Friday, August 3, 2012

SENIN BIASA PEKAN XV THN B


Senin Pekan Biasa ke-15 thn.B/2  16 Juli 2012
Komunitas Frater BHK Malang

Buka
Marilah kita mengawali perayaan ini dengan mengakui segala macam kelemahan dan dosa kita. Mungkin kita berdosa karena masih terikat dan melekat pada pelbagai perkara yang berlawanan dengan panggilan kita dan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan yang memanggil kita.

Renungan
Nubuat Yesaya dalam bacaan pertama hari ini mengangkat persoalan seputar aktivitas manusia berhadapan dengan Yahwe. Praktik dan dimensi kultus terhadap Yahwe yang disampaikan Yesaya lebih banyak bersentuhan dengan sikap hati dan batin bangsa Israel. Bangsa Israel tampaknya berpikir serba pragmatis. Mereka menjalankan praktik kultus korban dengan dasar pertimbangan agar jasa mereka diperhitungkan sebagai modal pembenaran atas cara hidup mereka. Israel banyak membawa dan mengurbankan hewan sekadar memikat perhatian Yahwe. Israel mengira bahwa praktik kultus seperti itu sudah cukup memberikan jaminan kepada mereka. Kita sendiri mendengar bagaimana sikap Yahwe terhadap praktik yang demikian praktis itu. Bagi yahwe darah hewan kurban tidak bernilai justru karena ritus kurban hewan tidak didukung dengan praktik hidup mereka setiap hari. Yesaya menggambarkan betapa Yahwe jijik dan muak menyaksikan sandiwara tanpa makna itu. Kurban bakaran Israel tidak berguna di hadapan Yahwe karena mereka tidak mau berpaling, mereka tidak mau bertobat dari cara dan praktik hidup mereka yang menyimpang. Satu harapan yang disampaikan Yesaya untuk diperhatikan Israel adalah pertobatan. Bagi Yahwe bertobat dari praktik hiudp menyimpang jauh lebih bernilai daripada praktik memotong hewan. Darah binatang kurban tidak bernilai tanpa diawali sikap tobat yang benar. Kita semua mendengar bagaimana Yesaya menyampaikan imbauan dan ajakan moral tentang pentingnya pertobatan itu. Basuh dan bersihkanlah dirimu dari segala perbuatan jahat dan belajarlah berbuat baik. Usahakanlah keadilan. Berbuat baik dan memperjuangkan keadilan itu jauh lebih tinggi nilainya bagi manusia daripada persembahan. Kehendak untuk bertobat dari waktu ke waktu adalah modal yang memberi kita jaminan keselamatan di hadapan Tuhan. Tobat adalah jalan keselamatan karena dalam sikap tobatlah manusia menghindarkan diri dari kejahatan. Dalam kondisi tobat yang jujurlah orang mengusahakan keadilan.
Matius dalam perikop Injil mencoba menawarkan alternatif lain yang memungkinkan manusia mendapatkan keselamatan. Jika Yesaya mengedepankan wacana pertobatan maka Matius mengedepankan wacana komitmen pada panggilan. Bagi Matius panggilan hidup seseorang untuk mengikuti Yesus adalah panggilan keterpisahan. Yesus sendiri menegaskan bahwa Yesus membawa pemisahan. Wacana pemisahan yang disampaikan itu jelas membongkar kecenderungan manusia untuk mempertahankan kesatuan, ikatan, dan kemelekatan manusiawi. Mengikuti panggilan Yesus dalam konteks injil hari ini sama artinya menerima risiko untuk berpisah. Konsep pemisahan dan keterpisahan tersebut harus menjadi pilihan dan bukan sebatas tawaran tentatif. Konsekuensinya jelas bahwa ada banyak hal yang dilepaskan, ditinggalkan, dibiarkan. Panggilan menuju kesempurnaan itu berada dalam kondisi yang paradoks atau bertentangan. Mau mendapatkan banyak berarti harus meninggalkan banyak. Mau menyatu dengan Allah berarti berpisah dengan segala unsur yang  memang tidak cocok untuk Allah.
Kita semua dalam cara kita sendiri telah dipanggil menuju kesempurnaan pada tingkatan kita masing-masing menurut tugas dan profesi kita. Kesadaran yang harus dan selalu kita bangun dan hidupi dari hari kehari adalah kesadaran bahwa panggilan kita adalah kelepasan, keterpisahan dari kemelekatan kita pada aneka hal. Kita harus memisahkan diri dari ikatan keluarga kita, membebaskan diri dari urusan yang membelenggu proses pengembangan panggilan hidup kita. Dalam arti yang lebih sempit kerelaan dan sikap kita untuk melepaskan segalaanya merupakan pertobatan pertama dan menjadi pertobatan sejati. Membebaskan diri dari kemelekatan kita pada aneka perkara duniawi adalah pertobatan yang memiliki nilai tertinggi di hadapan Tuhan.
Marilah kita berdoa memohon kekuatan Tuhan agar kita sungguh menjadi manusia yang bertobat dengan selalu berjuang melepaskan diri dari keterikatan dan kemelekatan diri dan kehendak kita pada segala perkara dan hal yang hanyalah  fatamorgana buat kehidupan kita. Melepaskan diri dari segala perkara itulah bukti tobat kita sebelum kita mengusahakan keadilan dan kebenaran yang sejati. Semoga.

No comments:

Post a Comment