Hari
Minggu Prapaska ke-5 Th.B/1
Kapela STKIP Ruteng Minggu, 22 Maret 2015
Yer.31,31-34; Ibr.5,7-9; Yoh.12,20-33
Buka
Hari ini kita memasuki minggu kelima masa pertobatan
kita. Kita diajak untuk menjadikan hidup dan karya kita ibarat benih yang
ditanam untuk menghasilkan lebih banyak kebaikan bagi Tuhan dan sesama.Yesus
sendiri telah menunjukkan keaataan-Nya dan bersedia berkorban demi mengutuhkan
kehidupan manusia. Kita berdoa semoag semangat dan niat kita untuk menjadi
benih baik pada akhirnya tumbuh dan mengasilkan segala ssuatu yang baik.
Renungan
Ada
empat pertanyaan tetapi hanya satu jawaban. Di manakah letak tempat paling
rahasia dalam kehidupan manusia? Sakit apa yang Paling berbahaya dan mengancam
kehidupan manusia? Di manakah tempat tinggalnya cinta antara manusia? Apa yang
harus kita berikan agar hidup kita selamat dan aman? Jawaban satu kata saja
yaitu HATI. Karena itu kita sering mendengar ungkapan (1) dalamnya laut dapat
diduga, tetapi dalamnya HATI tiada yang tahu, (2) lebih baik sakit gigi daripada
sakit HATI, (3) Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke HATI, dan (4)
kita sering diminta memberikakan hati atau PERHATIAN, BERKAITAN dengan hal-hal
yang penting. Minggu lalu, saat menunggu jadwal penerbangan di bandara Komodo
Labuan Bajo, bandara Ngurah Rai Bali, bandara Abdul Rahman Saleh Malang,
bandara Adisucipto Jogjakarta, bandara Soekarno Hata, Jakarta saya sempat
menyimak pelbagai pengumuman yang disampaikan oleh para petugas Bandara kepada
para penumpang pesawat. Semua pengumuman selalui diawali dengan kata:
“Perhatian-Perhatian” Misalnya saja: Perhatian-perhatian, pesawat Garuda dari
Kupang baru saja mendarat di badara komodo labuan bajo, perhatian-perhatian,
pewasat Wings air tujuan Denpasar Bali,
siap diberangkatkan. Para penumpang segera memasuki pesawat.
Perhatian-perhatian pesawat Citlink dari Ngurah Raih tujuan Halimperdana
Kusumah Jakarta siap diberangkatkan. Para penumpang dipersilahkan naik ke
pesawat melalui pintu nomor 3. Hal yang sama juga terjadi di bandara lainnya
atau di satasius kereta api. Semua pengumuman selalu meminta perhatian. Yang
diminta dan disebutkan adalah perhatian yang di dalam kata itu ada kata HATI.
Tidak mungkin orang mengubah atau mengganti kata perhatian itu dengan anggota
tubuh lainnya misalnya dengan kata “permataan-permataan atau
permulutan-permulutan”.
Sepintas
nada dan bunyi pengumuman yang meminta perhatiana itu memang tampak biasa,
sederhana tetapi jika dicermati kita akan temukan bahwa di dalam rumusan
penguman itu ada satu kata kunci, kata pokok yang berkaitan dengan inti diri
dan kehidupan manusia. Dari pilihan kata itu jelas sekali bagi kita bahwa kata
“HATI” itu menjadi pusat, sentral, inti dari gerak hidup kita manausia. Hati
manusia menjadi pusat pengendali dan sekaligus pusat pengawasan, dan monitoring
arah gerak dan hidup setiap kita. Hati kita tanpa kita sadari telah menjadi
sebuah instansi penentu keputusan yang kita ambil. Keutuhan dan kebulatan hati pada gilirannya
juga menentukan kebulatan dan keutuhan hidup kita manausia.
Nubuat
Yeremia dalam bacaan pertama hari ini membenarkan sekaligus meyakinkan kita
bahwa hati manusia, hati kita menjadi
tempat penting yang menentukan nasib kehidupan kita. Nabi Yeremia dalam
nubuatnya mengingatkan kita melalui pengalaman bangsa Israel untuk senantiasa
hidup dan bergerak dalam tuntunan hati. Kisah yang diwacanakan Yeremia
memberikan kita gambaran negatif tentang pola dan arah gerak hidup bangsa
Israel yang tidak lagi dikendalikan
hati. Nabi mengalami bahwa bangsa terpilih telah mengubah arah gerak
hidup mereka karena hati mereka telah berubah. Hati mereka telah menjadi batu,
mereka hidup dan bergerak dalam arah yang salah, dalam arah yang berlawanan
dengan kehendak Yahwe. Sebagai utusan Yahwe bagi bangsa Israel nabi Yeremia dipercayakan untuk mengarahkan
kembali hati bangsa itu kepada Yahwe.
Tindakan
apa yang harus segera dilakukan agar hati bangsa itu berubah dan kembali kepada
Yahwe? Yeremia mengarahkan mereka untuk kembali kepada jalan Yahwe melalui
perbaikan kondisi dan kualitas hati mereka. Hati bangsa itu harus dipulihkan,
harus diluruskan, harus dibersihkan. Apa yang bisa memulihkan, meluruskan, dan
membersihkan hati mereka? Hanya ada satu kekuatan yang bisa memulihkan,
meluruskan, dan membersihkan hati bangsa itu yakni Hukum atau Sabda Tuhan.
Hukum dan Sabda TUhan harus ditulis pada hati dan batin mereka. Yeremia dengan
tegas meneruskan Sabda Tuhan itu:
"Aku akan menaruh Taurat‑Ku dalam batin mereka" (Yer 31:33).
Mengapa Taurat, hukum, dan Sabda TUhan ditempatkan di dalam hati dan batin bangsa
terpilih? Jawabannya karena hati dan batinlah yang menjadi motor pengegrak dan
pengarah hidup bangsa itu.
Pilihan
Yahwe untuk memakai jasa Yeremia mengubah arah dan orientasi hidup bangsa
terpilih diarahkan pada pengutuhan kembali hati bangsa terpilih. Keutuhan hati yang membulatkan dan
mengutuhkan cara hidup agar semakin berkualitas menjadi target utama dari
pilihan untuk menempatkan hukum pada hati dan
batin bangsa Israel. Yahwe menghendaki keutuhan hati bangsa pilihan itu.
Mengapa keutuhan itu diperlukan dalam kehidupan? Jawabannya karena hanya dalam
keutuhan, hanya dalam kepenuhan manusia bisa hidup, tumbuh dan berkembang, Hati
yang utuh haruslah tampil ibarat telur yang bulat dan utuh. Hanya telur yang
bulat dan utuh, yang tidak rusak yang berpotensi melahirkan kehidupan. Keutuhan
dan kebulatan adalah indkator kehidupan yang bermaratbat dan berkualitas. Hidup
bermartabat dan berkualitas harus dibangun dan dilandaskan atas kondisi hati
dan batin yang utuh pula.
Seorang
sastrawan terkenal, Pramudiya Ananta Toer menegaskan bahwa hanya dalam keutuhan
yang sempurna lembaga atau benih kehiudpan itu ada, tumbuh dan berkembang.
Melalui karyanya berjudul “Jejak Langkah” (Toer, 1985:13) Paramudiya
menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Kasiruta. Pramudiya menulsi.”Orang
Kasiruta bilang, telur adalah keutuhan yang sempurna. Dan dalam keutuhan yang
sempurna, selamanya terkandung lembaga kehidupan. Pernyataan Sastrawan ini mau
menekankan bahwa kehidupan itu diukur
dengan keutuhan, bergantung kepada kebulatan. Manusia akan hidup baik, sehat
dan selamat, jujur, tulus, lurus, hanya kalau hati manusia utuh, bulat dan
menyatu secara integral. Tuhan sendirilah yang mengutuhkan, membulatkan hati
manusia agar melahirkan kehidupan yang lebih berkualitas dan bermartabat.
Imbauan
Nabi bagi bangsa Israel dan upaya menempatkan Sabda dan hukum pada hati dan
batin bangsa itu hanya karena bangsa itu tidak lagi taat pada perjanjian mereka
dengan Yahwe selepas mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Ketidaktaatan
lahir dari kondisi hati yang terbelah, hati rusak, dan hati yang tidak utuh dan
bulat. Gambaran perilaku dan perihidup bangsa terpilih ini coba ditempatkan
dalam perbandingannya dengan kehadiran Yesus. Surat kepada orang Ibrani dalam
bacaan kedua secara amat tajam dan kontras menghadirkan model ketidaktaan
bangsa terpilih dipertentangkan dengan sikap Yesus sendiri. Yesus digambarkand
alam bacaan pertama sebagai kahadiran figur, tokoh dengan kondisi hati, batin
yang utuh dan bulat yang membuahkan kehidupan. Gambaran tentang Yesus dalam
surat kepada orang Ibrani adalah gambaran model kehidupan yang berkualitas dan
bermartabat yang dilnadaskan pada sikap hati dan batin yang bulat dan utuh, Kehadiran Yesus adalah Sabda
yang menjelma dan membawa kehidupan. Yesus bukan saja hadir sebagai Sabda yang
menjelma dalam hati dan batin tetapi lebih nyata lagi hidup dan memberi teladan
untuk model kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Wujud
jelmaan Allah itu nyata dalam pilihan Yesus untuk rela menjadi biji gandum yang
harus mati untuk melahirkan kehidupan yang lebih kaya dan lebih bermakna. Yesus
mati sebagai biji gandum hanya karena Ia menginginkan agar manusia mendapatkan
hidup yang sesungguhnya. Demi hidup hidup manusia dan dunialah Tuhan sendiri
menempatkan Taurat‑Nya, sabda dan kehendak‑Nya di dalam batin bangsa Israel dan
menghadirkan Yesus sebagai jaminan kehidupan setiap orang percaya.
Mengapa
dan untuk apa Tuhan menempatkan Taurat‑Nya, sabda dan kehendak‑Nya mesti di
dalam batin mereka? Sebab hati, batin adalah sebuah pusat monitor seluruh gerak
hidup manusia. Gerak hidup manusia berangkat dari hati dan kembali ke hati. Dan
justru di pusat inilah Tuhan akan menaruh Taurat, sabda dan kehendak‑Nya itu.
Maksudnya supaya setiap sabda, kehendak‑Nya itu masuk betul dalam hati, melebur
dan memadu secara integral, utuh serta tumbuh menyatu dengan seluruh hidup
mereka, sehingga keluarlah dari mereka sebuah diri pribadi dengan bobot dan
kualitas yang cukup.
Ada
dua kelemahan bangsa Israel yaitu kelemahan verbalis dan kelemahan superfisial. Kelemahan "kata" (verbalis)
menunjukkan mereka tahu banyak, berbicara banyak tentang Tuhan, tetapi
sayangnya kurang terbukti, kurang
berbuah. Kelemahan "dangkal" (superfisial) artinya pengetahuan Israel
tentang Taurat Tuhan, sabda dan kehendak‑Nya juga banyak, namun tidak menjadi
bagian milik pribadi mereka sendiri. Pengetahuan mengenai Tuhan tetap menjadi
pengetahuan okulasi, pengetahuan tempelan pada permukaan kulit luar dan pinggir
dari diri pribadi mereka. Tidak sampai masuk, memadu, menyatu dan melebur dalam
hati dan dengan seluruh gerak hidup mereka. Itu tidak sampai terjadi.
Akibatnya
apa? Hidup mereka tidak berubah menjadi baik. Hatinya tetap membatu. Mereka
degil seperti lembu degil. Mereka tetap berkeras kepala, sehingga juga dengan
gampang mengingkari perjanjian Tuhan (Yer 31:32). Karena itu tidak heran kalau
hidup yang baik, sehat dan selamat tidak ada pada mereka. Mereka seperti semak
bulus di padang belantara; tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; mereka
akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri asing yang tidak
berpenduduk.
Hidup
yang baik, sehat dan selamat terjadi dalam keutuhan, dalam kebulatan. Maka,
penekanan hidup yang segmental‑parsial atas segi‑segi tertentu saja, seperti
profan saja atau rohani saja, perasaan saja, atau pikiran saja, atau kehendak
saja, akan merusak hidup kita. Tingkah laku dan sikap yang miring, keras dan
fanatik keluar justru dari pandangan dan perhatian hidup yang segmental‑parsial
saja, bagian demi bagian saja. Oleh karena itu, supaya hidup kita menjadi baik,
sehat dan selamat, perlu kita membina suatu cara hidup, gaya hidup yang terbuka,
namun utuh dan bulat.
Untuk
itu juga, tidak cukup sikap verbalis dan sikap superfisial ada dalam diri
pribadi kita. Tidak cukup pengetahuan teologi, atau pengetahuan profan yang
cuma menjadi pengetahuan okulasi, pengetahuan tempelan pada kulit luar dan
kulit pinggir diri kita. Tidak cukup menjadi buah bibir dan buah telinga saja.
Tetapi semuanya itu kiranya masuk di dalam hati kita, memadu dan melebur dalam
hidup kita serta tumbuh menyatu dengan seluruh diri pribadi kita. Dengan
demikian semua pengetahuan yang kita terima, peroleh dan baca menjadi sungguh
masuk secara inspiratif‑kreatif bagi kita; artinya berguna membarui, mengubah
dan memperbaiki diri pribadi kita menjadi lebih bermutu dan berbobot, sesuai
dengan sabda, Taurat dan kehendak Tuhan sendiri atas diri pribadi kita. Hanya
dengan beginilah, sabda, Taurat, kehendak Tuhan yang ditaruh, dimasukkan ke
dalam hati kita lewat mulut siapa saja, serta ditanam dalam hidup kita melalui
tangan siapa saja, akan sungguh‑sungguh menghasilkan sebuah hidup yang baik,
sehat dan selamat. Semoga Kita memiliki hati yang baru, bulat dan utuh demi
kehidupan yang lebih baik, berkualitas dan bermartabat. Semoga hati kita
menjadi gudang dan bendahara kebaikan. Amin
Rm. Bone Rampung, Pr
No comments:
Post a Comment