Thursday, October 31, 2013

RENUNGAN NAMA "MARIA"

Materi Rekoleksi
Frater BHK Kumunitas Generalat, Malang
Rabu 30 Oktober 2013

MARIA: NAMA REBUTAN DAN TUNTUTANNYA

1. Tiga Ilustrai Awal

(a)  Di dalam buku lagu Madah Bakti No.547 seperti yang telah kita kumandangkan tadi termuat sederetan syair berisi kata-kata kunci yang bermakna sangat mendalam bagi kita. Inti lagu itu mau mengatakan bahwa Maria itu nama yang punya arti penting bagi kita.
Ya namamu Maria, Bunda yang kucinta.
Merdu menawan hati segala anakmu
Refr: Patutlah nama itu, hidup dibatinku
        Dan nanti kuucapkan di saat ajalku
Ya nama yang keramat, perisai hidupku.
Dengan nama Maria aku pasti menang Refr
Bila hatiku risau dan dirundung duka
Kuingat nama ibu yang pasti menghibur Refr
(b)  Hari Kamis, 14 Maret 2013 pukul 18.10 waktu Roma atau 01.10 WIB (dini hari) cerobong asap dari kapela Sistine mengepulkan asap putih pratanda seorang cardinal telah terpilih menjadi Paus baru menggantikan Paus Benediktus XVI. Karadinal terpilih adalah Jorge Mario Bergoglio. Karena terpilih menjadi Paus nama Jorge Mario Bergoglio itu harus diganti. Pemilihan nama untuk menggantikan nama itu bukan asal pilih dan bukan sembarang nama. Pelbagai media massa dunia yang meliput pristiwa itu mencatat bahwa nama Fransikus Asisi menjadi nama yang tepat untuk menggantikan nama  Jorge Mario Bergoglio. Pemilihan nama Fransiskus bagi paus baru itu ternyata merujuk pada dua nama besar dalam sejarah gereja yaitu Fransiskus Asisi pendiri Ordo Fransiskan yang dikenal karena menyangkal kekayaan untuk hidup  dalam kemiskinan. Fransiskus juga merujuk pada nama Fransiskus Xaverius pendiri tarekat Yesuit yang terkenal sebagai misionaris Asia. 
(c)  Andrew Carnegie, seorang terkaya  yang pernah hidup di dunia membuktikan bahwa sebuah nama sangat penting bagi seorang manusia. Ketika kecil, Andrew Carnegie menangkap seekor induk kelinci berserta belasan ekor anaknya yang masih kecil. Ia kesulitan mencari rumput untuk menghidupi belas kelinci itu. Andrew menawari anak-anak di sekitar rumahnya untuk mencari rumput. Imbalannya,  nama setiap anak akan dijadikan nama untuk anak kelinci. Anak-anak kelinci itu mendapat banyak makanan karena setiap anak ingin namanya dijadikan nama anak kelinci. Sejak itulah, Andrew Carnegie menyadari betapa pentingnya sebuah nama dan bisa menggunakannya untuk memperoleh kekayaan yang luar biasa banyak.
Tiga penggalan kisah singkat ini sengaja saya angkat sekadar membantu kita untuk merenungkan makna tema rekoleksi kita ini berkaitan dengan pemilihan sebuah nama. Satu kebenaran yang tidak bisa disangkal dari proses penggantian nama adalah adanya alasan atau argumentasi yang meyakinkan mengapa sebuah nama dipilih untuk dipakai menggantikan nama sebelumnya.  Kuatnya alasan atau kokohnya argementasi pemilihan nama  tentu tidak cukup dengan menjelaskannya secara verbal dalam seretetan kalimat yang tersususn indah dan rapi. Kekuatan alasan atau argumentasi penggantaian nama justru harus nyata dalam praktik hidup. Artinya, nama yang dipilih untuk mengganti nama yang baru itu bisa direalisasikan dalam kehidupan. Kalau karena mau miskin seperti Fransiskus Asisi maka kemiskinan itu bukanlah definisi kata kemiskinan melainkan perihidup dan semangat hidup dalam kemiskinan.

2. Fakta Seputar Nama
Setiap orang pasti punya nama. Entah itu nama lengkap atau nama panggilan. Apakah kita sadar betapa pentingnya sebuah nama? Saat kita mau berkenalan, yang pertama kali kita sampaikan adalah nama. Ketika bertemu orang lain, yang pertama kita tanyakan nama. Saat  kita meminta bantuan orang, maka kita akan memanggil nama orang itu. Saat menghadiri acara resmi kita harus menuliskan nama kita pada buku tamu dan bukan menempelkan foto kita. Saat seseorang  mendapatkan penghargaan yang tercantum adalah nama.Saat kita melakukan hal yang baik nama kitalah yang akan diingat  bukan wajah. Sebaliknya juga saat kita melakukan hal yang menyimpang  nama kitalah  yang tercemar. Apapun yang terjadi di dunia ini, selalu berkaitan dengan nama. nama pun memiliki keunikan dan menjadi identitas seseorang.
William Shakespeare’s dalam karya yang memuat kisah cinta antara  Romeo & Juliet pernah bertanya : “Apalah arti sebuah nama? Sekuntum bunga mawar akan tetaplah harum meskipun disebut dengan nama lain.” (What’s in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet)
Pernyataan dan pertanyaan Shakespeare ini kedengarannya  mengabaikan, meremehkan arti sebuah nama. Nama sangatlah penting, sekuntum bunga mawar dengan nama lain tidak akan seharum sebagaimana yang mestinya.  Sebuah nama mengandung segudang persepsi yang sudah melekat terhadap suatu benda yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Selama turun termurun sebuah nama berubah menjadi sebuah pengertian khusus bagi sekelompok individu yang bahkan dapat berubah menjadi bahasa resmi kelompok itu sendiri. Semakin lama dan semakin sering sebuah nama itu dipakai oleh sekelompok masyarakat, maka nama itu akan memiliki kekuatan persepsi yang sangat kuat.
Dalam konteks perusahaan atau bisnis nama perusahaan dan nama produk menjadi sangat penting karena nama itu akan memberi citra tersendiri bagi calon pelanggan. Pemberian nama perusahaan atau produk merupakan akar atau jantung dari pemasaran serta bisnis perusahaan itu sendiri. Nama brand yang sudah memiliki persepsi yang sesuai dengan visi misi perusahaan serta diterima sekelompok masyarakat akan menjamin keberlangsungan perusahan itu. Jika nama dipilih asal-asalan alias tanpa makna maka nama itu tidak akan membawa pengaruh yang kuat bahkan mungkin akan segera ditinggalkan. Nama untuk urusan bisnis haruslah dipikirkan secara baik dan matang karena nama tersebut akan menjadi kunci serta jantung perusahaan. 
Karena forum ini bukan forum diskusi tentang bisnis maka kita tentu harus membataskan diri pada konteks nama kita sendiri. Faktanya, dahulu kita pernah diberi nama dan hampir semunya merupakan nama terberi. Terberi artinya kita menerima nama itu tanpa meminta persetujuan atau melalui diskusi dengan kita. Itu terjadi karena kita diberi nama sejak kecil sebagai identitas kita. Saya yakin kalau dahulu kita belum dinamai dan sekarang meminta kita sendiri yang memberi nama maka kemungkinan kita memilih nama yang lebih trendy. Untung para frater BHK berpeluang karena konstitusi tarekat mengharuskan ganti nama. Dan akrena ada pergantian nama seperti inilah kita diminta untuk memaknainya secara tepat tempatnya dan dalam konteksnya yang benar.

3. Tradisi Ganti Nama dalam Ordo/Tarekat
Nama yang paling banyak dipakai atau mungkin diperebutkan adalah nama Maria. Maria bukan saja diperebutkan oleh kelompok para ibu atau kaum biarawati tetapi juga paling banyak diperebutkan kaum bapa atau oleh sejumlah tarekat religus pria baik, imam, frater, maupun bruder. Pergantian nama dengan nama baru secara teologis biasanya dikaitkan dengan cara hidup yang baru. Nama baru biasanya menandai hidup baru. Ada nama baru yang bagus-bagus. Misalnya kalau sebelumnya orang bernama Pariyem setelah menjadi suster berubah menjadi Maria Lucia. Kalau sebelumnya orang dipanggil Endi Goleng setelah menjadi frater menjadi Maria Achilles. Atau yang sebelumnya dipanggil Kristogenus Gentar harus menjadi Maria Patricius setelah menjadi frater.
Lebih dari alasan adanya kebiasaan dan tradisi dalam beberapa komunitas biara tentang pergantian nama yang paling pokok sebenarnya adalah bagaimana nama baru itu memberi semangat dan spirit bagi orang yang memilih nama itu. Semangat dan spirit sebagai buah dari pengenaan nama baru itu harus nyata dalam praktik hidup. Katakan saja kalau Paus kita sekarang telah memilih nama Fransiskus (Asisi dan Xaverius) sebagai pengganti namanya maka secara moral Paus terikat untuk menghadirkan kembali semangat dan contoh hidup sederhana yang ditunjukkan Santo Fransiskus Asisi dan Fransiskus Xaverius. Paus kita sudah menunjukkan dan membuktikan itu dalam gaya dan corak hidupnya sebagai seorang Paus. Ia berusaha agar semangat kesederhanaan santo Fransiskus Asisi dan semangat missioner Santo Fransiskus Xaverius melalui gaya hidup yang menghindari kemewahan dan menjauhi pelbagai perilaku yang terkesan formal dan protokoler. Bagi Paus nama yang telah dipilih menggantikan namanya adalah nama yang sarat dengan tuntutan moral dan tanggung jawab. Kesadaran akan adanya tanggung jawab moral terkait nama pada giliran menuntun seluruh dinamika pelayanan dan karya pengguna nama.
Dengan beranalogi atau memaralelkan pemaknaan nama seperti ini kita juga bisa renungkan kembali hakikat dan makna nama baru yang kita pilih dan gunakan. Nama yang kita pilih adalah MARIA. Pilihan kita menggantikan nama dengan nama Maria juga mengandung tuntutan moral dan spiritual untuk dimaknai secara lebih kreatif dan dinamis. Pemaknaan secara lebih kaya, kr   eatif dan dinamis itu dikaitkan dengan aneka kebaikan dan kebajikan yang pantas diatributkan kepada Maria. Gereja telah memberi hampir 120 gelar kepada Maria sebagaimana kita temukan dalam doa Litania Santa Prawan Maria. Salah satu gelar yang menjadi gelar kecintaan dan menjadi pilihan para frater BHK adalah gelar Maria Bunda Hati Kudus. Hati Kudus itu milik Yesus sang Putra. Atribut Maria Bunda Hati Kudus yang dipilih para frater sesungguhnya mau menegaskan adanya relasi yang utuh antara Yesus dan Maria dalam tata keselamatan. Konsep per Mariam ad Jesum (melalui Maria kepada Yesus) yang menjadi obsesi Paus Yohanes Palus II, sesungguhnya lahir dari keyakinan akan eratnya relasi Yesus dan Maria. Episode Injil Yohanes yang menampilkan kisah mukjizat dalam peristiwa pernikahan di Kana membuktikan bahwa tuan pesta meminta kepada Yesus melalui Maria. Dalam peristiwa Kana ini Maria berperan sebagai perantara Rahmat. Semua gelar yang diberikan untuk Maria diberikan bukan tanpa dasar. Dasar pemberian gelar itu selalu dikaitkan dengan peri hidup dan perilaku yang menyimpulkan bahwa Maria merupakan nama dengan aneka predikat unggul. 

4. Titik Mula Keunggulan Maria
Titik mula keunggulan Maria yang berperan dalam tata keselamatan bermula dari sebuah keputusan dan komitmen awal yang tegas dan jelas. Keputusan dan komitmen yang tegas dan jelas itu diungkapkan dalam pernyataan kerelasediaannya menerima undangan Allah yang disampaikan melalui malaikat Gabriel sebagai duta surga. Keputusan dan pernyataan akhir dari dialog Maria dengan malaikat itu membawa tuntutan etis dan tanggungjawab yang melekat pada seluruh dinamika kehidupan Maria. Semenjak Maria memutuskan untuk menerima tawaran Tuhan, ia secara otomatis berada dalam kondisi berahmat. Kondisi itu turut menentukan seluruh pengalaman hidup Maria sampai semua program, agenda, proyek, dan rencana Tuhan terlaksana secara tuntas dan paripurna.
Kita bisa mengatakan bahwa sejak Maria menerima tawaran Tuhan, ia mulai hidup dalam sebuah spirit, semangat, roh yang baru. Maria sesudah menerima tawaran malaikat menjadi Maria yang telah berubah, menjadi lain dalam hal makna kehadirannya. Buktinya, ketika Maria menjumpai Elisabeth Maria bukan lagi sekadar saudaranya karena dalam perjumpaan itu Elisabeth bahkan Yohanes yang ada dalam kandung Elisabeth sudah bisa merasakan kehadiran Maria sebagai kehadiran yang sungguh berbeda dari perjumpaan sebelumnya. Fiat Maria menjadi spirit istimewa yang mewarnai seluruh peri kehidupannya sampai proyek kerajaan Allah terlaksanda oleh Putra yang dilahirkan, dijaga, dan dibesarkannya.
Fiat Maria dan hidupnya dalam spirit Fiat itu adalah pilihan baru yang juga memberi warna baru pada seluruh hidupnya. Fiatnya adalah pilihan baru, komitmen baru untuk memberikan kesaksian secara baru. Sebagai suatu pilihan baru Fiat itu penuh risiko dan tantangan. Maria sebagai seorang yang terpanggil untuk mengambil bagian dalam sejarah penyelamatan juga meneriwa tawaran Allah dengan risiko yang besar. Fiatnya: Terjadilah padaku menurut perkataanmu merupakan komitmen Maria menghadapi semua situasi dalam hidupnya. Secara sepintas tidak ada yang istimewa dalam kehidupan Maria. Kitab Suci pun tidak memberikan banyak informasi mengenai Maria.
Hanya satu yang membedakan Maria dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. Bukan karena ia mengandung, melahirkan, menyusui, dan mengasuh Yesus,  melainkan karena ia menjalani hidupnya yang biasa secara luar biasa. Sekali ia berkata Ya terhadap panggilan Allah, ia memperjuangkannya untuk selalu tetap setia. Fiat Maria adalah nama baru dan pilihan baru dengan tantangan baru pula. Pilihan menjadi Bunda Allah bukan tanpa risiko. Maria sebagai seorang visioner tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya. Dia tahu akan mengalami penderitaan  bersama Putera-Nya. Sejarah membuktikan bahwa Maria berhasil secara sempurna mewujudkan komitmennya melaksnakan kehendak Allah. Ia sukses karena ia menyadari bahwa panggilan untuk menjadi Bunda Allah melulu karena karunia Allah. Ia sadar bahwa hidupnya bukanlah miliknya pribadi, melainkan milik Allah yang membuatnya berserah dan terserah pada Allah. Itulah yang membuat Maria bisa tabah menjalani panggilan hidupnya.
Spiritualitas Maria adalah spiritualitas fiat: terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Ini adalah spiritualitas relasional. Maria menjadi pribadi karena pemberian dirinya. Tuhan memberikan janji-Nya, dan Maria pasrah pada janji itu dalam seluruh hidupnya, karena itu ia mencoba menangkap apa yang terjadi pada hidupnya sebagai kehendak Allah. Dimulai dengan janji Tuhan waktu pewartaan kabar gembira, Maria teguh memegangnya  sepanjang hidupnya sampai pada akhirnya. Inilah salah satu identitas dan keunggulan Maria yaitu setia untuk terus berserah kepada Allah. Kalau kita telah memilih Maria menjadi nama kita maka harapannya juga kita menjalani hidup dan panggilan dalam spiritualitas fiat yang ditandai dengan ketabahan dan kesetiaan apa pun situasi yang kita hadapi. Kalau Maria dan nama Maria menjadi nama rebutan kita dan banyak orang maka itu artinya kita merebut nama itu dalam semua dimensinya. Bukan hanya mengambil segala yang menyenangkan tetapi sebagaimana kita menyukai yang menyenangkan pada Maria, juga kita harus menyengi apa yang menjadi tantangan dan derita Maria. Maria hidup dalam suka dan duka. Dua sisi kehidupan yang mengutuhkan dan menggenapi semua nilai kehdiupan dan perjuangan. Jika kita menerima siang dan malam itu sebagai permainan hari; hujan dan panas itu permainan musim maka kita juga harus menerima bahawa suka dan duka itulah permainan kehidupan.

5. Langkah Memaknai “MARIA”: Devosi dan Aksara Bermakna
Kalau ditanya apa bentuk dan bagaimana caranya kita memberi arti dan makna pada kata “MARIA” yang kita pilih menjadi nama baru tentu setiap kita dapat memberi banyak jawaban. Jawaban yang umum, biasa, terkesan klasik, tanpa berpikir mendalam adalah dengan berdevosi kepada Maria. Jawaban itu tentu tidak salah kalau dijawab oleh orang beriman kebanyakan. Kita tentu mengharapkan jawaban yang lebih spesisfik, refleksitif, mistik karena kita telah memilih nama itu menjadi identitas yang melekat pada diri kita. Kalau Maria menjadikan Fiatnya sebagai spirit dan pemicu dinamika hidupnya yang baru dalam kondisi berahmat maka bagi kita para frater kiranya kata “MARIA” harus bisa dijadikan sebagai amunisi yang bakal mengisi sejata kehidupan kita dalam upaya pemertahanan misi panggilan kita. Dengan ini mau dikatakan bahwa kita bisa memaknai kata MARIA itu dengan Devosi dan menjadikan kata MARIA itu sebagai kata dengan Aksara bermakna.

5.1 Devosi Kita
Devosi sebagai salah satu bentuk pemaknaan kita tentang nama MARIA tentu bukan sekadar kebiasaan rutin tetapi devosi yang disadari sebagai tindakan bernuansa spiritual dalam memaknai nama MARIA. Untuk itu kita berdevosi dalam semangat kitab suci karena devosi itu memilki dasar dalam kitab suci. Paus Paulus VI melalui ensiklik Marialis Cultus memberi dasar dan alasan biblis yang kuat mengapa kita menghormati Maria. Kita bisa temukan itu dalam  injil Lukas 1,26-38 (pemberitahuan Malaikat tentang kelahiran Yesus), Matius 1,20 (pesan malaikat kepada Yusuf dalam mimpi); Yohanes 2,1-11 (Mukjizat di Kana), dan Yohanes 19,25-27 (Maria berada di kaki salib).
Devosi yang benar sebagai pemaknaan terhadap nama MARIA adalah devosi yang dilakukan selalu dalam kaitan dan ikatannya dengan Yesus sang Putra. Devosi kepada Maria menurut Santo Louis-Marie de Montfort (1673-1716) harus dilandaskan pada tiga kesadaran utama yaitu (1) Harus disadari bahwa pusat dan inti penghormatan kepada Maria, bukan berakhir pada Maria. Kebenaran dasar dan devosi yang benar dan sejati kepada Maria hendaknya berangkat dari prinsip bahwa Yesus Kristus adalah tujuan akhir segala devosi kepada Maria. Pusat devosi Maria adalah YESUS. Per Marian ad Jesum (2) Devosi kepada Maria haruslah disadari sebagai bentuk Bakti Sejati, yang berarti penyerahan diri kepada Maria untuk ditujukan kepada Yesus, demi mengikatkan diri kepada Yesus melalui tangan Maria. Oleh penyerahan diri kepada Maria, timbul pula hubungan timbal balik, di mana Maria juga membukakan diri sepenuhnya kepada orang yang menyerahkan diri kepadanya. (3) Devosi sebagai praktik utama bakti sejati kepada Maria, menghormatinya secara pantas sebagai Bunda Allah dengan penghormatan Hyperdullia, merenungkan keutamaan-keutamaan dan perbuatannya dan berusaha meneladani Maria, mengagumi kebesaran Maria, menunjukkan kasih, memuji dan berterima kasih kepadanya, memohon doa kepada Yesus melalui perantaraannya, dan penyerahan diri ke dalam perlindungan Hati Maria yang tak bernoda.
Tiga kesadaran ini penting dalam rangka menepis bahaya, tantangan dan penyimpangan dalam berdevosi kepada Maria. Ada gejala dan bahaya, karena begitu populernya devosi Maria di kalangan umat, seringkali terjadi penyimpangan dan praktik-praktik yang tidak sehat  misalnya (a) Maria dianggap sebagai jalan pintas “pintu belakang” ke surge (b) Dalam devosi orang lebih banyak meminta, ibarat pengemis dan lupa bersyukur (c) praktek devosi Maria terkadang menggeser peran Yesus (d) praktik magis dan tahyul dalam berdevosi, benda-benda rohani dianggap magis (e) Sikap euforia dalam berdevosi, kesombongan, kerakusan rohani sering muncul dalam berdevosi (f) Sasaran devosi tidak lagi pada Allah, hanya berhenti pada Maria dan melupakan Ekaristi. sebagai sumber, pusat dan puncak iman (g) berdevosi tanpa penyerahan diri seperti Bunda Maria dan muncul persaingan tidak sehat antara kelompok-kelompok devosi Maria.

5.2 Nama MARIA dijadikan Aksara Bermakna
Bagi para frater BHK nama MARIA yang dipilih menjadi nama baru jelas tidak memisahkan Maria dari Yesus karena para frater memilih nama MARIA itu sebagai Bunda Hati Kudus. Artinya, Hati Kudus  atau Yesus yang menjadi pusat yang senantiasa dipertalikan dengan seornag Ibu, seorang Bunda. Dari sini jelas bahwa devosi kepada MARIA yang telah menjadi nama Baru selalu dalam kaitannya dengan pemujaan terhadap Yesus sang hati kudus. Karena itu kalau kita sudah mencoba mengabaikan Ekaristi maka itu menjadi tanda devosi kita dan nama kita MARIA akan kekurangan maknanya. Kalau MARIA yang kita pilih sebagai nama adalah MARIA ibu Yesus (sang Hati Kudus) maka kita harus menjadikannya sebagai pilihan dan komitmen untuk menghormati dalam konteks Per Marian ad Jesum.
Mengingat kita telah memilih nama MARIA sebagai nama yang baru baiklah kalau kita mencoba menjadikan aksara-aksara atau huruf-huruf pembentuk kata itu MARIA sebagai aksara bermakna. Andaikan kata MARIA itu sebagai sebuah singkatan, akronim maka  apa kepanjangan kata MARIA itu bagi kita? Bagi saya Maria itu merupakan seorang pribadi MARIA (saya panjangkan menjadi Mau Aman Rendah hati Ikut Allah). Konsekuensinya,kita harus merasa diri diajak untuk tidak tinggi hati, tidak congkak hati, tidak iri hati dan tidak berhati-hati. Maria mengajak kita agar aman dengan Mau rendah hati ikut Allah itu.
Dalam pengertian lebih reflektif kata MARIA perlu kita uraikan setiap aksara sebagai sesuatu yang memuat pesan dan makna khusus. Kita bertanya apa makna huruf/aksara M-A-R-I-A itu? Setiap kita nanti boleh kembangkan sendiri tetapi untuk sementara saya coba memaknai lima aksara itu.
M: mater, mother, mama, bunda, ibu. Maria sungguh seorang mater, mother, mama, ibu. Kepenuhan status keibuan Maria simahkotai di kaki salib puncak golgota. Dari salib, menjelang hembusan nafas terakhir Sang Putra menggunakan dua kata kunci yang menggambarkan relasi ibu dan anak. Ibu inilah anakmu dan anak inilah ibumu. Sebagai seorang ibu, kita yakin sungguh bahwa apa yang kita perlukan akan disampaikan kepada Yesus sang Putra. Peristiwa Kana memberi kita harapan dan opimisme. Meskipun Yesus berkata, Ibu, saat-Ku belum tiba air justru berubah menjadi anggur termanis. Salib Golgota adalah saat penggenapan waktu keselamatan itu. Karena itu, Maria ibu kita yang dikukuhan di kaki salib pasti akan menolong dan sanantiasa mencintai kita sebagai anaknya.
A: Amor, amabilis. Amor dan amabilis adalah ungkapan latin yang menggambarkan sikap hari seseorang yang penuh cinta dan memikat hati. Mencintai adalah hakikat hati dan inti terdalam rasa seorang ibu. Maria adalah figure tipikal sarat dengan ekspresi dan tindakan mencintai. Ia mencintai Putra Allah yang “dititipkan” kepadanya yang nyata dalam rentetan kisah perjuangannya sebagai seorang ibu. Ia harus mengunsi ke Mesir menyelamatkan Yesus. Ia harus kembali ke Yerusalem mencari Yesus yang menghilang. Membantu tuan pesta di Kana. Akhirnya ia harus bersama Yesus sampai di kaki salib. Dalam keyakinan akan cinta yang ada pada Maria kita percaya kita akan selalu didampingi seorang dalam seluruh perjuangan kita, apalagi kita yang telah memilih memakai nama yang merdu menawan hati itu. 
R: Regina, regnatrix yang berarti ratu, yang memerintah, yang berkuasa. Atribut ratu ini dapat kita temukan dalam sebagian litania santa perawan Maria. Ia digelar Ratu Para Malaikat,  Ratu Para Bapa Bangsa,  Ratu Para Nabi, Ratu Para Rasul,  Ratu Para Saksi Iman, Ratu Para Pengaku Iman, Ratu Para Perawan,  Ratu Para Orang Kudus, Ratu yang Dikandung Tanpa Dosa,  Ratu yang Diangkat ke Surga,  Ratu Rosario yang Amat Suci,  Ratu Pencinta Damai. Kekuasan Maria sebagai Ratu bukan dalam pengertian sebagai jabatan melainkan gelar yang dikaitkan dengan prestasi dan keunggulan dalam keutamaan hidup yang patut diteladani. Aksara R itu ada dalam nama MARIA yang menjadi nama Baru para frater maka juga perlu dimaknai sebagai keutamaan yang pantas dianut sehinggan seperti Maria kita juga menjadi tokoh anutan banyak orang.
I: Immaculata: tak bernoda, tak bercela, tak berdosa, murni, nirmala, utuh, sempurna, tak bercacat. Kualitas diri pribadi Maria sebagai manusia nirmala menjadi syarat perkenanan Tuhan untuk memilihnya. Maria menyadari kerapuhan sebagai manusia saat ditawari malaikat untuk menjadi Bunda Allah. Malaikat menjelaskan kepadanya perihal anak yang dikandung Maria adalah buah Roh Kudus. Hal yang sama juga dijelaskan kepada Yusuf yang berniat meninggalkan Maria karena ketahuan berbadan ganda sebelum resmi sebagai suami istri. Maria mengalahkan semuanya sebagaimana ia menginjak ular lambang dosa dan kejahatan di bawah telapak kakinya. Konsep immaculata, tanpa cela  ada pada Maria yang menjadi nama kita. Ini juga jelas mewajibkan kita untuk memperjuangkan suatu kehidupan panggilan tanpa noda.
A: Admirabilis:  mengagumkan, patut dikagumi. Kualitas terakhir ini sesungguhnya merupakan rangkuman akhir dari kehadiran Maria sebagai seorang ibu yang kelimpahan Cinta dan keunggulan dalam aneka kebajikan yang ditunjang kualitas diri yang tanpa cela. Maria dikagumi ketika ia membangun komitmen dalam fiat kerelasediaannya menjadi hamba tempat terjadi dan terlaksananya rencana keselamatan. Ia dikagumi ketika mengucapkan dalam nada tegas, jelas tanpa ragu: Ecce angela Domine; aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Kita yang menggunakan nama MARIA tentu saja harus bisa hiduip secara mengagumkan seperti Maria yang memiliki spirit Fiat. Kita belajar untuk hidup secara mengaumkan dengan spirit MARIA, nama  yang kita pilih.

6. Buah yang pantas kita rindukan
Jika spirit Maria sungguh menjadi bagian hidup dan panggilan kita maka kita boleh merindukan keberpihakan Maria kepada kita sebagai buah-buah usaha dan perjuangan kita. Apa wujud konkret buah yang bisa kita rindukan. Buahnya, Maria akan berpihak kepada kita dan apa yang kita sampaikan kepadanya akan diestafekannya kepada sang Putra.
Dalam keyakinan dan berdasarkan pelbagai tradisi yang ada dalam gereja buah-buah yang kita rindukan itu terumuskan dalam tiga peran Maria bagi ornag beriman. Ketiga pilar itu sering disebut sebagai Trilogi Peran Maria yaitu sebagi mater advocata, mater mediate, dan mater orate. Sebagai mater advocata nostra Maria menjadi pembela kita, pembela umat beriman, pembela gereja. Sebagai mater mediate, Maria mengantarai kita yang berdoa dengan Putranya. Maria sebagai jembatan kita semakin dekat dengan Allah dan Allah semakin dekat dengan manusia. Akhirnya sebagai mater orate Maria berperan sebagai Bunda pendoa yang setia bagi hidup dan karya kita, hidup dan karya umat, hidup dan karya gereja.

7. Penutup : Lalu Tugas Kita?
Kalau kita yakin Maria yang menjadi milik kita itu menjadi mater advocate, mater mediate, dan mater orate maka tentu kita akan maju dengan langka tegap dan pasti untuk menjadi saksi perbuatan dan karya Tuhan dalam tugas panggilan kita. Kita dipanggilan karena kita telah memilih nama MARIA maka kita berkewajiban memberikan kesakisan hidup seperti Maria.  Maria telah hadir sebagai saksi. Apa arti kata saksi bagi kita? SAKSI berarti Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi. “Setelah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus. Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus. Tujuan hidupmu jadi nyata,jadilah saksi Kristus”. Demikian sepenggal syair lagu dari Madah Bakti nomor 455.
Bunda Hati Kudus akan menyempurnakan semua kesaksian kita. Semoga.


http://renunganlentera.blogspot.com/
Malang, 29 Oktober 2013
Rm.Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment