Sunday, June 9, 2013

MINGGU BIASA X THN C2

HARI MINGGU BIASA X Th.C/2 9 Juni 2013
1Raj 17:17 24; Gal 1:11 19; Luk 7:11 17
Paroki Lawang


Buka
Hari ini Tuhan melalui Firman-Nya menampilkan sederetan kisah kebaikan Tuhan untuk manusia. Mukjizat yang digambarkan dalam bacaan hari ini mau menengaskan kepada kita betapa Tuhan peduli terhadap nasih hidup dan kehidupan manusia. Kalau Tuhan sudah peduli terhadap nasib hidup dan kehodupan kita, maka sebagai pengikut Kristus kita dituntut untuk peduli terhadap masalah dan kebutuhan sesama kita. Dalam kenyataan munkgin kita sering menutup mata, menutup telinga, menutup hati, terhadap masalah sesama bahkan menjauh dari sesama yang bermasalah. Kita memohon pengampunan Tuhan seraya memohon kekuatan agar kita belajar pada Yesus yang memiliki Hati yang berbelas kasih.

Renungan
Gerak, bergerak, gerakan adalah bahasa kehidupan. Makhluk dikatakan hidup kalau dia bisa bergerak. Mati, kematian adalah gambaran kondisi atau keadaan tanpa gerakan. Tidak bisa bergerak adalah tanda kematian. Firman Tuhan dalam tiga bacaan hari ini berkaitan dengan dua dimensi pokok kehidupan kita. Hidup dan mati, merupakan dua kenyataan yang mewarnai ziarah hidup kita manusia. Ketika menyadari bahwa kita hidup, sesungguhnya kita mengamini kematian kita. Sebaliknya, ketika kita membayangkan kematian kita sesungguhnya kita menyadari diri sebagai sesuatu yang hidup. Hidup dan mati merupakan dua titik yang dilalui setiap makhluk hidup. Meskipun manusia mengalami nasib seperti hewan dan tumbuhan kehidupan dan kematian kita manusia jelas berbeda dengan hidup dan kematian hewan dan tumbuhan. Kehidupan dan kematian manusia sebagai cintra Allah adalah kehidupan dan kematian yang pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sebagai asal dan sekaligus tujuan hidup manusia.

Tuntutan akan adanya pertanggungjawaban kita akan hidup dan kehidupan sebagai citra Allah pada titik akhir mengharuskan kita memaknai dan memberi arti pada kehidupan kita. Ketiga bacaan hari ini mau menyadarkan sekaligus mengingatkan kita bahwa kehidupan kita akan berakhir, kehidupan kita ini hanyalah sementara. Kesadaran akan kesementaraan hidup seperti ini, harus ada dan mewarnai cara hidup kita. Bahwa kematian akan menjemput itu pasti tetapi yang kita inginkan adalah kematian secara baik. Kerinduan dan dambaan setiap orang akan kematian secara baik hanya bisa dicapai melalui cara hidup yang baik. Kematian yang baik adalah buah dari kehidupan yang baik. Santu Agustinus pernah berkata: Barang siapa yang hidup baik akan mengalami kematian yang baik tetapi siapa yang menjalani kehidupan secara buruk jangan pernah mengharapkan kematian yang baik.

Kesadaran akan cara hidup yang buruk seperti ini diungkapkan seorang ibu kost tempat Elia menumpang dalam bacaan pertama. Ibu kost itu menyadari bahwa Elia adalah utusan Allah yang singgah dan menginap di rumahnya. Saat Elia menetap di sana putri sang ibu kost sakit lalu mati. Kematian sang putri itu menyadarkan sang ibu akan kesalahannya dalam hidup. Kesadaran itu muncul dalam pertanyaannya untuk Elia: Apakah engkau menumpang di rumahku untuk mengingatkan kesalahanku dan menyebabkan kematian putriku? Elia meneruskan pertanyaan itu kepada Yahwe yang mengutusnya sekaligus berdoa agar Tuhan menunjukkan kuasa membangkitkan putri yang meninggal itu. Doa dan harapan sang Ibu yang diteruskan Elia mendapat jawaban dari Yahwe sehingga sang putri hidup kembali. Peristiwa dramatis itu berakhir dengan pengakuan sang ibu akan kuasa dan kebenaran Firman Tuhan yang disampaikan nabi.

Mukjizat yang dilakukan Elia dalam bacaan pertama dimaksudkan agar orang yang mendengarkan dan menyaksikan peristiwa itu termasuk sang ibu yang menyadari kesalahan yang dialkukan sebelumnya yakin bahwa Tuhan berkuasa atas kehidupan dan kematian. Kesadaran itu harus diwartakan terutama kebenaran bahwa Allah itu bukan Allah orang Mati melainkan Allah orang hidup. Pewartaaan tentang kuasa Tuhan seperti ini secara nyata terjadi dalam pewartaan Paulus. Dalam suratnya kepada Jemaat Galatia hari ini Paulus menegaskan kepada kita tentang bagaimana Allah menjadikan Paulus sebagai pewarta Firman Tuhan kepada segala bangsa. Paulus sungguh yakin bahwa Allah telah menyatakan sang Putra kepadanya dan sang Putra itulah yang diwartakannya kepada segala bangsa.

Bagi Paulus apa yang diwartakannya adalah benar. Baginya berita gembira yang disebarkannya bukanlah berita bohong. “Injil yang kuberitakan bukanlan injil manusia dan ajaran buatan manusia melainkan injil dan ajaran yang diterima dari Yesus sendiri”. Dengan kata lain, kata-kata dan tindakan Paulus adalah kata-kata dan tindakan atas nama Tuhan yang menggunakan dirinya. Pengalaman pertobatan diri Paulus telah menjadi pemicu dan pemacu semangat pewartaannya kepada segala bangsa. Dalam bacaan pertama mukjizat yang dilakukan Elia membangkitkan iman seorang ibu, dan dalam bacaan kedua Mukjizat yang dialami Paulus telah menggerakkan dan menjiwai seluruh dinamika pewartaannya di berbagai tempat dengan segala situasinya.

Kalau kita mencermati pelbagai kisah tentang mukjizat di dalam kitab suci baik yang terjadi dalam perjanjian lama maupun yang terjadi dalam perjanjilan baru seperti yang dikisahkan dalam bacaan-bacaan hari ini pada dasarnya mau menegaskan kepada kita tentang peran, keterlibatan, intervensi Allah terhadap situasi manusia. Mukjizat dihadirkan Allah dalam situasi kekinian dan kesinian (kini dan di sini) yang dialami manusia. Itu artinya, setiap mukjizat selalu terikat pada konteks situasi dan kehidupan manusia. Karena itu logis dan masuk akal setiap mukjizat itu membawa makna dan pesan bagi kehidupan manusia. Dalam bimbingan kuasa Roh Kudus kisah mukjizat yang telah tertulis dalam konteks tertentu itu tetap memberi inspirasi dan pesan bagi kehidupan manusia sepanjang zaman. Sebagai orang beriman kita sungguh yakin bahwa Firman Tuhan yang telah ditulis ribuan tahun lalu itu bukan sekadar kisah sejarah masa lampau. Lebih dari itu Firman Tuhan itu senantiasa terjelma secara baru dalam kehidupan orang beriman, dalam kehidupan kita. Firman Tuhan itu tidak pernah kedaluwarsa, tidak mengenal masa expire. Mengapa? Karena Roh Kudus senantiasa menyertai setiap orang untuk memaknai Firman itu sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhannya dalam hidup. Bagi setiap orang Firman Tuhan itu berbicara dan memberi pesan secara baru.

Keyakinan kita akan kuasa Roh Kudus yang menyertai setiap Firman Tuhan membuat kita sadar bahwa setiap kali kita membaca, merenungkan Firman Tuhan, di sana kita akan mendapatkan pesan untuk kehidupan kita. Penggalan Injil Lukas hari ini juga hadir dengan pelbagai pesan bermakna untuk kita. Teks injil ini termasuk teks yang unik dan spesial karena hanya Lukas yang mencatat peristiwa menghidupkan orang mati dan mencatan lokasinya di kota Nain. Kalau kita membaca peta tanah suci kita akan temukan kota Nain itu terletak di Wilayah Galiea Selatan dekat dengan perbatasan Samaria. Dua tahun lalu setelah saya merayakan misa di Gereja Kana bersama rombongan peziarah kami bergerak arah selatan ke kota Nasareth dan masuk ke Basilika Kabar Gembira tempat Maria menerima Kabar Malaikat dan dari sana terus ke selatan agak ke timur kami tiba di tempat yang nama Nain persis di lokasi Yesus menghidupan Purta Nain dalam injil tadi. Nain berada di bagian paling selatan Galilea dan untuk ke sana Yesus datang dari Kafernaum yang terletak bagian utara danau Galiea. Kafernaum menjadi kampung Yesus dan di Kafernaum itu ada gereja delapan Sabda Bahagia, gereja pengangkatn Petrus, dan Gereja Perbanyakan Roti.

Nama Nain menurut pemandu yang membawa kami ke sana berarti “padang rumput hijau” atau tempat yang “menyenangkan”. Kisah yang disuguhkan injil menggambarkan bahwa di dekat pintu gerbang Nain ditampilkan situasi yang sungguh berlawanan dengan arti nama itu. Saat YESUS berada di dekat pintu gerbang kota Nain, terjadi sesuatu yang menyedihkan karena putra tungal seorang janda mati dan diusung ke luar. Dilihat dari banyaknya orang yang mengiringi janda, dapat disimpulkan janda ini adalah seorang yang baik hati dan disayangi tetangga maupun penduduk kota Nain. Di dekat gerbang kota Nain itu terjadi pertemuan dua rombongan besar manusia. Rombongan pertama yang keluar dari kota mengusung orang mati dan rombongan kedua yaitu rombongan yang menyertai Yesus yang bergerak hendak memasuki kota.

Perjumpaan dua rombongan manusia dengan arah tujuan yang berlawanan itu telah menjadikan gerbang kota itu menjadi tempat penting. Gerbang Nain menjadi monumen peringatan pernyataan kasih Allah untuk manusia. Gerbang Nain menjadi tugu peringatan Kasih Allah yang menyelematkan. Di gerbang Nain ada perjumpaan aneka rasa yang membaur. Yang mau masuk kota ingin mendapatkan kegembiraan dan kesenangan sedangkan yang keluar kota justru mengusung duka karena sedang mengusung jenazah. Di antara benturan rasa yang bertentangan itu Yesus menyatakan perasaan-Nya. Untuk itu Yesus melakukan serentetan tindakan yang penting untuk kita maknai dan renungkan. Tindakan penting itu terlihat pada ayat yang berbunyi: Dan ketika TUHAN melihat janda itu, tergeraklah hati-NYA oleh belas kasihan, lalu IA berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya dan berkata: Hai Anak Muda bangkitlah!”. Dalam ayat ini kita temukan tujuh kata kerja penting yaitu melihat, tergerak, berkata, menangis, menghampiri, menyentuh, bangkit.

Melihat. Hal yang pertama dilakukan Yesus adalah melihat sang janda. Melihat di sini berarti mengamati dalam rangka memahami perasaan sang janda. Ketepatan pengamatan dan pengelihatan Yesus terhadap janda itu menentukan reaksi dan sikap Yesus. Pengelihatan dan pengamatan Yesus adalah memahami secara benar perasaan sang janda. Tanggapan yang tepat dan sesuai terhadap sesuatu masalah sangat ditentukan kualitas pengamatan dan pemahaman akan masalah. Di sini Yesus mau mengajarkan kita bahwa untuk dapat memberikan tanggapan yang tepat terhadap setiap persoalan kita harus bisa melihat secara tepat dan jernih.

Gerak dan Ketergerakan Hati. Setelah Yesus memahami masalah yang menimpa sang janda yang dilihat dan diamati-Nya hati Yesus tergerak oleh peraaan belas kasihan. Tergerak di sini merujuk pada sikap yang spontan memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi. Hati Yesus tergerak melihat keadaan janda itu, mau mengajarkan kita secepatnya memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi sesama. Dengan kata lain Yesus mengajak kita untuk tanggap dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dasar sikap tanggap itu bukan karena ada pertimbangan lain selain rasa belas kasih. Hati Yesus tergerak karena belas kasihan terhadap sang janda Nain. Berbelaskasihan bukan sekadar simpati tetapi harus sampai pada sikap empati tanpa syarat.

Berkata berkomunikasi. Bagi Yesus masalah Janda Nain itu tidak cukup hanya dengan melihatnya lalu bersikap empati. Bagi Yesus komunikasi verbal dengan kata-kata menjadi penting dalam mengatasi masalah dalam kehidupan. Berkomunikasi untuk mengatasi masalah mengharuskan orang memilih kata yang tepat. Pilihan kata Yesus untuk sang janda sangat tepat yaitu Jangan menangis.

Menangis adalah bahasa universal pengungkap rasa. Janda Nain menangis kesedihan atas kematian putra tunggalnya. Yesus melarang janda itu menangis bukan karena menangis itu buruk, Buktinya Yesus sendiri juga menangisi kematian Lazarus. Lalu mengapa Yesus melarang janda itu menangis? Jawabannya karena air mata membuat pandangan seseorang menjadi kabur, tidak jernih melihat objek. Yesus melarang janda itu menangis dengan tujuan agar dia bisa melihat orang di hadapannya secara benar. Tangisan dan air mata, bisa mengaburkan mata orang untuk melihat Tuhan. Kita, baca pengalaman Maria Magdalena yang menangis di makam Yesus setelah kebangkitan. Ketika dia menangis dia tidak mengenal Yesus yang bangkit, tetapi begitu Yesus meintanya jangan menangis Maria Magdalena mengenal Yesus. Kata-kata larangan menangis ini disampaikan Yesus untuk mengingatkan setiap orang beriman agar dalam menghadapi persoalan hidup kita harus memandang Tuhan dalam pandangan jernih.

Menghampiri, usaha untuk semakin dekat. Yesus yang berpapasan dengan rombongan pengusung jenazah setelah memahami perasaan sang janda berusha untuk mendkati pengusung jenazah. Peti jenazah itu menjadi bagi sang janda. Yesus yang berbelaskasih berusaha mendekati masalah sebelum mengatasi malasah. Tindakan Yesus ini juga menjadi ajakan bagi kita pengikutnya untuk melihat masalah dari dekat sehingga pemcahannya tepat. Hanya orang yang tahu masalah akam mampu mengatasi masalah.

Menyentuhnya melibatkan diri dengan risiko. Yesus bukan hanya mendekati masalah menghampir usungan tetapi lebih dari itu Ia menyentuh peti jenazah. Niat hati Yesus untuk mengatasi masalah sang janda tidak cukup dengan melihat, dengan kata-kata tetapi harus diwujudkan dalam tindakan. Yesus menyentuh berarti Yesus sungguh melibatkan diri dalam masalah itu saebelum mengatasinya. Yesus menyentuh peti jenazah adalah tindakan dengan risiko besar. Dalam adat Yahudi yang menyntuh jenazah dianggap najis selama tujuh hari. Niat dan belaskasih Yesus mengalahkan hukum adat itu dan justru sentuhan Yesus yang diserati dengan kata-kata yang penuh kuasa membangkitkan pemuda Nain itu. Bangkitlah Rentetan tindakan Yesus menghasilkan mukjizat besar sekaligus mengatasi masalah sang janda Nain.

Sebagai pengikut Kristus kita bisa menjadi kelompok yang bergabung dengan Janda Nain keluar kota sambil menangis mengusung masalah kehidupan kita. Kita juga kita menjadi kelompok yang tergabung dengan Yesus yang memaski kota. Jika saat ini kita masuk kelompok janda Nain yang keluar kota dengan masalah kita apa beban hidup yang kita usung supaya bisa ditasai Yesus yang kita jumpai dalam hidup kita? Seandainya saat ini kita menjadi salah seorang yang mamasuki kota Nain boleh jadi kita akan menjumpai begitu banyak orang yang mengalami nasib seperti janda Nain menghadapi masalah kematian anaknya. Untuk zaman kita ada banyak janda Nain dan ada banyak kematian yang dihadapi. Keluarga-keluarga Kristen yang terbelit dan terlilit dalam pelbagai macam masalah adalah janda-Janda Nain zaman kita. Kehidupan yang jauh dari hukum Tuhan adalah jenis kematian zaman kita. Semoga kita belajar meringankan penderitaan sesama seperti yang ditunjukkan Yesus kepada Janda di Kota Nain. Tuhan memberkati kita. Amin



Claket, 9 Juni 2013

No comments:

Post a Comment