Friday, July 15, 2016

MISA PERUTUSAN MAHASISWA KKN



Renungan Misa Perutusan Mahasiswa KKN STKIP Santu Paulus Ruteng
Ams.2,1-11; Mrk.10,46-52
Aula Missio Jumat, 15 Juli 2016

Buka
Hari ini, peserta KKN mengakhiri  dan memahkotai rangkaian kegiatan pembekalan dengan perayaan Ekaristi. Selama beberapa hari peserta dibekali dengan berbagai informasi yang menyentuh ranah kognitif Anda. Harapannya, hanya satu, peserta dapat menjalankan KKN sesuai dengan apa yang diharapkan. Horizon pemahaman Anda  pada tataran kogintif pengetahuan telah diperluas dengan berbagai materi yang Anda dapatkan. Secara akademik intelektual Anda siap menjalankan misi perutusan lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng. Kelengkapan dan luasnya wawasan pemahaman akademik Anda melalui pembekalan tentu saja tidak otomatis menjamin keberhasilan Anda dalam menjabarkan dan mengaplikasikan semua program yang telah disusun.
Kita memerlukan dasar pijakan dan tiang topangan spiritual bagi seluruh recana KKN ini. Kita memerlukan kekuatan dan jaminan penyertaaan Tuhan. Kita butuhkan topangan spiritual dengan menggali pesan Firman-Nya dan menimba aliran kasih-Nya dalam perayaan ekaristi ini. Kita bawa semua rencana, program kerja kita kepada Tuhan secara bersama dalam kelompok dan secara invidu. Kita bawa juga semua masyakat yang akan kita datangi dan menjumpai kita biar mereka terbuka menerima seluruh proses kerja kita. Kita berharap karena Tuhan kita akan bisa menjalankan KKN bukan saja bermartabat tetapi lebih dari itu KKN yang menjadikan kita sebagai pencari dan pemilik kebijaksanaan. Mengawali semuanya itu kita akui kesalahan dan dosa kita.
Renungan
Program KKN STKIP Santu Paulus Ruteng  tahun ini dijalankan di bawah payung tema yang luar biasa hebat dan inspiratif: “Membangun Desa Berbasis Kearifal Lokal”. Bagi saya tema ini tidak saja Hebat tetapi juga inspiratif. Mengapa? Karena tema ini  memuat unsur program, sasaran program, landasan pijak program. Membangun dalam tema ini bermakna aktivitas, desa menjadi titik sasar program, dan kearifan  lokal menjadi dasar perlaksnaaan program. Tema ini juga inspiratif karena melalui tema ini kita semua disadarkan bahwa hidup kita manusia ditandai dengan aktivitas. Aktivitas membangun adalah ciri dan pangggilan kehidupan. Tema besar ini jelas amat relevan dengan nama program yang akan kita jalankan  selama sebulan ke depan.
Program yang akan kita laksanakaan dinamakan KKN yang biasanya dipanjangkan dari kata Kuliah Kerja Nyata.  Ketiga kata ini sudah biasa dan sering  kita dengar dan ucapkan. Bagi peserta KKN tahun ini, tentu saja kata KKN ini menjadi sangat spesial karena Anda semua akan merasakan dan mengalami secara konkret apa yang nyata terjadi di tengah masyarakat. Dalam KKN Anda akan menilai apakah aneka pengetahuan teoretis yang Anda dapatkan saat kuliah bisa cocok atau berdamai dengan pengalaman nyata masyakat di mana Anda ber-KKN. Kondisi di lapangan merupakan ujian terbesar bagi Anda apakah Anda menjadi orang yang aktif bekerja, kreatif menemukan dan arif dalam aneka perilaku.
Buku Pedoman KKN secara sangat teknis mencatat bahwa KKN merupakan bentuk praktis dan langkah implemetasi pengembangan prilaku kecendikiwanan seseorang dalam rangka mempertajam  kepekaan terhadap masalah sosial kemasyarakatan. Dengan ini, jelas dan benar bahwa KKN merupakan salah satu tahap yang harus dilewati seseorang dalam rangka menciptkan keseimbangan antara pengetahuan teoretis dengan pengalaman nyata masyarakat. Karena itu, KKN hendaknya disadari sebagai momen spesial untuk menunjukkan kegayutan antara pengetahuan yang dipelajari secara teoretis dengan keterampilan beraksi nyata di tengah kehidupan masyarakat. 
Lembaga STKIP Santu Paulus telah berupaya memodali para peserta KKN melalui perkuliahan dan pekan pembekalan. Karena itulah, KKN bagai lembaga merupakan momentum perutusan. Lembaga mengutus Anda karena Anda semua telah melewati aneka proses akademik. Lembaga yakin sunggguh bahwa Anda semua telah menadi orang yang mampu menjembatani konsep teoretis dengan situasi masyarakat yang Anda datangi. Perilaku dan model tampil Anda di tengah masyarakat dengan segala programnya mencerminkan kualitas proses yang Anda dapatkan selama perkuliahan.
Konsep KKN sebagai momentum perutusan hendaknya disadari sungguh-sungguh oleh setiap peserta karena tidak mudah bagi para peserta untuk mendamaikan idealisme yang diteorikan dan kenyataan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita bisa bertindak. Kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita bertindak merupakan kondisi mental yang memungkinkan kita bisa bertindak tepat tempat, tepat waktu, dan tepat sasar. Bertindak tepat tempat, waktu dan tepat sasar ini memungkinkan Anda disebut sebagai orang pandai yang bijaksana. Hanya orang yang pandai dan bijaksana yang bisa melakukan segalanya secara tepat.
Dua teks Kitab suci dalam misa perutusan ini menggariswabahi pentingnya kebijaksanaan sebagai pengarah perilaku dan peribahasa kita kapan dan di mana saja kita hidup. Kitab Amsal menegaskan bahwa menuntut hikmat dan kebijaksanaan merupakan langkah setiap orang untuk hidup dan bertindak dalam alur yang benar menuju sasaran yang benar. Kata Amal, “Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, telingamu memperhatikan hikmat, hatimu terarah kepada kepandaian dan pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, mencari hikmat dan kebijaksanaan seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian. Pengertian hanya didapatkan kalau manusia membuka diri terhadap kehendak Tuhan yang hadir melalui orang-orang yang dipakai Tuhan. Kata Amsal, “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian, menyediakan pertolongan bagi orang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena itu, hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Semua proses yang sudah Anda lewati sebelum KKN ini memungkingkan Anda semua menjadi orang yang berkebijaksanaan yang siap diutus.
Kisah Injil yang menghadirkan tokoh Bartimeus hari ini sesungguh dapat dimaknai sebagai momentum perutusan. Saya mengajak semua peserta KKN untuk mendisposisikan diri sebagai Bartimeus yang Buta. Lokasi atau latar tempat kisah injil tadi di dekat kota Yerikho (saya sudah sampai di tempat itu). Tokoh utama yang ditampilkan Bartimeus yang kondisi fisiknya buta diperhadapkan dengan Yesus yang berkuasa menyembuhkan. Bartimeus yang buta itu sadar dan pernah mendengarkan kisah tentang aksi penyembuhan yang dilakukan Yesus. Itulah yang mendorong Bartimeus mendekat ke kota Yeikho. Saat Yesus keluar dari kota itu bartimeus mendengar bahwa Yesus akan melintas. Ia tidak ingin kehilangan momentum berahmat sehingga ia berteriak agar suaranya diperhatikan dan didengarkan. Terbukti suara Bartimeus dianggap sebagai kebisingan dan kegaduhan oleh para murid Yesus.  Dia diminta agar diam tetapi justru ia berteriak semakin keras. Mengapa Bartimeus yang buta itu harus berteriak? Jawabannya karena ia memiliki kerinduan yang paling dalam untuk bisa melihat. Mengapa ia mendekat ke kota Yerikho? Jawabannya karena ia merindukan kesembuhan untuk bisa melihat.
Bartimeus sadar diri sebagai orang buta. Kondisi buta  jelas membatasi ruang geraknya secara fisik. Ia inginkan pembebasan secara fisik agar dapat melakukan lebih banyak hal dalam dan selama hidupnya. Bartimeus memang buta matanya tetapi tidak buta hati dan pikirannya. Buktinya ia merapat ke gerbang kota Yerikho dan berteriak meminta diperhatikan agar disembukan. Program kerja tepat (merapat ke kota Yerikho), tindakannya tetap (cukup dengan cara berteriak), tujuannya tepat pula (mendapatkan kesembuhan). Kalau saat misa perutusan ini para peserta mendisposisikan diri sebagai Bartimeus maka kita harus berlangkah mundur melihat pengalaman awal mengapa kita datang dan belajar di STKIP ini.
Anda memilih STKIP sebagai Yerikho buat Anda mendapatkan sesuatu. Anda merapat ke STKIP sebagai Bartimeus yang bukan buta fisik tetapi buta pengetahuan dan keterampilan. Anda merapat ke STKIP karena Anda mendengarkan kisah bahwa banyak orang mendapatkan kesembuhan atau kebaikan setelah diproses di lembaga ini. Karena itu proses perkulihan sebelum KKN buat Anda kiranya dimaknai sebagai masa Anda membuka mata hati Anda sebelum menerima perutusan seperti ini. Penampilan tokoh Bartimeus hendaknya menjadi pengingat bagi Anda bahwa dulu Anda masuk ke sini ibaratnya orang buta yang merindukan kesembuhan dan ingin melihat. Lembaga ini telah memproses Anda melalui pelbagai dinamika yang telah Anda alami dan kini mata Anda telah terbuka. Bukan hanya mata fisik Anda yang terbuka tetapi mata wawasan,pikiran dan pemahaman Anda sudah terbuka lebar untuk melihat dan memakanai kenyataan. Dalam konteks kisah Bartimeus ini para peserta KKN harus merasa diri sebagai Bartimeus yang dulu buta kini sembuh dan menerima perutusan untuk melihat dan memaknai  lebih banyak kenyataan kehidupan. STKIP telah menjadi Yerikho, tempat penyembuhan Anda dari buta pengetahuan, wawasan, dan pengertian. Ketika Anda mendaftar diri sebagai peserta KKN di sana sebanarnya secara tidak langsung Anda menegaskan bahwa Anda telah disembuhkan dan menjadi manusia yang sudah bisa melihat.
Kisah kesembuhan Bartiumeus tadi sesungguhnya tidak terlalu penting dibandingkan dengan tujuan penyembuhan itu. Karena itu kisah itu bukan sekadar menginformasikan tentang pengalaman kesembuhan bartimeus tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kesembuhan itu berujung pada perutsusan untuk membutikan bahwa kesembuhan itu berdampak nyata dalam hidup. Karena itu, ketika Yesus bertanya tentang apa yang diinginkannya, Bartimeus  menjawab Rabuni, supaya aku melihat. Mengrankan bagi kita bahwa Yesus tidak menjawab misalnya, “Ya sekarang silahkan melihat”. Yang dikatakan Yesus justru perintah atau imperasi untuk pergi. Setelah Bartimeus bangun dan siap pergi baru dia bisa melihat semua kenyataan secara tepat. “Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”. Yesus tidak mengakan melihatlah imanmu telah membantu engkau untuk bisa melihat. Di sini jelas bagi kita bahwa orang bisa melihat lebih banyak hanya kalau orang bersedia untuk pergi. Bagi Yesus mata yang normal dan baik tidak menjamin orang bisa dan bersedia pergi menerima tugas perutusan. Bagi Yesus orang akan melihat kenyataan sebenarnya bermula dari kerelaan untuk siap diutus. Bagi Yesus mata baik bukan syarat bisa melihat yang bnar tetapi kesediaan untuk diutus justru menjadi syarat untuk bisa melihat yang benar.
Karena itu, kami berharap peserta KKN,  tidak perlu berbangga dan membanggakan diri sebagai orang yang telah memiliki pengatahuan yang banyak sebagai modal untuk ber-KKN tetapi yang paling penting Anda punya niat dan tekat untuk pergi dan melaksanakan semuanya dengan niat dan semangat yang baik, maka di sana Anda akan bisa melihat lebih banyak dari apa yang Anda pelajari. Ingat Bartimeus baru bisa melihat setelah ia bersedia pergi mengikuti perintah Yesus. Kerelaan dan kesesdiaan untuk pergi itulah yang memungkinkan mata Anda terbuka melihat kenyataaan.  Semoga semangat Bartimeus memberi inspirasi buat Anda semua untuk bisa melihat kenyataan di tempat ber-KKN. Tidak penting bagi Bartimeus mengalami kesembukan di kota Yeriko, karena yang paling penting dia bisa melihat lebih banyak setelah disembuhkan. Tidak penting Anda disembuhkan di STKIP dengan pengetahuan yang Anda pelajari tetapi yang terpenting bagaimana Anda bisa melihat kenyataan berdasarkan apa yang Anda pelajari. Lembaga berharap Anda semua menjadi Bartimeus yang mengalami kesembuhan sejak Anda bersedia untuk pergi dan di sana Anda membuktikan bahwa Anda memang telah menjadi orang yang bisa melihat.  Lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng mengutus Anda sebagai Bartimeus. Karena itu belajrlah pada Bartimeus yang kreatif, aktif, dan responsif. Semoga Aanda kembali sebagai Bartimeus yang sukses dalam menjalankan misi perutusan lembaga. Amin 


Rm.Bone Rampung


No comments:

Post a Comment