Renungan Misa Syukur
HUT Imamat ke-19
Bacaan: 1Kor.1,4-9
Luk.5,1-11
Keka, Jumat 17 Oktober 2014
Buka
Rekan-rekan Imam, Bapak,
Ibu, Saudara/i. Hidup dan karya kita tidak bisa dipisahkan dari keterlibatan
Tuhan. Semua kita, hidup dan berkarya hanya karena Tuhan yang menciptakan kita,
dengan setia hadir untuk menyertai kita. Sore
hari ini semua kita dalam kasih dan karena kasih Tuhan hadir di sini
untuk bersama kami dan keluarga besar bersama-sama mensyukuri semua anugera dan
pengalaman hidup yang telah dialami sepajang waktu yang telah lalu. Kami,
keluarga besar, dan kita semua telah mengalami kasih dan berkat Tuhan itu dalam
cara yang berbeda. Selama 19 tahun Tuhan telah menunjukkan kebesaran, cinta,
dan kesetiaan-Nya menyertai kami dalam memaknai panggilan kami sebagai imam.
Tuhan yang sama, dalam
kesetiaan-Nya yang abadi menyertai kami dalam perjuangan mencari pengetahuan.
Tuhan penjaga dan pengawal setia telah menyertai kami selama 19 tahun sebagai
imam dan telah menyertai kami selama kami dipercayakan mencari ilmu yang
menunjang pelayanan kami sebagai imam di lembaga pendidikan. Perjalanan
memaknai panggilan sebagai imam 19 tahun dan pergulatan mencari ilmu
pengetahuan dengan segala suka dukanya adalah pengalaman yang sepantasnya
disyukuri. Dalam konteks itulah, kita semua hadir dalam perayaan syukur ini
sambil terus berharap dan percaya bahwa Tuhan itu akan setia menyertai kami,
menyertai kita semua dalam tugas dan karya kami dan karya kita. Dalam nada
syukur, baiklah kita memohon pengampunan dan belas kasih Tuhan karena sebagai
manusia mungkin mengingkari kesetiaaan TUhan ketikan kita kurang setia pada tugas
dan panggilan kita. Agar syukur kita berkenan kepada Tuhan baiklah kita akui
semua salah dan dosa kita.
Renungan
Ada banyak pokok pikiran
yang penting untuk kita maknai dari dua bacaan yang kita pakai dalam perayaaan
Syukur ini. Melalui bacaan pertama kita
mendengarkan bagaiamana Paulus meyakinkan dan menyadarkan jemaat Korintus untuk
senantiasa mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu bukan tanpa alasan. Alasannya
tegas dan jelas karena jemaat Korintus telah menerima banyak diperkaya dalam
segala perkara. Jemaat Korintus digambarkan Paulus sebagai jemaat yang telah
kaya dalam perkataan, kaya dalam pengetahuan. Paulus mengajak dan mengimbau
jemaat Korintus untuk selalu bersyukur sbagaimana Paulus sendiri bersyukur atas
kasih yang diperolehnya dari Kristus yang diwartannya.
Kaya dalam perkataan dan
kaya dalam pengetahuan bagi masyarakat Korintus merupakan gambaran betapa Tuhan
menyertai jemaat itu dengan senantiasa mengalirkan aneka rahmat dan berkat.
Rahmat dan berkat itulah yang menguatkan dan meneguhkan mereka untuk bersaksi
tentang Tuhan yang setia. Kasih dan kesetiaan Tuhan tidak terbatalkan oleh
ketidaksetiaan manusia. Tuhan itu setia dan dalam kesetiaan itu Tuhan terus
mengaliri setiap orang yang percaya dengan berkat yang melimpah. Konsep kaya yang
dimaksudkan Paulus bukanlah kaya dalam pengertian takaran material tetapi lebih
pada pengertian kaya secara rohani yang
disebutnya sebagai kaya dalam perkataan dan pengetahuan. Kaya dalam perkataan
dan pengetahuan mau menegaskan kondisi manusia yang dilengkapi dengan aneka
kebajikan yang menjadi dasar bagi seseorang bertindak bijak. Kaya dalam perkataaan dan pengetahuan bagi
Paulus jauh lebih penting daripada kaya secara material. Dalam konteks seperti
ini kita bisa mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya mau membedakan antara orang
pintar atau orang bijak dengan orang kaya. Orang yang kaya kebijaksanaan
terhindar dari perihidup yang cacat karena Tuhan setia berpihak kepada orang
bijak. Paulus menegaskan keyakinannya bahwa Tuhan yang memangil dan memilih itu
setia sampai akhir. Setia dan tetap setia pada perihidup yang bijaksana
merupakan gamabaran kekayaan yang tidak dapat diambil dari seseorang.
Kepintaran, pengetahuan dan kebijaksanaan hidup adalah kekayaan yang tidak akan
berkurang dan tidak mungkin dicuri orang.
Cara hidup orang yang
bijaksana adalah cara hidup yang selalu mencari tempat yang tepat. Dalam bahasa
Injil Lukas tadi dikatakan bahwa orang yang kaya secara rohani adalah mereka
yang berjuang mencari dan menemukan sesuatu yang menjamin kehidupannya pada
tempat yang lebih dalam, yang lebih menantang tetapi menjanjikan. Kisah yang
dinarasikan penginjil Lukas bersetingkan tepi danau Genasaret. Genasaret
merupakan salah satu kota yang ada di
tepi danau yang oleh orang Tiberias menyebutnya danau Tiberias, orang Galilea
menyebutnya danau Galiea. Danau yang sama hanya diberi nama berbeda berdasarkan
kota yang ada di tepi danau itu. Genenasaret berada dekat Kafernaum yang
menjadi tempat Yesus berkarya dan melakukan mukjizat dan memilih para muridnya.
Gereja pengangkatan Santo Petrus dan Gereja Perbanyakan Roti berada di tepi
danau yang sama tetapi tidak seramai kota Tiberias dan kota Galilea. Tiberias
dan Galilea tampak ramai karena orang bisa sampai Kafernaum harus berlayar dari
kota Tiberias ke Kota Galilea. Di Galilea kita bisa melihat sisa-sisa kayu dari
perahu yang dipakai Yesus dahalu di dalam museum perahu. Bulan Juni 2011 saya
berlayar dengan perahu motor dari Kota Tiberias menuju kota Galilea dan terus dengan kendaraan menuju Kafernaum
dan tepi danau Genasaret tempat Yesus bertemu dengan Simon seperti dikisahkan
dalam injil tadi.
Injil tadi mengisahkan
Yesus yang berada di tepi danau. Yesus berhadapan dengan para nelayan yang
telah turun dari perahu dan sedang membereskan jala mereka. Yesus mengambil
alih posisi pemilik perahu, duduk di dalammnya dan meminta Petrus, pemilik
perahu agar perahunya ditolak ke tempat yang lebih dalam. Setelah perahunya
berada pada tempat yang tepat agak jauh dari tepi danau barulah Yesus
mengajarkan para murid-Nya. Yesus mengambil posisi yang tepat, posisi yang aman
bagi pewartaan-Nya. Setelah itu Yesus meminta Simon Petrus untuk bertolak ke
tempat yang lebih jauh dan dalam lagi.
Dinamika dan perubahan
tempat atau posisi yang dipilih Yesus itu ternyata tidak hanya sekadar
berpindah tetapi perpindahan tempat itu membawa dampak yang luar biasa. Semula
Yesus berpindah ke dalam perahu dan bertolah lebih jauh lalu mengajarkan para
murid. Selanjutnya, Yesus meminta Simon agar perahu itu berpindah ke tempat
yang lebih dalam lagi. Tujuannya bukan supaya Yesus semakin jauh melainkan
supaya Simon bisa menangkap ikan. Semula Simon berkeberatan karena sudah
sepanjang malam mereka berada di danau tetapi tidak mendaptkan ikan. Dalam nada
putus asa dan terkesan marah Petrus mengikuti perintah Yesus. Yang menarik,
Injil tidak menjelaskan apakah Yesus turun dari perahu atau justru Yesus tetap
di dalam perahu lalu bersama-sama di dalam perahu itu ke tempat yang lebih
dalam. Kalau mengacu pada teks injil tadi tampaknya Yesus tetap ada di dalam
perahu itu dan bersama simon menuju ke bagian danau yang paling dalam. Dalam
posisi seperti itulah Petrus dapat menjaring begitu banyak ikan yang menjadi
titik awal kekaguman mereka akan kuasa Yesus. Setelah berada di tempat yang dalam mereka mendapatkan
banyak yang mereka cari dan ucapan syukur mereka bukan dengan memberikan Yesus
banyak ikan yang mereka tangkap melainkan justru meninggalkan semua fasilitas
itu dan mengikuti Yesus. Setelah berada di tempat yang dalam Petrus dan
temannya menangkap banyak ikan. Setelah mendapat banyak ikan dari bagian dana
terdalam Petrus dan temannya meninggalkan segalanya.
Apa yang bisa kita maknai
dari cuplikan teks injil ini untuk kehidupan kita. Yang paling mudah untuk kita
maknai adalah mengaitkan peristiwa ini dengan pengalaman kerja kita dalam
mendapatkan sesuatu. Kalau Yesus meminta bertolak ke tem[pat yang lebih dalam,
itu artinya sebelumnya Simon Petrus mencari ikan di tempat yang dangkal. Itu
artinya mereka mencari sesuatu di tempat yang tidak tepat dan mau mencari
gampang, menghindari tantangan. Yesus menantang mereka untuk mencari sesuatu
dalam perjuangan yang sungguh-sungguh. Yesus mengajaak bertolak ke tempat yang
dalam dapat dimaknai bahwa untuk mendapatkan sesuatu orang harus berjuang
sungguh-sungguh dan sungguh-sungguh berjuang. Yesus menunjukkan kepada Petrus
bahwa untuk mendapatkan banyak harus berani menghadap tantangan. Yesus juga
dengan cara demikian meyakinkan Petrus bahwa dalam tantangan motivasi akan
dijernihkan. Setelah Petrus mengalami sesuatu di tempat yang dalam barulah ia
termotivasi untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Itu artinya jakan
Yesus tidak sia-sia. Itu artinya Petrus merasakan seuatu dalam perjumpaannya
dengan Yesus.
Dalam konteks misa syukur
ulang tahun tahbisan kami yang ke-19 dan selesainya tugas belajar saya, teks
ini bisa dimaknai secara lain dalam pengertian analogis. Satu pertanyaan
refleksi untuk saya pribadi adalah setelah 19 tahun menjadi imam dan
menjalankan tugas apakah saya masih berada di tepi danau atau sudah berada di
tempat yang dalam? Saya tentu tidak bisa menjawabnya. Yang bisa menjawab
mungkinu mereka-mereka yang pernha bersama saya dan mengalami, menyaksikan apa
yang telah saya lakukan selama 19 tahun sebagai imam yang menjalankan tugas di
lembaga pendidikan. Ketika ditahbiskan tahun 1995 saya diminta bertolak ke
tempat yang dalam yaitu Seminari Kisol. Setelah itu saya minta bertolak ke
tempat yang dalam dan harus pergi belajar di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Dari sana saya kembali ke Kisol dan menjadi pembia dan guru selama
11 tahun. Setelah 11 tahun mengajar di seminari Kisol, pimpinan keuskupan
menilai Kisol menjadi tempat yang tidak dalam lagi bagi saya dan saya harus
bertolak ke tempat yang dalam berikutnya yaitu harus bertolak ke Malang dan
belajar 2 tahun di Universitas negeri Malang untuk mengambil jenjang
Magister Pendidikan. Setelah berjuang di
Malang saya akhirnya bertolak ke tempat yang dalam berikutnya yaitu Lembaga
STKIP Ruteng. Sejak akhir September saya menjadikan STKIP sebagai tempat yang
lebih dalam.
Kehadiran kita semua dalam
perayaan syukur ini tentu saja menajdi kesempatan bagi kita semua untuk
mendukung saya dalam tugas di STKIP Ruteng. Harapanya, tidak lain agar rahmat
panggilan yang telah saya terima, dan pengetahuan yang telah saya dapatkan
dapat dibagikan kepada lebih banyak orang. Kalau menjadi guru di Seminari saya
hanya bisa melayani 300 orang siswa calon imam tetapi ketika harus berkerja dan
mengajar di STKIP saya bisa melayani ribuan orang calon guru yang bisa membawa
hal-hal baik yang mereka dapatkan dalam mintekasi dengan saya. Karya besar itu
tentu saja bisa saya lakukan kalau semua kita berada di depan dan dibelakang
saya dalam doa dan dukungan dalam berbagai bentuknya. Hal yang sama, saya pun
doakan kita semua dan siapa saja dari hari ke hari selalu bertolak ke tempat
yang lebih dalam agar kebaikan kita dirasakan oleh banuak orang. Akhirnya saya
mengajak kita semua untuk terus mendengarkan TUhan yang meminta kita bertolak
ke tempat yang lebih dalam agar bisa melayani lebih baik, bekerja lebih baik
sehingga berguna bagi orang lain. Untuk itu kita hendaknya menyertakan Yesus
dalam perjuangan hidup kita. Dia itu setia ibarat pengawal yang terjaga. Tuhan
itu setia, Dialah penjaga kita, penjaga saya dan penjamu yang tidak akan
terlelap. Semoga.
STKIP,
16 Oktober 2014
INJIL :LUKAS 5,1-11
Penjala Ikan Menjadi Pejala Manusia
Pada suatu
kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni
Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai.
Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam
salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan
perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak
dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:
"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap
ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja
keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku
akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap
sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi
isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang
membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua
perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal
itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari
padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang
bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman
Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau
akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke
darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Pembacaan dari Surat Paulus yang
pertama kepada Jemaat di Korintus
Aku
senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah
yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu
telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala
macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah
diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu
karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia
juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak
bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada
persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.
No comments:
Post a Comment