Friday, October 25, 2013

Jumat Biasa Pkn ke-29 thn C1

Renungan Jumat Biasa Pkn ke-29 Thn C1
Rm.7,18-251; Luk.12,54-59
Komunitas Frateran BHK Malang 25 Okt 2013
Renungan
Ketika manusia dihadapkan pada konsep pengetahuan, maka diri manusia seakan-akan terpenggal menjadi tiga kekuatan. Kekuatan pertama ada pada daya nalar. Instrumen utamanya adalah akal yang menggunakan jasa otak. Kekuatan nalar memungkinkan orang berpikir secara benar atau secara salah. Kekuatan pertama adalah kekuatan permainan logika yang melahirkan istilah benar atau salah. Kekuatan kedua adalah kekuatan fisik. Kekuatan ini akan terjelma dalam perilaku dan peritindak atau yang kita kenal sebagai perbuatan. Kekuatan kedua ini melahirkan istilah baik atau buruk. Pola tindak baik atau buruk adalah arena pertarungan etika. Kekuatan ketiga adalah kekuatan rasa dan ini merupakan kekuatan yang dikendalikan oleh hati. Kekuatan rasa yang dikendalikan hati akan melahirkan konsep menyenangkan atau menyusahkan, kedamaian atau kekacauan, ketulusan atau kenafikan. Kekuatan rasa yang dikenalikan hati merupakan arena pergulatan dunia estetika.
Kalau kita renungkan, sesungguhnya kehidupan kita berada dan berlansung dalam tiga kekuatan itu yakni kekuatan logika, etika dan estetika. Keseimbangan dan keharmonisan antara tiga kekuatan ini memungkinkan hidup kita akan mengalir bagaikan air tanpa persoalan. Yang mendatangkan persoalan dalam kehdiupan biasanya ketika ketiga kekuatan ini berada dalam kondisi yang tidak seimbang. Ketika logika mendominasi maka segala sesuatu akan dirasinalisasi dan hanya akan diterima kalau benar sesuai dengan cara kita bernalar atau berpikir. Ketika tindakan dan kekuatan fisik yang mendominasi maka akan muncul tindakan atau cara hidup yang tidak dapat diterima secara akal sehat. Demikian juga ketika orang hanya dikuasai rasa maka yang lain diabaikan begitu saja.
Surat Paulus kepada jemaat Roma tadi pada dasarnya menggambarkan pergulatan Paulus berhadapan dengan dirinya. Pergulatan itu berkaitan dengan bagaimana ia bisa menjaga keseimbangan antara kekuatan nalar dan keinginan fisiknya untuk mendapatkan suatu suasana hati yang menyenangkan. Paulus berada dalam pergulatan menjaga keseimbangan antara logika, etika dan estika pada dirinyanya. Sebgaian besar istilah dan kata-kata yang ada dalam teks tadi merupakan istilah berkaitan dengan etika. Persoalan baik dan jahat.
Selanjutnya tiga persoalan itu, logika, etika, estetika, cara piker, cara tindak, dan cara merasa secara lengkap digambarkan dalam injil. Yesus sesungguhnya sedang berhadapan dengan manusia yang tengah bergulat dalam tiga kekuatan. Yesus berkata: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Perkataan Yesus ini berkaitan dengan logika.
Tetapi ketika Yesus menyebutkan indetitas orang yang berhadapannya sebagai orang munafik di situ kekuatan etika yang ditonjolkan. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Nilai adalah persoalan etika soal baik dan  buruk.  Persoalan dan pergulan estetikanya terletak pada keinginan untuk merasakan kedamian karena damai itu indah dan menyenangkan. Di sini pun ada pergulatan karena orang ingin berdamai dengan cara yang tidak etis. Suap dan sogok-sogokan ditengah jalan adalah perbuatan tidak etis. Yesus melalui injil ini mau menggambarkan betapa orang-orang yang dihadpinya itu berada dalam ketidak seimbangan logika, etika dan estetika. Akibatnya orang berpikir salah, beritindak buruk, dan merasa tak nyaman berhadapan dengan Yesus.
Mari kita berjuang agar mampu menjaga keseimbangan antara apa yang kita pikirkan dengan apa yang kita kalukan serta yang kita rasakan. Tentu Tuhan menghendai kita berada dalam kondisi yang seimbang.










No comments:

Post a Comment