Saturday, August 11, 2012

MARIA DIANGKAT KE SURGA



Pekan Biasa XIX Thn.B2 Minggu 12 Agustus 2012
Why.11:19a12:1.3-6a.10ab 1Kor.15,20-26 Luk.1,39-56
Maria Diangkat ke Surga Stasi Singosari, Malang

Buka
Hari ini kita dan gereja sejagat merayakan perta Maria diangkat ke surga. Perayaan ini mengingatkan kita akan perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi Maria, bunda Kristus.  Dalam putera Maria, Allah telah menolong kita me­nurut janjinya kepada Abraham serta keturunannya. Sebab Kristus telah mengalahkan dosa dan kematian, dan la berjaya mulia di hadapan Allah.  Demikian pula setiap orang yang bersatu dengan Kristus akan dibang­kitkan dari alam maut dan berjaya bersama Kristus.  Dalam Maria harapan ini telah dipenuhi, sebab dialah yang paling dekat dengan Kristus. la diangkat ke dalam kemuliaan abadi dengan jiwa raganya, dan maut tidak lagi berkuasa atas dia. Kita semua yang masih mengembara di dunia tentu merindukan dan mendambakan pemuliaan diri kita seperti yang dialami Maria. Maria adalah figur anutan kita dalam ziarah iman kita. Sambil memohonkan rahmat Tuhan agar kita mampu meneladani cara hidup Maria, marilah kita mengakui segala dosa dan salah kita baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama kita……

Renungan
Payung biasanya orang gunakan untuk melindungi diri dari hujan atau panas mata hari. Itu artinya orang mengindari basah karena kehujanan dan panas karena sengatan matahari. Tetapi, kalau sampai ada gadis berpayungkan matahari tentu mengherankan banyak orang dan akan dianggap sebagai sesuatu yang aneh, istimewa, dan luar biasa. Perempuan  istimewa itulah yang digambarkan Yohanes dalam bacaan pertama hari ini. Kitab Wahyu menggambarkan seorang perempuan yang berpenampilan luar biasa. Perempuan yang digambarkan Yohanes itu istimewa karena menjadikan matahari sebagai gaunnya, bulan dipakai sebagai sepatunya dan bintang sebagai mahkotanya. Sulit kita membayangkan seorang gadis mengenakan pakaian matahari, sepatu bulan dan mahkota bintang. Saya hanya bisa membayangkan kalau perempuan itu pergi ke tempat jauh dan agak lama, pasti kita tidak mengenal siang karena matahari, bulan dan bintang dipakai perempuan itu. Yang kita alami tentu kegelapan total. Dan lebih dari itu mungkin kita akan bertabrakan di mana-mana dengan siapa saja.
Kisah penglihatan Yohanes perihal seorang perempuan dengan deskripsi yang simbolik tadi  menuntut kita untuk mencari makna dan pesannya. Perempuan yang berselubungkan matahari, bermahkota bintang, dan bertahktakan bulan adalah gambaran pribadi yang memiliki keunggulan dalam aneka keutamaan. Semua kita tahu bahwa matahari, bulan, dan bintang adalah kekuatan kosmik yang ditampilkan untuk menyadarkan manusia akan suatu kekuatan supernatural. Keakraban tokoh perempuan pada ketiga kekuatan kosmik itu, jelas menggambarkan kedekatan dan intensitas relasi tokoh itu dengan Dia, TUhan yang hadir di dalam ketiga kekuatan itu. 
Kalau kita membolak-balik Kitab suci khususnya perjanjian baru, kita tidak  akan menemukan penggalan  teks kitab suci  yang secara tegas dan jelas mengisahkan peristiwa pengangkatan Maria ke surga. Injil yang kita baca dan dengar tadi juga tidak menyinggung sedikit pun tentang bagaimana persiapan Maria untuk mudik dan transit dari bumi menuju sorga.  Akhir Juni tahun lalu setelah saya merayakan misa di gereja Taman Getzemani, bersama rombongan pezirah, kami diantar masuk ke satu bangunan tua di lembah Kidron. Menurut pemandu itu adalah tempat Maria berada sebelum dia diangkat atau transit ke surga. Di tempat itu memang tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan bukti seperti halnya peristiwa Yesus naik surga. Tidak jauh dari situ kita ke sebuah bukit dekat tembok ratapan atau tepi barat masjid Yerusalem. Di bukit itu ada gereja kenaikan  dan gereja Pater Noster.Di gereja kenaikan kita bisa melihat bekas telapak kaki Yesus sebelum naik ke surga. Letaknya berdekatan dengan gereja Pater Noster, tempat Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada para murid-Nya.
Perayaan atau pesta Maria diangkat ke surga yang kita rayakan hari ini memang tidak didasarkan pada pembuktikan historis tetapi lebih sebagai satu ajaran iman yang tidak terbantahkan kebenarannya. Ajaran iman ini dalam gereja dikenal sebagai dogma yaitu sesuatu yang harus diterima kebenarannya tanpa harus dibuktikan. Dogma tentang Maria diangkat ke surga dengan badan dan jiwa itu diumumnkan 1 November 1950 oleh Paus Pius XII melalui Konstitusi Apostoliknya: Munificientissimus Deus, sebuah dogma atau ajaran iman yang berisi pengakuan akan pengangkatan Maria ke sorga. Dogma atau ajaran iman ini lebih didasarkan pada keyakinan bahwa Maria sejak awal telah dipilih Allah untuk menjadi mempelai Roh Kudus, menjadi Bunda Yesus sang Putra. Untuk itulah Allah melindungi Maria dari noda dosa dan mengangkatnya jauh mengatasi para malaikat orang kudus. Dogma tentang pengangkatan maria ke Surga dilihat sebagai mahkota dari semua bentuk devosi dan telogi seputar Maria. Dalam Konstitusi Apostolik itu Paus menegaskan: Kami memaklumkan, menyatakan, dan menentukan bahwa Bunda Allah yang tidak bernoda, perawan Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat dengan badan dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi. Pengakuan iman akan pengangkatan Maria ini, juga ditegaskan di dalam dokumen Konsili Vatikan II khususnya dalam Lumen Gentium No.59 yang berbunyi: Akhirnya, setelah menyelesaikan jalan kehidupannya yang fana, Perawan tak bercela yang senantaiasa kebal terhadap semua dosa diangkat ke kerajaan surgawi dengan badan dan jiwanya.
Dogma, ajaran iman perihal pengangkatan Maria ke surga dengan badan dan jiwa, bukanlah hasil perjuangan sesaat. Prestasi seperti ini merupakan hasil rajutan aneka pengalaman suka duka Maria dalam membesarkan dan mengikuti jalan Yesus. Pengalaman Yesus adalah juga pengalaman Maria. Yesus dan Maria tidak terpisahkan sejak episode kandang Betlehem yang penuh sorak gempita pujian para malaikat sampai ke puncak golgota yang mewariskan kepedihan dan duka. Prestasi yang dicapai Maria adalah buah dari kebersamaan, kedekatan, partisipasinya dalam perjalanan dan misi Yesus. Yesus   bertahkta dalam kemuliaan dan Maria juga mengambil bagian di dalam kemuliaan itu.
Saya pribadi sungguh percaya bahwa dogma itu benar adanya. Mengapa? Karena kita tidak bisa memahami, mengimani Yesus tanpa kehadiran seorang tokoh Maria. Ketika saya diperkenankan Tuhan berziarah ke tanah Suci, yang saya dapatkan hanya terangkum dalam satu kata yaitu Kagum. Ketika  memasuki gereja Gantung tempat persembunyian keluarga kudus di tepi sungai Nil Mesir karena dikejar Herodes yang berkuasa di Israel saya kagum. Kagum karena Maria Yosef dan Yesus bersembunyi di situ selama setahun. Menurut penjelasan perjalanan keluarga kudus dari Israel menuju Mesir di tempuh selama tiga tahun. Yesus berada di persembunyai Mesir hanya stahun karena tahun keempat Herodes meninggal dan keluaga Kudus kembali ke Israel. Ketika, memasuki Gereja Betlehem dan melihat kandang tempat Maria melahirkan Yesus saya kagum. Kagum karena Maria  melahirkan dan menghadirkan Allah dalam kesederhanaan. Ketika saya memasuki gereja basilika Nasareth, saya kagum. Kagum karena di tempat itulah Tuhan melalui malaikat menawarkan keselamatan dunia melalui seorang perempuan bernama Maria. Ketika saya merayakan misa di gereja Kana, saya kagum. Kagum karena di tempat itulah Tuhan menyatakan kemuliaannya kepada dunia, berkat intervensi seorang ibu yang  bernama Maria yang prihatin pada kekurangan tuan pesta. Ketika saya memasuki gereja Visitasi (kunjungan Maria), dan gereja Kelahiran Yohanes Pembaptis saya kagum. Kagum, karena di tempat itulah seorang perempuan bernama Maria datang berbagi damai, berbagi salam yang menggembirakan dala kunjungan persaudaraan. Ketika saya mengikuti jalan salib dan tiba di gereja makam kudus  golgota saya kagum. Kagum karena di sana seorang perempuan bernama Maria memangku jasad putranya yang dihukum mati. Akhirnya ketika saya berlut ke makam Yesus aku kagum. Kagum karena di atas makam itu di bawah kaki salib, seorang perempuan berdiri tegar menatap sang Putra meregang nyawa untuk keselamatan dunia. Begitulah Maria itu seorang ibu, seorang prempuan istimewa yang sungguh mengagumkan.
Kisah injil hari ini hanyalah salah satu penggalan episode Partisipasi Maria dalam misi Yesus. Kita mendengar melalui injil tadi bahwa Maria mendatangi saudaranya Elisabeth sekeluarga. Ia mengunjungi mereka karena Maria sendiri telah mendapat kunjungan malaikat. Maria telah menerima kabar sukacita. Sukacita itu tidak ia diamkan untuk dirinya sendiri. Maria mau berbagi dalam kegembiraan bersama orang lain. Ia menghadirkan kegembiraan itu untuk orang lain. Ia berjalan dan pergi dari Nasaret menuju tempat tinggal Elisabeth. Maria harus menepuh perjalanan sejauh 160 km dari Nasareth menuju rumah Zakaria. Untuk mengabadikan peristiwa kunjungan Maria yang dikisahkan injil hari ini, di sana dibangun gereja kunjungan atau gereja visitasi. Tidak jauh dari gereja itu ada gereja kelahiran Yohnaes pembaptis dan di sana ada tempat kudus namanya grotto. Di situlah tempatnya Zakaria bisa berbicara lagi saat memberikan nama kepada Yohanes pembaptis. Dan kita mendengar sendiri bagaimana dampak kehadiran Maria itu terhadap Elisabeth saudaranya. Kehadirannya adalah kehadiran kegembiraan. Dia datang membawa islam, membawa salam, membawa damai. Islam, salam, damai, adalah kekuatan yang menggembirakan. Itulah sebabnya bayi dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan ketika sebuah, islam, sebuah salam, sebuah damai dibagikan.  Islam, salam, damai itu ibarat alunan musik yangmembuat orang terhipnotis dalam kegembiraan yang meluap-luap.
Apa yang dapat kita petik dari kisah injil dan perayaan hari ini? Mungkin kita perlu belajar pada Maria tentang aneka kebajikan dan keutamaan seperti, kesederhanaan, kerendahan hati, kesabaran, ketekunan, keterbukaan, kerjasama, kerelaan untuk berkorban, kerelaan untuk berbagi,  kemauan baik untuk hidup bersama orang lain. Kehebatan Maria nyata dalam setiap kehadirannya di mana saja dan bersama siapa saja. Kemana saja Maria pergi dan bersama siapa saja ia berada  selalu melahirkan kegembiraan, kesejukan, dan harapan. Pendek kata kehadiran Maria adalah kehadiran yang selalu berdampak plus. Kehadiran yang selalu membawa nilai lebih untuk orang lain.
Untuk dapat hadir memberikan nilai tambah pada orang lain bukanlah perkara mudah. Hal itu mengandaikan adanya relasi yang tetap antara seseroang dengan sang sumber utama yaitu Allah sendiri. Kesadaran itulah yang menjadikan Maria Unggul dalam segala kebajikan. Tidaklah terlalu mengherankan kita kalau injil tadi menampilkan Maria yang memuji kebesaran Allah. Maria yang hari ini diangkat ke sorga telah membuka jalan bagi kita untuk hadir, ada dan hidup memberikan nilai tambah untuk orang lain atau lingkungan. Marilah kita belajar dan menimba aneka keutamaan dari Maria agar kehadiran kita di mana saja dan bersama siapa saja senantias membawa kegembiraan. Mudah-mudahan hidup dan diri kita menjadi sebuah salam yang hidup. Sebuah salam yang membangkitkan kegembiraan dan sukacita. Amin.

No comments:

Post a Comment