Friday, July 26, 2013

SABTU BIASA PEKAN XVI THN C/1

Sabtu Pekan Biasa ke-16 thn C/1, 27 Juli 2013

Kel.24,3-8; Mat.13,24-30
Komunitas Frateran BHK Malang

Renungan
Melalui bacaan pertama hari ini kita mendengarkan pernyataan komitmen bangsa Israel untuk setia kepada Yahwe. Komitmen kesetiaan kepada Yahwe itu disampaikan kepada Musa sebagai pemimpin bangsa Israel untuk seterusnya disampaikan kepada Yahwe. Inti komitmen bangsa terpilih itu tidak lain adalah janji untuk setia mendengarkan dan melaksanakan kehendak, perintah, dan Firman Tuhan. Hal yang menarik dalam komitmen bangsa Israel ini adalah penggunaan darah sebagai unsur yang mengikat dan memeteraikan perjanjian mereka. Penggunaan darah dalam meneguhkan perjanjian merupakan bentuk perjanjian dengan tingkat risiko yang besar. Mengapa? Karena darah adalah gambaran kehidupan dan kematian. Jika sebuah janji yang diikat dengan darah berarti janji itu berkaitan dengan perkara hidup dan mati. Artinya, jika orang setia pada janji itu, maka dia akan hidup. Demikian juga sebaliknya, jika orang mengingkarinya maka maut dan kematian akan menantinya.

Israel telah membuat janji dan komitmen untuk setia mendengarkan dan melaksanakan firman Tuhan. Bangsa itu sudah merasa diri sebagai bangsa terpilih sehingga mereka mengikrarkan kaul, janji kesetiaan itu secara terbuka. Dalam arti tertentu kita juga dalam cara yang lain telah merasa diri sebagai orang terpanggil dan secara pribadi kita telah mengikrarkan janji kesetiaan kita pada pilihan dan panggilan kita. Janji dan komitmen kita memang tidak dengan darah tetapi risikonya tetap sama jika kita mengingkarinya.

Pengingkaran manusia terhadap janji dan komitmen itu bisa muncul dalam praktik hidup yang berlawanan dan bahkan mungkin mengancam panggilan kita. Tuhan sudah menabur, menanam dan memelihara benih panggilan itu dalam diri setiap kita dan kita menyadarinya sebagai panggilan kita. Dalam kehidupan kita berjuang agar benih pangggilan itu terus bertumbuh menuju kematangan yang mengeratkan relasi kita dengan diri sendiri, sesama, dan dengan Tuhan yang memanggil kita.

Yesus melalui penginjil Matius hari ini menegaskan kepada kita tentang inisiatif Allah menaburkan benih panggilan itu dalam diri setiap kita. Hal yang perlu untuk kita adalah berusaha untuk tetap terjaga agar tidak ada benih ilalang yang bertumbuh menghimpit dan mematikan panggilan kita. Kisah Injil menyadarkan kita bahwa panggilan kita berpeluang dan berpotensi dirusak oleh pelbagai hal dari lular atau dari dalam diri kita. Kekuatan yang merusak itulah yang dimaksudkan benih ilalang yang harus dicabut dari panggilan kita. Kita diminta untuk terus waspada dan berjaga-jaga jangan sampai benih ilalang itu menyerbu ladang panggilan kita.

Kalalu Tuhan meminta kita membiarkan benih ilalang itu sampai besar tidak berarti kita membiarkan diri dan panggilan kita dikuasai kekuatan yang merusak. Tuhan meminta menunda mencabutnya hanya mau mengatakan agar kita sungguh mempunyai waktu untuk bisa membedakan kekuatan perusak itu dari hidup dan panggilan kita. Bagi Tuhan pembendaan yang cermat dan tepat memungkinkan pilihan tindakan yang tepat pula. Dalam memaknai panggilan, kita diminta untuk selalu dan sepajang hidup bisa membuat pembedaan antara apa yang baik dari yang buruk, apa yang pantas dari yang tidak pantas. Hanya dengan itu kita bisa bertindak tepat dan benar. Semoga Tuhan membantu kita dalam menepati janji panggilan kita sehingga pada waktunya kita terbebas dari himpitan ilalalang kehidupan panggilan kita. Amin




No comments:

Post a Comment