Saturday, August 4, 2012

MINGGU BIASA PEKAN XVIII THN B


Renungan Minggu Biasa ke-18 Th.B/2, 5 Agustus 2012

Kel. 16:2-4.12-15;  Ef. 4:17.20-24; Yoh. 6:24-35
Komunitas Frateran BHK Celaket 21 Malang
Buka
Kita semua pernah mendengar pepatah ini: Ada gula ada semut. Kita semua tahu arti pepatah ini. Di mana ada hal yang menguntungkan, menyenangkan, yang menarik biasanya ke sanalah orang-orang akan pergi berbondong-bondong mencari keuntungan. Bacaan cusi pada Minggu Biasa ke-18 mengangkat kisah sekelompok besar manusia yang meningglkan tempat asal mereka untuk mencari sesuatu. Bangsa Israel dalam bacaan pertama bagaikan semut  yang mencari sesuatu di padang gurun.  Orang banyak  yang mencari Yesus juga bagaikan semut yang mencari sesuatu. Hidup mencari keuntungan gaya semut di mata Yesus bukanlah hidup bermakna. Hidup  akan berarti kalau orang mencari dan mendapatkan sesuatu untuk jiwanya. Kita akui kesalahan kita karena sekian sering hidup kita hanyalah kerumuman tanpa arah. Kita sering mencari hal yang menyelamatkan badan tetapi mengorbankan jiwa kita.

Renungan
Kalau kita mengambil inti atau sari dari bacaan hari ini maka kita akan menemukan satu masalah pokok yang hendak diungkapkan. Ada satu perkara besar yang mau diangkat dan itu perkara yang berpautan dengan hidup dan kehidupan manusia. Perkara besar itu tidak lain adalah perkara makan dan minum. Perkara Konsumsi. Perkara perut fisik. Perkara besar itu merupakan masalah klasik. Bukan masalah baru. Mengapa? Karena soal makan minum ini sudah ada sejak manusia pertama. Bahkan, dosa pertama itu terjadi karena kasus/peristiwa makan memakan. Eva dan Adam makan buah terlarang  sehingga tersingkir dari dari Firdaus. Lebih  dari itu mereka harus menerima kematian sebagai akibatnya.
Kerja memakan, aktus memakan ternyata tetap membuat manusia mati. Maka terus dan terus makan bagi manusia tidak mampu menghalangi kematian. Malahan, saat ini semakin banyak jenis makanan yang diproses secara kimia, dikonsumsi manusia, makin besar kemungkinan menderita banyak penyakit. Selama hidupnya manusia makan berkali-kali, berulang-ulang.
Diskusi dan persoalan seputar makan dan minuman selalu menjadi masalah aktual karena menyangkut hidup mati manusia secara fisik. Perkara ini bukan monopoli kita yang hadir di sini. Hal ini sudah menjadi masalah pokok bangsa Israel seperti dikedepakan kitab Keluaran dalam bacaan pertama tadi. Musa harus menghadapi bangsa Israel yang menuntut makanan dan minuman ketika harus berhadapan dengan situasi di padang gurun yang kering. Musa dipaksa untuk memuaskan kebutuhan Israel akan makan minum. Israel merasa diri diperdaya Musa ketika kelaparan dan kehausan. Musa merasa stres berat karena digonggong dari mana-mana. Dia dinilai tidak beratanggung jawab, tidak becus mengurus konsumsi. Orang Israel semuanya protes bukan saja karena menu kamanannya tidak betul tetapi terlebih karena porsi makanannya amat terbatas. Bangsa itu selalu ingat kembali semua makanan enak mereka yang berkelimpahan di rumah sebelum mereka datang ke padang gurun.
Umpatan dan caci maki menjadi makanan utama Musa saat itu. Musa yang dipilih dan dipercayakan untuk menghantar bangsa itu tampaknya tidak putus asa. Ia yakin akan kuasa Tuhan yang segera menolongnya. Keluhan Musa mendapatan tanggapan langsung dari Yahwe. Kuasa itu terbukti ketika Yahwe sendiri menghujankan roti secara langsung dari Surga. Tuhan seakan-akan menurunkan nasi kotak  sebanyak yang dibutuhkan. Tuhan masih punya hati, mencintai Israel dalam bentuk makanan jasmani, makanan untuk tubuh. Tuhan sendiri bersabda: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu. Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu."
Pengalaman bangsa Israel ini tentu saja pengalaman yang luar biasa. Betapa rindunya hati kita, kalau kita lapar dan haus lalu tiba-tiba roti, es soda gembira, es campur, pisang goreng, supermi, telur rebus turun dari surga. Kalau itu terjadi maka sekarang tidak perlu ada petani, tidak perlu ada nelayan, tidak perlu ada pegawai, tidak perlu ada guru atau profesi lainnya. Kalau itu yang terjadi maka semua kita menjadi orang yang malas dan hanya menunggu kematian.
Saat ini Tuhan masih menurunkan Roti dan daging itu dalam bentuk yang lain. Padi  dan jagung, kelapa dan hewan apa saja adalah makanan jasmani yang dibutuhkan oleh manusia agar hidup. Tanpa makanan, padi, jagung, ubi atau apa saja kita manusia tidak mungkin hidup. Sebab itu Tuhan selalu menyiapkan dan memberikan itu pada waktunya asalkan manusia bekerja dan berusaha mencari­nya.
Perkara makan untuk Israel tadi adalah makanan jasmani yang sifatnya semenatara. Makanan yang membuat orang tatap merasa lapar dan haus. Karena itulah Tuhan menghendaki agar kita manusia bukan saja menerima dan menikmati makanan yang menjamin kelangsung fisik jasmaniah tetapi terlebih menerima makanan yang menjamin kehidupan jiwa yang sifatnya kekal dan abadi. Makanan jasmani yang diberikan kepada manusia haruslah mampu menghantar manusia pada pengenalan akan Tuhan. Tuhan menyiapkan dan memberikan makanan jasmani agar "kamu mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu". Makanan jasma­ni mesti mengantar orang, kita manusia kepada pengetahuan akan Tuhan. Kemakmuran hidup, kelimpahan harta kekayaan mesti membawa orang kepada Tuhan, mesti membuat orang mengenal Tuhan. Dengan kata lain segala bentuk kesibukan manusia dalam memaknai kehidupan harus  mengantarnya pada cita-cita untuk memperoleh jaminan kehidupan yang kekal.
Yesus melalui penggalan Injil Yohanes memberikan satu penjelasan perihal hakikat makanan manusia dari perspektif lain. Yesus memberi kunci rahasia kepada manusia yang menghendaki kehidupan kekal. Yesus berbicara soal makan tetapi bukan makanan jasmani yang kehilangan makna ketika manusia lenyap secara fisik. Ia berbicara perihal makanan atau roti kehidupan yang kekal. Episode perjumpaan Yesus dengan orang banyak yang mencarinya dalam injil tadi telah memberikan kepada kita suatu penjelasan tentang panggilan kehidupan yang pertama dan terutama. Dialog Yesus dengan orang banyak tadi  secara eksplisit  menampilkan dua jenis jaminan kehidupan manusia dan tingkat kualitas yang berbeda. Orang banyak mengikuti Yesus dengan logika kehidupan yang biasa. Mereka mengikuti Yesus sekadar mendapatkan roti pengisi perut jasmani mereka. Pada kesempatan berdialog seperti itulah Yesus menjelaskan visi dan misi perutusan-Nya. Ia secara langsung menepis harapan orang banyak yang mencarinya sekadar mendapat kamanan. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena melihat tanda melainkan karena ingin mendapatkan roti.
Gerak gerik atau modus operandi orang banyak itu terdeteksi dalam pengelihatan Yesus bahwa mereka hanya mau mencari Roti dan bukannya untuk mencari dan memuji Tuhan yang telah melakukan pelbagai tanda dan mukjizat. Orang banyak itu di mata Yesus termasuk orang yang hidup sekadar hidup, artinya asal selalu dapat makan itu sudah cukup. Tidak lebih dari itu. Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata dalam nada imperatif: Bekerjalah bukan untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa melainkan untuk mendapatkan makanan yang bertahan sampai kekal. Perintah Yesus itu tegas dan jelas karena dalam perintah itu Yesus menunjukkan secara langsung dan pasti bahwa dirinyalah roti yang menjamin keselamatan jiwa manusia hingga kekal. Orang banyak masih bimbang dan pertanya tentang strategi, taktik yang harus dipakai untuk memperoleh hidup yang kekal. Yesus dengan lemah lembut menjawab mereka: Inilah perkerjaan yang dikehendaki Allah daripadamu yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus Allah.
Orang banyak masih bimbang dan meminta tanda. Dalam kesabaran Yesus menjawab dengan mengangkat tanda yang dialami nenek moyang mereka, bangsa Israel yang mendapat Roti di padang gurun. Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka mendapat Roti dari Musa. Yesus meluruskan pandangan mereka dengan berkata: Sesungguhnya bukan Musa yang memberikan Roti itu melainkan Bapa-Ku. Penjelasan Yesus sungguh menyentuh hati mereka sehingga mereka secara spontan meminta Roti itu kepada Yesus. Jawaban Yesus hanya satu: Akulah Roti kehidupan itu dan barang siapa percaya akan hidup selamanya.
Dialog antara Yesus dan orang banyak dalam injil tadi berakhir secara mengejutkan. Mengapa? Karena di sana tampak sekali proses dan tahap serta dinamika perkembangan cara berpikir manusia berhadapan dengan apa yang disampaikan Yesus. Semula orang banyak itu datang mencari Yesus hanya untuk mencari makan minum. Tetapi kemudian mereka bukan hanya menerima makan minum untuk jaminan fisik melainkan makan minum yang menjamin kehidupan jiwa mereka. Suatu proses perubahan hati dan hidup dari dalam.
Panggilan hidup kita orang beriman sebagai pengikut Kristus juga mengalami proses dan dinamika mulai dari yang sederhana sampai pada tingkat yang luar biasa. Perkembangan motivasi orang banyak untuk mencari dan mengikuti Yesus berkembang tahap demi tahap. Demikian pula motivasi panggilan kita akan berkembang. Mencari roti saja ataukah mau mengikuti Tuhan sebagai Roti hidup untuk jiwa kita?
Motivasi orang banyak dalam injil hari ini telah dimurnikan sehingga cara pandang mereka untuk mengikuti Yesus juga sudah berubah. Semula mereka datang untuk memenuhi kebutuhan fisik tetapi kemudian mereka berubah mendapatkan pemenuhan kebutuhan jiwa. Mengikuti Yesus berarti rela dan mau berubah seturut patokan Yesus. Dalam bahasa Santu Paulus menurut suratnya kepada jemaat di Efesus hari ini, mengikuti Yesus berarti orang harus mengenakan manusia baru sebagai ciptaan baru. Kalau hidup, cara hidup, tingkah laku, tututur kata kita tidak pernah berubah itu artinya kita belum menjadi manusia baru.
Menerima Yesus sebagai makanan yang menjamin kehidupan jiwa menuntut kita untuk melakukan reorientas dan reformasi dan bila perlu revolusi atas diri dan kehidupan kita. Yakinlah Tuhan berpihak kepada orang yang mau berubah dan berkembang menuju Allah dan kalau Tuhan berpihak kepada kita, siapkah yang berani melawan kita? Tuhan mampu mengubah saya dan Anda, mengubah kita semua…. Amin

No comments:

Post a Comment