Renungan
Minggu Biasa ke-18 Th.B/2, 5 Agustus 2012
Kel. 16:2-4.12-15; Ef. 4:17.20-24; Yoh. 6:24-35
Komunitas Frateran BHK Celaket
21 Malang
Buka
Kita
semua pernah mendengar pepatah ini: Ada gula ada semut. Kita semua tahu arti
pepatah ini. Di mana ada hal yang menguntungkan, menyenangkan, yang menarik
biasanya ke sanalah orang-orang akan pergi berbondong-bondong mencari keuntungan.
Bacaan cusi pada Minggu Biasa ke-18 mengangkat kisah sekelompok besar manusia
yang meningglkan tempat asal mereka untuk mencari sesuatu. Bangsa Israel dalam
bacaan pertama bagaikan semut yang
mencari sesuatu di padang gurun. Orang
banyak yang mencari Yesus juga bagaikan
semut yang mencari sesuatu. Hidup mencari keuntungan gaya semut di mata Yesus
bukanlah hidup bermakna. Hidup akan
berarti kalau orang mencari dan mendapatkan sesuatu untuk jiwanya. Kita akui
kesalahan kita karena sekian sering hidup kita hanyalah kerumuman tanpa arah.
Kita sering mencari hal yang menyelamatkan badan tetapi mengorbankan jiwa kita.
Renungan
Kalau kita mengambil inti atau sari dari bacaan hari ini
maka kita akan menemukan satu masalah pokok yang hendak diungkapkan. Ada satu
perkara besar yang mau diangkat dan itu perkara yang berpautan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Perkara besar itu tidak lain adalah perkara makan dan minum.
Perkara Konsumsi. Perkara perut fisik. Perkara besar itu merupakan masalah
klasik. Bukan masalah baru. Mengapa? Karena soal makan minum ini sudah ada
sejak manusia pertama. Bahkan, dosa pertama itu terjadi karena kasus/peristiwa
makan memakan. Eva dan Adam makan buah terlarang sehingga tersingkir dari dari Firdaus.
Lebih dari itu mereka harus menerima
kematian sebagai akibatnya.
Kerja memakan, aktus memakan ternyata tetap membuat
manusia mati. Maka terus dan terus makan bagi manusia tidak mampu menghalangi
kematian. Malahan, saat ini semakin banyak jenis makanan yang diproses secara
kimia, dikonsumsi manusia, makin besar kemungkinan menderita banyak penyakit. Selama
hidupnya manusia makan berkali-kali, berulang-ulang.
Diskusi dan persoalan seputar makan dan minuman selalu
menjadi masalah aktual karena menyangkut hidup mati manusia secara fisik.
Perkara ini bukan monopoli kita yang hadir di sini. Hal ini sudah menjadi
masalah pokok bangsa Israel seperti dikedepakan kitab Keluaran dalam bacaan
pertama tadi. Musa harus menghadapi bangsa Israel yang menuntut makanan dan
minuman ketika harus berhadapan dengan situasi di padang gurun yang kering. Musa
dipaksa untuk memuaskan kebutuhan Israel akan makan minum. Israel merasa diri
diperdaya Musa ketika kelaparan dan kehausan. Musa merasa stres berat karena
digonggong dari mana-mana. Dia dinilai tidak beratanggung jawab, tidak becus
mengurus konsumsi. Orang Israel semuanya protes bukan saja karena menu
kamanannya tidak betul tetapi terlebih karena porsi makanannya amat terbatas.
Bangsa itu selalu ingat kembali semua makanan enak mereka yang berkelimpahan di
rumah sebelum mereka datang ke padang gurun.
Umpatan dan caci maki menjadi makanan utama Musa saat
itu. Musa yang dipilih dan dipercayakan untuk menghantar bangsa itu tampaknya
tidak putus asa. Ia yakin akan kuasa Tuhan yang segera menolongnya. Keluhan
Musa mendapatan tanggapan langsung dari Yahwe. Kuasa itu terbukti ketika Yahwe
sendiri menghujankan roti secara langsung dari Surga. Tuhan seakan-akan
menurunkan nasi kotak sebanyak yang
dibutuhkan. Tuhan masih punya hati, mencintai Israel dalam bentuk makanan
jasmani, makanan untuk tubuh. Tuhan sendiri bersabda: "Sesungguhnya Aku
akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu. Pada waktu senja kamu akan makan
daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan
mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu."
Pengalaman bangsa Israel ini tentu saja pengalaman yang
luar biasa. Betapa rindunya hati kita, kalau kita lapar dan haus lalu tiba-tiba
roti, es soda gembira, es campur, pisang goreng, supermi, telur rebus turun dari
surga. Kalau itu terjadi maka sekarang tidak perlu ada petani, tidak perlu ada
nelayan, tidak perlu ada pegawai, tidak perlu ada guru atau profesi lainnya.
Kalau itu yang terjadi maka semua kita menjadi orang yang malas dan hanya
menunggu kematian.
Saat ini Tuhan masih menurunkan Roti dan daging itu
dalam bentuk yang lain. Padi dan jagung,
kelapa dan hewan apa saja adalah makanan jasmani yang dibutuhkan oleh manusia
agar hidup. Tanpa makanan, padi, jagung, ubi atau apa saja kita manusia tidak
mungkin hidup. Sebab itu Tuhan selalu menyiapkan dan memberikan itu pada
waktunya asalkan manusia bekerja dan berusaha mencarinya.
Perkara makan untuk Israel tadi adalah makanan jasmani
yang sifatnya semenatara. Makanan yang membuat orang tatap merasa lapar dan
haus. Karena itulah Tuhan menghendaki agar kita manusia bukan saja menerima dan
menikmati makanan yang menjamin kelangsung fisik jasmaniah tetapi terlebih
menerima makanan yang menjamin kehidupan jiwa yang sifatnya kekal dan abadi.
Makanan jasmani yang diberikan kepada manusia haruslah mampu menghantar manusia
pada pengenalan akan Tuhan. Tuhan menyiapkan dan memberikan makanan jasmani
agar "kamu mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu". Makanan jasmani
mesti mengantar orang, kita manusia kepada pengetahuan akan Tuhan. Kemakmuran
hidup, kelimpahan harta kekayaan mesti membawa orang kepada Tuhan, mesti
membuat orang mengenal Tuhan. Dengan kata lain segala bentuk kesibukan manusia
dalam memaknai kehidupan harus mengantarnya
pada cita-cita untuk memperoleh jaminan kehidupan yang kekal.
Yesus melalui penggalan Injil Yohanes memberikan satu
penjelasan perihal hakikat makanan manusia dari perspektif lain. Yesus memberi
kunci rahasia kepada manusia yang menghendaki kehidupan kekal. Yesus berbicara
soal makan tetapi bukan makanan jasmani yang kehilangan makna ketika manusia
lenyap secara fisik. Ia berbicara perihal makanan atau roti kehidupan yang
kekal. Episode perjumpaan Yesus dengan orang banyak yang mencarinya dalam injil
tadi telah memberikan kepada kita suatu penjelasan tentang panggilan kehidupan
yang pertama dan terutama. Dialog Yesus dengan orang banyak tadi secara eksplisit menampilkan dua jenis jaminan kehidupan
manusia dan tingkat kualitas yang berbeda. Orang banyak mengikuti Yesus dengan
logika kehidupan yang biasa. Mereka mengikuti Yesus sekadar mendapatkan roti
pengisi perut jasmani mereka. Pada kesempatan berdialog seperti itulah Yesus menjelaskan
visi dan misi perutusan-Nya. Ia secara langsung menepis harapan orang banyak
yang mencarinya sekadar mendapat kamanan. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
kamu mencari Aku bukan karena melihat tanda melainkan karena ingin mendapatkan
roti.
Gerak gerik atau modus operandi orang banyak itu
terdeteksi dalam pengelihatan Yesus bahwa mereka hanya mau mencari Roti dan
bukannya untuk mencari dan memuji Tuhan yang telah melakukan pelbagai tanda dan
mukjizat. Orang banyak itu di mata Yesus termasuk orang yang hidup sekadar
hidup, artinya asal selalu dapat makan itu sudah cukup. Tidak lebih dari itu.
Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata dalam nada imperatif: Bekerjalah bukan
untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa melainkan untuk mendapatkan makanan
yang bertahan sampai kekal. Perintah Yesus itu tegas dan jelas karena dalam
perintah itu Yesus menunjukkan secara langsung dan pasti bahwa dirinyalah roti
yang menjamin keselamatan jiwa manusia hingga kekal. Orang banyak masih bimbang
dan pertanya tentang strategi, taktik yang harus dipakai untuk memperoleh hidup
yang kekal. Yesus dengan lemah lembut menjawab mereka: Inilah perkerjaan yang
dikehendaki Allah daripadamu yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
diutus Allah.
Orang banyak masih bimbang dan meminta tanda. Dalam
kesabaran Yesus menjawab dengan mengangkat tanda yang dialami nenek moyang
mereka, bangsa Israel yang mendapat Roti di padang gurun. Mereka percaya bahwa
nenek moyang mereka mendapat Roti dari Musa. Yesus meluruskan pandangan mereka
dengan berkata: Sesungguhnya bukan Musa yang memberikan Roti itu melainkan
Bapa-Ku. Penjelasan Yesus sungguh menyentuh hati mereka sehingga mereka secara
spontan meminta Roti itu kepada Yesus. Jawaban Yesus hanya satu: Akulah Roti
kehidupan itu dan barang siapa percaya akan hidup selamanya.
Dialog antara Yesus dan orang banyak dalam injil tadi
berakhir secara mengejutkan. Mengapa? Karena di sana tampak sekali proses dan
tahap serta dinamika perkembangan cara berpikir manusia berhadapan dengan apa
yang disampaikan Yesus. Semula orang banyak itu datang mencari Yesus hanya
untuk mencari makan minum. Tetapi kemudian mereka bukan hanya menerima makan
minum untuk jaminan fisik melainkan makan minum yang menjamin kehidupan jiwa
mereka. Suatu proses perubahan hati dan hidup dari dalam.
Panggilan hidup kita orang beriman sebagai pengikut
Kristus juga mengalami proses dan dinamika mulai dari yang sederhana sampai
pada tingkat yang luar biasa. Perkembangan motivasi orang banyak untuk mencari
dan mengikuti Yesus berkembang tahap demi tahap. Demikian pula motivasi
panggilan kita akan berkembang. Mencari roti saja ataukah mau mengikuti Tuhan sebagai
Roti hidup untuk jiwa kita?
Motivasi orang banyak dalam injil hari ini telah dimurnikan
sehingga cara pandang mereka untuk mengikuti Yesus juga sudah berubah. Semula
mereka datang untuk memenuhi kebutuhan fisik tetapi kemudian mereka berubah
mendapatkan pemenuhan kebutuhan jiwa. Mengikuti Yesus berarti rela dan mau
berubah seturut patokan Yesus. Dalam bahasa Santu Paulus menurut suratnya
kepada jemaat di Efesus hari ini, mengikuti Yesus berarti orang harus
mengenakan manusia baru sebagai ciptaan baru. Kalau hidup, cara hidup, tingkah
laku, tututur kata kita tidak pernah berubah itu artinya kita belum menjadi
manusia baru.
Menerima Yesus sebagai makanan yang menjamin kehidupan
jiwa menuntut kita untuk melakukan reorientas dan reformasi dan bila perlu
revolusi atas diri dan kehidupan kita. Yakinlah Tuhan berpihak kepada orang
yang mau berubah dan berkembang menuju Allah dan kalau Tuhan berpihak kepada
kita, siapkah yang berani melawan kita? Tuhan mampu mengubah saya dan Anda,
mengubah kita semua…. Amin
No comments:
Post a Comment