HARI RAYA PENTEKOSTA
Kis. 2:1-11; Gal. 5:16-25; Yoh.15:26-27; 16:12-15
Komunitas Frateran
BHK Malang
Buka
Merenungkan
hidup kita sebagai orang kristiani, yang mendasarkan iman kepada Yesus Kristus
menjadi amat penting. Santo Paulus mengajak kita merenungkan daya kekuatan,
yang memungkinkan kita dapat beriman dan mengakui Yesus itu adalah Tuhan (1Kor
12:3). Daya kekuatan itu ialah Roh Kudus, Roh Allah sendiri. Roh Kudus itu
dianugerahkan kepada para rasul, kepada Gereja dan kepada kita berkat jasa
Yesus Kristus. Roh Kudus adalah daya kekuatan hidup ilahi, kebatinan Allah
sendiri, yaitu cinta. Roh Kudus adalah Roh Cinta.
Cinta ilahi
yang merupakan kebatinan Allah dianugerahkan menjadi kebatinan kita. Dengan
begitu, kita dikembalikan menjadi peserta hidup ilahi secara penuh. Dengan kata
lain kita dijadikan sebagai anak-anak Allah. Dengan karunia Roh Kudus, kita
diajak untuk hidup dalam persatuan dan persaudaraan yang mengatasi
perbedaan-perbedaan yang ada dalam hidup kita. Oleh kuasa daya kekuatan Roh
Kudus, kita diajak untuk menemukan dan menghayati perbedaan tugas sebagai
pelayanan demi terwujudnya hidup cinta persekutuan dan persaudaraan.; juga kita
diberi kemampuan untuk meretas perbedaan-perbedaan. Roh Kudus seperti itulah
yang Tuhan turunkan dan wariskan kepada kita sejak Pentakosta pertama hingga
Pentakosta yang kita rayakan hari ini. Tuhan sudah mewariskan aneka kekuatan
Roh Kudus itu kepada kita dalam berbagai bentuk ragam pengahadirannya dalam
praksis kehidupan kita. Persoalannya terletak pada kualitas pemaknaan kekuatan
Roh Kudus itu dalam hidup dan karya kita. Marilah kita memohonkan agar aneka
kekuatan roh pentakosta ini sungguh menganimasi seluruh gerak dan dinamika
kehidupan kita. Untuk itu kita akui semua bentuk kealpaaan dan dosa kita.
Renungan
Gunawan Mohamad pada kolom Catatan Pinggir di
Majalah Tempo pernah menulis
kolom berjudul Tertawa. Kolom itu
menekankan betapa pentingnya tertawa bagi semua manusia Ada bebarapa contoh cerita yang diangkat
dalam kolom itu dengan harapan orang bisa tertawa. Salah satunya tentang
seorang calon Bupati di kabupaten Anu. Saat berkampanye calon bupati Anu dn tim
suksesnya berjuang merebut simpati dari sekelompok warga kampung yang masih
terisolasi dan jarang dikunjungi para pejabat pemerintah. Karena kampung yang
dikunjungi itu masih tergolong primitif dan daerah tertinggal, warganya banyak
yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi mereka mengandalkan
bahasa setempat, bahasa mereka sendiri. Saat calon Bupati Anu berkampanye mereka warga kampung semua
diundang. Seperti biasanya kalaui orang berkampanye maka yang muncul adalah
janji-janji. Kalau Saudara-saudara semua mendukung dan memilih saya menjadi
bupatimu, maka bulan pertama saya akan membuka jalan raya ke tempat ini. Warga
yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya diam. Seorang pemuda yang mengerti
bahasa Indoneia langsung berteriak HOYA sebagai salah satu kata dalam bahasa
daerah mereka. Warga kampung lainnya juga ikut berteriak: HOYA…HOYA… Mendengar
itu sang calon bupti semakin bersemangat berkampanye dan menyampaikan janjinya.
Mendengar itu semua warga berteriak keras: Hoya, Hoya, Hoya. Setelah kampanye
kandidat bupati ingin melihal kondisi beberapa kampung kumuh di daerah itu.
Saat berjalan ke sana, sang calon bupati dibisiki pemuda yang bisa berbahasa
Indonesia. Kalau Bapa berjalan ke sana hati-hatilah di jalan, kata, karena di
jalan itu ada banyak HOYA-nya. Cabup terkejut lalu bertanya apa sebenar makna
kata HOYA yang diteriakan warga saat kampanye. Apa itu hoya? Tanya calon
Bupati. HOYA dalam bahasa daerah di sini berarti kotoran manusia alias TAI,
jawab si pemuda. Si calon bupati bingung karena selama ia berkampanye banyak
yang berteriak HOYA yang dikiranya berarti teriakan mendUkungnya.
Masalah apa sebenarnya yang terungkap dari kisah si calon bupati tadi?
Malasah pokoknya adalah soal bahasa dan cara berbahasa. Semua kita sepakat
bahwa bahasa itu sarana komunikasi antarmanusia yang memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi dan pemahaman akan suatu hal. Orang yang tahu, mengerti, dan memahami
banyak bahasa akan lebih mudah berkomunikasi dengan siapa saja. Bahasalah yang
membedakan manusia dari makhluk lainnya. Bahasa merupakan dasar bagi manusia
untuk memahami segala hal. Bahasa merupakan kelengkapan kodrat kemanusiaan
kita.
Setelah saya membaca Alkitab dan mengaitkannya
dengan peristiwa pentakosta, akhirnya saya temukan ada dua peristiwa bahasa
yang penting yang tertulis dalam kitab suci. Peristiwa bahasa yang pertama saya
anggap sebagai peristiwa kekacauan cara berbahasa manusia dan itu terjadi saat
pembangunan candi Babel. Candi Babel runtuh dan gagal dibangun karena terjadi
kekaucauan lingiustik/bahasa di antara mereka yang membangunnya. Peristiwa
bahasa yang kedua persis berlawanan dengan peristiwa Babel dan itulah yang kita
rayakan pada hari Pentakosta ini. Peristiwa penteakosta justru menyatukan dan
mempersatukan aneka bahasa dalam sebuah pemaknaan yang tunggal tanpa ambiguitas
atau kemaknaan ganda. Perayaan Pentakosta, peristiwa turunnya Roh Kudus dengan
pelbagai karunia, daya kekuatannya mengubah serta menggerakkan kita untuk
berbahasa tunggal dalam konteks kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Kisah para rasul secara jelas mengungkapan
bagaimana Roh Kudus menjelma dalam kekuatan bahasa yang luar biasa. Daya ubah yang digerakkan
Roh kudus itu telah menguasai, meresapi hati dan perasaan sekelompok masa yang berasal dari pelbagai tempat, suku
dan bahasa. Daya kekuatan Roh Kudus telah membuat lidah para rasul semakin
fasih mewartakan kebenaran tunggal tentang Kristus yang telah bangkit dan telah
naik ke surga. Para rasul bukannya berkampanye merebut posisi dan jabatan
politik seperti calon bupati dalam cerita awal tadi. Kekuatan daya kejut karya Roh itu melahirkan pertanyaan
“Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam
bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita”. Kekuatan Roh Kudus telah mempersatuan
pengertian dan pemahaman mereka untuk menerima kebenaran yang diwartakan para
murid.
Mengapa Pembicaraan, penyampaian, pewartaan
para rasul dimengerti oleh semua pendengar dari pelbagai suku, bangsa dan
bahasa? Jawabannya tidak lain karena yang diwartakan itu memang yang benar.
Para rasul bukan mewartakan kepalsuan dan kebohongan. Para rasul tidak
berbicara atau berkampanye merebut simpati demi kuasa dan jabatan. Mereka
berbicara tentang satu hal yaitu kebenaran karya Allah. Bahasa para rasul
adalah bahasa universal dan materi pewartaan mereka juga materi universal. Apakah
bahasa dan materi universal itu. Jawabannya adalah CINTA karena cinta itulah
yang menjadi dasar hidup yang damai dan sentosa.
Sebagai anak-anak
Allah, karena memiliki Roh yang sama dan satu, kita memiliki hidup yang sama
dan satu yaitu CINTA. Itulah landasan persekutuan hidup yang menjadikan kita
satu sama lain. Oleh karena itu dengan turunnya Roh Kudus, kita dibawa masuk ke
dalam “permainan bahasa CINTA ALLAH”,
untuk membangun dan memelihara persatuan: dengan Allah dan sesama. Bahasa dalam
konteks injil disebut Sabda atau Firman. Dan Firman yang menjadi manusia dalam
diri Yesus Kristus merupakan tindakan Allah menyucikan bahasa dan hidup kita. Ketika Sabda atau Firman menjelma menjadi
manusia maka bahasa manusia menjadi:
bahasa yang tertebus.
Bahasa tertebus
adalah bahasa yang dijelmakan dalam tindakan atau perbuatan yang menghidupkan persekutuan kita dengan sesama.
Itulah yang kita sebut sebagai bahasa kasih. Sementara itu, bahasa tidak tertebus akan muncul dalam
tindakan yang melahirkan kekerasan dan malapetaka. Bahasa tak tertebus itu
menghancurkan persaudaraan antara kita. Pelbagai konflik, masalah yang
diberitakan dalam media massa kita belakangan ini dapat dilihat sebagai indikasi ketidakmampuan
kita untuk mem-bahasa-kan kasih Allah, yang telah dirintis dan diperagakan oleh
Sang Firman itu. Cerita dan berita yang membuat banyak orang bingung bukanlah
bahasa yang bersumberkan pada Roh. Belakangan ini bahasa yang paling laris
adalah bahasa yang menyudutkan dan menghina orang lain dengan aneka dalihnya.
Polemik tentang Konser musik Lady Gaga dan pemberian remisi untuk gembong
narkoba kelahiran negeri kaguru oleh Presiden terkesan menampilkan bahasa
kekerasan dan bertendensi politis. Beberapa
hal tersebut jelaslah bukanlah buah roh melainkan hasil dari perbuatan daging
seperti yang kitakan dalam bacaan kedua hari ini.
Roh Kudus yang turun
menjiwai para rasul telah menyucikan bahasa-bahasa manusia menjadi bahasa Cinta
yang memungkinkan kita merasakan sesamanya sebagai bagian dari diri kita.
Dasarnya, adalah pembaptisan yang sama sebagai satu anggota tubuh yang sama.
Gagasan inilah yang harus kita maknai dan renungkan dari Sabda Yesus ini: Roh
Kudus akan mengingatkan kamu akan apa yang telah Kukatakan kepadamu”. Inti
ajaran Yesus adalah: hukum cinta kasih dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
aman dan damai. Damai adalah warisan abadi yang dihembuskan untuk menghidupkan
orang beriman. Yesus mewarisi kita damai dengan maksud kita menjadi duta damai
melalui tutur bahasa kita. Damai sentosa yang diharapkan itu hanya akan
terwujud kalau manusia menggunakan bahasa tertebus dan menghilangkan bahasa
yang memecah belah memancing permusuhan. Sama seperti Bapa mengutus Aku untuk
membawa damai demikian juga Aku mengutus kamu untuk membawa damai itu dalam
perkataan dan perbuatan yang benar.
Karunia Roh
Kudus masa kini perlu menjadi pengumuman hukum baru: bukan lagi dalam rupa
log-log batu seperti dahulu kala, melainkan hukum yang dipahatkan pada Hati dan
Tangan kita. Allah tidak hanya menyampaikan peraturan-peraturan hidup,
melainkan memberikan Roh-Nya, agar kita manusia lebih kreatif dalam mencintai
Allah dan sesama. Karunia Roh Kudus itu memungkinkan kita mampu berbicara,
berkomunikasi iman dalam pelbagai bahasa yang mempersatukan serta menghidupkan.
Semoga
No comments:
Post a Comment