Wednesday, May 13, 2015

RENUNGAN HUT KE-19 TAHBISAN

Renungan Misa Syukur HUT Imamat ke-19
Bacaan: 1Kor.1,4-9 Luk.5,1-11
Keka, Jumat 17 Oktober 2014
Buka
Rekan-rekan Imam, Bapak, Ibu, Saudara/i. Hidup dan karya kita tidak bisa dipisahkan dari keterlibatan Tuhan. Semua kita, hidup dan berkarya hanya karena Tuhan yang menciptakan kita, dengan setia hadir untuk menyertai kita. Sore  hari ini semua kita dalam kasih dan karena kasih Tuhan hadir di sini untuk bersama kami dan keluarga besar bersama-sama mensyukuri semua anugera dan pengalaman hidup yang telah dialami sepajang waktu yang telah lalu. Kami, keluarga besar, dan kita semua telah mengalami kasih dan berkat Tuhan itu dalam cara yang berbeda. Selama 19 tahun Tuhan telah menunjukkan kebesaran, cinta, dan kesetiaan-Nya menyertai kami dalam memaknai panggilan kami sebagai imam.
Tuhan yang sama, dalam kesetiaan-Nya yang abadi menyertai kami dalam perjuangan mencari pengetahuan. Tuhan penjaga dan pengawal setia telah menyertai kami selama 19 tahun sebagai imam dan telah menyertai kami selama kami dipercayakan mencari ilmu yang menunjang pelayanan kami sebagai imam di lembaga pendidikan. Perjalanan memaknai panggilan sebagai imam 19 tahun dan pergulatan mencari ilmu pengetahuan dengan segala suka dukanya adalah pengalaman yang sepantasnya disyukuri. Dalam konteks itulah, kita semua hadir dalam perayaan syukur ini sambil terus berharap dan percaya bahwa Tuhan itu akan setia menyertai kami, menyertai kita semua dalam tugas dan karya kami dan karya kita. Dalam nada syukur, baiklah kita memohon pengampunan dan belas kasih Tuhan karena sebagai manusia mungkin mengingkari kesetiaaan TUhan ketikan kita kurang setia pada tugas dan panggilan kita. Agar syukur kita berkenan kepada Tuhan baiklah kita akui semua salah dan dosa kita.

Renungan
Ada banyak pokok pikiran yang penting untuk kita maknai dari dua bacaan yang kita pakai dalam perayaaan Syukur ini.   Melalui bacaan pertama kita mendengarkan bagaiamana Paulus meyakinkan dan menyadarkan jemaat Korintus untuk senantiasa mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu bukan tanpa alasan. Alasannya tegas dan jelas karena jemaat Korintus telah menerima banyak diperkaya dalam segala perkara. Jemaat Korintus digambarkan Paulus sebagai jemaat yang telah kaya dalam perkataan, kaya dalam pengetahuan. Paulus mengajak dan mengimbau jemaat Korintus untuk selalu bersyukur sbagaimana Paulus sendiri bersyukur atas kasih yang diperolehnya dari Kristus yang diwartannya.
Kaya dalam perkataan dan kaya dalam pengetahuan bagi masyarakat Korintus merupakan gambaran betapa Tuhan menyertai jemaat itu dengan senantiasa mengalirkan aneka rahmat dan berkat. Rahmat dan berkat itulah yang menguatkan dan meneguhkan mereka untuk bersaksi tentang Tuhan yang setia. Kasih dan kesetiaan Tuhan tidak terbatalkan oleh ketidaksetiaan manusia. Tuhan itu setia dan dalam kesetiaan itu Tuhan terus mengaliri setiap orang yang percaya dengan berkat yang melimpah. Konsep kaya yang dimaksudkan Paulus bukanlah kaya dalam pengertian takaran material tetapi lebih pada pengertian kaya secara rohani  yang disebutnya sebagai kaya dalam perkataan dan pengetahuan. Kaya dalam perkataan dan pengetahuan mau menegaskan kondisi manusia yang dilengkapi dengan aneka kebajikan yang menjadi dasar bagi seseorang bertindak bijak.  Kaya dalam perkataaan dan pengetahuan bagi Paulus jauh lebih penting daripada kaya secara material. Dalam konteks seperti ini kita bisa mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya mau membedakan antara orang pintar atau orang bijak dengan orang kaya. Orang yang kaya kebijaksanaan terhindar dari perihidup yang cacat karena Tuhan setia berpihak kepada orang bijak. Paulus menegaskan keyakinannya bahwa Tuhan yang memangil dan memilih itu setia sampai akhir. Setia dan tetap setia pada perihidup yang bijaksana merupakan gamabaran kekayaan yang tidak dapat diambil dari seseorang. Kepintaran, pengetahuan dan kebijaksanaan hidup adalah kekayaan yang tidak akan berkurang dan tidak mungkin dicuri orang.
Cara hidup orang yang bijaksana adalah cara hidup yang selalu mencari tempat yang tepat. Dalam bahasa Injil Lukas tadi dikatakan bahwa orang yang kaya secara rohani adalah mereka yang berjuang mencari dan menemukan sesuatu yang menjamin kehidupannya pada tempat yang lebih dalam, yang lebih menantang tetapi menjanjikan. Kisah yang dinarasikan penginjil Lukas bersetingkan tepi danau Genasaret. Genasaret merupakan salah satu kota  yang ada di tepi danau yang oleh orang Tiberias menyebutnya danau Tiberias, orang Galilea menyebutnya danau Galiea. Danau yang sama hanya diberi nama berbeda berdasarkan kota yang ada di tepi danau itu. Genenasaret berada dekat Kafernaum yang menjadi tempat Yesus berkarya dan melakukan mukjizat dan memilih para muridnya. Gereja pengangkatan Santo Petrus dan Gereja Perbanyakan Roti berada di tepi danau yang sama tetapi tidak seramai kota Tiberias dan kota Galilea. Tiberias dan Galilea tampak ramai karena orang bisa sampai Kafernaum harus berlayar dari kota Tiberias ke Kota Galilea. Di Galilea kita bisa melihat sisa-sisa kayu dari perahu yang dipakai Yesus dahalu di dalam museum perahu. Bulan Juni 2011 saya berlayar dengan perahu motor dari Kota Tiberias menuju kota Galilea  dan terus dengan kendaraan menuju Kafernaum dan tepi danau Genasaret tempat Yesus bertemu dengan Simon seperti dikisahkan dalam injil tadi.
Injil tadi mengisahkan Yesus yang berada di tepi danau. Yesus berhadapan dengan para nelayan yang telah turun dari perahu dan sedang membereskan jala mereka. Yesus mengambil alih posisi pemilik perahu, duduk di dalammnya dan meminta Petrus, pemilik perahu agar perahunya ditolak ke tempat yang lebih dalam. Setelah perahunya berada pada tempat yang tepat agak jauh dari tepi danau barulah Yesus mengajarkan para murid-Nya. Yesus mengambil posisi yang tepat, posisi yang aman bagi pewartaan-Nya. Setelah itu Yesus meminta Simon Petrus untuk bertolak ke tempat yang lebih jauh dan dalam lagi.
Dinamika dan perubahan tempat atau posisi yang dipilih Yesus itu ternyata tidak hanya sekadar berpindah tetapi perpindahan tempat itu membawa dampak yang luar biasa. Semula Yesus berpindah ke dalam perahu dan bertolah lebih jauh lalu mengajarkan para murid. Selanjutnya, Yesus meminta Simon agar perahu itu berpindah ke tempat yang lebih dalam lagi. Tujuannya bukan supaya Yesus semakin jauh melainkan supaya Simon bisa menangkap ikan. Semula Simon berkeberatan karena sudah sepanjang malam mereka berada di danau tetapi tidak mendaptkan ikan. Dalam nada putus asa dan terkesan marah Petrus mengikuti perintah Yesus. Yang menarik, Injil tidak menjelaskan apakah Yesus turun dari perahu atau justru Yesus tetap di dalam perahu lalu bersama-sama di dalam perahu itu ke tempat yang lebih dalam. Kalau mengacu pada teks injil tadi tampaknya Yesus tetap ada di dalam perahu itu dan bersama simon menuju ke bagian danau yang paling dalam. Dalam posisi seperti itulah Petrus dapat menjaring begitu banyak ikan yang menjadi titik awal kekaguman mereka akan kuasa Yesus. Setelah berada  di tempat yang dalam mereka mendapatkan banyak yang mereka cari dan ucapan syukur mereka bukan dengan memberikan Yesus banyak ikan yang mereka tangkap melainkan justru meninggalkan semua fasilitas itu dan mengikuti Yesus. Setelah berada di tempat yang dalam Petrus dan temannya menangkap banyak ikan. Setelah mendapat banyak ikan dari bagian dana terdalam Petrus dan temannya meninggalkan segalanya.
Apa yang bisa kita maknai dari cuplikan teks injil ini untuk kehidupan kita. Yang paling mudah untuk kita maknai adalah mengaitkan peristiwa ini dengan pengalaman kerja kita dalam mendapatkan sesuatu. Kalau Yesus meminta bertolak ke tem[pat yang lebih dalam, itu artinya sebelumnya Simon Petrus mencari ikan di tempat yang dangkal. Itu artinya mereka mencari sesuatu di tempat yang tidak tepat dan mau mencari gampang, menghindari tantangan. Yesus menantang mereka untuk mencari sesuatu dalam perjuangan yang sungguh-sungguh. Yesus mengajaak bertolak ke tempat yang dalam dapat dimaknai bahwa untuk mendapatkan sesuatu orang harus berjuang sungguh-sungguh dan sungguh-sungguh berjuang. Yesus menunjukkan kepada Petrus bahwa untuk mendapatkan banyak harus berani menghadap tantangan. Yesus juga dengan cara demikian meyakinkan Petrus bahwa dalam tantangan motivasi akan dijernihkan. Setelah Petrus mengalami sesuatu di tempat yang dalam barulah ia termotivasi untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Itu artinya jakan Yesus tidak sia-sia. Itu artinya Petrus merasakan seuatu dalam perjumpaannya dengan Yesus.
Dalam konteks misa syukur ulang tahun tahbisan kami yang ke-19 dan selesainya tugas belajar saya, teks ini bisa dimaknai secara lain dalam pengertian analogis. Satu pertanyaan refleksi untuk saya pribadi adalah setelah 19 tahun menjadi imam dan menjalankan tugas apakah saya masih berada di tepi danau atau sudah berada di tempat yang dalam? Saya tentu tidak bisa menjawabnya. Yang bisa menjawab mungkinu mereka-mereka yang pernha bersama saya dan mengalami, menyaksikan apa yang telah saya lakukan selama 19 tahun sebagai imam yang menjalankan tugas di lembaga pendidikan. Ketika ditahbiskan tahun 1995 saya diminta bertolak ke tempat yang dalam yaitu Seminari Kisol. Setelah itu saya minta bertolak ke tempat yang dalam dan harus pergi belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dari sana saya kembali ke Kisol dan menjadi pembia dan guru selama 11 tahun. Setelah 11 tahun mengajar di seminari Kisol, pimpinan keuskupan menilai Kisol menjadi tempat yang tidak dalam lagi bagi saya dan saya harus bertolak ke tempat yang dalam berikutnya yaitu harus bertolak ke Malang dan belajar 2 tahun di Universitas negeri Malang untuk mengambil jenjang Magister  Pendidikan. Setelah berjuang di Malang saya akhirnya bertolak ke tempat yang dalam berikutnya yaitu Lembaga STKIP Ruteng. Sejak akhir September saya menjadikan STKIP sebagai tempat yang lebih dalam.
Kehadiran kita semua dalam perayaan syukur ini tentu saja menajdi kesempatan bagi kita semua untuk mendukung saya dalam tugas di STKIP Ruteng. Harapanya, tidak lain agar rahmat panggilan yang telah saya terima, dan pengetahuan yang telah saya dapatkan dapat dibagikan kepada lebih banyak orang. Kalau menjadi guru di Seminari saya hanya bisa melayani 300 orang siswa calon imam tetapi ketika harus berkerja dan mengajar di STKIP saya bisa melayani ribuan orang calon guru yang bisa membawa hal-hal baik yang mereka dapatkan dalam mintekasi dengan saya. Karya besar itu tentu saja bisa saya lakukan kalau semua kita berada di depan dan dibelakang saya dalam doa dan dukungan dalam berbagai bentuknya. Hal yang sama, saya pun doakan kita semua dan siapa saja dari hari ke hari selalu bertolak ke tempat yang lebih dalam agar kebaikan kita dirasakan oleh banuak orang. Akhirnya saya mengajak kita semua untuk terus mendengarkan TUhan yang meminta kita bertolak ke tempat yang lebih dalam agar bisa melayani lebih baik, bekerja lebih baik sehingga berguna bagi orang lain. Untuk itu kita hendaknya menyertakan Yesus dalam perjuangan hidup kita. Dia itu setia ibarat pengawal yang terjaga. Tuhan itu setia, Dialah penjaga kita, penjaga saya dan penjamu yang tidak akan terlelap. Semoga.

STKIP, 16 Oktober 2014

INJIL :LUKAS 5,1-11
Penjala Ikan Menjadi Pejala Manusia
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.



Pembacaan dari Surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

No comments:

Post a Comment