HARI MINGGU
BIASA XXV THN.C2 18 SEPTEMBER 2016
Am 8:4-7; 1Tim 2:1-8; Luk 16:1-13
Paroki Langke
Majok dan Stasi Watu Wohe
Buka
Marilah kita serahkan seluruh rencana kerja kita
seminggu ke depan dalam bimbingan agar
kita bekerja secata benar, jujur, dan adil. Kita memohonkan kekuatan Tuhan agar
kita mampu hidup dan bekerja demi kebaikan diri sendiri dan kebaikan sesama
dalam semangat kejujuran. Kita akui kelemahan kita seandainya ketidakjujuran
mewarnai perjuangan hiudp kita.
Renungan
Andaikan pada saat ini Tuhan datang kepada setiap kita dan tanyakan kepada kita, Anda mau hidup berapa tahun lagi, apa jawaban kita? Saya yakin setiap kita akan menentukan angka yang paling tinggi. Kita inginkan hidup kita lebih lama. Seandainya juga saat ini malaikat maut datang kepada kita dan membawa 50 jenis penyakit yang akan membuat kita cepat mati, dan kita diminta untuk memilih, kita akan memilih berapa penyakit?
Andaikan pada saat ini Tuhan datang kepada setiap kita dan tanyakan kepada kita, Anda mau hidup berapa tahun lagi, apa jawaban kita? Saya yakin setiap kita akan menentukan angka yang paling tinggi. Kita inginkan hidup kita lebih lama. Seandainya juga saat ini malaikat maut datang kepada kita dan membawa 50 jenis penyakit yang akan membuat kita cepat mati, dan kita diminta untuk memilih, kita akan memilih berapa penyakit?
Saya
yakin kita tidak akan mau memilih satu pun dari penyakit yang ditawarkan itu.
Mengapa kalau tawaran tambah usia manusia melilih angka tertinggi dan kalau
ditawari penyakit tidak mau memilih? Jawabannya karena semua orang menginginkan
semua hal yang menguntungkan dirinya. Semua manusia, semua kita inginkan yang
terbaik untuk diri sendiri dan kalau boleh semua yang buruk itu menjadi milik
orang lain dan menimpa orang lain. Keinginan, untuk mementingkan diri itu pada
akhirnya menentukan perilaku dan tingkah laku manusia. Orang yang mau mencari
keuntungan diri sendiri cenderung melakukan manipulasi atau menipu, memalsukan
segala hal.
Masih
segar dalam ingatan kita bahwa sekarang ini di mana-mana orang berhadapan
dengan perilaku dan tindakan yang bernuansa kepalsuan. Ada vaksin palsu, obat
palsu, ijazah palsu, kuitansi palsu, surat perjalanan dinas palsu, tanda tangan
palsu, KTP palsu, polisi palsu, hakim palsu, tentara palsu, bupati palsu,
kepada desa palsu, sertifikat tanah palsu, rambut palsu, gigi palsu, dan masih
bisa ditambahkan dengan palus-palsu lainnya. Kalau semuanya palsu maka kita akan
bertemu dengan manusia palsu dengan tingkah laku yang serba palsu. Segala
bentuk kekerasan dan tindakan tidak terpuji sesungguhnya lahir dari hidup yang
penuh dnegan kepalsuan.
Model
kepalsuan hidup manusia itu digambarkan dalam tiga bacaan yang kita dengar hari
ini. Dalam bacaan pertama kita dendengarkan bagaimana Nabi Amos mengangkat
kisah tentang praktih hidup manusia semasa Amos tampil sebagai nabi. Amos
melihat praktik hidup yang tidak terpunji, cara hidup yang penuh penipuan dan
kepalsuan. Amos mengangkat kisah dunia bisnis, dunia perdagangan yang jauh dari
kejujuran. Banyak orang yang terpaksa haknya dinjak-injak karena perilaku
sesamanya yang tidak jujur. Nabi Amos mengamati bahwa dalam dunia perdagangan
masa itu banyak yang bertindak palsu. Ukuran dan takaran dimanipulasi biar
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Kepalsuan
yang paling jelas dalam hidup manusia sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang
adalah mempermainkan angka, memanipulasi angka. Dan itu bukan hanya dunia
bisnis tetapi juga merambat ke dunia politik. Akibatnya, orang tidak akan
menaruh hormat kepada orang seperti itu. Kejujuran adalah kebajikan yang paling
mahal harga dalam kehidupan manusia. Orang jujur dihormati, penipu akan
ditinggalkan. Nubuat nabi Amos hari ini mengingatkan kita akan aneka kepalsuan
dalam hiudp manusia zaman ini. Dalam bacaan pertama tadi kita mendengar orang bertanya, “kapan bulan Sabat berlalu, supaya kita boleh berdagang terigu; kita akan
memperkecil takaran, menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu; kita akan membeli
orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut; kita
akan menjual terigu tua. Sikap Tuhan
terhadap orang seperti ini jelas. “Aku
tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!”
Bacaan kedua
mengingatkan kita manusia agar mengusahakan hidup yang aman dan tenteram dalam
kesalehan dan kehormatan. Kesalehan dan kehormatan adalah jaminan terbaik untuk
berkenan kepada Allah.
Tidak mudah
orang mengusahan kebaikan dan kehormatan untuk diri dan hidupnya. Mengapa?
Karena keinginan manusia tidak terbatas baik itu itu keinginan untuk berkuasa
maupun keinginan untuk memiliki segalanya. Lebih dari itu, kepalsuan dan
manipulasi umunya lahir ketika orang hanya mau mencari yang gampang. Menggampangkan
segala hal akan membaw aorang pada perilaku yang tidak jujur dan tidak adil.
Kisah Injil versi Lukas hari ini juga memberikan kita gambaran bahwa penipuan
dan pemalsuan terjadi ketika orang terdesak untuk menyelematkan dirinya
sendiri, terdesak untuk mencari gampang.
Dari
Injil kita mendapat kesan bahwa
bendahara yang terancam dipecat oleh
tuannya menampilkan dua sikap yang seolah-olah berbuat baik tetapi sesungguhnya
dia memanipulasi untuk pentingan dirinya. Kesannya, ia menjadi orang yang murah
hati, dengan berusahan memainkan angka atau kuitasi utang. Kesannya,
seolah-olah ia aberbelas kasih dan mau menolong orang yang bertang tetapi
sesungguhnya dia mau mendapatkan keuntungan.
Dia tahu diri bahwa dia orang bermental enak, tidak mau bekerja keras,
dan malu melakukan pekerjaan yang halal. Karena mau mencari gampang ia memotong
(pele) angka biar sebagiannya dihadikan miliknya. Kasus-kasus korupsi para pejabat zaman ini
juga mitip-mirip dengan perilaku mantan benadara dalam injil tadi. Praktik mark
up anggaran, proyek, memainkan angka kuitasi dan nota belanja tetap menjadi
penyakit kronis masyarakat kita saat ini.
Yang
buruk dari bendahara itu adalah caranya ia mengatasi kesulitannya. Untuk
mengatasi kesulitannya ia menempuh jalan yang tidak jujur, jalan yang tidak
halal. Ia membuat kontrak tipuan/palsu dengan tuan/majikan dari teman‑temannya.
Ia membonceng pada orang lain, mengadakan kolusi dengan mereka. Ia mengeruk
untung dari teman‑temannya. Dalam surat kontrak dari teman‑temannya tertulis
misalnya 100 tempayan minyak, namun dalam surat kontrak palsu tertulis hanya 50
tempayan. Dengan demikian ia mendapat untung 50 tempayan. Dalam surat temannya
yang lain tertulis 100 pikul gandum, namun dalam surat kontrak palsu tertulis
80 pikul. Dengan demikian ia memperoleh untung 20 pikul gandum.
Keburukan
dari bendahara itu adalah bahwa ia memaksa teman‑temannya untuk membuat tipuan,
dan dengan itu pula ia menipu majikannya sehingga ia mendapat untung yang
besar.
Apa
aplikasi dari tingkah laku si bendahara ini untuk kita?
Pertama,
bekerjalah dan berusah seuat tenaga dalam kesulitan. Kesulitan harus kita
hadapi dengan usaha dan perjuangan. Hidup kita manusia bukan tanpa kesulitan. Mengatasi
pelbagai kesulitan yang ada, manusia harus bekerja, berjuang, mencari pelbagai
jalan untuk keluar dari kesulitan yang ada. Di dalam Kitab Mazmur kita
mendengar tentang nilai perjuangan manusia. "Orang‑orang yang menabur
dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak‑sorai. Orang yang berjalan
maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak‑sorai"
(Mzm 126:5‑7).
Untuk
mengatasi kesulitan apa saja, manusia harus bekerja menaburkan benih, mengolah
tanah. Ia harus berjuang, mencucurkan air mata. Ia harus mengalami penderitaan.
Tidak ada kesulitan yang dapat diatasi tanpa usaha, tanpa korban atau
penderitaan. Dalam kenyataan, hanya orang yang bersusah payah dapat berhasil
baik di dalam hidupnya. Orang yang dengan susah payah berjuang, berhasil dalam
hidupnya, karena orang seperti itulah yang dikasihi Tuhan. Hubungan baik dengan Allah ditentukan oleh
pekerjaan. Orang punya hubungan baik dengan Tuhan kalau ia bekerja. Dan
pekerjaan orang seperti itu berhasil karena dalam usaha dan perjuangannya bukan
ia sendiri yang bekerja, melainkan ia bekerja sama dengan Allah. Keadaan
kita yang sulit, pulih kembali karena campur tangan Allah sendiri "yang
melakukan perkara besar kepada kita". Inilah usaha yang pertama, yakni
mengatasi kesulitan lewat perjuangan yang keras. Kita bekerja keras, namun
bekerja sama dengan Allah. Hanya dengan itu manusia bebas dari kepalsuan dan
manipulasi
Kedua,
bekerja dan berusaha dengan baik dan secara baik! Perjuangan dan usaha untuk
mengatasi kesulitan mesti halal, mesti baik dan benar. Tidak semua usaha dan
perjuangan manusia baik dan benar. Sekalipun manusia mau mengatasi pelbagai
kesulitan dalam hidupnya, namun apa yang dibuat untuk itu tidak seluruhnya baik
secara moral. Inilah yang dilakukan oleh bendahara di dalam Injil. Memang ia
mau mengatasi kesulitannya, namun cara yang dipakai untuk itu sama sekali
tipuan, tidak dapat dibenarkan. Terhadap siapa saja yang menghalalkan segala
cara untuk mengatasi kesulitan hidupnya, Tuhan sendiri bersumpah untuk
memperhatikan mereka setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu.
"Dengarlah ini, kamu yang menginjak‑injak orang miskin, dan yang membinasakan
orang sengsara di negeri ini ... Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya
segala perbuatanmu itu." Kalau kita berbuat sesuatu yang tidak benar,
tidak jujur, maka Tuhan akan membalas setimpal dengan kejahatan yang kita
lakukan.
"Barang
siapa setia dalam perkara‑perkara kecil, ia setia juga dalam perkara‑perkara
besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara‑perkara kecil, ia tidak benar
juga dalam perkara‑perkara besar." Kesalahan kita di dalam hal‑hal yang
besar justru datang dari kita sendiri yang lalai dalam hal‑hal kecil. Kehidupan
dan perjuangan kita berhasil di dalam Tuhan dan dengan Tuhan sendiri. Karena
itu, kata Santu Agustinus, "Dengarlah, hai manusia, janganlah berjalan ikut
manusia, tetapi ikutilah Tuhan yang membuat manusia. Semoga
Firman Tuhan hari ini menyadarkan kita sekaligis memberi motivasi kepada kita
untuk berjuang mempertahankan hiudp dengan kerja yang jujur, tanpa manipulasi.
Semoga
Di museum perahu Galilea
No comments:
Post a Comment