Friday, August 3, 2012

HARI RAYA MINGGU PENTAKOSTA


HARI RAYA PENTEKOSTA
Kis. 2:1-11; Gal. 5:16-25;  Yoh.15:26-27; 16:12-15
Komunitas Frateran BHK Malang
Buka
Merenungkan hidup kita sebagai orang kristiani, yang mendasarkan iman kepada Yesus Kristus menjadi amat penting. Santo Paulus mengajak kita merenungkan daya kekuatan, yang memungkinkan kita dapat beriman dan mengakui Yesus itu adalah Tuhan (1Kor 12:3). Daya kekuatan itu ialah Roh Kudus, Roh Allah sendiri. Roh Kudus itu dianugerahkan kepada para rasul, kepada Gereja dan kepada kita berkat jasa Yesus Kristus. Roh Kudus adalah daya kekuatan hidup ilahi, kebatinan Allah sendiri, yaitu cinta. Roh Kudus adalah Roh Cinta.
Cinta ilahi yang merupakan kebatinan Allah dianugerahkan menjadi kebatinan kita. Dengan begitu, kita dikembalikan menjadi peserta hidup ilahi secara penuh. Dengan kata lain kita dijadikan sebagai anak-anak Allah. Dengan karunia Roh Kudus, kita diajak untuk hidup dalam persatuan dan persaudaraan yang mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada dalam hidup kita. Oleh kuasa daya kekuatan Roh Kudus, kita diajak untuk menemukan dan menghayati perbedaan tugas sebagai pelayanan demi terwujudnya hidup cinta persekutuan dan persaudaraan.; juga kita diberi kemampuan untuk meretas perbedaan-perbedaan. Roh Kudus seperti itulah yang Tuhan turunkan dan wariskan kepada kita sejak Pentakosta pertama hingga Pentakosta yang kita rayakan hari ini. Tuhan sudah mewariskan aneka kekuatan Roh Kudus itu kepada kita dalam berbagai bentuk ragam pengahadirannya dalam praksis kehidupan kita. Persoalannya terletak pada kualitas pemaknaan kekuatan Roh Kudus itu dalam hidup dan karya kita. Marilah kita memohonkan agar aneka kekuatan roh pentakosta ini sungguh menganimasi seluruh gerak dan dinamika kehidupan kita. Untuk itu kita akui semua bentuk kealpaaan dan dosa kita.

Renungan
Gunawan Mohamad pada kolom Catatan Pinggir di Majalah Tempo pernah menulis kolom berjudul Tertawa. Kolom itu menekankan betapa pentingnya tertawa bagi semua manusia  Ada bebarapa contoh cerita yang diangkat dalam kolom itu dengan harapan orang bisa tertawa. Salah satunya tentang seorang calon Bupati di kabupaten Anu. Saat berkampanye calon bupati Anu dn tim suksesnya berjuang merebut simpati dari sekelompok warga kampung yang masih terisolasi dan jarang dikunjungi para pejabat pemerintah. Karena kampung yang dikunjungi itu masih tergolong primitif dan daerah tertinggal, warganya banyak yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi mereka mengandalkan bahasa setempat, bahasa mereka sendiri. Saat calon Bupati Anu  berkampanye mereka warga kampung semua diundang. Seperti biasanya kalaui orang berkampanye maka yang muncul adalah janji-janji. Kalau Saudara-saudara semua mendukung dan memilih saya menjadi bupatimu, maka bulan pertama saya akan membuka jalan raya ke tempat ini. Warga yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya diam. Seorang pemuda yang mengerti bahasa Indoneia langsung berteriak HOYA sebagai salah satu kata dalam bahasa daerah mereka. Warga kampung lainnya juga ikut berteriak: HOYA…HOYA… Mendengar itu sang calon bupti semakin bersemangat berkampanye dan menyampaikan janjinya. Mendengar itu semua warga berteriak keras: Hoya, Hoya, Hoya. Setelah kampanye kandidat bupati ingin melihal kondisi beberapa kampung kumuh di daerah itu. Saat berjalan ke sana, sang calon bupati dibisiki pemuda yang bisa berbahasa Indonesia. Kalau Bapa berjalan ke sana hati-hatilah di jalan, kata, karena di jalan itu ada banyak HOYA-nya. Cabup terkejut lalu bertanya apa sebenar makna kata HOYA yang diteriakan warga saat kampanye. Apa itu hoya? Tanya calon Bupati. HOYA dalam bahasa daerah di sini berarti kotoran manusia alias TAI, jawab si pemuda. Si calon bupati bingung karena selama ia berkampanye banyak yang berteriak HOYA yang dikiranya berarti teriakan mendUkungnya.

Masalah apa sebenarnya yang  terungkap dari kisah si calon bupati tadi? Malasah pokoknya adalah soal bahasa dan cara berbahasa. Semua kita sepakat bahwa bahasa itu sarana komunikasi antarmanusia yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pemahaman akan suatu hal.  Orang yang tahu, mengerti, dan memahami banyak bahasa akan lebih mudah berkomunikasi dengan siapa saja. Bahasalah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Bahasa merupakan dasar bagi manusia untuk memahami segala hal. Bahasa merupakan kelengkapan kodrat kemanusiaan kita.
Setelah saya membaca Alkitab dan mengaitkannya dengan peristiwa pentakosta, akhirnya saya temukan ada dua peristiwa bahasa yang penting yang tertulis dalam kitab suci. Peristiwa bahasa yang pertama saya anggap sebagai peristiwa kekacauan cara berbahasa manusia dan itu terjadi saat pembangunan candi Babel. Candi Babel runtuh dan gagal dibangun karena terjadi kekaucauan lingiustik/bahasa di antara mereka yang membangunnya. Peristiwa bahasa yang kedua persis berlawanan dengan peristiwa Babel dan itulah yang kita rayakan pada hari Pentakosta ini. Peristiwa penteakosta justru menyatukan dan mempersatukan aneka bahasa dalam sebuah pemaknaan yang tunggal tanpa ambiguitas atau kemaknaan ganda. Perayaan Pentakosta, peristiwa turunnya Roh Kudus dengan pelbagai karunia, daya kekuatannya mengubah serta menggerakkan kita untuk berbahasa tunggal dalam konteks kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.  Kisah para rasul secara jelas mengungkapan bagaimana Roh Kudus menjelma dalam kekuatan bahasa  yang luar biasa. Daya ubah yang digerakkan Roh kudus itu telah menguasai, meresapi hati dan perasaan sekelompok  masa yang berasal dari pelbagai tempat, suku dan bahasa. Daya kekuatan Roh Kudus telah membuat lidah para rasul semakin fasih mewartakan kebenaran tunggal tentang Kristus yang telah bangkit dan telah naik ke surga. Para rasul bukannya berkampanye merebut posisi dan jabatan politik seperti calon bupati dalam cerita awal tadi. Kekuatan daya kejut  karya Roh itu melahirkan pertanyaan “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita”.  Kekuatan Roh Kudus telah mempersatuan pengertian dan pemahaman mereka untuk menerima kebenaran yang diwartakan para murid.
Mengapa Pembicaraan, penyampaian, pewartaan para rasul dimengerti oleh semua pendengar dari pelbagai suku, bangsa dan bahasa? Jawabannya tidak lain karena yang diwartakan itu memang yang benar. Para rasul bukan mewartakan kepalsuan dan kebohongan. Para rasul tidak berbicara atau berkampanye merebut simpati demi kuasa dan jabatan. Mereka berbicara tentang satu hal yaitu kebenaran karya Allah. Bahasa para rasul adalah bahasa universal dan materi pewartaan mereka juga materi universal. Apakah bahasa dan materi universal itu. Jawabannya adalah CINTA karena cinta itulah yang menjadi dasar hidup yang damai dan sentosa.
Sebagai anak-anak Allah, karena memiliki Roh yang sama dan satu, kita memiliki hidup yang sama dan satu yaitu CINTA. Itulah landasan persekutuan hidup yang menjadikan kita satu sama lain. Oleh karena itu dengan turunnya Roh Kudus, kita dibawa masuk ke dalam “permainan bahasa CINTA  ALLAH”, untuk membangun dan memelihara persatuan: dengan Allah dan sesama. Bahasa dalam konteks injil disebut Sabda atau Firman. Dan Firman yang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus merupakan tindakan Allah menyucikan bahasa dan hidup kita.  Ketika Sabda atau Firman menjelma menjadi manusia maka  bahasa manusia menjadi: bahasa yang tertebus.
Bahasa tertebus adalah bahasa yang dijelmakan dalam tindakan atau perbuatan yang  menghidupkan persekutuan kita dengan sesama. Itulah yang kita sebut sebagai bahasa kasih. Sementara itu,  bahasa tidak tertebus akan muncul dalam tindakan yang melahirkan kekerasan dan malapetaka. Bahasa tak tertebus itu menghancurkan persaudaraan antara kita. Pelbagai konflik, masalah yang diberitakan dalam media massa kita belakangan ini  dapat dilihat sebagai indikasi ketidakmampuan kita untuk mem-bahasa-kan kasih Allah, yang telah dirintis dan diperagakan oleh Sang Firman itu. Cerita dan berita yang membuat banyak orang bingung bukanlah bahasa yang bersumberkan pada Roh. Belakangan ini bahasa yang paling laris adalah bahasa yang menyudutkan dan menghina orang lain dengan aneka dalihnya. Polemik tentang Konser musik Lady Gaga dan pemberian remisi untuk gembong narkoba kelahiran negeri kaguru oleh Presiden terkesan menampilkan bahasa kekerasan dan bertendensi politis.  Beberapa hal tersebut jelaslah bukanlah buah roh melainkan hasil dari perbuatan daging seperti yang kitakan dalam bacaan kedua hari ini.
Roh Kudus yang turun menjiwai para rasul telah menyucikan bahasa-bahasa manusia menjadi bahasa Cinta yang memungkinkan kita merasakan sesamanya sebagai bagian dari diri kita. Dasarnya, adalah pembaptisan yang sama sebagai satu anggota tubuh yang sama. Gagasan inilah yang harus kita maknai dan renungkan dari Sabda Yesus ini: Roh Kudus akan mengingatkan kamu akan apa yang telah Kukatakan kepadamu”. Inti ajaran Yesus adalah: hukum cinta kasih dalam rangka mewujudkan kehidupan yang aman dan damai. Damai adalah warisan abadi yang dihembuskan untuk menghidupkan orang beriman. Yesus mewarisi kita damai dengan maksud kita menjadi duta damai melalui tutur bahasa kita. Damai sentosa yang diharapkan itu hanya akan terwujud kalau manusia menggunakan bahasa tertebus dan menghilangkan bahasa yang memecah belah memancing permusuhan. Sama seperti Bapa mengutus Aku untuk membawa damai demikian juga Aku mengutus kamu untuk membawa damai itu dalam perkataan dan perbuatan yang benar.
Karunia Roh Kudus masa kini perlu menjadi pengumuman hukum baru: bukan lagi dalam rupa log-log batu seperti dahulu kala, melainkan hukum yang dipahatkan pada Hati dan Tangan kita. Allah tidak hanya menyampaikan peraturan-peraturan hidup, melainkan memberikan Roh-Nya, agar kita manusia lebih kreatif dalam mencintai Allah dan sesama. Karunia Roh Kudus itu memungkinkan kita mampu berbicara, berkomunikasi iman dalam pelbagai bahasa yang mempersatukan serta menghidupkan. Semoga

No comments:

Post a Comment