Renungan Ziarah
Keluarga Besar SMAK Frateran Malang
Sirakh 11,1-9; Lukas
1,39-56
Jumat, 7 Maret 2014 di Gua
Puh Sarang Kediri
===========================================================================
===========================================================================
Buka
Siang hari ini kita berada di tempat yang berbeda dengan
sekolah kita. Di sini kita berada dalam suatu susana yang lain yang lebih
bernuansa spiritual. Kita meninggalkan susana rutin untuk dalam rangka menimba
kekuatan baru yang bakal mejelitkan seluruh perjuangan kita di sekolah kita
sebagai siswa dan sebagai pendidik. Karena itu, tepat sekali jika perjumpaan
dan perayaan ini kita memohonkan rahmat dan bimbingan Tuhan bagi segenap
civitas akademika SMAK Frateran Malang secara istimewa untuk peserta didik kita
kelas XII yang sedang menyiapkan diri menyambut UN 2014. Juga memohonkan rahmat
Tuhan dalam proses penerimaan peserta didik yang baru agar berjalan aman dan
lancar. Juga kita bawa semua saudara/i kita, rekan kerja kita, para guru yang
sedang sakit. Kita bawa semua harapan itu kepada Tuhan dengan bantuan Maria
yang kita hormati. Kita akui salah dan dosa kita
Andaikan saat ini, setiap kita diminta untuk membuat
daftar 3 orang yang paling kita takuti, maka siapakah orang yang menempati
urutan pertama sebagai orang yang paling Anda takuti? Saya memberi waktu
setengah menit untuk kita menjawab pertanyaan ini! Saya meminta beberapa orang
untuk menjawab sesuai dengan isi hati kita. Kalau saya pribadi, orang yang
paling saya takuti adalah IBU. Alasannya karena (1) Kasih ayah sepanjang jalan,
kasih ibu sepanjang hidup (2) sorga itu ada di bawah telapak kaki IBU. Dua
alasan ini mau menegaskan bahwa secara jasmani dan secara rohani kita
bergantung sepenuhnya pada peran seorang Ibu. Jika berniat masuk surga kita
harus merendah dan menaruh harapan pada seorang IBU.
Apa yang kita lakukan hari ini berkaitan dengan urusan
jiwa kita. Berziarah, berdoa rosario, jalan salib yang kita lakukan merupakan
bentuk devosi yang dianjurkan gereja dalam rangka menyuburkan iman kita. Sejak
munculnya agama Kristen kehidupan dan praktik devosional sudah ada selain ajaran
iman, pedoman hidup moral dan berbagai disiplin hidup keagamaan lainnya. Hidup
devosional dengan pelbagai bentuknya tak terpisahkan dari hidup iman. Hidup
devosi merupakan bagian utuh dari kehidupan iman. Karena itu kita perlu
mengenalnya dengan baik agar kita semua dapat mencintai cara hidup devosional
itu untuk kepentingan perkembangan rohani kita sendiri.
Apa sebenarnya Devosi itu? Devosi berasal dari kata Latin: devotio = penghormatan
yaitu sikap tetap berupa penyerahan pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya sebagai
perwujudan cinta kasih kepada Allah. Juga berarti kebaktian khusus dalam bentuk
doa atau perilaku orang beriman terhadap rahasia kehidupan Yesus Bunda Maria
dan orang kudus lainnya yang direstui pimpinan gereja.
Devosi
diarahkan pada tujuan (1) untuk mengembangkan iman setiap orang beriman agar
memiliki semangat hidup yang suci, terarah kepada kehendak Allah (2) agar setiap
orang beriman memperoleh buah-buah rohani tertentu seperti yang dimiliki para
kudus, (3) untuk memperkaya kehidupan iman gereja sebagai suatu kesaksian iman
kita. Sasaran devosi itu amat beragam misalnya devosi kepada Bunda Maria, Sakramen
Mahakudus, Hati Kudus Yesus, Devosi jalan Salib, Devosi Roh Kudus, Devosi Allah
Tritunggal, Devosi kepada Para Kudus.
Buah-buah
devosi antara lain mendekatkan kita kepada Tuhan, Iman kita dimurnikan, kita mengenal
dan mencintai Yesus, Maria, dan orang kudus,
kehidupan rohani kita terpupuk, mampu memberi kesaksian iman secara nyata dalam
perbuatan baik dan amal.
Untuk itu ada 4 unsur penting yang harus mendasari
setiap devosi yang baik yaitu kesetiaan, ketekunan, pengharapan, ketaatan. (1) Kesetiaan diperlukan karena setiap devosi
umumnya dilakukan dengan mengulang-ulang hal yang sama dan terus menerus. Kalau
kita tidak setia maka kita akan merasa bosan dan segera meninggalkannya (2) Ketekunan:
Setiap usaha
termasuk devosi akan berhasil bila kita tekun melakukannya. Ketekunan berarti berjuang
yang pantang mundur menghadapi tantangan (3) Pengharapan akan mempercepat terkabulnya doa kita. Surat kepada orang
Ibrani menulis “pengharapan merupakan sauh (jangkar) yang kuat dan aman
bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibr 6:9).
Harapan merupakan lompatan iman dari pasif ke aktif (4) Ketaatan: Dalam mengembangkan devosi biasanya kita berjanji,
bernazar, berkaul tertentu. Semua niat dan janji dalam devosi harus ditepati.
Hari
ini kita tinggalkan sekolah dan datang ke tempat ini untuk berziarah sebagai
salah satu bentuk devosi kita. Kita melakukannya karena kita percaya bahwa kegiatan
ini akan memberi kita nilai yang berkaitan dengan jiwa kita. Kita melakukannya
dengan sungguh-sungguh karena kita juga percaya bahwa Maria yang kita hormati
akan mewariskan kepada kita aneka kebajikan dan kebaikan yang akan mewarnai
seluruh gerak dan dinamika kehidupan kita baik sebagai pendidik, orangtua,
maupun sebagai peserta didik.
Injil berkisah tentang ziarah Maria berjalan
ke rumah Elisabeth. Apakah ada dari antara kita yang hadir ini yang pernah ke
Israel, Yerusalem? Siapa yang bisa menebak berapa jauh jarak tempuh Maria saat
harus menjumpai Elisabeth? Dikatakan injil bahwa Maria berjalan ke daerah Yudea.
Itu artinya Maria berjalan dari kota Nasareth yang berada di wilayah Galilea
yang terletak jauh di utara Yerusalem. Untuk sampai ke Yudea Maria harus
melintasi daerah Samaria. Nasareth itu terletak antara kota Kana di utara dan
kota Nain di selatannya dan semuanya terletak di sebelah barat danau Galilea.
Kita semua tahu dari kitab suci bahwa
suami Elisabeth adalah Zakaria yang bertugas sebagai pelayan di Kenisah
Yerusalem. Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes pembaptis justru ketika
Zakaria berada di kenisah Yerusalam. Kisah perjalanan Maria dalam injil tadi
adalah kisah perjalanan yang sangat jauh. Dua tahun lalu saya dengan bus dari
Yerusalem ke Nasareth berlawanan arah perjalanan Maria. Perjalanan kami
membutuhkan waktu 6 jam melalui jalur bebas hambatan melintasi kota Tel Avif
(pusat pemerintahan Israel) menuju pelabuhan Yope (Yafa) melintasi Caesarea,
puncak gunung Karmel, pelabuhan Haifa baru sampai Nasareth. Kami menggunakan
bus berkecepatan tinggi di jalur tol membutuhkan waktu tempuh 6 jam dan
jaraknya 800-an km. Sulit kita bayangkan dahulu Maria membutuhkan waktu berapa
lama berjalan dari Nasareth menuju Yerusalam di daerah Yudea. Dari jarak dan
waktu tempuh ini saja tentu kita bisa menilai tentang ketahanan Maria, tekad
Maria, Niat Maria untuk bertamu ke rumah saudaranya. Kita mungkin bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang
mendorong Maria nekad berjalan kaki ratusan kilometer ke rumah Elisabeth. Apa
pun yang kita pikiran dan kita bayangkan yang pasti itu kenyataannya. Maria
melakukan itu dan itu telah terjadi.
Perkara bertamu dan bertemu bagi kita
adalah hal biasa. Reuni keluarga juga hal yang biasa bagi kita. Konsep bertamu
yang ideal memang sulit dirumuskan tetapi kalau kita cermati apa yang dilakukan
Maria dan Elisabeth dalam injil tadi, kita dapati satu pola bertamu dan bertemu
yang ideal. Bertamu dan bertemu gaya Maria hari ini memang unik untuk kita
renungkan. Perjumpaan dua bersaudara ini lebih dari sekadar reuni keluarga. Apa
keunikan kisah tentang Maria yang bertamu ke rumah Elisabeth ini? Ada beberapa
hal penting yang menjadi kekhasan bertamu dan bertemu gaya dua bersaudara ini. Kekhasan
dan keistimewaaan gaya pertamuan dan pertemuan Maria dan Elisabeth penting
untuk kita renungkan dalam kaitannya dengan model pertemuan kita dengan orang
lain dalam hidup kita.
Pertama, bertamu dan bertemu;
pertamuan dan pertemuan adalah tindakan dan gerakan. Sebagai gerakan, bertamu
dan bertemu menuntut pengorbanan. Karena Maria ingin bertamu dan bertemu dengan
Elisabeth, Maria harus berkorban berjalan jauh dalam waktu lama dan melelahkan.
Dari sini kita belajar bahwa setiap kebersamaan, setiap perjumpaan menuntut
pengorbanan. Menggunakan waktu untuk bertemu orang lain dan membawa sesuatu
yang berguna bagi orang lain tidaklah mudah. Maria memberikan kita contoh itu.
Kedua, bertamu
gaya Maria adalah tindakan berkomunikasi. Apa yang ia komunikasikan dalam pertemuan
itu? Yang ia komunikasikan hanya pesan Tuhan
yang sudah diterima melalui Malaikat Gabriel. Inti, esensi pesan malaikat itu hanya satu
hal tetapi amat penting bagi kita yaitu
Salam. Maria menjumpai Elisabeth
bukan untuk membawa gosip-gosip murahan melainkan pesan surgawi, penjamin hidup
manusia. Salam, damai yang dikomunikasikan malaikat kepada Maria itu berkekuatan
amat dahsyat. Salam itu membuat Maria terkejut, bingung karena tidak tahu arti
sebuah salam. Salam mengejutkan dan membingungkan yang diterimanya ia komunikasikan
kepada Elisabeth. Salam yang dikomunikasikan Maria kepada Elisabeth berdaya
ledak lebih dahsyat lagi. Bukan hanya Elisabeth yang terkejut tetapi lebih lagi
bayi yang dikandungnya melonjak kegirangan. Kegirangan bayi dalam kandungan merupakan bukti kekuatan sebuah salam,
kekuatan sebuah gerakan damai. Damai selalu menggembirakan.
Ketiga, kegiatan bertamu gaya Maria
merupakan pilihan dan tindakan berbagi dan pernyataan solidaritas. Kunjungan
Maria tedorong dan terjadi karena adanya kehendak dan keinginan untuk berbagi.
Maria mendapat salam, damai dari Tuhan. Damai dan kedamaian yang dibawa
Malalikat tidak dinikmati seorang diri. Damai, dan kedamian dibagikan Maria
dalam agenda kunjungannya dan kehadirannya. Kekuatan damai dan kedamaian yang
dibagikan menembus batas kandungan. Damai dan kedamaian yang terus dibagikan
dan ditularkan kepada orang lain merupakan kekuatan kegembiraan yang dahsyat.
Keempat, Kujungan Maria dan kehadirannya lebih dari
sekadar reuni keluarga tetapi kehadiran Maria adalah kehadiran representatif.
Artinya, Maria yang menerima kehadiran Allah dalam dirinya mau dan berusaha
menghadirkan dan mempresentasikan kehadiran Allah. Kehadiran Allah di tengah
kehidupan manusia selalu mendamaikan, meneguhkan, menggembirakan.
Kelima, rasa damai dan gembira adalah pengalaman bersama
yang harus disyukuri. Peristiwa perjumpaan Maria dan Elisabeth sekeluarga dalam
bahasa yang lebih sederhana boleh dikatakan sebagai kegembiraan karena ada
bersama. Itu artinya, kalau ada bersama orang lain harus ada salam, ada damai
sebagai modal awal sebuah kegembiraan yang kita dambakan. Dan perjumpaan kedua
bersaudara ini dapat menjadi contoh, pola dan model kebersamaan yang ideal.
Kebersamaan yang diwarnai damai dan kegembiraan akan mendorong orang untuk
memuji dan memuliakan Tuhan. Puncak kegembiraan dua bersaudara itu
diformulasikan dalam pujian mereka. Elisabeth mengangkat pujian dalam kuasa Roh
Kudus ketika ia berseru: diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku? Hal yang sama diungkapkan Maria. Ia juga mengangkat pujian
yang pada intinya memuji Tuhan yang berpihak kepadanya. Magnificat Maria adalah
doa ucapan syukur dalam kegembiraan karena keberpihakan Allah atas dirinya.
Sampai di sini kita semua disadarkan bahwa kebersamaan yang penuh damai dan
kegembiraan mengharuskan orang untuk selalu memuji Tuhan. Pertemuan mereka
menjadikan mereka sebagai sebuah komunitas sebuah kebersamaan yang ditandai
damai. Kondisi yang damai merupakan kondisi yang memungkinkan manusia bisa
berkomunikasi dan memuji TUhan. Orang yang tidak berdamai dengan dirinya, tidak
berdamai dengan orang lain tidak mungkin bisa menjalin relasi yang baik dengan
Tuhan.
SMAK Frateran Malang adalah arena perjumpaan kita. Perjumpaan kita para
guru dengan siswa, para siswa dengan siswa. Kita semua bergabung dan berteduh
di bawa payung Yayasan Mardiwiyata. Spiritualitas hati yang menjadi spirit
dasar pada lembaga pendidikan SMAK Frateran pada dasarnya mengarah pada upaya
penciptaan iklim dan kondisi damai. Kita semua bergabung di SMAK Frateran
sebagai sebuah komunitas damai, sebuah komunitas Salam. Karena itu model
perjumpaan dan kebersamaan Maria dan Elisabeth harus menjadi model kebersamaan
kita di semua unit kegiatan Yayasan Mardiwiyata termasuk di sekolah kita.
Di SMAK Frateran kita semua terlibat dalam komuinikasi
belajar mengajar. Di sana kita terlibat dalam tindakan berbagi ilmu, pengalaman,
dan keterampilan. Di sekolah kita sebagai pembawa keinginan baik Tuhan. Di sekolah
kita membentuk kebersamaan yang mengharuskan kita untuk selalu memuliakan TUhan
dalam tugas dan karya kita. Sekolah kita kiranya sungguh menjadi Yehuda baru
tempat perjumpaan orang yang membagi damai, membawa kegembiraan dan mengucapkan
syukur dan pujian seperti yang terjadi dalam perjumpaan Maria dan Elisabeth.
Untuk itu Kitab
Putra Sirakh memberi nasehat untuk kita agar jangan mencela sebelum
menyelidiki, jangan menegur sebelum berpikir, jangan menjawab sebelum
mendengarkan, dan jangan mencampuri urusan orang lain.
Marilah kita buktikan komitmen kita untuk memaknai
peristiwa perjumpaan Maria dan Elisabeth ini dengan menjadikan SMAK Frateran
sebagai Yehuda baru yang penuh damai, sukacita dan pandai bersyukur kepada
Tuhan. Tuhan memberkati. Amin
Pembacaan dari Kitak Putra Sirakh 11,1-9;
Kebijaksanaan
orang yang hina menegakkan kepalanya serta memberi dia tempat di tengah-tengah
orang besar. Jangan memuji manusia karena keelokannya, dan jangan enggan
terhadap seorangpun karena rupanya. Yang terkecil di antara segala binatang
bersayap ialah si lebah, tetapi apa yang dihasilkannya adalah kemuncak
kemanisan. Jangan membanggakan pakaian yang kaupakai, jangan pula
bermegah-megah pada saat engkau dihormati. Sebab pekerjaan Tuhan adalah ajaib
dan tersembunyi bagi manusia. Banyak raja mesti duduk di lantai, sedangkan yang
tak dikirakan orang, telah bermahkota. Banyak orang kuasa sudah menjadi amat
terhina, dan orang terhormat telah diserahkan ke dalam tangan orang lain.
Jangan mencela sebelum kauselidiki, setelah berpikir dahulu barulah menegur. 11:8
Jangan menjawab sebelum kaudengarkan, dan jangan menyela pembicaraan. Tentang
perkara yang dengannya engkau tak bersangkutan jangan bertikai, dan jangan
mencampuri sengketa orang berdosa.
Demikianlah Sabda TUhan
Syukur kepada Allah
Maria Mengunjungi Elisabeth
Lukas 1,39-56
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan
langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan
memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh
Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara
semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu
Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai
kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan
kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan
menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya
turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya
dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak
hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan
orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang
lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong
Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya
kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk
selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama
dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Doa Pembukaan
Allah
Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau telah menyatakan kasih setia-Mu kepada kami
melalui Yesus Putramu yang dilahirkan dari Perawan Maria yang terpuji. Kami bersyukur atas semua
peri hidupnya yang menjadi contoh dan teladan bagi kami. Kami mohon semoga
Bunda Maria perawan meneruskan semua harapan dan doa kami kepada Yesus Putra-Mu
secara khusus kami memohonkan rahmat dan penyertaanmu bagi semua peserta didik
kami yang akan menempuh ujian akhir. Biarlah budi dan kehendak mereka tetap
dalam tuntunan kebijaksnaa-Mu. Sertailah juga seluruh proses penerimaan peserta
didik baru di sekolah kami. Kuatkalah semua saudara/I kami yang tengah menderita sakit. Demi Kritus
TUhan kami…
Persembahan
Tuhan
kami membawa smua harapan, doa dan kerinduan kami bersama roti dan anggur
lambang korban putra-Mu di altar yang kudus ini bersama. Semoga oleh rahmat dan
berkat kuasa-Mu semunya Kau berkati dan Kaukuduskan untuk menguatkan kami dalam
seluruh perjuangan kami di hari yang akan datang. Semoga Bunda Maria ibu gereja
dan ibu kami dapat meneruskan persembahan ini ke hadapan Putramu Tuhan dan
pengantara kami kini dan sepanjang masa….
Penutup
Allah
Bapa yang maha kuasa dan kekal, teguhkanlah di dalam diri kami iman
kepercayaan, yang kami akui dengan bangga, bahwa Putra-Mu yang dikandung dan
dilahirkan Santa Prawan Maria sungguh
Allah dan sungguh manusia. Semoga oleh
daya kebangkitan Putra-Mu dan daya kekuatan tubuh dan darahnya yang
telah kami terima menguatkan kami untuk meneladani Bunda Maria dalam kehidupan
kami. Demi Kritus TUhan kami…
No comments:
Post a Comment