Saturday, July 27, 2013

MINGGU BIASA XVII C/1

MINGGU BIASA KE-17 THN C/1

Kej.18,20-32; Kol.2,12-14; Luk.11,1-13
Komunitas Frateran BHK Malang

Renungan
Dalam beberapa aksi perburuan terhadap kelompok teroris yang dilakukan pasukan densus 88 kita menyaksikan betapa pasukan itu amat hati-hati. Sebelum mengepung biasanya pasukan densun 88 antiteror melakukan pengintaian yang cermat. Tujuannya untuk memastikan sasaran yang tepat dan menghindari terjadinya kesalahan yang membawa korban pada masyarakat sipil di lokasi persembunyian orang yang diduga teroris. Dalam kenyataannya, meskipun sudah diupayakan pengintaian tetap saja ada warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban.

Suatu ketika, sorang guru menghukum semua warga sekelas ketika didapati ruangan kelas yang kotor. Semua warga kelas harus mengikuti pelajaran dalam posisi berlutut. Ada sebagian siswa yang protes atas keputusan sang guru karena sesungguhnya hari itu yang bertugas membersihkan kelas adalah Andre dan Bernadet. Warga kelas mendapat hukuman hanya karena dua teman mereka lalai menjalankan tugas membersihkan rungan kelas.

Suatu ketika seorang pemimpin asrama terkejut karena Televisi yang ditempatkan di ruangan rekreasi sebuah asrama mengalami kerusakan dan tidak berfungsi. Pemimpin asrama itu dengan itikat yang baik mengumpulkan semua warga asrama untuk menanyakan dan memastikan warga yang merusakkan televisi itu. Ketika ditanya tidak seorang pun warga asrama yang mengaku sebagai pelakunya. Karena tidak ada yang mengaku, pemimpin asrama itu memberikan mereka hukuman massal. Semua mereka diharuskan mengumpulkan sejumlah uang untuk menggantikan televisi yang rusak.

Dari tiga contoh kasus di atas tampak jelas bahwa manusia cenderung mengorbankan yang lebih besar, lebih banyak hanya karena ada sebagaian kecil yang bersalah. Tampak hukuman terhadap sejumlah besar yang berbenar dilaksanakan hanya karena sejumlah kecil yang bersalah. Ini dan beginilah model dan cara manusia memberikan hukuman yang terkesan tidak seimbang, tidak proporsional.

Sungguh berbeda dengan cara Allah memberi hukuman. Kalau manusia menghukum banyak yang berbenar hanya karena ada sebagaian kecil yang bersalah sedangkan Tuhan justru membebaskan sejumlah besar yang bersalah hanya karena ada sejumlah kecil orang yang berbenar. Dalam bacaan pertama dikatakan, bahwa meskipun hanya 5 orang yang berbenar di kota Sodom dan Gomorah, seluruh warga kota itu tetap diluputkan. Saya kira, kalau Musa meneruskan pertanyaannya, maka meskipun hanya seorang yang berbenar, seluruh warga kota itu tetap diluputkan demi yang satu orang itu.

Betapa besarnya perbedaan antara sikap dan cara bertindak Allah dibandingkan dengan manusia. Kalau manusia bisa tega mengorbankan 99 orang benar demi menghukum satu orang bersalah sedangkan Allah, rela membebaskan 99 orang bersalah demi satu orang yang berbenar. Manusia lebih suka mengamankan 99 domba yang ada di dalam kandang dari pada harus meninggalkan 99 ekor itu hanya demi menemukan seekor yang hilang. Sebaliknya, Allah justru lebih menaruh perhatian pada seekor domba yang tidak ada dalam kandang untuk tetap memiliki 100 ekor domba.

Yang paling inti di sini adalah penghargaan terhadap orang-orang jujur. Allah begitu menghargai seorang yang jujur. Contoh yang paling jelas adalah karena pengorbanan satu orang yang jujur, Yesus Kristus, di kayu salib, maka seluruh dunia yang berdosa diselamatkan. Sebaliknya, manusia sangat sering mengabaikan orang jujur. Betapa sering rakyat suatu negara patuh-tunduk kepada seorang pemimpin yang korup, jahat dan tidak menghiraukan orang yang baik dan hidup dalam kebenaran.

Apakah memang harus demikian? Orang yang tidak mengenal penciptanya mungkin akan berkata: “Ya, begitu memang sikap manusia. Tidak mungkin sama seperti Allah”. Namun, kita yang telah mengenal Allah hendaklah tidak demikian. Kita percaya bahwa kita diciptakan menurut gambaran Allah. Kita adalah citra Allah. Jadi, sifat-sifat Allah yang mahabaik sebetulnya juga ada dalam diri kita, meski tidak sesempurna pada diri Allah. Karena itu, seperti Allah sendiri, kita pun sebetulnya bisa menghargai setiap orang yang benar dan jujur, dan tidak rela mengorbankannya hanya karena kesalahan orang lain.

Injil berbicara tentang doa. Dalam hal berdoa, kita manusia kadang-kadang tidak sadar atau tidak memahami betul apa yang kita minta dalam doa kita sehingga bisa jadi, hari ini kita minta satu hal, dan besoknya kita minta hal lain yang justru bertentangan dengan permintaan kemarin.

Seorang bapa berdoa kepada Allah dengan mendesak-desak. Karena merasa agak terganggu Allah lalu berjanji untuk mengabulkan tiga permintaan yang pertama sang bapa. Mendengar itu, tanpa pikir panjang langsung saja bapa itu meminta supaya istrinya yang sekarang dipanggil pulang ke surga supaya dia bisa kawin dengan wanita yang lebih berkenan di hatinya. Permohonan itu langsung dikabulkan.

Tetapi, pada saat pemakaman, dia begitu terharu melihat begitu banyak yang datang dan hampir semuanya memuji-muji istrinya yang sudah meninggal itu. Waktu itu baru dia sadar bahwa istrinya ternyata memiliki banyak sekali sifat-sifat yang mengagumkan. Maka, pada saat itu juga dia meminta kepada Allah untuk menghidupkan kembali istrinya itu. Istrinya itu pun hidup kembali.

Tinggal satu permintaan lagi. Dia sangat bingung; apakah dia meminta umur panjang, atau uang yang banyak atau kesehatan yang prima. Dia takut melakukan kesalahan lagi. Dia memutuskan untuk meminta nasihat Allah sendiri. Sambil tertawa Allah berkata, “Mintalah saja, supaya kamu puas dengan hidupmu apa pun adanya”.

Injil tadi mengisahkan pemberian doa ‘Bapa Kami’, doa Yesus sendiri. Inilah doa yang selalu cocok untuk segala waktu dan setiap kesempatan. Dalam kalimat-kalimatnya yang pendek dan sederhana, terkandung setiap aspek relasi kita dengan Bapa di Surga. Itulah doa yang paling sederhana, tetapi mengagumkan. Kalau seseorang sungguh menghidupinya, mempraktekkan setiap frase yang terkandung di dalamnya dalam kehidupannya sehari-hari, maka hampir pasti dia akan menjadi sempurna seperti yang dikehendaki Bapa di Surga.

Dalam doa ini Yesus juga mengajarkan kita apa-apa yang paling penting untuk kehidupan kita, yang perlu kita minta kepada Allah, yaitu: (1) Roti, pertama-tama untuk hari ini. Jangan dulu mencemaskan makanan untuk besok, kalau untuk hari ini belum ada, (2) Sikap mengampuni sesama agar kita pun diampuni Tuhan, (3) Kesanggupuan untuk mengatasi godaan dalam berbagai macam bentuknya, dan (4) Pembebasan dari yang jahat. Marilah kita memupuk sikap doa yang benar, dengan mencontohi doa Yesus sendiri. Amin

No comments:

Post a Comment