanggil, itulah yang membuatnya
maju tanpa gentar. Ia tetap menaruh komitmen dan kesetiaannya kepada Tuhan yang
memilih dan mengutusnya. Amos tidak pernah merasa keliru atau merasa bersalah
menghadapi imam besar Amazia. Ia yakin dirinya memang betul-betul orang
terpanggil dan bukannya orang yang terpanggil secara kebetulan. Dari sikap Amos
ini kita belajar untuk yakin dengan panggilan kita bahwa kita adalah orang-yang
betul-betul di panggil dan dipanggil betul-betul. Bukan kebetulan dipanggil
apalagi kalau merasa diri panggilannya dibetul-betulkan artinya seolah-olah
terpanggil.
Spirit dan metal Amos dalam perjanjian lama terus diwariskan hingga
perjanjian baru. Santu Paulus berhadapan dengan jemaat kota Efesus yang
tampaknya kurang yakin akan panggilan untuk mewartakan kebaikan dan kebenaran
Tuhan. Ide dan gagasan Paulus yang melintasi waktu sungguh meyakinkan jemaat
Efesus tentang keterpanggilan manusia untuk menyatukan diri dengan Kritsus.
Menyatukan diri dengan Kristus berarti pula merelakan diri untuk dipakai Tuhan
demi pewartaan kebenaran. Paulus sedemikian ekstrimnya sehingga ia menegaskan
bahwa panggilan untuk menjadi murid Tuhan, panggilan untuk memberikan kesasikan
tentang kebenaran sudah berlangsung atas diri setiap orang beriman sebelum
orang itu dilahirkan. Dari sini kita diteguhkan dalam panggilan dan pilihan
kita bahwa sebagai orang terpanggil nama kita sudah ada dalam rencana dan
agenda Tuhan untuk menjadi saksinya. Satu hal penting perlu kita catat dari
bacaan kedua berkaitan dengan alasan mengapa kita telah dipanggil sejak semula
sebelum dilahirkan. Tujuannya demi
kekudusan dan kesemprnaan hidup kita. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih
kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapannya.
Panggilan kita seharusnya dan semestinya menggiring kita pada kondisi hidup
yang kudus dan tak bercela. Saya percaya dimensi kekudusan ini menjadi tujuan
akhir penghayatan spiritualitas yang merujuk pada kekudus hati Maria yang
dimakani secara istimewa oleh para frater BHK. Kekudusan yang diperjuangkan itu
pada akhirnya menjadikan orang diakui sebagai anak di hadapan Allah.
Untuk membangun komitmen kesetiaan seteguh Nabi Amos dalam bacaan pertama
dan mewujudkan kekudusan dalam spirit santu Paulus dalam bacaan kedua, maka
Yesus mendiri memberikan rambu-rambu perjalanan orang terpanggil. Melalui santu
Markus dalam injil hari ini Yesus menawarkan sederetan prasyarat mencapai
kekudusan dalam tugas dan misi pertutusan orang terpanggil. Tentu kita semua
secara pribadi merasa tersapa oleh pesan Yesus dalam injil tadi terkait dengan
pengalaman pemaknaan pangilan kita. Kita bisa menilai diri kita sendiri dengan
patokan yang Yesus sampaikan kepada Muridnya hari ini. Hambatan kekudusan
adalah beban yang sengaja kita letakan pada diri kita.
Pada saat ziarah ke tanah suci tahun lalu saya menyaksikan beberapa ibu
yang kesulitan memikul barang bawaannya terutama ketika masuk ke tempat
pemeriksaan imigasi. Kesulitan itu juga menjadi kesulitan semua rombongan
karena yang lain harus menunggu mereka baru meneruskan perjalanan. Karena itu,
mereka terkejut ketika saya berkomentar: Barangmu adalah beban dan deritamu...
Yesus melarang para murid membawa banyak hal karena itu akan menjadi beban dan
derita... Bagaimana kita memaknai kata-kata Yesus hari ini... Tidak untuk
dijawab tetapi untuk kita secara pribadi.
No comments:
Post a Comment