Friday, March 29, 2013

RENUNGAN MALAM PASKA

Renungan Malam Paska, 30 Maret 2013
Kej.22,1-18; Ke114,15-15,1; Yes.55,1-11;Rm.6,3-11; Luk.24,1-12
Komunitas Alma, IPI Malang


Ilustrasi
Kalau musim hujan berkepanjangan kodok pun berbunyi. Juga kalau musim hujan berkepanjangan biasanya ada binatang lain yang keluar dari bumi. Kalau binantang itu keluar itu menjadi tanda bahwa hujan sangat lebat. Binatang itu juga biasanya menjadi makanan para kodok. Apa nama binatang itu? Itu namanya LARON (Jawa) atau KELEKATU. Kalau Kodok punya kisah, LARON pun punya Cerita. Mengawali homili ini saya menyampaikan cerita tentang LARON.

Ketika hujan menembusi bumi, air masuk membasahi sarang anai-anai di dalam tanah. Anai-anai yang bersayap yang disebut Laron itu berjuang keluar dari kegelapan sarang di dalam tanah dan ingin terbang. Ketika berhasil keluar dari dalam tanah segerombolan Laron binging dan terkejut karena ternyata dunia ini sangat luas. Yang lebih mengejutkan mereka adalah adanya terang dan cahaya yang sebelumnya tidak mereka alami. Untuk mengatasi kebingungan itu, ketua rombongan laron itu mengumpulkan semua temannya yang baru keluar dari kegelapan. Mereka berkumpul untuk mencari tahu dengan pasti apa sebenarnya terang atau cahaya yang membingungkan itu.

Setelah berkumpul, para laron bersepakat membentuk tiga kelompok masing-masing 5 ekor laron. Ketiga kelompok diutus untuk terbang pergi mencari tempat yang ada cahaya, terang. Setiap kelompok harus meneliti, mencatat, dan melaporkan hasil penelitian kelompoknya kepada laron lain yang menunggu. Kelompok laron pertama terbang ke tempat sebuah api unggun milik pramuka yang lagi berkemah. Anggota kelompok ini terbang mendekati api unggun itu dan merasakan panas yang mengancam keselamatan mereka. Mereka kembali dan melaporkan bahwa cahaya atau terang itu adalah sesuatu yang mengancam kehidupan siapa saja yang mendekatinya. Cahaya dan terang adalah sumber bencana. Kelompok kedua, terbang ke sebuah rumah mewah yang dihiasi lampu-lampu kristal yang membuat laron-laron itu harus menabrak dinding-dinding kaca. Kelompok ini pulang dan melaporkan bahwa cahaya dan terang itu ada perangkap dan jebakan yang dibuat orang kaya.

Kelompok ketiga setelah ditunggu lama, tidak pulang-pulang juga. Semua laron mulai cemas dan gelisah menunggu teman mereka yang belum juga pulang melaporkan hasil penelitian mereka. Karena tidak sabar menunggu semua laron itu terbang mencari cahaya. Dari kejauhkan mereka melihat seberkas cahaya melalui celah dinding sebuah pondok milik petani. Cahaya itu berasal dari lampu sumbuh sebuah lampu pelita. Ternyata benar kelompok ketiga yang dicari melakukan penelitian di tempat itu. Mengapa mereka tidak pulang? Ternyata setiap anggota kelompoknya berusaha terbang dan menempel pada sumbuh pelita milik petani itu. Lima ekor laron, tertempel dan melekat rapi pada sumbuh lampu itu yang menjadikan terangnya lebih besar menerang seluruh ruang pondok itu. Betapa terkejutnya para laron yang datang mencari meraka karena kelima teman mereka telah menyatu dan memperbesar sumbuh sebuah lampu yang kecil. Dalam nada kagum dan penuh rasa bangga mereka berujar: Sesungguhnya kelima Saudara kita inilah yang telah mendapat arti, dan makna terang yang sesungguhnya karena mereka sendiri telah menjadi bagian dari sumber terang itu. Semua laron itu mendapatkan pelajaran yang agung dan mulia melalui lima saudara mereka yang tidak saja mencari arti terang dan cahaya tetapi justru telah menjadi sumber dan cahaya. Lalu semuanya pulang dan terus menceritakan keberanian teman mereka. Berkisah tentang perjuangan menjadi terang dan cahaya.

Malam ini kita menyaksikan dua kenyataan yang mewarnai kehidupan kita. Dua kenyataan itu adalah Kegelapan dan Terang. Situasi gelap dan terang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidup kita. Upacara kita malam ini sesungguhnya menggambarkan kehidupan kita sebenarnya. Sebelum lilin Paska dinyalakan kita mengalami suasana gelap ibaran Laron-laron yang ada dalam kegelapan. Begitu lilin paska dinyalakan kegelapan tersingkir dan terang bersinar. Ketika kegelapan menyelimuti kita, kita sekan kehilangan harapan. Ketika siang berubah menjadi malam segalanya seakan diam, lumpuh. Sebaliknya, ketika mentari kembali dengan setia mendapati kita waktu fajar, ada harapan bersemi di sana. Ada nuansa kehidupan hendak ditawarkan buat kita setiap kali matahari dengan setia mendatangi kita.

Firman Tuhan yang diperdengarkan kepada kita malam ini mau menggambarkan sejarah perjalanan hidup manusia dengan segala suka dukanya. Bacaan bacaan malam ini memberikan kita gambaran tentang jatuh bangun kehidupan dan perjalanan manusia. Manusia mengalami suka duka, termasuk ketika manusia berhadapan dengan Tuhan sebagai asal dan tujuan hidupnya. Kisah sejarah perjalanan bangsa manusia penuh dengan pelbagai hal yang membingungkan. Bangsa manusia bagaikan sekawanan Laron yang mengalami kebingungan ketika berada dalam dunia yang nyata. Kebingungan manusia itu terjadi sejak perjanjian lama. Dari kisah yang ditampifkan melalui kitab-kitab perjanjian lama tadi kita mengetahui secara pasti bahwa perjalanan manusia itu memang selalu diuji. Iman Abram diuji, kesetiaannya dicoba Allah dengan meminta mengorbankan Ishak putra tunggalnya. Bangsa Israel yang mengalami penindasan oleh kekuasaan di Mesir, dikejar pasukan Firaun. Semuanya menggambarkan betapa perjalanan manusia itu penuh cobaan. Tetapi Tuhan yang menjadi tujuan manusia senantiasa memberikan jalan yang terbaik.

la masih membuka jalan bagi Israel yang setia. Laut menjadi kering dan tiang cahaya senantiasa menuntutun bangsa yang setia pada jalan keselamatan. Allah yang adalah kasih, tetap mencintai manusia yang sering jatuh ke dalam dosa. Ketika manusia berdosa, manusia berada dalam kegelapan. Tetapi, ketika manusia ingin dan berniat untuk keluar dari dosanya di sanalah ia masuk ke dunia yang bercahaya dan terang.

Malam yang gelap adalah gambaran kematian atau hidup tanpa harapan, dan siang yang cerah adalah gambaran kehidupan yang penuh harapan. Kegelapan adalah kematian dan sebaliknya terang adalah gambaran kehidupan. Kenyataan kematian dan kehidupan inilah yang kita rayakan selama pekan suci ini. Kita telah menyaksikan betapa kegelapan menguasai manusia sehingga Yesus Putra Allah disalibkan. Malam ini kita menyaksikan sendiri bagaimana terang sebagai buah kebangkitan menerangi kehidupan kita. Malam ini kita semua menyaksikan Tuhan yang bangkit, Tuhan yang memberikan cahaya buat kehidupan kita, Tuhan yang memberikan semangat baru bagi kehidupan. Karena itu malam ini kita semua dibebaskan dari kebingungan yang sering kita alami karena cahaya Kristus menghalaukan segalanya.

Penginjil Lukas malam ini juga menampilkan kebingungan sekelompok perempuan yang datang ke makam Yesus. Sekelompok perempuan yang berjalan ke makam Yesus bagaikan gerombolan laron yang mau mencari terang pada sumber terang yang sebenarnya. Mereka berziarah ke makam Yesus dengan segala perlengkapan sebagai ungkapan berbela sungkawa. Lebih dari itu kelom[pok perempuan itu datang ke makam untuk mencari sesuatu yang hilang. Mereka mau mencari Tuhan yang diyakini sebagai sumber kehidupan dan harapan. Mereka ke makam untuk mencari tetapi mereka mengalami kebingungan karena tempat pemakaman Yesus sudah terbuka dan kasong. Dalam kebingunan itu mereka mendapat penjelasan Malaikat sehingga sepulang dari sana mereka menceritakan apa yang sebenarnaya, apa yang ssungguhnya terjadi. Kesaksian sekelompok perempuan itulah yang memungkinkan terang kebangkitan Tuhan semakin terpancar luas kepada orang-orang yang mendengarkan kesaksian mereka termasuk kelompok para murid.

Tangggal 26 Juni 2011 saya memipin perayaan ekaristi di gereja taman Getzemani dan tanggal 27 Juni saya bersama rombongan peziarah mengadakan jalan salib ke gereja makam kudus di Golgota. Jalan salib ke Golgota itu dimulai dari Gereja Santa Anna dan Yoyakim dan harus melintasi pasar menuju Gereja Makam Kudus. Jalan salib itu perhentian 1-9 terjadi dilorong-lorng pasar sedangkan perhentian 10-14 berada dalam Gereja Makam Kudus dan umumnya berada dalam keheningan yang luar biasa. Di dalam gereja Golgota setiap peziarah berkesempatan memmaski tempat paling kudus selama setengah menit untuk mencium tempat di mana Yesus mengalirkan darah dan menyerahkan nyawanya di salib. Kita masuk melalui rungan yang sempit menyerupai tirai yang terbelah. Setelah keluar dari tempat itu kita sampai ke tempat di mana banyak orang dari segala bangsa manangis dan meratap, membakar kemenyan dan menabur bunga. Di situ ada batu pualam yang menyerupai tikar yang tebentang dan tempat itu merupkan tempat jezanah Yesus dibaringkan saat diberi rempa-rempa dan dikafani. Dari tempat itu, kita harus menaiki belasan anak tangga dan kita memasuki tempat makam kudus. Di tempat itu setiap peziarah berlutut dan berkesempatan masuk dan mencim makam kudus. Di ata makam kudus itu sebuah salib besar yang diapiti arca Bunda Maria dan Rasul Yohanes. Kiri kanan makam terlihat malaikat-malaikat seperti dikisahkan dalam injil tadi. Sebagai salah seorang yang umat Tuhan yang berkesempatan berziarah ke tanah Suci saya selalu menceritakan apa yang saya lihat dan alami selama 2 minggu berziarah di sana. Maksudnya sama seperti para wanita dalam injil tadi, menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan dialami di sana.

Malam ini kita menerima terang Kristus yang bangkit karena kita yakin kebangkitan Yesus sebagai kebenaran yang harus dikatakan, diwartakan dalam kehidupan kita. Itu artinya kita menerima semangat Kristus. Menerima hidup yang diselamatkan dan tertebus karena itu kita semua yang mendapat terang berkewajiban untuk membagikan terang itu kepada sesama kita. Terang yang kita dapatkan dari Tuhan harus kita bawa dan nyalakan dalam kehidupan harian kita.

Sebagai orang beriman kita-saya dan Anda- harus segera menjadi bagian dari terang itu untuk kita bawa dalam seluruh tugas, karya pelayanan kita. Dunia tempat kita hidup, tempat kita bekerja mungkin masih banyak gelapnya. Tugas kita yang telah menerima terang dan telah menjadi bagian dari terang itu adalah mengatasi kegelapan-kegelapan yang terjelma dalam bentuk praktik hidup yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Di mana saja kita hidup, dan kita hidup sebagai apa itu tidak penting. Yang paling penting kita menjadikan diri kita sebagai terang karena sadar bahwa terang kita bukan dari diri kita tetapi bersumber pada Yesus sang Terang sejati.

Kita lebih dari seekor laron. Karena itu kalau kisah tentang laron membuat kita kagum maka betapa lebih mengaumkan lagi kalau kita menjadi terang. Kita telah membawa lilin sebagai simbol terang Kristus. Lebih dari itu malam kita sudah menjadi sepotong lilin yang bernyala. Mudah mudahan kita menjadi lilin hidup di tempat tugas dan karya kita. Orang bijak pernah bilang: tak ada gunanya engkau menggerutu ketika kegelapan menimpa engkau. Adalah lebih bijaksana bagimu kalau dalam kegelapan engkau berusaha menyalakan sebuah lilin. Tak ada gunanya engkau mengutuk kegelapan dunia kalau kamu tak rela tampil sebagai sebatang lilin yang bernyala di tengah kegelapan. Berkat untuk untuk kita… Amin



Tuhan Bangkit Alleluya….

No comments:

Post a Comment