Wednesday, September 21, 2016

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-26



HARI MINGGU BIASA XXV THN.C2  18  SEPTEMBER 2016
Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13
Paroki Langke Majok dan Stasi Watu Wohe

Buka
Marilah kita serahkan seluruh rencana kerja kita seminggu ke depan  dalam bimbingan agar kita bekerja secata benar, jujur, dan adil. Kita memohonkan kekuatan Tuhan agar kita mampu hidup dan bekerja demi kebaikan diri sendiri dan kebaikan sesama dalam semangat kejujuran. Kita akui kelemahan kita seandainya ketidakjujuran mewarnai perjuangan  hiudp kita.
Renungan
Andaikan pada saat ini Tuhan datang kepada setiap kita dan tanyakan kepada kita, Anda mau hidup berapa tahun lagi, apa jawaban kita? Saya yakin setiap kita akan menentukan angka yang paling tinggi. Kita inginkan hidup kita lebih lama.  Seandainya juga saat ini malaikat maut datang kepada kita dan membawa 50 jenis penyakit yang akan membuat kita cepat mati, dan kita diminta untuk memilih, kita akan memilih berapa penyakit?
Saya yakin kita tidak akan mau memilih satu pun dari penyakit yang ditawarkan itu. Mengapa kalau tawaran tambah usia manusia melilih angka tertinggi dan kalau ditawari penyakit tidak mau memilih? Jawabannya karena semua orang menginginkan semua hal yang menguntungkan dirinya. Semua manusia, semua kita inginkan yang terbaik untuk diri sendiri dan kalau boleh semua yang buruk itu menjadi milik orang lain dan menimpa orang lain. Keinginan, untuk mementingkan diri itu pada akhirnya menentukan perilaku dan tingkah laku manusia. Orang yang mau mencari keuntungan diri sendiri cenderung melakukan manipulasi atau menipu, memalsukan segala hal.
Masih segar dalam ingatan kita bahwa sekarang ini di mana-mana orang berhadapan dengan perilaku dan tindakan yang bernuansa kepalsuan. Ada vaksin palsu, obat palsu, ijazah palsu, kuitansi palsu, surat perjalanan dinas palsu, tanda tangan palsu, KTP palsu, polisi palsu, hakim palsu, tentara palsu, bupati palsu, kepada desa palsu, sertifikat tanah palsu, rambut palsu, gigi palsu, dan masih bisa ditambahkan dengan palus-palsu lainnya. Kalau semuanya palsu maka kita akan bertemu dengan manusia palsu dengan tingkah laku yang serba palsu. Segala bentuk kekerasan dan tindakan tidak terpuji sesungguhnya lahir dari hidup yang penuh dnegan kepalsuan.
Model kepalsuan hidup manusia itu digambarkan dalam tiga bacaan yang kita dengar hari ini. Dalam bacaan pertama kita dendengarkan bagaimana Nabi Amos mengangkat kisah tentang praktih hidup manusia semasa Amos tampil sebagai nabi. Amos melihat praktik hidup yang tidak terpunji, cara hidup yang penuh penipuan dan kepalsuan. Amos mengangkat kisah dunia bisnis, dunia perdagangan yang jauh dari kejujuran. Banyak orang yang terpaksa haknya dinjak-injak karena perilaku sesamanya yang tidak jujur. Nabi Amos mengamati bahwa dalam dunia perdagangan masa itu banyak yang bertindak palsu. Ukuran dan takaran dimanipulasi biar mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Kepalsuan yang paling jelas dalam hidup manusia sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang adalah mempermainkan angka, memanipulasi angka. Dan itu bukan hanya dunia bisnis tetapi juga merambat ke dunia politik. Akibatnya, orang tidak akan menaruh hormat kepada orang seperti itu. Kejujuran adalah kebajikan yang paling mahal harga dalam kehidupan manusia. Orang jujur dihormati, penipu akan ditinggalkan. Nubuat nabi Amos hari ini mengingatkan kita akan aneka kepalsuan dalam hiudp manusia zaman ini. Dalam bacaan pertama tadi kita mendengar  orang bertanya, “kapan bulan Sabat berlalu, supaya kita boleh berdagang terigu; kita akan memperkecil takaran, menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu; kita akan membeli orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut; kita akan menjual terigu tua.  Sikap Tuhan terhadap orang seperti ini jelas.  “Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!”
Bacaan kedua mengingatkan kita manusia agar mengusahakan hidup yang aman dan tenteram dalam kesalehan dan kehormatan. Kesalehan dan kehormatan adalah jaminan terbaik untuk berkenan kepada Allah.
Tidak mudah orang mengusahan kebaikan dan kehormatan untuk diri dan hidupnya. Mengapa? Karena keinginan manusia tidak terbatas baik itu itu keinginan untuk berkuasa maupun keinginan untuk memiliki segalanya. Lebih dari itu, kepalsuan dan manipulasi umunya lahir ketika orang hanya mau mencari yang gampang. Menggampangkan segala hal akan membaw aorang pada perilaku yang tidak jujur dan tidak adil. Kisah Injil versi Lukas hari ini juga memberikan kita gambaran bahwa penipuan dan pemalsuan terjadi ketika orang terdesak untuk menyelematkan dirinya sendiri, terdesak untuk mencari gampang.
Dari Injil  kita mendapat kesan bahwa bendahara yang terancam  dipecat oleh tuannya menampilkan dua sikap yang seolah-olah berbuat baik tetapi sesungguhnya dia memanipulasi untuk pentingan dirinya. Kesannya, ia menjadi orang yang murah hati, dengan berusahan memainkan angka atau kuitasi utang. Kesannya, seolah-olah ia aberbelas kasih dan mau menolong orang yang bertang tetapi sesungguhnya dia mau mendapatkan keuntungan.  Dia tahu diri bahwa dia orang bermental enak, tidak mau bekerja keras, dan malu melakukan pekerjaan yang halal. Karena mau mencari gampang ia memotong (pele) angka biar sebagiannya dihadikan miliknya.  Kasus-kasus korupsi para pejabat zaman ini juga mitip-mirip dengan perilaku mantan benadara dalam injil tadi. Praktik mark up anggaran, proyek, memainkan angka kuitasi dan nota belanja tetap menjadi penyakit kronis masyarakat kita saat ini.
Yang buruk dari bendahara itu adalah caranya ia mengatasi kesuli­tannya. Untuk mengatasi kesulitannya ia menempuh jalan yang tidak jujur, jalan yang tidak halal. Ia membuat kontrak tipuan/palsu dengan tuan/majikan dari teman‑temannya. Ia membonceng pada orang lain, mengadakan kolusi dengan mereka. Ia mengeruk untung dari teman‑temannya. Dalam surat kontrak dari teman‑temannya tertulis misalnya 100 tempayan minyak, namun dalam surat kontrak palsu tertulis hanya 50 tempayan. Dengan demikian ia mendapat untung 50 tempayan. Dalam surat temannya yang lain tertulis 100 pikul gandum, namun dalam surat kontrak palsu tertulis 80 pikul. Dengan demikian ia memperoleh untung 20 pikul gandum.
Keburukan dari bendahara itu adalah bahwa ia memaksa teman‑temannya untuk membuat tipuan, dan dengan itu pula ia menipu majikannya sehingga ia mendapat untung yang besar.
Apa aplikasi dari tingkah laku si bendahara ini untuk kita?
Pertama, bekerjalah dan berusah seuat tenaga dalam kesulitan. Kesulitan harus kita hadapi dengan usaha dan perjuangan. Hidup kita manusia bukan tanpa kesulitan.   Mengatasi pelbagai kesulitan yang ada, manusia harus bekerja, berjuang, mencari pelbagai jalan untuk keluar dari kesulitan yang ada. Di dalam Kitab Mazmur kita mendengar tentang nilai perjuan­gan manusia. "Orang‑orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak‑sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak‑sorai" (Mzm 126:5‑7).
Untuk mengatasi kesulitan apa saja, manusia harus bekerja mena­burkan benih, mengolah tanah. Ia harus berjuang, mencucurkan air mata. Ia harus mengalami penderitaan. Tidak ada kesulitan yang dapat diatasi tanpa usaha, tanpa korban atau penderitaan. Dalam kenyataan, hanya orang yang bersusah payah dapat berhasil baik di dalam hidupnya. Orang yang dengan susah payah berjuang, berhasil dalam hidupnya, karena orang seperti itulah yang dikasihi Tuhan.  Hubungan baik dengan Allah ditentukan oleh pekerjaan. Orang punya hubungan baik dengan Tuhan kalau ia bekerja. Dan pekerjaan orang seperti itu berhasil karena dalam usaha dan perjuangannya bukan ia sendiri yang bekerja, melainkan ia bekerja sama dengan Allah.   Keadaan kita yang sulit, pulih kembali karena campur tangan Allah sendiri "yang melakukan perkara besar kepada kita". Inilah usaha yang pertama, yakni mengatasi kesulitan lewat per­juangan yang keras. Kita bekerja keras, namun bekerja sama dengan Allah. Hanya dengan itu manusia bebas dari kepalsuan dan manipulasi
Kedua, bekerja dan berusaha dengan baik dan secara baik! Perjuangan dan usaha untuk mengatasi kesulitan mesti halal, mesti baik dan benar. Tidak semua usaha dan perjuangan manusia baik dan benar. Sekali­pun manusia mau mengatasi pelbagai kesulitan dalam hidupnya, namun apa yang dibuat untuk itu tidak seluruhnya baik secara moral. Inilah yang dilakukan oleh bendahara di dalam Injil. Memang ia mau mengatasi kesulitannya, namun cara yang dipakai untuk itu sama sekali tipuan, tidak dapat dibenarkan. Terhadap siapa saja yang menghalalkan segala cara untuk mengatasi kesulitan hidupnya, Tuhan sendiri bersumpah untuk memperhatikan mereka setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu. "Dengar­lah ini, kamu yang menginjak‑injak orang miskin, dan yang membi­nasakan orang sengsara di negeri ini ... Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatanmu itu." Kalau kita berbuat sesuatu yang tidak benar, tidak jujur, maka Tuhan akan membalas setimpal dengan kejahatan yang kita lakukan.
"Barang siapa setia dalam perkara‑perkara kecil, ia setia juga dalam perkara‑perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara‑perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara‑perkara besar." Kesalahan kita di dalam hal‑hal yang besar justru datang dari kita sendiri yang lalai dalam hal‑hal kecil. Kehidupan dan perjuangan kita berhasil di dalam Tuhan dan dengan Tuhan sendiri. Karena itu, kata Santu Agustinus, "Dengarlah, hai manusia, janganlah berjalan ikut manusia, tetapi ikutilah Tuhan yang membuat manu­sia.   Semoga Firman Tuhan hari ini menyadarkan kita sekaligis memberi motivasi kepada kita untuk berjuang mempertahankan hiudp dengan kerja yang jujur, tanpa manipulasi. Semoga

Di museum perahu Galilea

No comments:

Post a Comment