Saturday, June 1, 2013

PESTA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

Pesta Tubuh dan Darah Kristus 2 Juni 2013
Kej.14,18-20; 1Kor.11,23-26; Luk.9,11b-17
Gereja Paroki Maria Diangkat ke Surga Leli, Malang


Buka

Perayaan Ekaristi itu adalah perayaan perjumpaan kita dengan Tuhan yang telah memberikan diri dan hidup-Nya untuk kita. Perayaan Ekaristi adalah perayaan kerelaan Tuhan untuk berbagi kepada kita manusia. Yesus memberi tubuh dan darah-Nya agar kita belajar memberikan diri kita untuk kepentingan banyak orang. Panggilan kemuridan kita dalam konteks injil hari ini boleh dikatakan sebagai panggilan untuk menjadi sepotong roti atau seekor ikan yang siap digandakan dan dibagikan kepada orang lain. Kita bersoa memohonkan rahmat Tuhan agar kekuatan Tubuh dan Darah-Nya yang diberikan kepada kita dan yang kita terima membantu kita untuk belajar memberi. Sekian sering kita lebih banyak menunggu menerima dan enggan untuk berinisiatif meberi dan berbagi. Itulah kelemahan yang harus kita akui pada awal perayaan misa hari raya Tubuh dan Darah Kristus ini.


Renungan
Kalau kita mencermati kehidupan kita, maka tampak jelas bagi kita bahwa dari dahulu sampai sekarang, bahkan sampai kapun pun manusia selalu sibuk melakukan segala sesuatu. Kesibukan itulah yang membuat ruas-ruas jalan macet, pasar-pasar ramai, supermaket dan pusat-pusat perbelanjaan penuh dengan manusia. Manusia tampaknya selalu bergerak di mana-mana dan bergerak ke mana-mana. Andaikan kita renungan sejenak segala macam kesibukan itu, maka kita akan menemukan alasan yang paling utama dari segala macam kesibukan manusia. Tampaknya ada bagian tubuh kita manusia yang memaksa kita untuk terus sibuk dan sibuk terus. Bagian mana dari tubuh manusia yang membuat kita harus sibuk dari waktu ke waktu bahkan sepanjang waktu? Tanpa kita sadari ternyata pikiran dan otak kita bukan lagi yang mengendalikan kesibukan kita. Bagian tubuh manusia yang mengendalikan kesibukan adalah perut kita. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan makan minum tampaknya menjadi asalan utama dan pertama untuk setiap model kesibukan kita manusia.

Orang sibuk di mana-mana dan sibuk ke mana-mana pada akhirnya kalau ditanya mengapa sibuk jawabannya adalah untuk mempertahankan hidup. Upaya mempertahankan hidup untuk manusia pasti merujuk pada pemenuhan kebutuhan perut berkaitan dengan makan minum. Dengan ini jelaslah bagi kita bahwa orang sibuk untuk mendapatkan makan minum, juga jelas bagi kita orang tidak mungkin bisa sibuk tanpa makan minum. Jadi, logika kehidupan manusia bisa dirumuksan demikian: sibuk untuk mendapatkan makan minum dan makan minim untuk menjalankan kesibukan. Sederhananya, orang bisa bekerja supaya mendapatkan makanan dan dengan makanan orang bisa bekerja dengan baik. Dari jalan pikiran seperti ini juga menjadi jelas bagi kita bahwa makanan adalah kehidupan. Tanda orang hidup adalah membutuhkan makanan. Kehidupan ditentukan oleh jenis makanan. Lama atau singkatnya kehidupan seseorang juga ditentukan oleh jenis makanan dan minuman. Diet dan menu makanan itu hanya untuk orang yang masih hidup dan ditentukan dalam rangka mempertahankan dan memperpanjang kehidupan. Dan, kenyataan hidup setiap hari membuktikan kepada kita bahwa dalam pelbagai jenis kegiatan biaya yang paling besar biasanya berkaitan dengan perkara makan minim.

Firman Tuhan yang diperdengarkan untuk kita dalam bacaan hari ini memang tidak secara langsung berbicara tentang pesta yang dilengkapi acara makan minum. Bacaan hari ini mempersoalkan makan minum bukan dalam konteks pesta melainkan makan minum dalam konteks misi perutusan atau misi pewartaan tentang keterlibatan Allah pada dimensi yang paling hakiki dari kehidupan manusia. Perbedaaan konteks inilah yang memungkinkan wacana makan minum itu dibahasakan secara metaforik dalam simbol makan minum yang biasa Dalam konteks kehidupan masyarakat Yahudi. Roti dan anggur yang diwacanakan dalam bacaan-bacaan hari ini mengacu pada konsep makan minum. Melalui bacaan pertama, kita mendengarkan kisah bagaimana Imam Melkisedekh mempersembahkan roti dan anggur sekaligus memberkati Abram. Kisah itu membuktikan secara meyakinkan bahwa Abram dihidupi, dibekali, disemangati, ditenagai kembali oleh kekuatan makanan yang dipersembahkan imam agung Melkisedekh. Tindakan imam Melkisedekh ini membawa konsekuensi yang luar biasa pada dan kehidupan diri Abram. Abram yang dihidupi dan dijamin Allah harus membalas kebaikan keramahtamahan serta kemurahan hati Imam Melkisedekh itu dengan menyerahkan sebagian rampasan dan jarahan kepada imam agung itu.

Perkara makan minum dalam pengertian yang metaforik seperti ini dipertegas lagi dalam pewartaan Santu Paulus dalam Suratnya kepada jemaat Korintus tadi. Paulus mengangkat salah satu segmen kisah perihal aneka peruabahan dan pengalaman pribadinya. Paulus secara pribadi telah mengalami betapa Tuhan telah menghidupinya secara spiritual dalam episode pertobatannya. Pengalaman pribadi itulah yang Paulus teruskan kepada para pengikut Kristus. Karena itu, secara amat drmatis Paulus berkata: Saudara-saudara, apa yang telah kuterima dari Tuhan, kuteruskan kepadamu. Apa yang mau diteruskan Paulus itu? Hal yang mau diteruskan Paulus adalah pengalaman puncak perutusan Putra manusia yang memberi kehidupannya untuk manusia. Memberikan kehidupan bukan lagi dalam pengertian metaforik tetapi memberikan dirinya, tubuh dan darahnya untuk menjamin kelangsungan hidup dan perjuangan manusia. Paulus melandaskan pewartaannya itu dengan menukil episode puncak penyerahan diri Yesus. Ia mengangkat dan mewacanakan kembali segmen kisah perjamuan malam terakhir. Bagi Paulus, segmen puncak penyerahan diri Yesus haruslah menjadi kenangan abadi untuk semua orang yang percaya. Logika berpikir Paulus sederhana saja. Mau mengingat Tuhan berarti harus melaksanakan semua pesannya. Dimensi memorial atau dimensi peringatan akan Tuhan harus dan mesti mewarnai praktik hidup manusia yang rela berbagi tanpa merasa cemas akan kekurangan, rela memberi tanpa merasa cemas akan kehabisan. Memberi tanpa takut akan merasa kurang dan berbagi tanpa takut akan kehabisan adalah cara berbagi dan cara memberi yang harus menjiwai tindakan pemberian manusia. Model berbagi dan model memberi yang Yesus tunjukanadalah model yang mesti dan harus dilanjutkan para pengikut-Nya.

Kerelaan berbagi tanpa merasa kekurangan atau memberi tanpa merasa kehabisan adalah berita besar sekaligus menjadi tugas mulia untuk semua orang yang percaya. Santo Lukas dalam penggalan injil hari ini pada dasarnya mewacanakan suatu konsep yang berkaitan dengan urusan bagi membagi makanan. Perikop injil hari ini secara tegas menyatakan efek yang luar biasa dari tindakan berbagi itu. Ada kondisi yang menyenangkan atau menggembirakan sebagai puncak yang menggambarkan buah dari tindakan memberi dan bergai itu. Merasa kenyang adalah kondisi yang secara analogis mengacu pada keadaan kehidupan seseroang yang berkelimpahan dan berkecukupan. Kenyang adalah bahasa kehidupan karena dalam kondisi kenyang orang bergembira dan memungkinkannya untuk melakukan sesuatu.

Kondisi kenyang sebagai tanda kelimpahan dan kecukupan adalah keadaan yang dibangun atau dirajut oleh aneka tindakan sebelumnya. Kenyang itu adalah keadaan atau kondisi sesaat yang didahului dengan aneka hal sebagai prakondisi. Ribuan orang kenyang seperti yang dinarasikan Lukas dalam injil hari ini, hanyalah satu titik yang dihasilkan dari sederetan aktivitas dan sikap Yesus yang berinteraksi dengan para murid-Nya serta bersama ribuan orang yang mau mendengarkan pewartaan-Nya. Pewartaaan Yesus tergolong sukses luar biasa. Buktinya dalam tempo singkat ribuan orang telah mengikuti Dia. Andaikan waktu itu ada isu tentang pemilihan bupati atau walikota dan Yesus ikut sebagai calon independen, tentu Yesus akan keluar sebagai pemenang tunggal karena lima ribu orang pasti memilih-Nya.

Merasa kenyang biasanya terjadi kalau orang telah mendapat banyak dan makan banyak. Logislah rasanya kalau banyak orang yang kenyang itu artinya persediaaan makanan itu pasti banyak. kalau persediaaanya banyak maka logis pula kalau orang berpikir pasti seksi konsumsi itu banyak orang. Apa yang digambarkan dalam penggalan injil hari ini justru bertolak belakang dengan logika kehidupan biasa. Banyak orang kenyang dalam logika Yesus bukan terutama karena banyaknya persediaan makanan yang membuat orang kenyang. Jumlah atau takaran kuantitatif bagi Yesus bukanlah hal paling penting yang memungkinkan orang kenyang. Hal pokok yang membuat orang merasa kenyang dalam konteks pewartaan Yesus adalah sikap yang rela memberi untuk berbagi dengan orang lain. Sikap yang rela memberi dan mau berbagi dengan orang lain akan membawa dampak yang luar biasa kepada orang yang menerimanya. Kerelaaan berbagi dengan senang hati itulah yang menjadi resep atau kata kunci yang membuat ribuan orang merasa kenyang setelah menerima pembagian roti.

Mukjizat perbanyakan roti dalam injil tadi diajalin dari sederetan sikap rela memberi. Ketika hari sudah malam para murid meminta Yesus supaya segera menyuruh ribuan orang itu pergi mencari penginapan dan makan masing-masing. Mendengar itu, dalam hati Yesus muncul rasa dan keinginan untuk memberi tumpangan dan makanan kepada ribuan orang itu. Hal itu nyata dalam jawaban Yesus katanya: Tidak, tidak perlu mereka disuruh pergi karena kamu harus memberi mereka makan. Yesus menekankan aspek dan kata memberi. Pada saat seperti itu, pikiran dan hati para murid justru tertutup rapat karena mereka membayangkan kesulitan memberi makanan kepada ribuan orang. Dalam kondisi serba terbatas dan kekurangan manusia biasanya cenderung ingat diri. Saat itu kerelaan memberi itu hilang dari para murid.karena mereka masih terikat pada perhitungan matematis, tentang jumlah orang yang harus diberi makanan. Dalam proses itu terjadi kejutan pada diri para murid. Dalam nada datar dan pesimis para murid berkata: yang ada pada kami paling-paling 5 roti dan 2 ekor ikan. Kata-kata para murid itu adalah bahasa putus asa dan sering terjadi dalam hidup kita manusia. Dalam kondisi seperti itu hendak mengajarkan dan menunjukkan kepada mereka cara memberi yang membuat pemberian tidak akan kehabisan. Hal itu memang terbukti luar biasa. Lima roti dan dua ekor ikan yang dalam pandangan manusia itu tidak ada artinya justru bagi Yesus sangat berarti. Roti dan ikan yang terbatas itu dilipagandakan hanya kalau orang membaginya secara tulus dan dalam kerelaaan. Pertama Yesus memberikan roti itu dengan senang hati tanpa merasa kurang kepada para murid. Pengalaman menerima pemberian Yesus yang demikian simpatik itu memberi inspirasi kepada para murid untuk berlaku dan bertindak secara sama kepada siapa saja mereka memberikan roti itu. Semua murid membagi dengan rela tanpa merasa kurang. Situasi seperti itulah yang menguasai ribuan orang untuk membagi, memberi roti itu kepada satu sama lain. Sikap itulah yang menjadikan roti dan ikan itu selalu cukup bahkan berkelebihan. Telapak dan genggaman tangan Yesus yang terbuka secara penuh saat memberi roti kepada para murid untuk dibagikan mengjarkan para murid untuk memberi dengan cara yang sama. Telapak tangan dan para murid yang terbuka saat membagikan roti kepada orang lain memungkinkan mereka menerima lebih banyak lagi dari Tuhan. Saat berziarah ke Israel tahun lalu saya juga sempat berdoa di gereja perbanyakan Roti tadi. Di dalam gereja itu ada tempat yang dipagar dan Tulisan Mensa Christi (Meja Kristus). Tempat itu merupakan tempat lima roti dan dua ikan diletakan sebelum dibagikan. Gereja ituberdekatan dengan gereja delapan Sabda bahagia dan gereja Pengangkatan Petrus menjadi gembali. Tempat itu berada di sebelah utara danau Galiea dan jaraknya 3 km dari kota Kafernaum.

Hari ini kita merayakan Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Mengapa harus ada pesta seperti ini? Jawabannya, karena jiwa manusia membutuhkan makanan sebagaimana halnya badan dan fisik kita. Kalau kebutuhan fisk, tubuh jasmani kita dihidupi oleh makanan jasmani, maka jiwa kita membutuhkan makanan rohani yang secara simbolik hadir dalam ekaristi dalamnya kita menyambut tubuh dan darah Kristus. Yesus membagi dan memberi bukan sebatas kebutuhan fisik jasmani kita, melainkan memberi dan membagikan diri-Nya sendiri yang diimani hadir secara sakramental. Kalau dalam kisah perbanyakan Roti Yesus memberi roti dan ikan untuk kebutuhan fisik maka dalam pesta tubuh dan Darahnya hari ini atau dalam Ekaristi Yesus memberi dirinya secara penuh kepada kita yang mengimani dan mengamini-Nya.

Apa balasan kita, balasan Anda semua dan balasan saya terhadap kasih dan kebaikan Tuhan yang memberi hidup dan diri-Nya untuk kita? Jawabannya yang mungkin tepat untuk kita adalah belajar untuk memberi dalam kerelaan dan ketulusan. Tuhan sudah membekali kita semua dengan roti dan ikan dalam pelbagai bentuk talenta dan karunia dengan harapan agar kita bisa membagikannya kepada orang lain. Roti dan ikan kita adalah bakat-bakat kita, ilmu-ilmu kita, kebaikan-kebaikan kita, kelebihan kita. Semuanya itu akan terasa kurang jika kita gunakannya untuk diri kita sendiri. Semuanaya tidak akan berkembang kalau tetap berada dalam kepalan dan gengaman tangan kita.

Seorang Bapa namanya Pak Pelit. Suatu pagi ia melintas di bagian belakang rumah tetangganya. Pak Pelit tiba-tiba menghilang dan ternyata ia jatuh terjerumus ke dalam lubang sampah milik tetangga. Lubang sampah itu cukup dalam. Beberapa orang yang lewat di sana ingin menolong Pak Pelit. Tiga orang pertama meminta Pak Pelit untuk memberikan tangannya agar bisa ditarik keluar. Ayo, Pak BERI tanganmu biar kami menarikmu keluar. Pak Pelit tidak menanggapinya. Kemudian datang orang keempat. Ayo, Pak TERIMA tanganku biar aku manrikmu keluar. Pak Pelit menerima tangan orang itu dan ia berhasil ditarik dari lubang sampah. Ketiga orang sebelumnya heran mengapa Pak Pelit baru bereaksi kepada orang terakhir. Orang keempat itu menjalaskan. Anda bertiga salah memberi perintah kepada Pak Pelit. Anda meminta dia MEMBERI TANGAN KEPADAMU. Anda mesti tahu Pak Pelit itu seorang yang sulit MEMBERI. Karena itu dia tidak rela memberikan tangannya. Saya berhasil karena saya meminta Pak Pelit untuk MENERIMA dan itu cocok dengan sifatnya yang hanya mau MENERIMA.

Mukjizat perbanyakan Roti dalam injil tadi adalah mukjizat berkaitan dengan cara memberi. Bukan soal cara menerima. Yesus telah memberikan seluruh diri dan hidupnya untuk kita sebagai mukjizat tergaung dan termulia yang kita imani. Dia telah memberikan Tubuh dan Darah-Nya dalam ekaristi yang kita rayakan. Tujuannya agar kita belajar untuk memberi dari apa yang Tuhan berikan kepada kita melalui tugas panggilan kita. Sebagai pengikut Kristus hari ini dan di sini kita mendapat perintah dan amanat dari Yesus. Perintah Yesus singkat dan jelas: “KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN”. Sebagai orang beriman yang telah menerima Tubuh dan Darah Tuhan kita dipanggil untuk belajar dan menjadikan diri dan hidup kita sebagai pemberian kepada orang lain. Jika semangat itu ada dalam diri dan hidup kita… maka yakinlah hari ini, besok ,dan sepanjang hidup kita akan menjadi rentetan mukjizat memungkinkan semakin banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan. Marilah kita terus belajar untuk memberi dan Tuhan memberkati kita… Amin



cLaKeT, 21 Malang 2 Juni 2013
Rm. Bone Rampung, Pr

No comments:

Post a Comment