Wednesday, May 13, 2015

RENUNGAN MISA KENAIKAN TUHAN

RENUNGAN MISA KENAIKAN KRISTUS
Kis., 1,1-11; Ef.4,1-7.11-13; Mrk.16,-15-20
Kapela STKIP St.Paulus Ruteng, 14 Mei 2015
Buka
Hari ini kita merayakan peristiwa iman berkaitan dengan Tuhan yang yang memberikan dan mewariskan proyek besar kepada para murid dan kepada kita untuk mewartakan kerajaan Allah dalam praksis kehidupan harian kita. Tuhan telah memasuki kembali kemuliaan Surgawi melalui peristiwa yang kira rayakan ini, tetapi tugas diserahkan kepada kita untuk melanjutkan karya besar Allah dalam hidup kita. Kita memohonkan agar Rahmat Kasih dan Roh Tuhan sendiri menopang kita dalam hidup dan karya kita mewartakan kerajaan Allah. Kita awali semuanya dengan menyadari serta mengakui keterbatasan, kelemahan dan dosa kita.
Renungan
Kalau kita bandingkan popularitas perayaan Kenaikan dengan perayaan lainnya seperti Natal, Paska, Pentakosta maka perayaan Kenaikan menempati urutan paling ekor. Kisah kenaikan Yesus tidak dilihat sepenting kisah kematian dan kebangkitan-Nya. Perayaan Kenaikan tampaknya sepi dan dianggap biasa-biasa saja. Syukur-syukur kalau peringatan Kenaikan seperti ini dijadikan sebagai hari libur nasional seperti yang kita alami hari ini. Di beberapa negara semisal Singapura hari Kenaikan bukanlah hari libur.  Ada pula sebagian teolog yang meragukan legalitas dan alasan perayaan Kenaikan itu. Bagi mereka kisah Kenaikan ini tidak lebih dari sekadar dongeng warisan gereja purba.
Di tengah-tengah perbedaan pendapat seperti ini apakah pantas kita meragukan legalitas dan ungensi perayaan Kenaikan ini  sebagai orang beriman? Apakah benar perayaan ini tanpa dasar dan alasan yang cukup?  Jawabannya, tidak benar karena kisah kenaikan itu bisa ditemukan dalam Kitab suci. Kalau kita membaca Kitab Suci maka kita akan tahu dan yakin bahwa kisah kenaikan itu memiliki dasar dan referensinya dalam kitab Suci.
Paling kurang ada tiga kisah Kenaikan terkait dengan tiga tokoh dalam Kitab  Suci yang dapat dijadikan rujukan dan landas pijak bagi kita untuk memaknai hari Kenaikan ini. Alkitab mencatat ada 3 peristiwa tentang orang kudus yang diangkat ke sorga dan tinggal bersama dengan Allah. Orang pertama yang dikisahkan adalah Henokh. Ia digambarkan sebagai orang yang bergaul akrab dengan Tuhan selama 300 tahun (Kej.5,21-24). Kitab Ibrani juga mencatat: “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah (Ibr.  11:5) . Orang kedua ialah Nabi Elia yang dikisahkan dalam Kitab kedua Raja-Raja (2 Raj.2, 9-12). Berkatalah Elia: “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.” (2Raja 2:10). Orang ketiga ialah Yesus Kristus. Penginjil  Lukas secara jelas dan rinci menuliskannya dalam  Kisah Para Rasul (Kis.1:6-11). Ia menulis: “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka” (Kis.1,9)
Kisah ketiga tokoh ini dalam perkembangannya berbeda. Alkitab tidak lagi menjelaskan apa-apa tentang Henokh dan Elia  setelah keduanya terangkat ke surga. Henokh, Elia, dan Yesus, terangkat ke surga karena tugas mereka selesai.  Alkitab tidak lagi menjelaskan apa-apa  setelah Henok dan Elia pergi. Alkitab justru lebih rinci membicarakan tentang  Yesus. Alkitab mencatat hal-hal yang dikerjakan Yesus setelah Ia terangkat ke surga. Itu bedanya kenaikan Henok dan Elia dibandingkan dengan kenaikan Yesus. Kenaikan Yesus memberikan kita beberapa hal pokok terkait penghayatan iman kita. Bagi kita kisah dan peristiwa kenaikan  menegaskan berbagai hal penting yang harus kita manknai.
Pertama, kenaikan Yesus menegaskan akan fakta kebangkitan-Nya. Dengan sangat jelas  Lukas menuliskan bahwa kenaikan Tuhan merupakan satu kesatuan dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Hal itulah yang ditulisnya sebagai latar belakang  kisah kenaikan tersebut. Menarik sekali bagaimana  Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul dengan kalimat indah. Dia menulis: “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat (1:1-2). Jadi,  Lukas tidak hanya menulis penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus, tetapi juga sampai pada hari Ia Terangkat. Jelaslah bagi kita bahwa kisah kenaikan Yesus merupakan fakta sejarah, bukan ilusi semata. Hal itu jelas dinyatakan dengan pembuktian Yesus sendiri bahwa Dia hidup. Lukas mengantisipasi hadirnya orang-orang yang meragukan dan menolak kebangkitan. “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan bahwa Ia hidup. Selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara tentang Kerajaan Allah. Penampakan diri Yesus itu berulang-ulang  selama 40 hari dan kepada orang yang berbeda-beda merupakan cara Tuhan menegaskan bahwa ia sungguh telah bangkit. Dengan demikian,  kenaikan Yesus menjadi Pembuktian bahwa Yesus yang mati itu, benar-benar bangkit. Tanpa kebangkitan tidak akan pernah ada kenaikan. Jadi, Yesus bukan saja bangkit dari kubur, tetapi lebih dari situ, Dia juga telah naik ke surga. Dia naik melampaui segala sesuatu. Dengan demikian, apa yang diberitakan-Nya selama 40 hari secara terus menerus, tentang kerajaan Allah, bukanlah sebuah ilusi atau dongeng semata.
Kedua, kisah kenaikan menunjukkan betapa pentingnya dan mendesaknya tugas memberitakan Injil.  Lukas mencatat bahwa, “Sesudah Ia menyampaikan pesan, terangkatlah Ia, disaksikan para murid-Nya  dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”. Di sini, jelas bahwa Yesus terangkat “sesudah Ia mengatakan sesuatu”. Apa yang dikatakan-Nya? Hal yang dikatakan-Nya itu berkaitan dengan informasi tentang kuasa sebagai pelengkap dalam misi perutusan. “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi  saksiku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dengan perkataan lain, pesan atau perintah terakhir yang diberikan Yesus  sebelum kenaikan-Nya adalah agar menjadi saksi kebangkitan-Nya. Hal itu dimulai dari tempat terdekat (Yerusalem), meluas ke seluruh propinsi (Judea) hingga seluruh bumi. Penting untuk dicermati, karena  kota Samaria, yang biasanya dihindari orang-orang Yahudi justru disebut Yesus sebagai sasaran pewartaan tentang kebangkitan. Dengan demikian, tidak ada daerah atau kota tanpa pengenalan akan injil. Injil diberitakan ke mana-mana dan juga di mana-mana.  Dengan demikian jelas bagi kita bahwa penginjilan bukan soal boleh atau boleh tidak. Tugas memberitakan Injil diberikan Yesus menjadi keharusan. Paulus menegaskan dalam nada ekstrem. “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor.9:16b).
Kenyataan seperti ini kiranya cukup bagi kita untuk menyingkirkan segala teori dan usaha mengurangi semangat memberitakan Injil. Kiranya perintah Yesus yang diberikan sebelum kenaikan-Nya ke surga dimaknai dan disikapi secara lebih serius sebagai tugas dan panggilan setiap orang beriman.  Dengan demikian, segala doa, dana dan daya, kita kerahkan untuk merespon perintah itu. Jika kita amati pasal-pasal berikutnya, memang kita melihat bagaimana rasul-rasul dan orang percaya sangat serius melakukan tugas penginjilan. Buah upaya penginjilan itulah yang memungkinkan semakin banyaknya orang  mau dipermandikan. Buah pengnjilan itu memungkinkan pertumbuhan jemaat semakian besar.
 Panggilan kita menjadi pewarta injil dalam konteks status dan tugas kita masing-masing, menuntut kita untuk mewaspadai dua yang dianggap aneh berupa pertanyaan Aneh dan Sikap Aneh. Kisah tadi menggambarkan ada pertanyaan Aneh  yang diarahkan kepada Yesus. "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"  Pertanyaan ini disamopaikan bukan pada awal pelayanan Yesus, tetapi justru pada akhir, yaitu pada detik-detik terakhir menjelang Yesus take off  dari dunia. Apakah yang ada dalam pikiran orang banyak ketika itu? Yang mereka pikirkan adalah kekuasaan, soal pemulihan kerajaan Israel, bukan soal kerajaan Allah  seperti yang disampaikan dan ditekankan Yesus selama 40 hari Dia tinggal di dunia.  
Hal aneh kedua yang perlu kita waspadai adalah sikap aneh yang diperlihatkan umat. Dikatan “Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Yesus naik, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka”. Apa maksud ayat ini? Firman Tuhan menjelaskan bahwa mereka yang berkumpul ketika itu “sedang menatap ke langit” (kai hos atenizontes esan eis ton ouranon).
“Apa salahnya menatap ke langit? Bukankah itu mencerminkan kekaguman mereka kepada Yesus, Tuhan mereka? Bukankah itu juga mencerminkan kerinduan mereka kepada Yesus, di mana mereka ingin terus bersama-sama Dia? Jika itu yang menjadi pertanyaan kita, maka itu pertanyaan salah menurut Tuhan.   Kita melihat bahwa Tuhan ‘terpaksa’ harus mengutus “dua orang yang berpakaian putih” untuk menegur mereka dan berkata: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Saya melihat bahwa yang menjadi masalah adalah ketika mereka terus menerus mengagumi dan merindukan Yesus dengan “menatap ke langit”, sedemikian rupa, sehingga mereka melupakan tugas yang telah diberikan kepada mereka, yaitu untuk segera pergi dan pergi segera. Pergi bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk bersaksi tentang Dia, yang mereka kagumi itu. Bersaksi untuk memberitakan Kerajaan Allah di Yerusalem, seluruh Judea dan Samaria sampai ke ujung bumi. Itulah alasannya mengapa kedua orang utusan itu harus turun dan ‘mengusir’ mereka dari bukit kemuliaan, tempat Yesus transit atau naik ke surga.
Jadi, ada dua hal yang harus kita waspadai berkaitan dengan pertanyaan dan sikap aneh. Pertama, agar kita jangan hidup ‘terlalu’ duniawi, hanya memikirkan kerajaan duniawi, yaitu pemulihan ‘kerajaan-kerajaan’ kita.  Terus berpikir dan bertanya tentang pekerjaan kita, bisnis kita kita, yang memubuat kita lupa akan Kerajaan Allah. Kedua, agar kita jangan hidup ‘terlalu’ rohani, dengan terus menerus memandang ke langit. Terus menerus beribadah, dari satu tempat ibadah ke tempat ibadah yang lain; sedemikian rupa, sehingga kita melupakan tugas kita untuk bersaksi bagi dunia, untuk terlibat di dalam dunia, melakukan segala sesuatu secara konkret, demi pemulihan dunia ini.-
Peristiwa kenaikan yang kita rayakan hari ini sebagai perayaan iman sesunggguh meruapakan perayaan yang membawa banyak implikasi/makna dan berkat untuk kita. Paling kurang ada tujuh implikasi dan tiga berkat yang bisa kita temukan dari perayaan ini berdasarkan pesan Firman Tuhan melalalui tiga bacaan hari ini.
Pertamakenaikan Kristus adalah pelengkap bagi kebangkitan-Nya. Sebagai penakluk maut, Kristus menjadi yang sulung di antara umat-Nya dan sebagai Kristus yang sudah naik, Ia meneruskan kemenangan kebang-kitan-Nya itu sehingga menjadi suatu pelayanan yang mulia demi umat-Nya.  
Keduakenaikan Kristus adalah permulaan pemuliaan dan penobatan-Nya sebagai Raja.   Yesus sangat ditinggikan dan penobatan Kristus sebagai Raja dimaksudkan untuk menunjukkan kedaulatan-Nya atas seluruh ciptaan.  
Ketigakenaikan Kristus adalah permulaan pelayanan-Nya sebagai pengantara kita. Sama seperti halnya dengan imam besar bangsa Yahudi yang pekerjaannya sebagai pengantara bergantung pada diperolehnya kesempatan untuk masuk ke dalam tempat yang mahakudus, demikian pula pekerjaan Kristus sebagai pengantara antara Allah dan manusia bergantung pada masuknya pengantara itu ke surga.
Keempatkenaikan Kristus adalah penggenapan misi-Nya.  Misi Kristus di dunia yang dimulai dengan inkarnasi diakhiri dengan asensi atau kenaikan.  Oleh karena tujuan misi itu adalah penebusan dosa manusia, maka kenaikan Kristus menandakan selesainya misi tersebut.  Dalam inkarnasi Allah menjadi manusia; dalam asensi manusia Ilahi kembali kepada Allah. Kristus bukan hanya menebus dosa manusia melalui kematian-Nya, tetapi dengan kenaikan-Nya Ia membawa bukti penebusan itu ke hadirat Bapa. 
Kelimakenaikan Kristus adalah penentu penganugerahan Roh Kudus.  Yesus sendiri menyatakan  bahwa Roh Kudus, baru diberikan apabila Ia telah dimuliakan karena pemberian-pemberian baru bisa diberikan sesudah kenaikan.  Karena itu, Pentakosta baru dapat terjadi sesudah kenaikan Yesus.
Keenamkenaikan Kristus adalah pembuka jalan masuk bagi orang-orang percaya.  Karena kebangkitan-Nya, Kristus dinyatakan sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.  Dengan demikian Ia melibatkan semua orang percaya dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya sendiri.  Ia yang memperoleh jalan masuk kepada Bapa sudah memperoleh hak itu juga bagi semua orang yang dipersatukan dengan Dia.   
Ketujuh  kenaikan Kristus adalah permulaan zaman baru.  Zaman sekarang ini dibatasi oleh dua peristiwa, yaitu kenaikan Kristus pada mulanya dan kedatangan-Nya kembali ke dunia ini pada akhirnya.  Zaman ini ialah zaman Tuhan yang sudah bangkit dan dinobatkan sebagai Raja. Tuhan yang sedang berkarya sebagai pengantara bagi umat-Nya, Tuhan yang akan datang kembali pada akhir zaman untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
 Dari tujuh impilikasi dan pesan pokok ini kita yang beriman akan kepadanya-Nya akan menerima berkat.  Ada tiga berkat yang kita dapatkan dari Peristiwa Kenaikan ini.  Pertama,  kita akan menerima Roh Kudus karena Tuhan sendiri menjanjikan itu kepada kita. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu (Yoh.16:7).  Yesus memberitahukan murid-murid-Nya, juga kepada semua kita bahwa kepergian-Nya jauh lebih berguna bagi karena Roh Kudus akan diutus dan masuk dalam kehidupan kita.
Kedua, Kita mempunya Seorang Imam Besar dan Rasul.  Seorang Imam besar ialah pribadi yang mewakili kita di hadapan Allah dan duduk disebelah kanan Allah (Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi
Ketiga, Kita mempunyai seorang Pengantara yang menyelamatklan, memberi hidup kekal, dan Pengampunan dosa. Jaminan masa depan jiwa kita hanya ada dalam kebangkitan dan kenaikan Tuhan.
Marilah kita memaknai peristiwa  dan perayaan kenaikan Tuhan ini sebagai momen penyadaran bagi kita dalam mewartakan kerajaan Allah sesuai dengan tugas dan pangggilan kita. Tuhan tidak menginginkan kita hanya sebagai orang yang selalu memandang ke laingit tetapi juga harus segera pergi memberitakan kerajaan kasih dan cinta sebagai Yesus datang hidup dan berkarya sebagai Kasih yang membebaskan. Semoga


Rm.Bone Rampung

No comments:

Post a Comment