RENUNGAN MISA KENAIKAN KRISTUS
Kis., 1,1-11;
Ef.4,1-7.11-13; Mrk.16,-15-20
Kapela STKIP
St.Paulus Ruteng, 14 Mei 2015
Buka
Hari ini kita
merayakan peristiwa iman berkaitan dengan Tuhan yang yang memberikan dan
mewariskan proyek besar kepada para murid dan kepada kita untuk mewartakan
kerajaan Allah dalam praksis kehidupan harian kita. Tuhan telah memasuki
kembali kemuliaan Surgawi melalui peristiwa yang kira rayakan ini, tetapi tugas
diserahkan kepada kita untuk melanjutkan karya besar Allah dalam hidup kita.
Kita memohonkan agar Rahmat Kasih dan Roh Tuhan sendiri menopang kita dalam
hidup dan karya kita mewartakan kerajaan Allah. Kita awali semuanya dengan
menyadari serta mengakui keterbatasan, kelemahan dan dosa kita.
Renungan
Kalau kita bandingkan popularitas perayaan Kenaikan dengan perayaan
lainnya seperti Natal, Paska, Pentakosta maka perayaan Kenaikan menempati
urutan paling ekor. Kisah kenaikan Yesus tidak dilihat sepenting kisah kematian
dan kebangkitan-Nya. Perayaan Kenaikan tampaknya sepi dan dianggap biasa-biasa
saja. Syukur-syukur kalau peringatan Kenaikan seperti ini dijadikan sebagai
hari libur nasional seperti yang kita alami hari ini. Di beberapa negara
semisal Singapura hari Kenaikan bukanlah hari libur. Ada pula sebagian teolog yang meragukan
legalitas dan alasan perayaan Kenaikan itu. Bagi mereka kisah Kenaikan ini
tidak lebih dari sekadar dongeng warisan gereja purba.
Di tengah-tengah perbedaan pendapat seperti ini apakah pantas kita
meragukan legalitas dan ungensi perayaan Kenaikan ini sebagai orang beriman? Apakah benar perayaan
ini tanpa dasar dan alasan yang cukup? Jawabannya,
tidak benar karena kisah kenaikan itu bisa ditemukan dalam Kitab suci. Kalau
kita membaca Kitab Suci maka kita akan tahu dan yakin bahwa kisah kenaikan itu
memiliki dasar dan referensinya dalam kitab Suci.
Paling kurang ada tiga kisah Kenaikan terkait dengan tiga tokoh dalam
Kitab Suci yang dapat dijadikan rujukan
dan landas pijak bagi kita untuk memaknai hari Kenaikan ini. Alkitab
mencatat ada 3 peristiwa tentang orang kudus yang diangkat ke sorga dan tinggal
bersama dengan Allah. Orang pertama yang dikisahkan
adalah
Henokh. Ia digambarkan sebagai orang yang bergaul akrab dengan
Tuhan selama 300 tahun (Kej.5,21-24). Kitab Ibrani juga mencatat: “Karena iman Henokh terangkat,
supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah
mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia
berkenan kepada Allah (Ibr. 11:5) . Orang kedua ialah
Nabi Elia yang dikisahkan dalam Kitab kedua
Raja-Raja
(2 Raj.2, 9-12). Berkatalah Elia: “Yang kauminta
itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu,
akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.” (2Raja 2:10).
Orang ketiga ialah Yesus Kristus. Penginjil Lukas secara jelas dan rinci menuliskannya dalam Kisah Para Rasul (Kis.1:6-11). Ia menulis: “Sesudah
Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan
menutup-Nya dari pandangan mereka” (Kis.1,9)
Kisah ketiga tokoh
ini dalam perkembangannya berbeda. Alkitab tidak lagi menjelaskan apa-apa
tentang Henokh dan Elia setelah keduanya terangkat ke surga. Henokh,
Elia, dan Yesus, terangkat ke surga karena tugas mereka selesai. Alkitab tidak lagi menjelaskan apa-apa setelah Henok dan Elia pergi. Alkitab justru
lebih rinci membicarakan tentang Yesus. Alkitab
mencatat hal-hal yang dikerjakan Yesus setelah Ia terangkat ke surga. Itu
bedanya kenaikan Henok dan Elia dibandingkan dengan kenaikan Yesus. Kenaikan
Yesus memberikan kita beberapa hal pokok terkait penghayatan iman kita. Bagi
kita kisah dan peristiwa kenaikan
menegaskan berbagai hal penting yang harus kita manknai.
Pertama, kenaikan Yesus menegaskan akan fakta
kebangkitan-Nya. Dengan
sangat jelas Lukas menuliskan bahwa
kenaikan Tuhan merupakan satu kesatuan dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Hal
itulah yang ditulisnya sebagai latar belakang
kisah kenaikan tersebut. Menarik sekali bagaimana Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul dengan
kalimat indah. Dia menulis: “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku
menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada
hari Ia terangkat (1:1-2). Jadi, Lukas
tidak hanya menulis penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus, tetapi juga
sampai pada hari Ia Terangkat. Jelaslah bagi kita bahwa kisah kenaikan Yesus merupakan
fakta sejarah, bukan ilusi semata. Hal itu jelas dinyatakan dengan pembuktian
Yesus sendiri bahwa Dia hidup. Lukas mengantisipasi hadirnya orang-orang yang
meragukan dan menolak kebangkitan. “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya
setelah penderitaan-Nya, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan bahwa Ia hidup.
Selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara
tentang Kerajaan Allah. Penampakan diri Yesus itu berulang-ulang selama 40 hari dan kepada orang yang
berbeda-beda merupakan cara Tuhan menegaskan bahwa ia sungguh telah bangkit.
Dengan demikian, kenaikan Yesus menjadi Pembuktian
bahwa Yesus yang mati itu, benar-benar bangkit. Tanpa kebangkitan tidak akan
pernah ada kenaikan. Jadi, Yesus bukan saja bangkit dari kubur, tetapi lebih
dari situ, Dia juga telah naik ke surga. Dia naik melampaui segala sesuatu.
Dengan demikian, apa yang diberitakan-Nya selama 40 hari secara terus menerus,
tentang kerajaan Allah, bukanlah sebuah ilusi atau dongeng semata.
Kedua, kisah kenaikan menunjukkan betapa
pentingnya dan mendesaknya tugas memberitakan Injil. Lukas mencatat
bahwa, “Sesudah Ia menyampaikan pesan, terangkatlah Ia, disaksikan para
murid-Nya dan awan menutup-Nya dari
pandangan mereka”. Di sini, jelas bahwa Yesus terangkat “sesudah Ia mengatakan sesuatu”.
Apa yang dikatakan-Nya? Hal yang dikatakan-Nya itu berkaitan dengan informasi
tentang kuasa sebagai pelengkap dalam misi perutusan. “Kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dengan perkataan lain, pesan atau
perintah terakhir yang diberikan Yesus sebelum kenaikan-Nya adalah agar menjadi saksi
kebangkitan-Nya. Hal itu dimulai dari tempat terdekat (Yerusalem), meluas ke
seluruh propinsi (Judea) hingga seluruh bumi. Penting untuk dicermati,
karena kota Samaria, yang biasanya
dihindari orang-orang Yahudi justru disebut Yesus sebagai sasaran pewartaan
tentang kebangkitan. Dengan demikian, tidak ada daerah atau kota tanpa
pengenalan akan injil. Injil diberitakan ke mana-mana dan juga di
mana-mana. Dengan demikian jelas bagi
kita bahwa penginjilan bukan soal boleh atau boleh tidak. Tugas memberitakan
Injil diberikan Yesus menjadi keharusan. Paulus menegaskan dalam nada ekstrem.
“Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor.9:16b).
Kenyataan seperti ini kiranya cukup bagi kita untuk menyingkirkan
segala teori dan usaha mengurangi semangat memberitakan Injil. Kiranya perintah
Yesus yang diberikan sebelum kenaikan-Nya ke surga dimaknai dan disikapi secara
lebih serius sebagai tugas dan panggilan setiap orang beriman. Dengan demikian, segala doa, dana dan daya,
kita kerahkan untuk merespon perintah itu. Jika kita amati pasal-pasal
berikutnya, memang kita melihat bagaimana rasul-rasul dan orang percaya sangat
serius melakukan tugas penginjilan. Buah upaya penginjilan itulah yang
memungkinkan semakin banyaknya orang mau
dipermandikan. Buah pengnjilan itu memungkinkan pertumbuhan jemaat semakian
besar.
Panggilan kita menjadi pewarta
injil dalam konteks status dan tugas kita masing-masing, menuntut kita untuk
mewaspadai dua yang dianggap aneh berupa pertanyaan Aneh dan Sikap Aneh. Kisah
tadi menggambarkan ada pertanyaan Aneh
yang diarahkan kepada Yesus. "Tuhan,
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Pertanyaan ini disamopaikan bukan pada awal
pelayanan Yesus, tetapi justru pada akhir, yaitu pada detik-detik terakhir menjelang
Yesus take off dari dunia. Apakah yang ada dalam pikiran
orang banyak ketika itu? Yang mereka pikirkan adalah kekuasaan, soal pemulihan kerajaan
Israel, bukan soal kerajaan Allah seperti
yang disampaikan dan ditekankan Yesus selama 40 hari Dia tinggal di dunia.
Hal aneh kedua yang perlu kita waspadai adalah sikap aneh yang
diperlihatkan umat. Dikatan “Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Yesus
naik, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka”. Apa
maksud ayat ini? Firman Tuhan menjelaskan bahwa mereka yang berkumpul ketika
itu “sedang menatap ke langit” (kai hos atenizontes esan eis ton ouranon).
“Apa salahnya menatap ke langit? Bukankah itu mencerminkan kekaguman
mereka kepada Yesus, Tuhan mereka? Bukankah itu juga mencerminkan kerinduan mereka
kepada Yesus, di mana mereka ingin terus bersama-sama Dia? Jika itu yang
menjadi pertanyaan kita, maka itu pertanyaan salah menurut Tuhan. Kita
melihat bahwa Tuhan ‘terpaksa’ harus mengutus “dua orang yang berpakaian putih”
untuk menegur mereka dan berkata: "Hai
orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang
terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama
seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Saya melihat bahwa yang menjadi masalah adalah ketika mereka terus
menerus mengagumi dan merindukan Yesus dengan “menatap ke langit”, sedemikian
rupa, sehingga mereka melupakan tugas yang telah diberikan kepada mereka, yaitu
untuk segera pergi dan pergi segera. Pergi bukan untuk diri sendiri, tetapi
untuk bersaksi tentang Dia, yang mereka kagumi itu. Bersaksi untuk memberitakan
Kerajaan Allah di Yerusalem, seluruh Judea dan Samaria sampai ke ujung bumi.
Itulah alasannya mengapa kedua orang utusan itu harus turun dan ‘mengusir’
mereka dari bukit kemuliaan, tempat Yesus transit atau naik ke surga.
Jadi, ada dua hal yang harus kita waspadai berkaitan dengan pertanyaan
dan sikap aneh. Pertama, agar kita jangan hidup ‘terlalu’ duniawi, hanya
memikirkan kerajaan duniawi, yaitu pemulihan ‘kerajaan-kerajaan’ kita. Terus berpikir dan bertanya tentang pekerjaan
kita, bisnis kita kita, yang memubuat kita lupa akan Kerajaan Allah. Kedua,
agar kita jangan hidup ‘terlalu’ rohani, dengan terus menerus memandang ke langit.
Terus menerus beribadah, dari satu tempat ibadah ke tempat ibadah yang lain;
sedemikian rupa, sehingga kita melupakan tugas kita untuk bersaksi bagi dunia,
untuk terlibat di dalam dunia, melakukan segala sesuatu secara konkret, demi
pemulihan dunia ini.-
Peristiwa kenaikan yang kita rayakan hari ini sebagai perayaan iman
sesunggguh meruapakan perayaan yang membawa banyak implikasi/makna dan berkat
untuk kita. Paling kurang ada tujuh implikasi dan tiga berkat yang bisa kita
temukan dari perayaan ini berdasarkan pesan Firman Tuhan melalalui tiga bacaan
hari ini.
Pertama, kenaikan Kristus adalah pelengkap bagi
kebangkitan-Nya. Sebagai penakluk maut, Kristus menjadi yang sulung
di antara umat-Nya dan sebagai Kristus yang sudah naik, Ia meneruskan kemenangan
kebang-kitan-Nya itu sehingga menjadi suatu pelayanan yang mulia demi umat-Nya.
Kedua, kenaikan Kristus adalah permulaan pemuliaan dan
penobatan-Nya sebagai Raja. Yesus sangat ditinggikan dan penobatan Kristus
sebagai Raja dimaksudkan untuk menunjukkan kedaulatan-Nya atas seluruh ciptaan.
Ketiga, kenaikan Kristus adalah permulaan pelayanan-Nya
sebagai pengantara kita. Sama seperti halnya dengan imam besar
bangsa Yahudi yang pekerjaannya sebagai pengantara bergantung pada diperolehnya
kesempatan untuk masuk ke dalam tempat yang mahakudus, demikian pula pekerjaan
Kristus sebagai pengantara antara Allah dan manusia bergantung pada masuknya
pengantara itu ke surga.
Keempat, kenaikan Kristus adalah penggenapan misi-Nya.
Misi Kristus di dunia yang dimulai dengan inkarnasi diakhiri dengan asensi atau
kenaikan. Oleh karena tujuan misi itu adalah penebusan dosa manusia, maka
kenaikan Kristus menandakan selesainya misi tersebut. Dalam inkarnasi
Allah menjadi manusia; dalam asensi manusia Ilahi kembali kepada Allah. Kristus
bukan hanya menebus dosa manusia melalui kematian-Nya, tetapi dengan
kenaikan-Nya Ia membawa bukti penebusan itu ke hadirat Bapa.
Kelima, kenaikan Kristus adalah penentu penganugerahan Roh
Kudus. Yesus sendiri menyatakan bahwa Roh Kudus, baru diberikan apabila Ia
telah dimuliakan karena pemberian-pemberian baru bisa diberikan sesudah
kenaikan. Karena itu, Pentakosta baru dapat terjadi sesudah kenaikan
Yesus.
Keenam, kenaikan Kristus adalah pembuka jalan masuk bagi
orang-orang percaya. Karena kebangkitan-Nya, Kristus
dinyatakan sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Dengan demikian Ia melibatkan semua orang percaya dalam kebangkitan dan
kenaikan-Nya sendiri. Ia yang memperoleh jalan masuk kepada Bapa sudah
memperoleh hak itu juga bagi semua orang yang dipersatukan dengan Dia.
Ketujuh kenaikan Kristus adalah permulaan zaman baru.
Zaman sekarang ini dibatasi oleh dua peristiwa, yaitu kenaikan Kristus pada
mulanya dan kedatangan-Nya kembali ke dunia ini pada akhirnya. Zaman ini
ialah zaman Tuhan yang sudah bangkit dan dinobatkan sebagai Raja. Tuhan yang
sedang berkarya sebagai pengantara bagi umat-Nya, Tuhan yang akan datang
kembali pada akhir zaman untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Dari tujuh impilikasi dan pesan
pokok ini kita yang beriman akan kepadanya-Nya akan menerima berkat. Ada tiga berkat yang kita dapatkan dari
Peristiwa Kenaikan ini. Pertama,
kita akan menerima Roh Kudus karena Tuhan
sendiri menjanjikan itu kepada kita. Namun benar
yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu (Yoh.16:7).
Yesus
memberitahukan murid-murid-Nya, juga kepada semua kita bahwa kepergian-Nya jauh
lebih berguna bagi karena Roh Kudus akan diutus dan masuk dalam kehidupan kita.
Kedua,
Kita mempunya Seorang Imam Besar dan Rasul.
Seorang Imam besar ialah pribadi yang mewakili kita di hadapan Allah dan
duduk disebelah kanan Allah (Ia
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang
ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat
yang tinggi
Ketiga, Kita mempunyai
seorang Pengantara yang menyelamatklan, memberi hidup kekal, dan Pengampunan
dosa. Jaminan masa depan jiwa kita hanya ada dalam kebangkitan dan kenaikan
Tuhan.
Marilah kita memaknai
peristiwa dan perayaan kenaikan Tuhan
ini sebagai momen penyadaran bagi kita dalam mewartakan kerajaan Allah sesuai
dengan tugas dan pangggilan kita. Tuhan tidak menginginkan kita hanya sebagai
orang yang selalu memandang ke laingit tetapi juga harus segera pergi
memberitakan kerajaan kasih dan cinta sebagai Yesus datang hidup dan berkarya
sebagai Kasih yang membebaskan. Semoga
Rm.Bone Rampung
No comments:
Post a Comment