Renungan
Minggu Biasa ke-24 Thn.B/1
Yes
50:5‑9a; Yak 2:14‑18; Mrk 8:27‑35
Paroki
Kristus Raja, Mbaumuku 13 September 2015
======================================================
Buka
Tuhan
mengingatkan kita dalam bacaan hari ini tentang konsistensi antara pengakuan
iman dan perilaku sebagai waujud iman. Kita kadang-kadang mengaku beriman
tetapi kadang-kadang pula berbuat berlawanan dengan iman. Kita sadari itu untuk
mengawali perayaan keselamatan ini
Renungan
Kisah-kisah injil memberikan
kita informasi tentang panggilan dan keterpilihan sekelompok nelayan seputar
Danau Galilea untuk menjadi murid dan pengikut Yesus. Sejak mereka
dipilih Yesus, mereka selalu berada bersama dan dalam kebersamaan dengan
Yesus. Yesus memanggil murid-murid untuk tinggal dan hidup bersama Yesus,
mengalami apa yang dialami Yesus. Berada bersama Yesus memungkinkan
mereka kompak dan saling mengenal satu sama lain secara lebih baik dan
intensif. Ada pengandaian yang logis bahwa tinggal dan hidup bersama
Yesus berarti membuka kemungkinan bahwa para murid itu dapat mendengarkan
pengajaran dan menyaksikan segala tindakan Yesus. Hal ini dilakukan agar
murid-murid dapat berpikir dan bertindak seperti Yesus. Keakraban dalam
kebersamaan dan saling mengenal dalam kedekatan merupakan target Yesus
mengumupulan para murid-Nya.
Tinggal bersama Yesus merupakan
masa yang penting untuk membangun sikap “kemuridan”, solidaritas, kekompakan.
Kekompakan dan rasa solider satu sama lain hanya bisa diwujudkan jika orang
selalu ada bersama karena dalam kebersamaan mereka saling mengenal lebih
mendalam. Sikap itulah yang diinginkan Yesus dari para murid-Nya. Yesus menguji
kualitas mutu dan intensitas kebersamaan para murid itu selama berada dan hidup
bersama Yesus. Ujian untuk kualitas relasi dan kebersamaan di antara para murid
itu hanya dirumuskan dalam dua pertanyaan kepada para murid-Nya. Pertanyaan
pertama Yesus, ingin mengetahui bagaimana para murid mendengarkan komentar
orang-orang banyak di luar para murid, tentang dirinya. “Kata orang
banyak, siapakah aku ini?” Jawaban orang banyak yang direkam para murid itu
amat beragam. Jawaban yang beragama itu patut dimengerti karena memang orang
banyak tidak hidup bersama dengan Yesus seperti halnya para murid. Pertanyaan
kedua isinya tetap sama tetapi yang ditanya adalah pendapat para murid yang
sedah lama ada dan berada bersama Yesus. “ Menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Jawaban para murid, orang-orang
dekat Yesus yang diwakili Petrus itu tegas, pasti, dan tidak mendua. Petrus
mewakili kelompok para murid menegaskan bahwa Yesus yang mereka kenal selama
ada bersama mereka adalah Mesias. Kepastian dan kebenaran jawaban kelompok para
murid ini menegaskan kepada kita bahwa kebersamaan para murid bersama Yesus itu
sungguh merupakan kebersamaan yang bermartabat, bernilai, bermutu, dan sesuai
dengan apa yang dikehendaki Yesus. Jawaban para murid ini menegaskan dan
membenarkan bahwa relasi Yesus dengan para murid itu bukan sekadar kerumunan
atau gerombolan manusia tetapi suatu kebersamaan yang memiliki orienasi dan
tujuan mului. Jawaban Petrus yang mewakili para murid membenarkan kata-kata dan
klaim Yesus untuk para murid itu. Kebersamaan Yesus dengan para murid dan
seluruh misi-Nya membuat murid-murid masuk dalam kehidupan-Nya. Benar dan
tepatlah kalau Yesus bersabda, “Aku menyebut kamu sahabat karena Aku
telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang kudapatkan dari Bapa-Ku” (Yoh
15:15). Yesus meminta para murid untuk tinggal di dalam Dia dan Yesus tinggal
di dalam hati mereka. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu” (Yoh
15:4). Kedua ayat ini memberikan kita keyakinan bahwa kebersamaan Yesus dengan
para murid itu merupakan kebersamaan yang penuh makna, bermutu, dan
berkualitas.
Proses menjadi pengikut Yesus
tidak segampang yang dibayangkan sekalipun murid-murid itu selalu bersama
Yesus. Pengakuan spontan Petrus bahwa Yesus itu “Mesias” sesungguhnya
lahir dari konsep dan pemahaman yang lebih khusus dan mendalam tentang pribadi
Yesus. Ungkapan Mesias itu berasal dari pandangan khusus tentang Yesus.
Petrus melihat Yesus sebagai “Pemberita yang diurapi Allah” (Pemberita Mesias)
dengan tugas Mesianik yang datang untuk melakukan pekerjaan sebagai Imam Raja,
Imam Besar (pemberi berkat); imam yang memberi diri sebagai kurban. Tugas
Mesianik ini berhubungan dengan pekerjaan menebus, yang dilaksanakan Yesus
sendiri sesuai dengan rencana Allah. Dari pihak Allah, Yusus adalah
kurban anugerah untuk menebus manusia berdosa.
Jawaban Petrus adalah kesaksian
yang mewakili gambaran dan harapan umat Israel pada saat itu. Bagi Yesus,
ungkapan Petrus belum cukup sebagai seorang pengikut Kristus. Bagi Yesus
jawaban Petrus belum pas untuk seorang yang telah menjadi sahabat. Yesus
menuntut lebih dari sekadar mengakui Yesus sebagai Mesias. Bagi Yesus para
murid harus bisa melakukan, meneladani apa yang dilakukan Yesus. Yesus menuntut
penghayatan yang nyata dari kata-kata untuk membuktikan bahwa kebersamaan
mereka adalah kebersamaan bermutu, berkualitas.
Kualitas suatu persahabatan
harus bisa dibuktikan dalam sikap dan tindakan yang menyatakan solidaritas.
Penghayatan harus disertai dengan perbuatan. Itulah sebabnya Yesus menegaskan
“Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikuti Aku” (Mrk 8:34). Yesus mengharapkan para murid tetap
bersama Yesus. Yesus mengingatkan mereka semua tentang sesuatu yang akan
terjadi. Yesus mempertanyakan apakah penghayatan hidup bersama Yesus
dapat membuat mereka percaya dan berani menyangkal diri serta rela berkorban
demi keselamatan umat manusia?
Tututan Yesus akan
kualitas persahabatan itu adalah perbuatan nyata. Peryataan iman, pengakuan
iman tidak cukup tanpa perbuatan. Kata rasul Yakobus dalam bacaan kedua beriman
itu adalah tindakan, beriman itu adalah perbuatan, beriman itu adalah
bertindak. Iman itu meruapakan tindakan? Jawabannya karena beriman tanpa
perbuatan adalah mati. Dengan kata lain lebih baik orang mati bersama imannnya
daripada ia hidup tanpa perbuatan yang membutikan keberimanannya. Mati
setelah melakukan banyak kebaikan meski tidak beriman itu jauh lebih baik dari
pada mati setelah beriman tetapi tidak pernah berbuat baik.
Pesan tiga bacaan hari ini amat
jelas menuntut kita untuk tidak sekadar beriman tetapi berimat yang berbuat.
Menjadi beriman, pengikut Kristus, utusan Tuhan bukan saja mengajar, tetapi
juga melaksanakan dan menghayati apa yang diajarkan. Prasyarat karya apostolik
yang berhasil yakni adanya pengalaman akan hubungan pribadi yang akrab dengan
Kristus. Apa yang kita wartakan sebenarnya memancarkan kualitas hubungan kita
yang mendalam dengan Kristus sendiri. Relasi yang baik dan kuat dengan Tuhan
memungkinkan kita mampu mengaksikan iman kita. Relasi yang baik dengan Tuhan
memungkinkan kita tahan karena kita dibentengi gunung batu yang tidak mungkin
terkalahkan. Yesaya sepeti yang dinubuatkan dalam bacaan pertama
meyakinkan kita bahwa iman yang berbuahkan tindakan, iman yang hidup adalah
iman yang bersandar pada kekkuatan dan kebesaran kuasa Tuhan. Yesaya
tegar dan tidak berpaling hanya karena ia mengandalkan Tuhan sebagai gunung batunya.
Hanya dengan bersandar pada kekuatan Tuhan kita bisa berbicara dan mewartakan
Tuhan yang kita imani. Hanya dalam solidaritas dengan Tuhan yang hadir dalam
diri sesama kita bisa menjadi murid dan sahabat Yesus.
Tono dan Tomi adalah dua
bersahabat yang belasan tahun hidup bersama dalam suana sangat akrab. Selama
ada bersama mereka menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi. Banyak orang
iri menyaksikan Tono dan Tomi yang hidup rukun dan setia kawan ini. Suatu hari
kedua bersahabat ini ke hutan untuk berburu. Setelah mereka memasuki
arena htan rimba, tiba-tiba seekor harimau menguntit mereka. Melihat binatang
buas itu Tono segera menyelamatkan diri dan lari mendapatkan sebatang pohon. Ia
menyelamatkan diri ke atas dahan pohon dan tidak bergerak. Sementara itu, Tomi
yang fisiknya akak besar kesulitan untuk berlari cepat secepat Tono. Menyadari
keadaannya tidak memungkinkan Tomi akhirnya jatuh dan ia berpura-pura mati dan
menahan napas. Harimau mendekatinya dan mulai mencium tubuh Tomi. Tono mebisu
dari balaik dahan menyaksikan adegan menegangkan itu. Ia menyaksikan harimau
itu menjilati tubuh Tomi sahabatnya. Ia menyaksikan mulut singa itu mencium
telinga Tomi. Singa mengira Tomi sudah lama mati sehingga tidak
diapa-apakannya. Saat itu sekor rusa melintas dan hari mau tadi segera
tinggalkan Tomi karena harus mengejar rusa yang melintas.
Setlah yakin harimau menjauh
Tono turun dari dahan persembunyiannya dan mendapati Tomi yang selamat dari
terkemanan harimau. Tono meminta Tomi agar menceritakan apa yang dikatakan atau
dibisikan harimau kepada Tomi saat harimau itu mencium telinga Tomi. Tomi
menyampaikan ada satu rahasia besar yang harimau sampaikan. Tono mendesak apa
rahasia yang dibisikkan harimau itu. Tomi terus didesak dan akrena terdesak
Tomi berkata kepada Tono, Teman, harimau itu mengatkan kepada saya dan
mengingatkan saya katanya: “Tomi, janganlah sekali-kali engkau bersahabat
dengan orang yang segera melepaskan engkau justru saat engkau harus membutuhkan
bantuannya”. Tono sangat terpukul karena kata-kata Tomi itu.
Bersahabat dan beriman itu
harus dibuktikan dalam perbuatan bukan hanya menjadi kata-kata. Kita
telah mengakui Yesus sebagai Mesias seperti pengakuan Petrus dan para murid.
Pengakuan dan beriman saja belum cukup. Mari kita belajar berbuat karena
beriman dan beriman untuk berbuat yang baik. Amin
No comments:
Post a Comment