Monday, March 10, 2014

ME: KOMUNIKASI BERKUALITAS

HARI MINGGU PRAPASKA I
Misa Tematis bagi Pasutri ME Distrik Malang
Kej 2:7‑3:17; Rm 5:12‑19; Mat 4:1‑11
Paroki Tumpang, Malang

Buka

Pagi hari ini kita datang dari berbagai tempat ke gereja ini untuk suatu perjumpaan yang khusus dengan Tuhan karena kita memilki cinta persaudaraan. Sebagai keluarga dan kelauga besar umat beriman kita datang untuk menimba rahmat dan berkat Tuhan yang mengalir setiap saat dalam semua peristiwa dalam kehidupan keluarga-kleuarga kita. Kita bersyukur karena Tuhan telah menyatakan cinta-Nya melalui keluarga beriman. Seraya mengucap syukur kita juga memohonkan  kerahiman dan belaskasihnya atas dosa dan kesalahan kita dalam menghatai pangggilan hidup kita. Kita bawa semua keluarga umat beriman baik yang mengamai sukacita maupun yang dicobai dalam duka cita. Secara khusus kita doakan paman dari pasutri Veve-Hong yang meninggal kemarin di Lombok. Kita akui salah dan dosa kita.

Renungan
Setelah saya mengikuti Week End ME sebagai angkatan 69 kemudian dilanjutkan dengan beberapa pertemuan lanjutan akhirnya saya bisa meringkas inti dari kegiatan ME menjadi dua kata yaitu Mulut dan Telinga. Mulut dan telinga merupakan dua organ fisik manusia yang memungkinkan munculnya dua keterampilan atau aktivitas penting manusia yaitu Berbicara dan Mendengarkan.  Mulut dan telinga sedemikian pentingnya bagi kita manusia sehingga orang yang tidak bisa berbicara dan tidak bisa mendengarkan kita sebaut sebagi orang cacat. Komunikasi yang paling awal dan mendasar adalah berbicara dan mendengarkan sebelum orang menulis dan membaca.
Mendengar adalah masuknya bunyi ke organ pendengaran tanpa mengharapkan respon atau tanggapan  dari pendengar. Lain halnya dengan mendengarkan, lebih dari sekadar masuknya bunyi ke organ pendengaran karena mendengarkan itu menuntut adanya respon pendengar. Ketika saya duduk membaca di kamar ada bunyi teriakan seseorang. Bunyi teriakan itu tidak membuat saya berhenti membaca, Lima menit kemudian teriakan yang sama mengganggu pendengaran saya yang membuat saya harus melepaskan buku bacaan, lalu mencari siapa sebenar yang berteriak, mengapa orang berteriak, dan dari mana sumber teriakan itu. Setelah saya membuka jendela kamar saya mengetahui bahwa orang yang berteiak itu seorang yang baru dimasukkan ke sel tahanan yang ada sebelah kamar saya  Dalam contoh ini terlihat bahwa pertama saya hanya mendengar teriakan, sedangkan yang kedua saya mendengarkankan karena teriakan itu menuntut tanggapan dan respon.  
Persoalan komunikasi atau dialog merupakan inti pergulatan dan pergelutan manusia ketika kenyataan menghadapkan manusia untuk hidup, ada dan berkembang bersama orang lain. Komunikasi dan dialog selalu berdimensi sosial karena menuntut kehadiran orang lain. Dalam konteks lebih khusus lagi persoalan mendengar dan mendengarkan itu menjadi bagian dari sejarah perjalinan dan perjalanan  pasangan hidup suami istri. Dalam kenyataan, banyak orang yang hanya bisa mendengar tetapi sulit untuk mendengarkan.  Dalam kehidupan pasutri hal yang sama juga bisa bahkan sering terjadi.  Dan semua hal itu kita temukan selama mengikuti kegiatan ME.
Komunikasi atau dialog pasutri dalam konteks ME diharapkan menjadi komunikasi  bermutu dan berkualitas. Komunikasi atau dialog pasutri yang bermutu, berkualitas hanya akan terpenuhi jika yang berbicara, berbicara secara terukur baik dari segai kualitas, kauantitas dan caranya penyampaiannya. Hal yang sama juga dituntut ketika pasutri berperan sebagai pendengtar maka yang diperlukan adalah mendengarkan secara tepat, saksama. Mengapa berbicara dan mendengarkan itu harus berlualitas? Alasannya karena tingkah laku, respon,  tindakan, perilaku, perbuatan, amat ditentukan oleh cara orang berbicara dan cara orang mendengarkan. Ketidaktepatan cara berbicara dan mendengarkan baik itu berkaitan dengan gaya maupun pilihan katanya  akan melahirkan miskomunikasi.
Menarik sekali kalau kita tempatkan dan kaitkan seluruh dinamika yang terjadi dalam pergulatan dan pergelutan kehidupan keluaraga dengan pesan dasar firman Tuhan  hari ini. Ketiga bacaan hari ini tampaknya menampilkan persoalan komunikasi, cara berbicara dan cara mendengarkan yang tidak berkualitas. Gambaran komunikasi tidak bermutu yang diwacanakan ketiga bacaan hari ini menjadi awasan bagi kita semua, bagi keluarga-kelurag pada  umumnya dan teritimewa bagi keluarga, pasutri kristiani.
Kekacauan yang digambarkan dalam bacaan pertama menjadikan manusia merasa terasing dari sang pencipta. Pasutri pertama akhirnya terasing dari Tuhan karena cara mereka berbicara dan cara mereka mendengarkan terkesan tidak berkualitas. Ini ditunjukkan dalam dialog mereka berhadapan dengan ular. Ular berusaha menggiring pasutri adam dan hawa itu untuk menggunakan kata. Ular menyatakan atau berbicara dengan rumusan general, umum.  Ular mengubah rumusan yang disampaikan Tuhan kepada adam dan hawa  untuk mengecoh pasutri. Ular berkata: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan? Sesungguhnya kalau adam dan hawa ingat kata-kata Tuhan mereka sebenarnya tidak perlu menanggapi apa yang ditanyakan ular.
Pernyataan dan kata-kata yang dipakai ular itujelas-jelas salah tetapi justru adam dan hawa memberi penjelasan. Dengan itu terbuka peluang bagi ular untuk menyempurnakan jurus menaklukkan pasutri primitif itu. Pasutri itu lebih mendengarkan kata-kata ular daripada mendengarkan apa yang Tuhan katakan. Efek dari cara berbicara dan cara mendengarkan yang salah menjadikan pasutri adam dan hawa itu merasa diri sebagai pasangan yang tak pantas berada di hadapan Tuhan. Kesalahan pasutri Ha-Dam terkait cara bicara dan cara mendengarkan yang salah.  
Gambaran tentang cara bicara dan cara mendengarkan yang salah oleh pasutri Ha-Dam disadari sebagai sesuatu yang berdampak luas hingga perjanjian baru. Surat Paulus  kepada jemaat di Roma mengingatkan kita akan tragedi miskomunikasi paling primitif yang dirumuskan sebagai dosa yang mendatangkan maut. Kejatuhan pasutri taman Eden gambaran cara bicara dan cara mendengarkan yang salah.
Tragedi taman eden itu terus berlanjut hingga masa Yesus dalam wujud dan bentuk yang berbeda. Ular taman eden telah berubah rupa menjadi iblis, setan yang membaca peluang kondisi Yesus yang sedang berpuasa. Setan juga berbicara dan mendengarkan yang salah. Setan berkomunikasi dengan Yesus dalam niat menggoda Yesus pada saat Yesus berpuasa.Kalau ada dari anra kita yang sudah ke Israel tentu tahu persis tempat itu. Dua tahun lalu saat saya berziarah ke Israel  saya sempat berada di kaki tiga bukit tempat Yesus berpuasa dan dicobai iblis yang dikisahkan injil tadi. Di sana orang menyebutnya bukit 40. Salah satu bukit yang paling tinggi berada dekat kota Yeriko. Pemandang bukit pencobaan itu lebih indah dilihat dari pohon ara Zakeus yang tumbuh di pertigaan ke Yeriko, Gua Qumran dan laut mati. Kalau kita baca kisah pencobaan Yesus tulisan Matius hari ini dan yang ditulis Lukas ada sedikit perbedaan mengenai urutan tempat pencobaan itu. Matius menulis tempat pencobaan kedua itu terjadi di Kenisah Yerusalem sedangkan Lukas menyebutnya sebagai pencobaan ketiga. Dalam injil tadi cobaan pertama di bukit 40 coban kedua di kenisah dan cobaan ketiga terjadi lagi  bukit 40 dekat kota Yeriko. Kota yang ditawarkan kepada Yesus adalah kota Yeriko yang berada 135 meter di bawah permukaan laut dan merupakan kota tertua di dunia.
Setan menggunakan tiga jebakan bagi Yesus. Jebakan pertama berkaitan dengan urusan kesejahteraan fisik, biologis berupaka kebutuhan akan makanan.  Setan mempersolakan roti sebagai jaminan tetapi Yesus menawarkan Firman melebih roti buatan manusia. Jebakan kedua berkaitan dengan kuasa. Setan meminta Yesus menunjukkan kuasa atas para malaikat tetapi Yesus menawarkan adanya firman yang menegaskan Tuhan jangan dicobai. Jebakan ketiga adalah tawaran harta kekayaan. Iblis memperlihatkan segalanya kepada Yesus dengan iming-iming ingin disembah Yesus dan Yesus meresponnya dengan mengusir setan itu.
Gaya dan model jebakan iblis semasa Yesus ini tentu menjadio bahan permenungan kita semua pada zaman ini. Zaman ini juga masih banyak orang yang menyembah kenikmatan fisik mau memuaskan keinginan fisiknya termasuk dengan cara yang tidak pantas.Praktik hidup yang tidak terpuji seperti korupsi, kasus suap, pencucian uang dan sejenisnya boleh dikatakan sebagai metamorfosisi atau hasil daur ulang atau yang menjadi jebakan setan pada masa Yesus. Jika kita cermati, tidak kurang juga orang kristen, keluarga keluarga yang menghadapi masalah justru karena berusan dengan tiga perkara ini. Tidak jarang ada pasangan entah suami, entah istri yang mewarisi semangat penggoda untuk pasangannya dengan jidup dalam rumusan serba jika.seperti setan yang menggoinda Yesus. Keluarga Kristiani umumnya dan pasutri ME khusunya tentu sudah membebaskan diri, sudah bersih dari rumusanrumusan jika-jika seperti itu. JIka adalah kata dan bahasa bersyarat dan berpontensi menjebak.
Suatu pagi Pak Kikir terperosok ke dalam lubang untuk pembuangan sampat di milik tetangga. Pak Kikir tidak bisa keluar karena lubang cukup dalam. Beberapa orang membawa tali untuk menolongnya. Mereka meminta Pak Kikir mengulurkan dan memberikan tangannya sekadar memegang tali sehingga dia ditarik ke atas. Tiga orang bergantian dengan cara yang sama dan dengan perintah supaya pak Kikir memberikan tangannya. Pak kikir tidak mau mengangkat dan memberikan tanganya. Tetangga dekanya datang juga dengan perlatan yang sama. Pak Kikir diminta menerima tali yang diulurkan untuk menarinya keluar. Saat itu ia mengangkat tangannya dan berhasil ditarik keluar.
Tiga orang sebelumnya heran mengapa dia mau memegang tali menunggu orang keempat. Ketika ditanykan kepada tetangga yang berhasil menolong pak Kikir tetangga menjelaskan bahwa perintah dan pilihan kata mereka menentukan tanggapan Pak Kikir sesuai dengan karakternya. Pak Kikir tidak akan bereaksi jika diperintahkan untuk MEMBERIKAN tangannya. Dia hanya beraksi jika orang menggunakan kata TERIMALAH. Dia di sebut Pak Kikir karena memang dia hanya mengenal kata TERIMA dan tidakmengenal kata MEMBERI.
Komunikasi dalam konteks kehidupan keluarga kristiani berarti menciptakan keseimbangan antara memberi dan menerima.  Tuhan memberkati! Amin



No comments:

Post a Comment