Wednesday, May 13, 2015

RENUNGAN MINGGU PRAPASKA KE-5 THN.B

Hari Minggu Prapaska ke-5 Th.B/1
Kapela STKIP Ruteng Minggu, 22 Maret 2015
Yer.31,31-34; Ibr.5,7-9; Yoh.12,20-33
Buka
Hari ini kita memasuki minggu kelima masa pertobatan kita. Kita diajak untuk menjadikan hidup dan karya kita ibarat benih yang ditanam untuk menghasilkan lebih banyak kebaikan bagi Tuhan dan sesama.Yesus sendiri telah menunjukkan keaataan-Nya dan bersedia berkorban demi mengutuhkan kehidupan manusia. Kita berdoa semoag semangat dan niat kita untuk menjadi benih baik pada akhirnya tumbuh dan mengasilkan segala ssuatu yang baik.
 Renungan
Ada empat pertanyaan tetapi hanya satu jawaban. Di manakah letak tempat paling rahasia dalam kehidupan manusia? Sakit apa yang Paling berbahaya dan mengancam kehidupan manusia? Di manakah tempat tinggalnya cinta antara manusia? Apa yang harus kita berikan agar hidup kita selamat dan aman? Jawaban satu kata saja yaitu HATI. Karena itu kita sering mendengar ungkapan (1) dalamnya laut dapat diduga, tetapi dalamnya HATI tiada yang tahu, (2) lebih baik sakit gigi daripada sakit HATI, (3) Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke HATI, dan (4) kita sering diminta memberikakan hati atau PERHATIAN, BERKAITAN dengan hal-hal yang penting. Minggu lalu, saat menunggu jadwal penerbangan di bandara Komodo Labuan Bajo, bandara Ngurah Rai Bali, bandara Abdul Rahman Saleh Malang, bandara Adisucipto Jogjakarta, bandara Soekarno Hata, Jakarta saya sempat menyimak pelbagai pengumuman yang disampaikan oleh para petugas Bandara kepada para penumpang pesawat. Semua pengumuman selalui diawali dengan kata: “Perhatian-Perhatian” Misalnya saja: Perhatian-perhatian, pesawat Garuda dari Kupang baru saja mendarat di badara komodo labuan bajo, perhatian-perhatian, pewasat Wings air  tujuan Denpasar Bali, siap diberangkatkan. Para penumpang segera memasuki pesawat. Perhatian-perhatian pesawat Citlink dari Ngurah Raih tujuan Halimperdana Kusumah Jakarta siap diberangkatkan. Para penumpang dipersilahkan naik ke pesawat melalui pintu nomor 3. Hal yang sama juga terjadi di bandara lainnya atau di satasius kereta api. Semua pengumuman selalu meminta perhatian. Yang diminta dan disebutkan adalah perhatian yang di dalam kata itu ada kata HATI. Tidak mungkin orang mengubah atau mengganti kata perhatian itu dengan anggota tubuh lainnya misalnya dengan kata “permataan-permataan atau permulutan-permulutan”.
Sepintas nada dan bunyi pengumuman yang meminta perhatiana itu memang tampak biasa, sederhana tetapi jika dicermati kita akan temukan bahwa di dalam rumusan penguman itu ada satu kata kunci, kata pokok yang berkaitan dengan inti diri dan kehidupan manusia. Dari pilihan kata itu jelas sekali bagi kita bahwa kata “HATI” itu menjadi pusat, sentral, inti dari gerak hidup kita manausia. Hati manusia menjadi pusat pengendali dan sekaligus pusat pengawasan, dan monitoring arah gerak dan hidup setiap kita. Hati kita tanpa kita sadari telah menjadi sebuah instansi penentu keputusan yang kita ambil.  Keutuhan dan kebulatan hati pada gilirannya juga menentukan kebulatan dan keutuhan hidup kita manausia.
Nubuat Yeremia dalam bacaan pertama hari ini membenarkan sekaligus meyakinkan kita bahwa  hati manusia, hati kita menjadi tempat penting yang menentukan nasib kehidupan kita. Nabi Yeremia dalam nubuatnya mengingatkan kita melalui pengalaman bangsa Israel untuk senantiasa hidup dan bergerak dalam tuntunan hati. Kisah yang diwacanakan Yeremia memberikan kita gambaran negatif tentang pola dan arah gerak hidup bangsa Israel yang tidak lagi dikendalikan  hati. Nabi mengalami bahwa bangsa terpilih telah mengubah arah gerak hidup mereka karena hati mereka telah berubah. Hati mereka telah menjadi batu, mereka hidup dan bergerak dalam arah yang salah, dalam arah yang berlawanan dengan kehendak Yahwe. Sebagai utusan Yahwe bagi bangsa Israel nabi  Yeremia dipercayakan untuk mengarahkan kembali hati bangsa itu kepada Yahwe.
Tindakan apa yang harus segera dilakukan agar hati bangsa itu berubah dan kembali kepada Yahwe? Yeremia mengarahkan mereka untuk kembali kepada jalan Yahwe melalui perbaikan kondisi dan kualitas hati mereka. Hati bangsa itu harus dipulihkan, harus diluruskan, harus dibersihkan. Apa yang bisa memulihkan, meluruskan, dan membersihkan hati mereka? Hanya ada satu kekuatan yang bisa memulihkan, meluruskan, dan membersihkan hati bangsa itu yakni Hukum atau Sabda Tuhan. Hukum dan Sabda TUhan harus ditulis pada hati dan batin mereka. Yeremia dengan tegas meneruskan Sabda Tuhan itu:  "Aku akan menaruh Taurat‑Ku dalam batin mereka" (Yer 31:33). Mengapa Taurat, hukum, dan Sabda TUhan ditempatkan di dalam hati dan batin bangsa terpilih? Jawabannya karena hati dan batinlah yang menjadi motor pengegrak dan pengarah hidup bangsa itu.
Pilihan Yahwe untuk memakai jasa Yeremia mengubah arah dan orientasi hidup bangsa terpilih diarahkan pada pengutuhan kembali hati bangsa terpilih.  Keutuhan hati yang membulatkan dan mengutuhkan cara hidup agar semakin berkualitas menjadi target utama dari pilihan untuk menempatkan hukum pada hati dan  batin bangsa Israel. Yahwe menghendaki keutuhan hati bangsa pilihan itu. Mengapa keutuhan itu diperlukan dalam kehidupan? Jawabannya karena hanya dalam keutuhan, hanya dalam kepenuhan manusia bisa hidup, tumbuh dan berkembang, Hati yang utuh haruslah tampil ibarat telur yang bulat dan utuh. Hanya telur yang bulat dan utuh, yang tidak rusak yang berpotensi melahirkan kehidupan. Keutuhan dan kebulatan adalah indkator kehidupan yang bermaratbat dan berkualitas. Hidup bermartabat dan berkualitas harus dibangun dan dilandaskan atas kondisi hati dan batin yang utuh pula.
Seorang sastrawan terkenal, Pramudiya Ananta Toer menegaskan bahwa hanya dalam keutuhan yang sempurna lembaga atau benih kehiudpan itu ada, tumbuh dan berkembang. Melalui karyanya berjudul “Jejak Langkah” (Toer, 1985:13) Paramudiya menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Kasiruta. Pramudiya menulsi.”Orang Kasiruta bilang, telur adalah keutuhan yang sempurna. Dan dalam keutuhan yang sempurna, selamanya terkandung lembaga kehid­upan. Pernyataan Sastrawan ini mau menekankan  bahwa kehidupan itu diukur dengan keutu­han, bergantung kepada kebulatan. Manusia akan hidup baik, sehat dan selamat, jujur, tulus, lurus, hanya kalau hati manusia utuh, bulat dan menyatu secara integral. Tuhan sendirilah yang mengutuhkan, membulatkan hati manusia agar melahirkan kehidupan yang lebih berkualitas dan bermartabat.
Imbauan Nabi bagi bangsa Israel dan upaya menempatkan Sabda dan hukum pada hati dan batin bangsa itu hanya karena bangsa itu tidak lagi taat pada perjanjian mereka dengan Yahwe selepas mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Ketidaktaatan lahir dari kondisi hati yang terbelah, hati rusak, dan hati yang tidak utuh dan bulat. Gambaran perilaku dan perihidup bangsa terpilih ini coba ditempatkan dalam perbandingannya dengan kehadiran Yesus. Surat kepada orang Ibrani dalam bacaan kedua secara amat tajam dan kontras menghadirkan model ketidaktaan bangsa terpilih dipertentangkan dengan sikap Yesus sendiri. Yesus digambarkand alam bacaan pertama sebagai kahadiran figur, tokoh dengan kondisi hati, batin yang utuh dan bulat yang membuahkan kehidupan. Gambaran tentang Yesus dalam surat kepada orang Ibrani adalah gambaran model kehidupan yang berkualitas dan bermartabat yang dilnadaskan pada sikap hati dan batin yang  bulat dan utuh, Kehadiran Yesus adalah Sabda yang menjelma dan membawa kehidupan. Yesus bukan saja hadir sebagai Sabda yang menjelma dalam hati dan batin tetapi lebih nyata lagi hidup dan memberi teladan untuk model kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Wujud jelmaan Allah itu nyata dalam pilihan Yesus untuk rela menjadi biji gandum yang harus mati untuk melahirkan kehidupan yang lebih kaya dan lebih bermakna. Yesus mati sebagai biji gandum hanya karena Ia menginginkan agar manusia mendapatkan hidup yang sesungguhnya. Demi hidup hidup manusia dan dunialah Tuhan sendiri menempatkan Taurat‑Nya, sabda dan kehendak‑Nya di dalam batin bangsa Israel dan menghadirkan Yesus sebagai jaminan kehidupan setiap orang percaya.
Mengapa dan untuk apa Tuhan menempatkan Taurat‑Nya, sabda dan kehendak‑Nya mesti di dalam batin mereka? Sebab hati, batin adalah sebuah pusat monitor seluruh gerak hidup manusia. Gerak hidup manusia berangkat dari hati dan kembali ke hati. Dan justru di pusat inilah Tuhan akan menaruh Taurat, sabda dan kehendak‑Nya itu. Maksudnya supaya setiap sabda, kehendak‑Nya itu masuk betul dalam hati, melebur dan memadu secara integral, utuh serta tumbuh menyatu dengan seluruh hidup mereka, sehingga ke­luarlah dari mereka sebuah diri pribadi dengan bobot dan kualitas yang cukup.
Ada dua kelemahan bangsa Israel yaitu kelemahan verbalis dan kelemahan superfisial.  Kelemahan "kata" (verbalis) menunjukkan mereka tahu banyak, berbicara banyak tentang Tuhan, tetapi sayangnya  kurang terbukti, kurang berbuah. Kelemahan "dangkal" (superfisial) artinya pengetahuan Israel tentang Taurat Tuhan, sabda dan kehendak‑Nya juga banyak, namun tidak menjadi bagian milik pribadi mereka sendiri. Pengetahuan mengenai Tuhan tetap menjadi pengetahuan okulasi, pengetahuan tempelan pada permukaan kulit luar dan pinggir dari diri pribadi mereka. Tidak sampai masuk, memadu, menyatu dan melebur dalam hati dan dengan seluruh gerak hidup mereka. Itu tidak sampai terjadi.
Akibatnya apa? Hidup mereka tidak berubah menjadi baik. Hatinya tetap membatu. Mereka degil seperti lembu degil. Mereka tetap berkeras kepala, sehingga juga dengan gampang mengingkari perjanjian Tuhan (Yer 31:32). Karena itu tidak heran kalau hidup yang baik, sehat dan selamat tidak ada pada mereka. Mereka seperti semak bulus di padang belantara; tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; mereka akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri asing yang tidak berpenduduk.
Hidup yang baik, sehat dan selamat terjadi dalam keutuhan, dalam kebulatan. Maka, penekanan hidup yang segmental‑parsial atas segi‑segi tertentu saja, seperti profan saja atau rohani saja, perasaan saja, atau pikiran saja, atau kehendak saja, akan meru­sak hidup kita. Tingkah laku dan sikap yang miring, keras dan fanatik keluar justru dari pandangan dan perhatian hidup yang segmental‑parsial saja, bagian demi bagian saja. Oleh karena itu, supaya hidup kita menjadi baik, sehat dan sela­mat, perlu kita membina suatu cara hidup, gaya hidup yang terbu­ka, namun utuh dan bulat.
Untuk itu juga, tidak cukup sikap verbalis dan sikap superfisial ada dalam diri pribadi kita. Tidak cukup pengetahuan teologi, atau pengetahuan profan yang cuma menjadi pengetahuan okulasi, pengetahuan tempelan pada kulit luar dan kulit pinggir diri kita. Tidak cukup menjadi buah bibir dan buah telinga saja. Tetapi semuanya itu kiranya masuk di dalam hati kita, memadu dan melebur dalam hidup kita serta tumbuh menyatu dengan seluruh diri pribadi kita. Dengan demikian semua pengetahuan yang kita terima, peroleh dan baca menjadi sungguh masuk secara inspiratif‑kreatif bagi kita; artinya berguna membarui, mengubah dan memperbaiki diri pribadi kita menjadi lebih bermutu dan berbobot, sesuai dengan sabda, Taurat dan kehendak Tuhan sendiri atas diri pribadi kita. Hanya dengan beginilah, sabda, Taurat, kehendak Tuhan yang dita­ruh, dimasukkan ke dalam hati kita lewat mulut siapa saja, serta ditanam dalam hidup kita melalui tangan siapa saja, akan sungguh‑sungguh menghasilkan sebuah hidup yang baik, sehat dan selamat. Semoga Kita memiliki hati yang baru, bulat dan utuh demi kehidupan yang lebih baik, berkualitas dan bermartabat. Semoga hati kita menjadi gudang dan bendahara kebaikan. Amin

Rm. Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment