Thursday, March 28, 2013

MISA KAMIS PUTIH 2023

Renungan Hari Kamis Putih, 28 Maret 2013
Kel.12.1-8.11-14 Ikor.11,23-26 Yoh.13,1-15
Komunitas Alma IPI Malang

Buka

Pada sore hari ini kita berkumpul untuk melaksanakana satu pesan penting yang dulu disampaikan Yesus dalam perjamuan terakhir. Setiap kali kita merayakan Ekaristi sebenarnya kita melaksanakan wasiat Yesus. la telah berpesan bahwa satu-satunya cara bagi kita untuk mengenangkan Kristus adalah merayakan apa yang dimintanya sebelum la kembali kepada Bapa-Nya. Pada sore ini Yesus memberikan tanda khusus untuk kita semua. la menjadikan diri-Nya sebagai makanan dan minuman yang menjamin kehidupan jiwa kita. Melalui peristiwa ini kita diminta untuk menyadari kehadiran Yesus secara simbolis dalam perayaan Ekaristi Kamis Putih ini. Kita hendaknya menaruh pengharapan terhadap Ekaristi sebagai wasiat akhir Yesus untuk kita. Yesus memberikan hidupnya untuk kita dengan maksud agar kita juga bisa menyumbangkan sesuatu untuk orang lain. Kita akui kelemahan kita. Kita kosongkan hati dan diri dari dosa agar rahmat Tuhan sore ini mengalir dan menjamah hidup kita



Renungan
Ilustrasi: Kalau Musim hujan berkepanjangan biasanya orang mendengarkan bunyi binatang. Binatang apakah itu? Itu adalah Kodok. Mengapa Kodok berbunyi kalau musim hujan tiba? Ternyata ada sejarahnya, ada cerita. Beginilah kisah dan ceritanya;

Dulu ada satu keluarga kodok dengan dua ekor anak masing-masing namanya Rambo dan Ramba. Rambo sebagai anak sulung termasuk anak yang baik, setia, taat pada orangtuanya. Lain halnya si Ramba. Yang bertingkah laku aneh. Segala sesuatu dibuat dan dilakukannya secara terbalik. Kalau ibunya meminta ramba menimba air maka dia membawa api. Jika disuruh ke utara maka Rampa pasti ke selatan. Karena itu semua perintah yang diberikan kepada Ramba harus dibuat terbalik.

Ketika Rambo masih merantau, ibu mereka menderita sakit. Menyadari ajal mendekat, induk kodok itu memanggil di Ramba untuk mendengarkan pesan penting. Pesan yang disampikan kepada Ramba “Kalau nanti ibu mati, tolong kuburkan ibu di muara sungai. Dengan pesan ini induk kodok berkeyakinan Ramba nanti akan menguburkan jasadnya di daerah pegunungan biar tidak dilanda banjir. Beberapa hari kemudian induk kodok itu mati. Ramba ingat betul pesan agar ibunya dikuburkan di Muara. Pada saat kematian ibunya Ramba menyadari bahwa selama hidup ia selalu berbuat yang berlawanan. Karena itu, Ramba, berpikir untuk pesan yang terakhir itu harus dilakukan secara benar, tidak boleh dibuat terbalik. Karena itu Ramba tidak menguburkan jasab ibunya di pegunungan di muara sungai sesuai yang dipesankan ibunya. Tak lama kemudian hujan lebat turun sungai banjir dan meluap. Banjir itu menerjang kawasan muara sampai kuburan induknya hilang tanpa bekas. Setelah banjir mereda Ramba ke muara dan ia menangis sepanjang hari karena kuburan ibunya telah disapu banjir. Karena itu, setiap kali ada hujan lebat kodok pasti berbunyi untuk mengenangkan kembali pristiwa tragis yang menimpa ibu mereka.

Kata kunci yang perlu kita ambil dari kisah Kodok ini adalah adanya PESAN menjalng Kematian. Dalam berbagai budaya masyarakat, pesan yang disampaiakan seseorang menjelang ajal dianggap menjadi pesan paling penting untuk diingat, dikenang sekaligus akan menuntun perilaku hidup.

Sore dan malam ini kita berkumpul untuk mengenangkan PESAN Yesus yang dahulu pernah disampaikan kepada para Rasul. Pada hari ini, sebelum merayakan Paska, Gereja mengajak kita semua untuk mengenangkan terjadinya sakramen Ekaristi dan Imamat. Kedua Sakramen ini dibuat Yesus pada malam perjamuan terakhir bersama murid-Nya di ruang atas sebuah rumah. Ruang itu disebut “coenaculum”. Tanggal 26 Juni 2011 saya bersama rombongan peziarah masuk dan berdoa di tempat itu. Tempat Yesus merayakan perjamuan terkahir itu berada di tingkat kedua (sehingga disebut ruangan atas) dan kini berada di dalam gereja yang nama Gereja Ayam Berkokok. Di sisi kanan Gereja itu ada patung Petrus yang mengakal Yesus sat ditanyai perempuan dan saat itu ayam berkokok. Ruangan paling bawah gereja itu dahulu dijadikan tempat Yesus dipenjarakan semalam sebelum setelah ditangkap di taman Getzemani. Taman Getzemani berada sekitar 1 km turun dari gereja ayam berkokok. Antara gereja ayam berkokok dan gereja Taman Getzemani ada gereja Air mata tempat Yesus menangis meramalkan keruntuhan kota Yeusalem. Gereja Taman Getzemani berada di lembah Kidron, tempat mengalirnya air dari kawasan kenisah melalui gerbang sampah salah satu dari delapan gerbang Yerualem. Di ruang atas itu kosong dan cukup luas. Di situ saya membaca ada tulisan: tempat perjamuan terkahir, Yesus bersama muridNya. Di tempat itu kami berdoa sebelum turun ke Gereja Getzemani. Kami berdoa di tempat itu memohonkan rahmat cinta kasih. Mengapa demikian?

Kami semua ingat bahwa di situlah Yesus membasuh kaki para murid-Nya, di tempat itu juga Ia mengadakan sakramen ekaristi: roti dan anggur diubah-Nya menjadi tubuh dan darah-Nya sendiri. Saat itu juga Ia mengadakan sakramen imamat: Ia memberi perintah kepada para rasul agar selalu mempersembahkan korban itu dalam perayaan bersama orang lain, dan mereka yang memimpinnya.

Setelah menerungkan pesan dan amanat Yesus di Gereja Ayam berkokok saya bersama rombongan mendapat kesempatan istimewa untuk meyarakan misa di gereja Taman Getzemani. Saya sendiri merasakan sebagai berkat luar biasa karena boleh merayakan ekaristi misa di sebuah altar yang di depannya menjadi tempat Yesus dahulu berdoa dan berkeringat darah sebelum ditangkap. Bagi saya dan rombongan peziarah merayakan misa di beberapa tempat seperti di Gua padang Gembala, di Gereja Kana, di Gerja Nasareth merupakan pengalaman iman yang luar biasa. Pengamalam iman yang sama kita alami malam ini di tempat ini. Kita merayakan apa yang diminta dan dipesankan Yesus untuk kita.

Pertemuan dan kebersamaan kita di sini saat ini adalah satu kebersamaan untuk mendengarkan nasihat dan wasiat, pesan Yesus Kristus. Dalam perjamuan inilah kita sendiri mendengarkan pesan Yesus itu. Dan semua pesan itu terungkap dalam bacaan hari ini. Hari ini kita semua datang untuk mendengarkan pesan akhir Yesus yang pernah disampaikannya 21 abad silam. Jika bangsa Israel selamat berkat darah anak domba maka kita diselamatkan ber¬kat darah Yesus. Yesus meninggalkan tubuh dan darah Nya untuk menjamin kelangsungan kehidupan kita yang percaya kepada Nya. Dalam perjamuan akhir Yesus secara simbolis menjelaskan tentang tugas perutusan-Nya. Tugas perutusan itu kini diteruskan dan diwariskan kepada para rasul, untuk tetap mengenangkan Dia.

Hal inilah yang menjadi inti tekanan Santo Paulus dalam bacaan kedua tadi. Paulus mengingatkan orang Korintus yang melupakan pesan Tuhan. Itulah sebabnya Paulus mengingatkan: Setiap kali manusia makan dan minum dari piala yang pernah dibuat Yesus, mereka mewartakan derita dan kematian Tuhan. Apa yang dikatakan Paulus itu merujuk pada sakramen Ekaristi.

Sakramen Ekaristi adalah sakramen cinta kasih. Dalam ekaristi manusia seiman bersama-sama menerima rahmat Ilahi: kekuatan surgawi, kerja sama, saling mendukung, sama-sama bersyukur dan berdoa serta mendengarkan sabda dalam kebersamaan yang diikat semangat persaudaraan karena kasih. Dalam sakramen Ekaristi: kita mendengarkan sabda Tuhan yang menguatkan, memberi jalan, memberi kesembuhan, memberi terang. Dalam sakramen ekaristi: kita berdoa bersama, menyanyi bersama. Kita mewujudkan persatuan iman. Tanda kita hadir sebagai putera-puteri Allah. Ekaristi menggantikan korban binatang perjanjian lama seperti yang digambarkan bacaan pertama. Ekaristi adalah kurban baru yang sempurna, sebab Tuhan sendiri menjadi kurban-Nya.

Ekaristis kenangan akan Tuhan tidak dapat terjadi tanpa imam. Itulah sebabnya Yesus juga mengadakan sakramen imamat. Tuhan membutuhkan orang khusus untuk meneruskan semangat cinta kasih-Nya secara turun temurun. Imam-imam dibutuhkan untuk memimpin, mengajar, menguduskan atau menruskan misi kegembalaan Yesus.

Apa yang dikatakan Paulus ditegaskan Yohanes dalam injilnya. Ia melukiskan tindakan Yesus merayakan perjamuan terakhir untuk menunjukkan bentuk dan cara mengenangkan kematian Yesus. Yesus memberikan contoh dengan cara yang paling praktis, gampang, sederhana. Nasehat. pesan Yesus disampaikan dalam tindakan nyata. Yesus bertindak praktis. Ia membuat sesuatu yang sangat jelas dan konk¬ret. Ironisnya para rasul justru tidak mengerti. Mereka tidak mengerti akan apa yang Yesus lakukan. Kehera¬nan itu nyata dalam reaksi Petrus sebagai orang nomor satu dalam kelompok para rasul. Petrus saja tidak mengerti apalagi yang lainnya. Yesus harus menjelaskan kepada mereka perihal maksud tindakan-Nya. Kata-kata Yesus tegas dan jelas: Jika kamu melihat aku gurumu berbuat demikian, maka hendaknnya kamu juga berbuat yang sama. Ini berarti Yesus berpe¬san supaya para rasul berbuat seperti yang dibuat Yesus. Para murid dituntut untuk membasuh kaki sesamanya. Aku gurumu telah memberikan teladan supaya kamu juga berbuat demikian. Pesan dan nasehat Yesus ini amat penting dan mendesak. Ia memberikan nasehat dan pesan dengan berbuat. Ia berpesan dengan tangan bukan dengan mulut.

Palam perjamuan perpisahan Yesus memberikan Tubuh dan Darahnya sendiri sebagai jaminan kehidupan. Harapannya kita semua yang telah menjadi pengikutnya bisa memberikan kehidupan kepada orang lain. Memberi¬kan diri bagi orang lain bukan hal mudah. Dibu¬tuhkan kemauan menyangkal diri. Setiap pelayanan yang diberikan kepada sesama adalah wujud pemberian diri kita kepada orang lain. Hari ini juga dalam cara yang sama Yesus mau menyampaikan pesan itu. Kita diminta untuk memba¬suh kaki sesama, menjadi pembersih sesama.

Saat ini masih begitu banyak orang yang perlu dibasuh, dibersihkan. Masyarakat kita masih banyak yang kotor otak dan perasaannya, kotor jiwa dan raganya. Kotor tutur kata dan tindakannya. Yesus memberi teladan membasuh kaki para murid agar para murid melanjutkan kebajikan melayani itu kepada manusia lain. Kita datang ke tempat ini, mendengar, menyaksikan bagaimana Yesus memberi contoh, teladan berbuat baik itu. Kita membantu sesama berarti kita mau membasuh kaki sesama. Setiap keinginan baik untuk menasihati sesama kita yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan juga cara kita membersihkan kaki sesama. Kita semua dipanggil untuk memba¬suh kaki sesama kita yang ditindih beban kehidupan entah karena hidup dalam dosa, kurang diperhatikan, mengalami kesulitan dalam kehidupan keluarga dan lain lain. Kesungguhan kita untuk bertanggungjawab pada tugas panggilan kita adalah tandanyakita mau membasuh kaki sesama dan melayani sesama.

Gereja punya harapan agar semua pengikut Kristus, yang telah mendengarkan prinsip hidup dalam kasih harus menjalankan hidup penuh cinta kasih. Malam ini kita diundang untuk merayakan, mengenangkan perbuatan Yesus itu. Apa yang diharapkan Tuhan dari kita? Yang diharapkan gereja dari kita adalah Hiduplah saling melayani dalam semangat cinta kasih. saling mengampuni. Dan akhirnya cinta kita kepada Tuhan diungkapan dalam Doa dan ekaristi penjamin kehidupan jiwa kita. Paulus mengingatkan kita: setiap kali saudara makan roti ini dan minum dari piala ini, saudara mewartakan Tuhan sampai la datang. Tuhan memberkati kita… Amin

No comments:

Post a Comment