Friday, March 7, 2014

BERZIARAH: BELAJAR PADA MARIA



Renungan Ziarah
Keluarga Besar SMAK Frateran Malang
Sirakh 11,1-9; Lukas 1,39-56
Jumat, 7 Maret 2014 di Gua Puh Sarang Kediri
===========================================================================

Buka
Siang hari ini kita berada di tempat yang berbeda dengan sekolah kita. Di sini kita berada dalam suatu susana yang lain yang lebih bernuansa spiritual. Kita meninggalkan susana rutin untuk dalam rangka menimba kekuatan baru yang bakal mejelitkan seluruh perjuangan kita di sekolah kita sebagai siswa dan sebagai pendidik. Karena itu, tepat sekali jika perjumpaan dan perayaan ini kita memohonkan rahmat dan bimbingan Tuhan bagi segenap civitas akademika SMAK Frateran Malang secara istimewa untuk peserta didik kita kelas XII yang sedang menyiapkan diri menyambut UN 2014. Juga memohonkan rahmat Tuhan dalam proses penerimaan peserta didik yang baru agar berjalan aman dan lancar. Juga kita bawa semua saudara/i kita, rekan kerja kita, para guru yang sedang sakit. Kita bawa semua harapan itu kepada Tuhan dengan bantuan Maria yang kita hormati. Kita akui salah dan dosa kita

Renungan
Andaikan saat ini, setiap kita diminta untuk membuat daftar 3 orang yang paling kita takuti, maka siapakah orang yang menempati urutan pertama sebagai orang yang paling Anda takuti? Saya memberi waktu setengah menit untuk kita menjawab pertanyaan ini! Saya meminta beberapa orang untuk menjawab sesuai dengan isi hati kita. Kalau saya pribadi, orang yang paling saya takuti adalah IBU. Alasannya karena (1) Kasih ayah sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hidup (2) sorga itu ada di bawah telapak kaki IBU. Dua alasan ini mau menegaskan bahwa secara jasmani dan secara rohani kita bergantung sepenuhnya pada peran seorang Ibu. Jika berniat masuk surga kita harus merendah dan menaruh harapan pada seorang IBU.
Apa yang kita lakukan hari ini berkaitan dengan urusan jiwa kita. Berziarah, berdoa rosario, jalan salib yang kita lakukan merupakan bentuk devosi yang dianjurkan gereja dalam rangka menyuburkan iman kita. Sejak munculnya agama Kristen kehidupan dan praktik devosional sudah ada selain ajaran iman, pedoman hidup moral dan berbagai disiplin hidup keagamaan lainnya. Hidup devosional dengan pelbagai bentuknya tak terpisahkan dari hidup iman. Hidup devosi merupakan bagian utuh dari kehidupan iman. Karena itu kita perlu mengenalnya dengan baik agar kita semua dapat mencintai cara hidup devosional itu untuk kepentingan perkembangan rohani kita sendiri.
Apa sebenarnya Devosi itu? Devosi berasal  dari kata Latin: devotio = penghormatan yaitu sikap tetap berupa penyerahan pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai perwujudan cinta kasih kepada Allah. Juga berarti kebaktian khusus dalam bentuk doa atau perilaku orang beriman terhadap rahasia kehidupan Yesus Bunda Maria dan orang kudus lainnya yang direstui pimpinan gereja.
Devosi diarahkan pada tujuan (1) untuk mengembangkan iman setiap orang beriman agar memiliki semangat hidup yang suci, terarah kepada kehendak Allah (2) agar setiap orang beriman memperoleh buah-buah rohani tertentu seperti yang dimiliki para kudus, (3) untuk memperkaya kehidupan iman gereja sebagai suatu kesaksian iman kita. Sasaran devosi itu amat beragam misalnya devosi kepada Bunda Maria, Sakramen Mahakudus, Hati Kudus Yesus, Devosi jalan Salib, Devosi Roh Kudus, Devosi Allah Tritunggal, Devosi kepada Para Kudus.
Buah-buah devosi antara lain mendekatkan kita kepada Tuhan, Iman kita dimurnikan, kita mengenal  dan mencintai Yesus, Maria, dan orang kudus, kehidupan rohani kita terpupuk, mampu memberi kesaksian iman secara nyata dalam perbuatan baik dan amal.
Untuk itu ada 4 unsur penting yang harus mendasari setiap devosi yang baik yaitu kesetiaan, ketekunan, pengharapan, ketaatan.  (1) Kesetiaan diperlukan karena setiap devosi umumnya dilakukan dengan mengulang-ulang hal yang sama dan terus menerus. Kalau kita tidak setia maka kita akan merasa bosan dan segera meninggalkannya (2) Ketekunan: Setiap usaha termasuk devosi akan berhasil bila kita tekun melakukannya. Ketekunan berarti berjuang yang pantang mundur menghadapi tantangan (3) Pengharapan akan mempercepat terkabulnya doa kita. Surat kepada orang Ibrani menulis “pengharapan merupakan sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibr 6:9). Harapan merupakan lompatan iman dari pasif ke aktif (4) Ketaatan: Dalam mengembangkan devosi biasanya kita berjanji, bernazar, berkaul tertentu. Semua niat dan janji dalam devosi harus ditepati.
Hari ini kita tinggalkan sekolah dan datang ke tempat ini untuk berziarah sebagai salah satu bentuk devosi kita. Kita melakukannya karena kita percaya bahwa kegiatan ini akan memberi kita nilai yang berkaitan dengan jiwa kita. Kita melakukannya dengan sungguh-sungguh karena kita juga percaya bahwa Maria yang kita hormati akan mewariskan kepada kita aneka kebajikan dan kebaikan yang akan mewarnai seluruh gerak dan dinamika kehidupan kita baik sebagai pendidik, orangtua, maupun sebagai peserta didik.
Injil berkisah tentang ziarah Maria berjalan ke rumah Elisabeth. Apakah ada dari antara kita yang hadir ini yang pernah ke Israel, Yerusalem? Siapa yang bisa menebak berapa jauh jarak tempuh Maria saat harus menjumpai Elisabeth? Dikatakan injil bahwa Maria berjalan ke daerah Yudea. Itu artinya Maria berjalan dari kota Nasareth yang berada di wilayah Galilea yang terletak jauh di utara Yerusalem. Untuk sampai ke Yudea Maria harus melintasi daerah Samaria. Nasareth itu terletak antara kota Kana di utara dan kota Nain di selatannya dan semuanya terletak di sebelah barat danau Galilea.
Kita semua tahu dari kitab suci bahwa suami Elisabeth adalah Zakaria yang bertugas sebagai pelayan di Kenisah Yerusalem. Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes pembaptis justru ketika Zakaria berada di kenisah Yerusalam. Kisah perjalanan Maria dalam injil tadi adalah kisah perjalanan yang sangat jauh. Dua tahun lalu saya dengan bus dari Yerusalem ke Nasareth berlawanan arah perjalanan Maria. Perjalanan kami membutuhkan waktu 6 jam melalui jalur bebas hambatan melintasi kota Tel Avif (pusat pemerintahan Israel) menuju pelabuhan Yope (Yafa) melintasi Caesarea, puncak gunung Karmel, pelabuhan Haifa baru sampai Nasareth. Kami menggunakan bus berkecepatan tinggi di jalur tol membutuhkan waktu tempuh 6 jam dan jaraknya 800-an km. Sulit kita bayangkan dahulu Maria membutuhkan waktu berapa lama berjalan dari Nasareth menuju Yerusalam di daerah Yudea. Dari jarak dan waktu tempuh ini saja tentu kita bisa menilai tentang ketahanan Maria, tekad Maria, Niat Maria untuk bertamu ke rumah saudaranya. Kita mungkin  bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang mendorong Maria nekad berjalan kaki ratusan kilometer ke rumah Elisabeth. Apa pun yang kita pikiran dan kita bayangkan yang pasti itu kenyataannya. Maria melakukan itu dan itu telah terjadi.
Perkara bertamu dan bertemu bagi kita adalah hal biasa. Reuni keluarga juga hal yang biasa bagi kita. Konsep bertamu yang ideal memang sulit dirumuskan tetapi kalau kita cermati apa yang dilakukan Maria dan Elisabeth dalam injil tadi, kita dapati satu pola bertamu dan bertemu yang ideal. Bertamu dan bertemu gaya Maria hari ini memang unik untuk kita renungkan. Perjumpaan dua bersaudara ini lebih dari sekadar reuni keluarga. Apa keunikan kisah tentang Maria yang bertamu ke rumah Elisabeth ini? Ada beberapa hal penting yang menjadi kekhasan bertamu dan bertemu gaya dua bersaudara ini. Kekhasan dan keistimewaaan gaya pertamuan dan pertemuan Maria dan Elisabeth penting untuk kita renungkan dalam kaitannya dengan model pertemuan kita dengan orang lain dalam hidup kita.
Pertama, bertamu dan bertemu; pertamuan dan pertemuan adalah tindakan dan gerakan. Sebagai gerakan, bertamu dan bertemu menuntut pengorbanan. Karena Maria ingin bertamu dan bertemu dengan Elisabeth, Maria harus berkorban berjalan jauh dalam waktu lama dan melelahkan. Dari sini kita belajar bahwa setiap kebersamaan, setiap perjumpaan menuntut pengorbanan. Menggunakan waktu untuk bertemu orang lain dan membawa sesuatu yang berguna bagi orang lain tidaklah mudah. Maria memberikan kita contoh itu.
Kedua,  bertamu gaya Maria adalah tindakan berkomunikasi. Apa yang ia komunikasikan dalam pertemuan itu? Yang ia komunikasikan hanya pesan Tuhan  yang sudah diterima melalui Malaikat Gabriel.  Inti, esensi pesan malaikat itu hanya satu hal tetapi amat penting  bagi  kita yaitu  Salam.  Maria menjumpai Elisabeth bukan untuk membawa gosip-gosip murahan melainkan pesan surgawi, penjamin hidup manusia. Salam, damai yang dikomunikasikan malaikat kepada Maria itu berkekuatan amat dahsyat. Salam itu membuat Maria terkejut, bingung karena tidak tahu arti sebuah salam. Salam mengejutkan dan membingungkan yang diterimanya ia komunikasikan kepada Elisabeth. Salam yang dikomunikasikan Maria kepada Elisabeth berdaya ledak lebih dahsyat lagi. Bukan hanya Elisabeth yang terkejut tetapi lebih lagi bayi yang dikandungnya melonjak kegirangan. Kegirangan bayi dalam kandungan  merupakan bukti kekuatan sebuah salam, kekuatan sebuah gerakan damai. Damai selalu menggembirakan.
Ketiga, kegiatan bertamu gaya Maria merupakan pilihan dan tindakan berbagi dan pernyataan solidaritas. Kunjungan Maria tedorong dan terjadi karena adanya kehendak dan keinginan untuk berbagi. Maria mendapat salam, damai dari Tuhan. Damai dan kedamaian yang dibawa Malalikat tidak dinikmati seorang diri. Damai, dan kedamian dibagikan Maria dalam agenda kunjungannya dan kehadirannya. Kekuatan damai dan kedamaian yang dibagikan menembus batas kandungan. Damai dan kedamaian yang terus dibagikan dan ditularkan kepada orang lain merupakan kekuatan kegembiraan yang dahsyat.
Keempat, Kujungan Maria dan kehadirannya lebih dari sekadar reuni keluarga tetapi kehadiran Maria adalah kehadiran representatif. Artinya, Maria yang menerima kehadiran Allah dalam dirinya mau dan berusaha menghadirkan dan mempresentasikan kehadiran Allah. Kehadiran Allah di tengah kehidupan manusia selalu mendamaikan, meneguhkan, menggembirakan.  
Kelima, rasa damai dan gembira adalah pengalaman bersama yang harus disyukuri. Peristiwa perjumpaan Maria dan Elisabeth sekeluarga dalam bahasa yang lebih sederhana boleh dikatakan sebagai kegembiraan karena ada bersama. Itu artinya, kalau ada bersama orang lain harus ada salam, ada damai sebagai modal awal sebuah kegembiraan yang kita dambakan. Dan perjumpaan kedua bersaudara ini dapat menjadi contoh, pola dan model kebersamaan yang ideal. Kebersamaan yang diwarnai damai dan kegembiraan akan mendorong orang untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Puncak kegembiraan dua bersaudara itu diformulasikan dalam pujian mereka. Elisabeth mengangkat pujian dalam kuasa Roh Kudus ketika ia berseru: diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Hal yang sama diungkapkan Maria. Ia juga mengangkat pujian yang pada intinya memuji Tuhan yang berpihak kepadanya. Magnificat Maria adalah doa ucapan syukur dalam kegembiraan karena keberpihakan Allah atas dirinya. Sampai di sini kita semua disadarkan bahwa kebersamaan yang penuh damai dan kegembiraan mengharuskan orang untuk selalu memuji Tuhan. Pertemuan mereka menjadikan mereka sebagai sebuah komunitas sebuah kebersamaan yang ditandai damai. Kondisi yang damai merupakan kondisi yang memungkinkan manusia bisa berkomunikasi dan memuji TUhan. Orang yang tidak berdamai dengan dirinya, tidak berdamai dengan orang lain tidak mungkin bisa menjalin relasi yang baik dengan Tuhan.
SMAK Frateran Malang adalah  arena perjumpaan kita. Perjumpaan kita para guru dengan siswa, para siswa dengan siswa. Kita semua bergabung dan berteduh di bawa payung Yayasan Mardiwiyata. Spiritualitas hati yang menjadi spirit dasar pada lembaga pendidikan SMAK Frateran pada dasarnya mengarah pada upaya penciptaan iklim dan kondisi damai. Kita semua bergabung di SMAK Frateran sebagai sebuah komunitas damai, sebuah komunitas Salam. Karena itu model perjumpaan dan kebersamaan Maria dan Elisabeth harus menjadi model kebersamaan kita di semua unit kegiatan Yayasan Mardiwiyata termasuk di sekolah kita.
Di SMAK Frateran kita semua terlibat dalam komuinikasi belajar mengajar. Di sana kita terlibat dalam tindakan berbagi ilmu, pengalaman, dan keterampilan. Di sekolah kita sebagai pembawa keinginan baik Tuhan. Di sekolah kita membentuk kebersamaan yang mengharuskan kita untuk selalu memuliakan TUhan dalam tugas dan karya kita. Sekolah kita kiranya sungguh menjadi Yehuda baru tempat perjumpaan orang yang membagi damai, membawa kegembiraan dan mengucapkan syukur dan pujian seperti yang terjadi dalam perjumpaan Maria dan Elisabeth.
Untuk itu Kitab Putra Sirakh memberi nasehat untuk kita agar jangan mencela sebelum menyelidiki, jangan menegur sebelum berpikir, jangan menjawab sebelum mendengarkan, dan jangan mencampuri urusan orang lain.
Marilah kita buktikan komitmen kita untuk memaknai peristiwa perjumpaan Maria dan Elisabeth ini dengan menjadikan SMAK Frateran sebagai Yehuda baru yang penuh damai, sukacita dan pandai bersyukur kepada Tuhan. Tuhan memberkati. Amin

Kemuliaan Sejati 
Pembacaan dari Kitak Putra Sirakh 11,1-9;

Kebijaksanaan orang yang hina menegakkan kepalanya serta memberi dia tempat di tengah-tengah orang besar. Jangan memuji manusia karena keelokannya, dan jangan enggan terhadap seorangpun karena rupanya. Yang terkecil di antara segala binatang bersayap ialah si lebah, tetapi apa yang dihasilkannya adalah kemuncak kemanisan. Jangan membanggakan pakaian yang kaupakai, jangan pula bermegah-megah pada saat engkau dihormati. Sebab pekerjaan Tuhan adalah ajaib dan tersembunyi bagi manusia. Banyak raja mesti duduk di lantai, sedangkan yang tak dikirakan orang, telah bermahkota. Banyak orang kuasa sudah menjadi amat terhina, dan orang terhormat telah diserahkan ke dalam tangan orang lain. Jangan mencela sebelum kauselidiki, setelah berpikir dahulu barulah menegur. 11:8 Jangan menjawab sebelum kaudengarkan, dan jangan menyela pembicaraan. Tentang perkara yang dengannya engkau tak bersangkutan jangan bertikai, dan jangan mencampuri sengketa orang berdosa.
Demikianlah Sabda TUhan
Syukur kepada Allah

Maria Mengunjungi Elisabeth
Lukas 1,39-56

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.  Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Doa Pembukaan
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau telah menyatakan kasih setia-Mu kepada kami melalui Yesus Putramu yang dilahirkan dari Perawan  Maria yang terpuji. Kami bersyukur atas semua peri hidupnya yang menjadi contoh dan teladan bagi kami. Kami mohon semoga Bunda Maria perawan meneruskan semua harapan dan doa kami kepada Yesus Putra-Mu secara khusus kami memohonkan rahmat dan penyertaanmu bagi semua peserta didik kami yang akan menempuh ujian akhir. Biarlah budi dan kehendak mereka tetap dalam tuntunan kebijaksnaa-Mu. Sertailah juga seluruh proses penerimaan peserta didik baru di sekolah kami. Kuatkalah semua saudara/I  kami yang tengah menderita sakit. Demi Kritus TUhan kami…

Persembahan
Tuhan kami membawa smua harapan, doa dan kerinduan kami bersama roti dan anggur lambang korban putra-Mu di altar yang kudus ini bersama. Semoga oleh rahmat dan berkat kuasa-Mu semunya Kau berkati dan Kaukuduskan untuk menguatkan kami dalam seluruh perjuangan kami di hari yang akan datang. Semoga Bunda Maria ibu gereja dan ibu kami dapat meneruskan persembahan ini ke hadapan Putramu Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa….

Penutup
Allah Bapa yang maha kuasa dan kekal, teguhkanlah di dalam diri kami iman kepercayaan, yang kami akui dengan bangga, bahwa Putra-Mu yang dikandung dan dilahirkan Santa Prawan Maria  sungguh Allah dan sungguh manusia. Semoga oleh  daya kebangkitan Putra-Mu dan daya kekuatan tubuh dan darahnya yang telah kami terima menguatkan kami untuk meneladani Bunda Maria dalam kehidupan kami. Demi Kritus TUhan kami…

No comments:

Post a Comment