Misa Peringatan 100 Hari
Almarhum Yohanes M.Badri
Yesaya 35,1-10;
Matius 21,18-22
Lingkungan
St.Petrus Celaket Malang 30 Juli 2014
=============================================
=============================================
Buka
Saat ibadat rosario kita sering mengucapkan doa ini: ” Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami
dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang
sangat membutuhkan kerahiman-Mu”
Dalam dan melalui doa yang singkat ini
sebenarnya tergambar kayakinan dasar kita sebagai orang percaya. Doa ini
menggambarkan iman , kasih dan pengharapan kita akan suatu kehidupan setelah
kematian. Dalam doa ini manusia mengakui kebaikan dan kerahiman Tuhan akan
nasib manusia. Kita yang masih hidup memohon dibebaskan dari neraka dan bagi
yang telah meningal mengharapkan kerahiman dan belas kasih Tuhan untuk
mengantar jiwa sesama kita yang terpaksa
transit sementara di bandara api penyucian.
Dalam
konteks itulah malam ini kita diundang untuk mendoakan keselamatan jiwa
almahum... dalam perayaan ekaristi. Merayakan ekaristi bagi kedamaian jiwa umat
beriman berkaitan dengan keyakinan kita akan api penyucian. Kita percaya bahwa
jika seseorang meninggal dunia dengan iman kepada Tuhan, tetapi dengan
menanggung dosa-dosa ringan dan luka akibat dosa, maka Tuhan dalam kasih dan
Kerahiman Ilahi-Nya akan terlebih dahulu memurnikan jiwa. Setelah pemurnian
dilakukan sempurna, maka jiwa akan mendapatkan kekudusan dan kemurnian yang
diperlukan agar dapat ikut ambil bagian dalam kebahagiaan abadi di surga.
Dalam
iman marilah kita mengawali doa harapan kita bagi keselamatan jiwa almahum...
dengan mengakui kesalahan dan dosa-dosa
kita.
Renungan
Harian Kompas Januari 2012 memuat
cerita Pendek berjudul ”Pohon Hayat”. Pohon Hayat (pohon hidup) yang
menjadi judul cerpen itu adalah sebatang pohon tua yang tumbuh di alun-alun
sebuah kota. Seorang kakek bercerita kepada cucunya tentang pohon yang besar,
tinggi, dan tua yang ada di tengah kota itu.
Suatu hari sang cucu meminta kakeknya untuk bersama-sama ke alun-alun
kota untuk melihat pohon yang diceritakan itu. Setiba di alun-alun kota
keduanya langsung menuju pohon yang besar, tinggi dan rindang itu. Kakek
menceritakan kepada cucunya bahwa pohon sudah ada sejak dahulu kala dan tidak
ada yang tahu siapa yang menanamnya di alun-alun kota. Setelah keduanya
berteduh, sang kakek mengajak cucunya untuk mengangkat kepala, menengadah mengamati dahan, ranting, dan daun-daun pohon
itu. Sambil mengamati bagian pohon itu, sang kakek berkata kepada cucunya,
lihat dan tahukah kamu bahwa ada banyak misteri terungkap dari dahan, ranting,
dan daun pohon ini? Setelah lelah mengamati bagian pohon raksasa itu sang kakek
melanjutkan pembicaraannya kepada cucunya, katanya: kehidupan setiap penduduk
di kota ini tersemat pada setiap lembaran daun yang bertengger di cabang dan
ranting pohon ini. Setiap kali ada satu daun yang gugur itu artinya ada
seseorang di kota ini telah lepas dari kehidupan. Satu daun artinya satu
kehidupan, begitu kisah sang kakek.
Setelah mendengarkan penjelasan sang kekek,
mata sang cucunya mengamati begitu banyak daun kering berserakan dan
terinjak-injak orang yang datang ke alaun-alun kota. Lalu terjadilah dialog
antara sang kakek dan cucunya.
”Apakah daun-daun kering yang berserakan
ini adalah jasad orang-orang yang sudah mati?” tanya sang cucu sambil
memperlihatan daun-daun kering. ”Ya,
daun-daun itu adalah sisa jasad mereka dari pohon kehidupan.” ”Berarti termasuk
bekas jasad ayah ada di antara daun-daun kering itu?”lanjut sang cucu. ”Mungkin. Tetapi kakek kira, jasad ayahmu
kini sudah menyatu kembali dengan tanah.” Mengapa daun-daun kering itu
tidak dibersihkan atau dibakar saja.” ”Tak perlu, karena lambat laun mereka
juga akan kembali ke muasalnya, tanah, melebur menjadi tanah. Dari tanah
kembali ke tanah.”
”Kalau daun-daun yang mulai tampak kuning
yang ada di atas sana itu milik siapa?” tanya sang cucu ” Itu semua milik
orang-orang tua yang masih hidup di kota ini, mereka-mereka yang sudah lama
bertengger di atas pohon kehidupan.” ”Apakah mereka akan segera gugur.”
Ya,”Tentu saja, karena gugur itu adalah nasib dan takdir mereka.” ”Apa kakek
ada di antara salah satu daun kuning yang ada di atas sana, yang siap gugur
itu?” ”Aku tidak tahu. Itu rahasia yang di atas, tidak seorang pun berhak
tahu.”
Sang cucu kembali menengadahkan kepala sambil mengamati,
mencari-cari di mana letak daun milik kakeknya, daun miliknya, daun milik
ibunya, dan daun dari sanak keluarganya.”
Apakah ”Tunas-tunas daun yang tersemat di
pucuk pohon itu, adalah bayi-bayi yang baru lahir di kota ini?” ”Ya. Benar,
memang kenapa?” Ya, ”Berarti, sekarang, aku berada di antara daun-daun muda
yang bertengger di atas sana?” ”Ya. Tentu saja lanjut kakek.” ”Wah itu artinya,
masa gugurku masih sangat lama.” ”Siapa
bilang? Setiap lembar daun kehidupan yang ada di atas sana adalah rahasia. Tak
ada seorang pun yang tahu. Gugur adalah hak semua daun, dari yang kuning, yang
masih segar dan hijau, bahkan yang masih tunas pun bisa saja patah dan gugur.”
Seminggu setelah kembali dari alun-alun
kota, sang kakek menderita sakit. Makin hari kesehatannya memburuk. Sang cucu
teringat akan kata-kata sang kakek sewaktu mereka berteduh di bawah pohon di
tengah kota. Dia pun lari ke pohon itu untuk mengamati apakah ada daun kuning
yang akan gugur ditiup angin. Setelah satu jam menunggu di bawah pohon itu,
sang cucu merasakan datangnya terpaan angin menghempas pohon itu. Tampak olehnya beberapa daun kuning, daun segar, dan
pucuk muda dari pohon itu gugur beterbangan sampai akhirnya rebah ke tanah. Dia
pulang, dan dalam perjalanan ia mendengar tangisan karena ada anak kecil, orang
dewasa yang meninggal. Lebih dari itu setiba di rumah ia menyaksikan kakeknya telah
meninggal.
Kisah kakek dan cucu dalam Cerpen Pohon
Hayat (pohon hidup) ini adalah kisah
yang sungguh bersentuhan langsung dengan dimensi terdalam atau hal pokok
tentang kehidupan kita. Penulis cerpen ini secara amat mengesankan mencoba
menganalogikan, membandingkan hidup dan kehidupan kita dengan sebatang pohon
yang ditanam di tengah alun-alun kota. Dialog tokoh kakek dan cucunya dalam
cerpen ini sudah menjadi renungan dan bahan refleksi untuk kita. Diri dan hidup
kita bukanlah apa-apa. Diri dan hidup kita hanyalah selembar daun yang tumbuh
pada salah satu ranting pohon hidup. Daun itu cepat atau lambat akan menguning
dan tua. Kapan gugurnya, kapan agin menerpa dan menerbangkannya tidak ada yang
tahu. Itu rahasia yang Tuhan sembunyikan bagi semua kita manusia. Kita hanya
bisa membaca gelaja alam ketika daun
mulai kuning kita bisa pastikan daun itu akan gugur. Daun kehidupan manusia
menjadi kuning tidak bisa diartikan seperti warna lampu lalulintas, kuning siap
berubah menjadi hijau. Warna kuning daun kehidupan manusia menjadi pratanda
saat pulang dan saat mudik abadi akan segera tiba.
Selembar daun pohon kehidupan telah gugur
100 hari lalu dalam diri almarhum..... Dia gugur ibarat dau yang lepas diterpa
angin setelah melewati proses panjang dalam usia yang ia lewati. Dia telah
gugur setelah sekian tahun bertengger pada dahan pohon kehidupan. Dia mengisi
hari hidupanya bersama keluarga, keluarga besar, dan bersama semua orang yang
telah mengenalnya. Dalam keluarga dan oleh keluarga almarhum bukan hanya sekadar
selembar daun tetapi lebih dari itu ia telah menjadi sebatang pohon tempat
sandaran dan berteduhnya semua anak dan cucunya.
Sejak kepergian almarhum 100 hari lalu kita
semua disadarkan bahwa almarhum resmi kembali mengakrabi bumi asal. Dia datang
dari tanah dan kembali ke tanah. Seratus hari lalu almarhum ibarat selembar
daun yang ggur diterpa angin. Ia gugur sebagai daun tetapi ia tinggalkan segala
hal yang baik bagi anak-anak sebagai sebatang pohon. Karena itu, meski secara
fisik ia telah hilang dari pandangan kita tetapi secara rohani ia tetap menjadi
penyubur pohon kehidupan keluarga oleh teladan dan cara hidupnya yang baik
Daun kehidupan yang gugur dan kita
kenangkan malam ini bukanlah daun tanpa arti untuk kehidupan kita dan keleuarga
yang ditinggalkan. Almarhum mudik abadi 100 lalu bukanlah pengembara tanpa
tujuan. Bukan lembaran daun tanpa makna. Bagi kita yang mengenanya, dan dan
terutama bagi keluarga, kepergian almarhum, lepasnya daun kehidupan nya dari
pohon kehidupan, membuat kita sedih sebagai mansia, tetapi kita yakin Tuhan mempunyai rencana
yang lebih untuk almarhum dan untuk kita. Mungkin kita merasa seperti hidup
tanpa harapan tetapi nubuat Yesaya dalam bacaan pertama sungguh menguatkan
kita. Janji Tuhan senantiasa ditepati karena Tuhan itu setia. Dalam kesetiaan
itulah TUhan Tuhan berkuasa mengubah segalanya, mengubah pucuk daun menjadi
daun yang hijau, terus menguning, lalu gugur.
Tuhan yang sama digambarkan Yesaya sebagai
Tuhan yang berkuasa mengubah situasi gurun menjadi situasi yang membawa
sukacita. Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan
bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan
bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai. Lebih dari itu Tuhan
sendiri datang membawa pembalasan dan ganjaran. Tuhan yang setia membuka jalan
bahkan menjadi jalan bagi Kudus bagi
orang benar. Di jalan kudus itulah tidak akan ada singa, binatang buas,
orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ, dan orang-orang yang
dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai.
Gambaran sukacita padang gurun seperti yang
dinubuatkan Yesaya malam ini jelas menjadi harapan kita semua bagi almarhum.
Sukacita dan sorak sorai kemenangan itu tentu kita yakin didapat almarhum
karena selama hidupnya almarhum telah menjadi pohon ara yang berbuah lebat dan
manis dalam berbagai kebajikan dan kebaikan yang pernah ia lakukan. Kita
manusia mungkin dan boleh melupakan semua kebaikan yang dibuat almarhum
terhadap kitsa dan terhadap siapa saja tetapi Tuhan tidak melupakan segala
kebaikan itu. Apa yang baik dan segala sesuatu yang baik yang manusia
lakukan selama hidup tidak akan
dilupakan Tuhan. Tuhan mengingat segala kebaikan dan melupakan semua keburukan
karena Tuhan menghendaki agar manusia
hidup ibarat pohon ara yang bisa menghasilkan kebaikan dan kebajikan. Pohon ara
yang diancam Yesus adalah pohon ara tanpa kebaikan, pohon ara tanpa kebajikan.
Kisah
tentang daun gugur dalam Cerpen
Pohon Hayat semestinya mengharuskan kita untuk memaknai perjalanan hidup kita.
Dan kisah pohon ara dalam injil seharusnya mewajibkan kita untuk berkehidupan
dengan buah-buah kebaikan dan kebajikan. Dalam perayaan misa arwah seperti ini
kiranya menjadi saat rahmat yang membawa kita pada permenungan akan kualitas
pohon kehidupan kita. Kisah daun gugur pada cerpen Pohon Hayat adalah kisah
hidup dan akhir kehidupan kita. Setiap
kita bisa menilai apakah daun pada pohon kehidupan kita baru bertumbuh ataukah
sudah hijau ataukah sudah mulai berwana kuning. Ingat misteri daun gugur, pada pohon kehidupan tidak memandang umur. Bahwa daun kehidupan kita akan gugur
itu sudah pasti tetapi bagaimana kita menyiapkan kepastian itu, itulah yang
perlu kita antisipasi dengan selalu mau menjadi pohon ara yang berbuahkan
kebaikan dan kebajikan.
Akhirnya, saya mengajak kita semua agar sekembali dari tempat ini kita menata
pohon kehidupan kita. Mumpung kita masih diberi waktu untuk bisa memupuk dan
membenahinya. Dalam iman kita percaya Tuhan mampu mengubah segalanya, mengubah
hidup kita dan teristimewa mengubah almahum kehidupan almahum untuk menikmati
sukacita yang kekal... Amin.
Keselamatan bagi Umat Tuhan
Pembacaan
dari Nubuat Yesaya 35,1-10
Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang
belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan
berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai.
Kemuliaan Libanon akan diberikan kepadanya, semarak Karmel dan Saron; mereka
itu akan melihat kemuliaan TUHAN, semarak Allah kita. Kuatkanlah tangan yang
lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang
tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang
dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan
kamu!" Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga
orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti
rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di
padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan
menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala
berbaring akan tumbuh tebu dan pandan. Di situ akan ada jalan raya, yang akan
disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan
orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya. Di situ tidak akan ada
singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana; orang-orang
yang diselamatkan akan berjalan di situ, dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN
akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi
meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan
keluh kesah akan menjauh.
Demikianlah
Sabda Tuhan
Yesus mengutuk Pohon Ara (Matius, 21,18-22)
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya
kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu
pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun
saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau
tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah
pohon ara itu. Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu
berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi
kering?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa
yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada
gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya.
Doa
Pembukaan
Ya Allah, awal dan akhir kehidupan orang percaya, kami
brsyukur kepada-Mu atas anugerah
dan rahmat-Mu bagi kami umat-Mu. Dalam bimbingan kasih-Mu
Engkau telah menuntun kami semua untuk
berdoa bersama mengenangkan dan mendoakan keselamatan jiwa hamba-Mu
..... yang telah kami kembali ke rumah-Mu yang abadi. Kami memohon, ampunilah
segala dosanya agar dia pantas dikutsertkan ke dalam sukacita abadi bersama
para kudus. Kuatkanlah kami semua dan keluarga yang ditinggalkan dengan anugerah penghiburan iman dan semoga
kamba-Mu yang kami kenangkan dalam perayaan ini menjadi pendoa bagi kami.
Tuntunlah kami dalam terang kuasa Roh Kudus-Mu agar kami mampu merenungkan
Sabda-Mu dan mengamalkannya dalam kehidupan kami. Demi Kristus Pengantara kami. Amin
No comments:
Post a Comment