Pekan Biasa XIX Thn.B2 Minggu 12 Agustus 2012
Why.11:19a12:1.3-6a.10ab
1Kor.15,20-26 Luk.1,39-56
Maria
Diangkat ke Surga Stasi Singosari, Malang
Buka
Hari ini kita dan
gereja sejagat merayakan perta Maria diangkat ke surga. Perayaan ini
mengingatkan kita akan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, bunda
Kristus. Dalam putera Maria, Allah telah
menolong kita menurut janjinya kepada Abraham serta keturunannya. Sebab
Kristus telah mengalahkan dosa dan kematian, dan la berjaya mulia di hadapan Allah. Demikian pula setiap orang yang bersatu
dengan Kristus akan dibangkitkan dari alam maut dan berjaya bersama
Kristus. Dalam Maria harapan ini telah
dipenuhi, sebab dialah yang paling dekat dengan Kristus. la diangkat ke dalam
kemuliaan abadi dengan jiwa raganya, dan maut tidak lagi berkuasa atas dia.
Kita semua yang masih mengembara di dunia tentu merindukan dan mendambakan
pemuliaan diri kita seperti yang dialami Maria. Maria adalah figur anutan kita
dalam ziarah iman kita. Sambil memohonkan
rahmat Tuhan agar kita mampu meneladani cara hidup Maria, marilah kita mengakui
segala dosa dan salah kita baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama kita……
Renungan
Payung biasanya orang gunakan untuk melindungi diri dari
hujan atau panas mata hari. Itu artinya orang mengindari basah karena kehujanan
dan panas karena sengatan matahari. Tetapi, kalau sampai ada gadis berpayungkan
matahari tentu mengherankan banyak orang dan akan dianggap sebagai sesuatu yang
aneh, istimewa, dan luar biasa. Perempuan
istimewa itulah yang digambarkan Yohanes dalam bacaan pertama hari ini.
Kitab Wahyu menggambarkan seorang perempuan yang berpenampilan luar biasa.
Perempuan yang digambarkan Yohanes itu istimewa karena menjadikan matahari
sebagai gaunnya, bulan dipakai sebagai sepatunya dan bintang sebagai
mahkotanya. Sulit kita membayangkan seorang gadis mengenakan pakaian matahari,
sepatu bulan dan mahkota bintang. Saya hanya bisa membayangkan kalau perempuan
itu pergi ke tempat jauh dan agak lama, pasti kita tidak mengenal siang karena
matahari, bulan dan bintang dipakai perempuan itu. Yang kita alami tentu
kegelapan total. Dan lebih dari itu mungkin kita akan bertabrakan di mana-mana
dengan siapa saja.
Kisah penglihatan Yohanes perihal seorang perempuan
dengan deskripsi yang simbolik tadi
menuntut kita untuk mencari makna dan pesannya. Perempuan yang
berselubungkan matahari, bermahkota bintang, dan bertahktakan bulan adalah
gambaran pribadi yang memiliki keunggulan dalam aneka keutamaan. Semua kita
tahu bahwa matahari, bulan, dan bintang adalah kekuatan kosmik yang ditampilkan
untuk menyadarkan manusia akan suatu kekuatan supernatural. Keakraban tokoh
perempuan pada ketiga kekuatan kosmik itu, jelas menggambarkan kedekatan dan
intensitas relasi tokoh itu dengan Dia, TUhan yang hadir di dalam ketiga
kekuatan itu.
Kalau kita membolak-balik Kitab suci khususnya perjanjian
baru, kita tidak akan menemukan
penggalan teks kitab suci yang secara tegas dan jelas mengisahkan
peristiwa pengangkatan Maria ke surga. Injil yang kita baca dan dengar tadi
juga tidak menyinggung sedikit pun tentang bagaimana persiapan Maria untuk
mudik dan transit dari bumi menuju sorga.
Akhir Juni tahun lalu setelah saya merayakan misa di gereja Taman
Getzemani, bersama rombongan pezirah, kami diantar masuk ke satu bangunan tua
di lembah Kidron. Menurut pemandu itu adalah tempat Maria berada sebelum dia
diangkat atau transit ke surga. Di tempat itu memang tidak ada sesuatu yang
bisa dijadikan bukti seperti halnya peristiwa Yesus naik surga. Tidak jauh dari
situ kita ke sebuah bukit dekat tembok ratapan atau tepi barat masjid
Yerusalem. Di bukit itu ada gereja kenaikan
dan gereja Pater Noster.Di gereja kenaikan kita bisa melihat bekas
telapak kaki Yesus sebelum naik ke surga. Letaknya berdekatan dengan gereja
Pater Noster, tempat Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada para murid-Nya.
Perayaan atau pesta Maria diangkat ke surga yang kita
rayakan hari ini memang tidak didasarkan pada pembuktikan historis tetapi lebih
sebagai satu ajaran iman yang tidak terbantahkan kebenarannya. Ajaran iman ini
dalam gereja dikenal sebagai dogma yaitu sesuatu yang harus diterima kebenarannya tanpa harus dibuktikan. Dogma tentang Maria diangkat ke surga dengan badan
dan jiwa itu diumumnkan 1 November 1950 oleh Paus Pius XII melalui Konstitusi
Apostoliknya: Munificientissimus Deus, sebuah dogma atau ajaran
iman yang berisi pengakuan akan pengangkatan Maria ke sorga. Dogma atau ajaran
iman ini lebih didasarkan pada keyakinan bahwa Maria sejak awal telah dipilih
Allah untuk menjadi mempelai Roh Kudus, menjadi Bunda Yesus sang Putra. Untuk
itulah Allah melindungi Maria dari noda dosa dan mengangkatnya jauh mengatasi
para malaikat orang kudus. Dogma tentang pengangkatan maria ke Surga dilihat
sebagai mahkota dari semua bentuk devosi dan telogi seputar Maria. Dalam
Konstitusi Apostolik itu Paus menegaskan: Kami memaklumkan, menyatakan, dan
menentukan bahwa Bunda Allah yang tidak bernoda, perawan Maria, setelah
menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat dengan badan dan jiwanya ke dalam
kemuliaan surgawi. Pengakuan iman akan pengangkatan Maria ini, juga ditegaskan
di dalam dokumen Konsili Vatikan II khususnya dalam Lumen Gentium No.59 yang berbunyi:
Akhirnya, setelah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan tak
bercela yang senantaiasa kebal terhadap semua dosa diangkat ke kerajaan surgawi
dengan badan dan jiwanya.
Dogma, ajaran iman perihal pengangkatan Maria ke surga
dengan badan dan jiwa, bukanlah hasil perjuangan sesaat. Prestasi seperti ini
merupakan hasil rajutan aneka pengalaman suka duka Maria dalam membesarkan dan
mengikuti jalan Yesus. Pengalaman Yesus adalah juga pengalaman Maria. Yesus dan
Maria tidak terpisahkan sejak episode kandang Betlehem yang penuh sorak gempita
pujian para malaikat sampai ke puncak golgota yang mewariskan kepedihan dan
duka. Prestasi yang dicapai Maria adalah buah dari kebersamaan, kedekatan,
partisipasinya dalam perjalanan dan misi Yesus. Yesus bertahkta dalam kemuliaan dan Maria juga
mengambil bagian di dalam kemuliaan itu.
Saya pribadi sungguh percaya bahwa dogma itu benar
adanya. Mengapa? Karena kita tidak bisa memahami, mengimani Yesus tanpa
kehadiran seorang tokoh Maria. Ketika saya diperkenankan Tuhan berziarah ke
tanah Suci, yang saya dapatkan hanya terangkum dalam satu kata yaitu Kagum.
Ketika memasuki gereja Gantung tempat
persembunyian keluarga kudus di tepi sungai Nil Mesir karena dikejar Herodes
yang berkuasa di Israel saya kagum. Kagum karena Maria Yosef dan Yesus
bersembunyi di situ selama setahun. Menurut penjelasan perjalanan keluarga
kudus dari Israel menuju Mesir di tempuh selama tiga tahun. Yesus berada di
persembunyai Mesir hanya stahun karena tahun keempat Herodes meninggal dan
keluaga Kudus kembali ke Israel. Ketika, memasuki Gereja Betlehem dan melihat
kandang tempat Maria melahirkan Yesus saya kagum. Kagum karena Maria melahirkan dan menghadirkan Allah dalam
kesederhanaan. Ketika saya memasuki gereja basilika Nasareth, saya kagum. Kagum
karena di tempat itulah Tuhan melalui malaikat menawarkan keselamatan dunia melalui
seorang perempuan bernama Maria. Ketika saya merayakan misa di gereja Kana,
saya kagum. Kagum karena di tempat itulah Tuhan menyatakan kemuliaannya kepada
dunia, berkat intervensi seorang ibu yang
bernama Maria yang prihatin pada kekurangan tuan pesta. Ketika saya
memasuki gereja Visitasi (kunjungan Maria), dan gereja Kelahiran Yohanes
Pembaptis saya kagum. Kagum, karena di tempat itulah seorang perempuan bernama
Maria datang berbagi damai, berbagi salam yang menggembirakan dala kunjungan
persaudaraan. Ketika saya mengikuti jalan salib dan tiba di gereja makam
kudus golgota saya kagum. Kagum karena
di sana seorang perempuan bernama Maria memangku jasad putranya yang dihukum
mati. Akhirnya ketika saya berlut ke makam Yesus aku kagum. Kagum karena di
atas makam itu di bawah kaki salib, seorang perempuan berdiri tegar menatap
sang Putra meregang nyawa untuk keselamatan dunia. Begitulah Maria itu seorang
ibu, seorang prempuan istimewa yang sungguh mengagumkan.
Kisah injil hari ini hanyalah salah satu penggalan
episode Partisipasi Maria dalam misi Yesus. Kita mendengar melalui injil tadi
bahwa Maria mendatangi saudaranya Elisabeth sekeluarga. Ia mengunjungi mereka
karena Maria sendiri telah mendapat kunjungan malaikat. Maria telah menerima
kabar sukacita. Sukacita itu tidak ia diamkan untuk dirinya sendiri. Maria mau
berbagi dalam kegembiraan bersama orang lain. Ia menghadirkan kegembiraan itu
untuk orang lain. Ia berjalan dan pergi dari Nasaret menuju tempat tinggal
Elisabeth. Maria harus menepuh perjalanan sejauh 160 km dari Nasareth menuju
rumah Zakaria. Untuk mengabadikan peristiwa kunjungan Maria yang dikisahkan
injil hari ini, di sana dibangun gereja kunjungan atau gereja visitasi. Tidak
jauh dari gereja itu ada gereja kelahiran Yohnaes pembaptis dan di sana ada
tempat kudus namanya grotto. Di situlah tempatnya Zakaria bisa berbicara lagi
saat memberikan nama kepada Yohanes pembaptis. Dan kita mendengar sendiri
bagaimana dampak kehadiran Maria itu terhadap Elisabeth saudaranya.
Kehadirannya adalah kehadiran kegembiraan. Dia datang membawa islam, membawa
salam, membawa damai. Islam, salam, damai, adalah kekuatan yang menggembirakan.
Itulah sebabnya bayi dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan ketika
sebuah, islam, sebuah salam, sebuah damai dibagikan. Islam, salam, damai itu ibarat alunan musik
yangmembuat orang terhipnotis dalam kegembiraan yang meluap-luap.
Apa yang dapat kita petik dari kisah injil dan perayaan
hari ini? Mungkin kita perlu belajar pada Maria tentang aneka kebajikan dan
keutamaan seperti, kesederhanaan, kerendahan hati, kesabaran, ketekunan,
keterbukaan, kerjasama, kerelaan untuk berkorban, kerelaan untuk berbagi, kemauan baik untuk hidup bersama orang lain.
Kehebatan Maria nyata dalam setiap kehadirannya di mana saja dan bersama siapa
saja. Kemana saja Maria pergi dan bersama siapa saja ia berada selalu melahirkan kegembiraan, kesejukan, dan
harapan. Pendek kata kehadiran Maria adalah kehadiran yang selalu berdampak
plus. Kehadiran yang selalu membawa nilai lebih untuk orang lain.
Untuk dapat hadir memberikan nilai tambah pada orang lain
bukanlah perkara mudah. Hal itu mengandaikan adanya relasi yang tetap antara
seseroang dengan sang sumber utama yaitu Allah sendiri. Kesadaran itulah yang
menjadikan Maria Unggul dalam segala kebajikan. Tidaklah terlalu mengherankan
kita kalau injil tadi menampilkan Maria yang memuji kebesaran Allah. Maria yang
hari ini diangkat ke sorga telah membuka jalan bagi kita untuk hadir, ada dan
hidup memberikan nilai tambah untuk orang lain atau lingkungan. Marilah kita
belajar dan menimba aneka keutamaan dari Maria agar kehadiran kita di mana saja
dan bersama siapa saja senantias membawa kegembiraan. Mudah-mudahan hidup dan
diri kita menjadi sebuah salam yang hidup. Sebuah salam yang membangkitkan
kegembiraan dan sukacita. Amin.
No comments:
Post a Comment