Wednesday, October 9, 2013

JAMBORE WARDIWIYATA

Misa Pembukaan

Jambore Regional Jatim, Yayasan Mardiwiyata

Ams.4,1-14; Mat.21,18-22

Corban Rondo Kamis, 10 Oktober 2013
Buka
Selamat datang dan selamat bertemu untuk pertama kalinya di alam ciptaan Tuhan yang Indah ini. Kita bersyukur karena masih diberi waktu untuk menikmati anekan pengalaman termasuk pengalaman kebersamaan di tempat ini. Kita dating ke tempat ini dalam satu kesadaran yang utuh ingin mendalami misteri panggilan hidup kita untuk menjadi lebih bermakna dan berguna untuk orang lain. Kita hadir di sini untuk memberikan nilai lebih pada diri setiap kita yang nantinya akan menjadi bekal hidup selanjutnya. Kita memulai kegiatan Jambore dengan mengundang TUhan sendiri agar apa yang menjadi niat dan mimpi kita bersama pada waktu dapat menjadi kenyataan. Karena itu, baiklah secara pribadi dan dalam kebersamaan kita bawa semua niat, kehendak baik kita dalam perayaan ini.  Biarlah kuasa dan bimbingan TUhan mengarahkan semuanya pada apa kita rencanakan dan pada apa yang akan Tuhan kehendaki terjadi atas diri kita. Kita akui semua salah dan dosa biar pantas menjumpai TUhan yang mendatangi kita dalam perayaan ini..

Renungan
Hari ini dan beberapa hari ke depan kita semua berada di sini untuk suatu kegiatan yang bernilai strategis bukan saja untuk masing-masing kita tetapi juga untuk Yayasan Mardiwiyata (YM) tempat kita bernaung. Kita telah meninggalkan sekolah kita masing-masing. Sebagai orang yang mewakili unit-unit karya atau sekolah tentu kita senang datang ke sini dan berada di sini.  Kita senang bisa menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan di tempat ini. Kita senang karena kita bisa bertemu dengan sesama saudara kita dari tempat dan sekolah yang berbeda. Kita senang karena YM telah menyatukan kita dalam satu semangat, satu spirit  dengan harapan kita semua dalam semangat satu dan sama berjalan dalam lintasan yang sama menuju tujuan yang sama. Dalam konteks kegiatan Jambore ini kita hanya memiliki satu Satu Hati untuk Pramuka Mardiwiyata.
Tema yang diusung dalam kegiatan ini: WE ARE ONE BIG MARDIWIYATA SCOUT dan Motto “SATU HATI UNTUK PRAMUKA MARDIWIYATA” merupakan dua pernyataan pokok dan penting. Kedua kalimat ini kiranya dipilih dan dirumuskan bukan sekadar menimbulkan kesan  hebat dan spekatukular tetapi lebih dari itu dipilih dan dirumuskan dalam sebuah refleksi yang mendalam dan komprehensif berkaitan dengan apa yang telah, sedang, dan akan dihadapi sekolah-sekolah asuhan YM. Kalau perumusan tema dan motto kegiatan ini sungguh dijiwai, diinspirasi oleh keseluruhan dinamika yang berlangsung dalam YW maka tema dan motto ini harus menjadi roh dan jiwa bagi seluruh aktivitas kemardiwiyataan yang secara operasional terjabarkan dalam unit-unit karya di sekolah-sekolah kita. Dalam konteks ini, tema dan motto yang kita usung ini jelas berimpilikasi etis dan moral karena tema dan motto seperti ini memuat sederetan dan serentetan tindakan yang harus teruji dan terukur. Artinya, semua aktivitas kita di sekolah termasuk kegiataan kepramukaan seperti ini harus bisa memberi kontribusi atau sumbangan yang berarti dan signifikan terhadap pencapaian tujuan visi misi para Frater BHK, visi misi YM, dan visi misi sekolah-sekolah. Memberi sumbangan di sini berarti pula adanya hubungan, korelasi positif antara kegiatan pramuka dengan keseluruhan proses edukakasi yang berlangsung di sekolah. Logika berpikirnya sederhana. Kegiatan Kepramukaan hanyalah salah satu unit kegiatan di sekolah sehingga seluruh kegaitannya sudah semestinya diarahkan untuk mendukung proses pencapaian tujuan sekolah.
Dalam renungan misa pembukaan kegiatan jambore pramuka ini saya mengajak kita semua untuk lebih memfokuskan diri pada usaha melihat keterkaitan antara kegiatan keparamukaan ini dengan keseluruhan proses edukasi di sekolah. Semua kita terhipnotis dan tanpa kita sadari telah tergiring masuk ke dalam rimba raya perdebatan terkait pemberlakukan kurikulum 2013 yang berkosmetikkan karakter. Kata karakter seakan menjadi gembok utama yang harus digunakan sebagai syarat pokok pencapaian tujuan pendidikan. Sebagaian orang dan praktisi pendidikan pesimis terhadap gerakan bongkar pasang kebijakan dan kurikulum sekadar menemukan ruang yang tepat bagi penempatan karakter. Proyek bongkar pasang dan tambal sulam kurikulum dipromosikan dan disosialisasikan ke mana-mana dan di mana-mana. Intinya agar karakter bangsa ini tertata rapi sehingga semua orang terhindar dari perilaku yang tidak terpuji. Pendidikan Karakter dianggap sebagai benteng terakhir yang bisa menyelamatkan manusia dari perbuatan tercela. Mahatma Gandhi menyebutkan ada tujuh perilaku yang menjerumuskan orang ke dalam dosa yaitu: “politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja keras, bisnis tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan beragama tanpa pengorbanan”. Dari ketujuh perilaku itu  disebutkan bahwa pendidikan tanpa karakter menjadi salah satu titik rawan yang menjemuskan manusia ke dalam dosa.
Gagasan moral Gandhi ini tampaknya menginspirasi para petinggi dunia pendidikan kita untuk mendandani wajah pendidikan dengan konsep karakter. Dalam implementasi lanjutannya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mewajibkan kegiatan Pramuka sebagai kegiatan ektrakurikuler di sekolah. Dasar legalitasnya merujuk pada Undang-Undang no.12 tahun 2010 tentang gerakan Pramuka. Di samping rujukan undang-undang, diyakini pula Pramuka itu penting karena mengajarkan banyak nilai seperti kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian. Nilai-nilai seperti ini hanya bisa ditemukan pada orang-orang yang berkarakter.
Banyak ahli dalam cara yang berbeda memberi batasan tentang hakikat karakter itu. Karakter misalnya dibatasi sebagai nilai dasar prilaku yang menjadi acuan pola interaksi antar-manusia. Nilai karakter itu secara rinci termuat pada kurikulum 2013. Semua (18) nilai karakter yang direkomenadasikan kurikulum 2013 dan semua deskripsinya jika dipraktikkan secara sungguh-sungguh berpeluang besar mencetak banyak orang kudus dan orang suci dari sekolah-sekolah kita di Indonesia. Paling kurang 18 karakter itu, menjadi anak tangga dan jaminan bagi kekudusan itu. Kalau kita mencermati semuanya itu, maka kita harus akui bahwa semuanya itu bukanlah hal yang baru. Itu baru, hanya untuk konteks kita di Indonesia yang memang selalu terlambat dan hanya bisa mengekor pada apa yang telah lama diterapkan di tempat lain
Pilihan untuk menjadikan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah termasuk sekolah asuhan YM diyakini sebagai pilihan yang bersentuhan langsung dengan dimensi karakter. Bagi YM ini merupakan peluang yang harus dimaknai sehingga dibuatlah kegiatan jamboree seperti ini. Pilihan dan pemanfaatan peluang seperti ini dapat dipahami karena gerakan dan organisasi Pramuka yang secara resmi dibentuk 14 Agustus 1961 ini dikembangkan atas prinsip yang teguh yakni Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka. Tri Satya merujuk pada tiga sumpah kesetiaan yang harus di penuhi dan dipatuhi setiap anggota Pramuka yaitu (a) Setia menjalankan kewajiban terhadap Tuhan dan Negara Kesatuaan Republik Indonesia (b) Setia menolong sesama dan mempersiapkan diri membangun masyarakat (c) setia menepati Dasa Dharma yang mengacu pada 10 perbuatan baik (kebajikan) sebagai pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari yaitu (a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (b) Mencinta alam dan kasih sayang sesama manusia (c) menjadi Patriot yang sopan dan kesatria (d) Patuh dan suka bermusyawarah (e) Rela menolong dan tabah (f) Rajin, terampil dan gembira (g) Hemat, cermat dan bersahaja (h) Disiplin, berani dan setia (i) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya (j) Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan.
Semua bentuk pernyataan, baik dalam Tri Satya maupun dalam Dasa Dharma Pramuka merupakan pernyataan yang bersifat mengikat karena mewajibkan semua anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya. Pengingkaran dan pengabaian atas Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka oleh anggotanya memberi gambaran tentang kualitas karakternya. Jika semuanya dilaksanakan secara konsisten maka semua anggota pramuka akan menjadi orang kudus yang diharapkan dapat membawa perubahan dan nilai tambah bagi sekolahnya.
Seperti yang telah disampaikan bahwa apa yang diwacanakan tentang nilai karakter dalam kurikulum 2013, bagi orang katolik bukan hal baru. Wacana tentang nilai karakter ini telah lama dibicarakan dalam kitab suci baik perjanjian Lama maupun perjanjian Baru. Kitab Amsal dalam bacaan pertama misalnya, juga mengedepankan aneka nilai karakter bukan saja menentukan kualitas hidup tetapi lebih dari itu menentukan kehidupan. Orang berkarakter menurut Amsal adalah orang yang memiliki pengertian dan yang mau mendengarkan dan mengikuti petunjuk Tuhan. Kata Amsal "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup. Perolehlah hikmat, dan pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya.
Orang berkarkater ada dalam perlindungan Tuhan. “Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak. Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan lurus. Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu. Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat”
Isi pesan Amsal ini berkaitan dengan kebajikan. Dan Kebajikan merupakan muatan karakter yang baik. Martin Luther King dalam pidatonya yang terkenal berjudul: I have a dream (Aku mempunyai sebuah mimpi) mengatakan: Aku bermimpi suatu saat orang Amerika akan dinilai bukan dengan warna kulit mereka melainkan oleh Muatan Karakter mereka. Apakah muatan karakter itu? Muatan karakter itulah kebajikan yang nyata dalam kejujuran, keadilan, keberanian, belas kasih.
Kita semua yang hadir dalam jamnbore ini mempunyai mimpi bersama yaitu menjadikan wadah pramuka di bawah YM sebagai wadah penggodokan dan pematangan pribadi-pribadi bermuatan karakter yang tangguh dan andal. Wadah pramuka harus menjadi tempat ekspresi, tempat pembentukan aneka kebajikan yang pada waktunya membesarkan nama YM dan membesarkan nama Tuhan. Untuk itu kita membutuhkan aneka kebajikan yang penting untuk pembentukan karakter yang tangguh dan andal. Kurikulum telah menawarkan 18 nilai karakter dan  Pramuka menawarkan Tri Satya dan Dasa Dharmanya. Semuanya itu terkait dengan karakter dan berpeluang memperkaya diri dan hidup kita. Saya menawarkan Sepuluh kebajikan untuk pribadi berkarakter unggul:
(a)  Kebijksanaan. Kebajikan paling utama yang mengarahkan kebajikan lainnya. Kebijaksanaan adalah cara melihat yang benar.  Kebijaksanaan adalah semua pertimbangan yang baik. Ia memandu kita dalam mengambil keputusan yang tepat, menentukan kapan dan di mana kita bertindak, menentukan prioritas dalam hidup. Kita akan bertindak benar hanya kalau kita terlebih dahulu melihat semuanya secara benar (Richard Gula).
(b)  Keadilan. Menghargai hak semua orang. Kaidah emasnya: memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Karena kita sendiri adalah pribadi maka keadilan juga meliputi penghargaan diri. Orang bisa menghargai diri akan menaruh penghargaan juga terhadap orang lain
(c)  Ketabahan. Kebajikan ini memungkinkan kita untuk tetap melakukan yang benar dalam kesulitan apa pun. Keputusan yang benar dalam kehidupan sering menjadi yang paling  sukar. Untuk itu diperlukan ketabahan. Kata orang bijak: Bila langkahmu menuju keberhasilan semakin sukar, yakinlah kesukaran itu akan segera membawamu menuju keberhasilan. Penemuan dan nilai karakter lebih banyak ditemukan dalam kesukaran dan tantangan.Kesuksesan itu berarti pula teruji dalam tantangan.
(d)  Penguasaan atau Pengendalian Diri. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri sehingga mampu menolak aneka godaan. Pengendalian diri memampukan kita menunda dan menunggu kepuasan demi  sesuatu yang lebih tinggi dan lebih jauh. Prinsipnya: kita yang harus mampu mengatur keinginan dan bukannya keinginan yang harus mengatur kita. Kita yang mngusai keinginan dan bukan keninginan yang menguasai kita.
(e)  Kasih. Kebajikan yang melampaui keadilan karena kasih memberikan lebih daripada persyaratan keadilan. Kasih adalah kesediaan berkorban untuk orang lain. Kasih yang tidak mementing diri sendiri, kata Washington Jarvis, merupakan kekuatan yang terdahsyat di alam semesta yang tidak mampu dilwan.
(f)   Sikap Positif. Sikap ini penting karena jika kita bersikap negatif dalam kehidupan maka kita bukan saja menjadi beban bagi diri kita tetapi juga menjadi beban bagi orang lain. Sebaliknya jika kita memiliki sikap positif maka kita akan menjadi modal bagi diri kita dan bagi orang lain. 
(g)  Kerja keras. Hidup itu ditandai aktivitas dan itu adalah kerja. Tidak ada pengganti kerja dalam kehidupan. Bekerja keras meliputi prakarsa, kerajinan dan panjang akal. Orang berkarakter tangguh adalah orang yang mencntai pekerjaan apa pun jenisnya.
(h)  Ketulusan Hati. Melekat pada prinsip moral, setia pada nurani, menepati janji, dan berpegang teguh pada apa yang diyakini. Ketulusan hati adalah menyatkan kebenaran pada diri sendiri. Jenis penipuan yang paling berbahaya adalah menipu diri sendiri karena dengan itu orang dapat membenarkan segala sesuatu termasuk kejahatan sebesar apapun.
(i)    Berterima kasih. Berterima kasih itu seperti cinta bukan perasaaan tetapi tindakan kehendak. Kita memilih untuk berterima kasih sepeti kita memilih untuk mencintai. Berterima kasih adalah rahasia bagi kehidupan yang berbahagia. Berterima kasih mendorong kita untuk menghitung berkat yang kita terima setiap hari
(j)    Kerendahan hati. Menjadi fondasi dan dasar seluruh kehidupan moral. Tinggi gunung diukur dari kedalaman lembah. Tinggi karakter diukur dari kerendhan hati.
Pelbagai bentuk kabajikan yang membentuk karakter inilah yang mau kita semaikan, mau kita taburkan, kita tanamkan dan pelihara dalam wadah pramuka di sekolah-sekolah kita. Di tempat ini kita akan dibantu untuk menyadari betapa pentingnya kehidupan yang dilandastumpukan pada karakter yang baik. Di tempat ini dan melalui wadah pramuka kita dibantu untuk menyadari diri bahwa kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang patut dianut dan diteladani dalam menghidupi dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Dalam konteks injil hari ini kita diharapkan bisa menjadi pohon yang berbuah dan berguna bagi orang lain. YM membantu kita dalam semangat HATI yang satu dan sama untuk menjadikan pramuka sebagai lahan dan ladang tempat kita mengembangkan diri untuk menjadi pohon ara yang berbuah.
Kisah pohon ara dalam injil tadi terkesan mengerikan karena pohon itu dingatkan untuk tidak berbuah lagi oleh Yesus. Reaksi pohon ara itu bukan saja tidak berbuah tetapi ia lebih memilih kering dan mati. Kalau semua kita mengenal pohon ara maka kita bisa mengerti mengapa Yesus mengutuk pohon ara. Pohon ara itu sejenis pohon yang biasanya berbuah sepanjang tahun dan buahnya bisa membantu orang yang lapar atau haus dalam perjalanan.  Jenis pohon ini biasanya banyak ditemukan di daerah mata air dan selalu berbuah dan berdaun lebat. Pohon ara biasanya ditnaman orang di daerah mata air untuk mempertahankan persediaan sumber air. Berbuah sepajang tahun itu menjadi kekhasan pohon ara. Dan itulah yang mendorong Yesus untuk mendekati pohon ara itu. Dua tahun lalu ketika saya menuju kota Yeriko, saya sempat berhenti di pohon ara yang dahulu pernah dipanjat Zakeus. Pohon ara Zakeus  itu sampai saat ini berbuah lebat. Injil tadi menggambarkan kekecewaan Yesus pada pohon ara yang tidak berbuah.
Melibatkan diri di dalam wadah Pramuka dengan segala macam nilai yang dapat ditemukan bearti kita mau menjadi pohon kehidupan yang berbuahkan aneka kebaikan dan kebajikan. Menjadi anggota pramuka berarti kita mau menjadi yang terbaik dalam pelbagai nilai dan kebajikan. Dan itu harus dibuktikan dalam praktik hidup yang nyata di sekolah kita. Metal cari gampang, tidak jujur, kurang disiplin, kebiasaan menyontek bukanlah buah dari kebajikan. Pelbagai praktik hidup negative ini justru melawan kebajikan dan mengerdilkan pertumbuhan pohon kehidupan kita. Kalau hari ini 500 siswa terlibat dalam kegiatan pramuka itu artinya 500 bintang, 500 pohon ara yang baik akan tumbuh dan berbuah di sekolah kita yang pada waktunya menjadi kebanggaan YM. Karena itu, saya berharap dan menjamin pelbagai praktik tidak terpuji seperti nyontek tidak mungkin dilakukan para siswa yang pernah mengikuti kegiatan Pramuka. Karena itu, setelah kegiatan pramuka seperti ini tidak perlu lagi ada orang yang mengatur disiplin, tidak perlu lagi ada pengawas saat ulangan atau ujian. Kalau praktik tidak terpuji itu masih mewarnai  proses pendidikan di sekolah dan di yayasan kita, itu artinya kegiatan seperti ini hanya rekreasi akbar bahkan hanya sandiwara yang menghabiskan waktu dan biaya. Kalau mau supaya sekolah-sekolah dan yayasan kita tampil beda dan beda yang elegan maka tidak ada cara lain selain kita berjuang agar sekolah kita terbebas dari virus negatif yang mengerdilkan jiwa kita. Kita harus dan mesti memilih melawan arus. Kalau kita dengar di sekolah lain, nyontek itu menjadi menu harian dan tidak dianggap sebagai malasah, maka di sekolah kita hal itu harus dilihat sebagai penyakit yang segera diobati. Kalau kita menyerah hanya karena di tempat lain ada praktik seperti itu, itu tandanya kita mengerdilkan pohon ara kehidupan kita yang pada waktunya kering dan mati.
Kita punya satu mimpi bersama dan kita punya satu hati yang sama ingin menjadikan sekolah-sekolah dan yayasan kita sebagai ladang tumbuhnya pohon-pohon ara yang akan terus berbuah dan  dinikmati orang lain. Untuk itu kita semua harus menjadi orang yang berkarakter mulia. Semoga renungan pembukaan jambore ini memberikan kita arah di jalur mana kita melintas, dan ke terminal mana kita menuju. Mari kita meminta dalam iman agar kita bisa bertumbuh menjadi pohon ara yang berbuah. Amin

No comments:

Post a Comment