Renungan Misa Perutusan Mahasiswa KKN STKIP Santu Paulus Ruteng
Ams.2,1-11; Mrk.10,46-52
Aula Missio Jumat, 15 Juli 2016
Buka
Hari ini, peserta KKN mengakhiri dan memahkotai rangkaian kegiatan pembekalan
dengan perayaan Ekaristi. Selama beberapa hari peserta dibekali dengan berbagai
informasi yang menyentuh ranah kognitif Anda. Harapannya, hanya satu, peserta
dapat menjalankan KKN sesuai dengan apa yang diharapkan. Horizon pemahaman
Anda pada tataran kogintif pengetahuan
telah diperluas dengan berbagai materi yang Anda dapatkan. Secara akademik
intelektual Anda siap menjalankan misi perutusan lembaga STKIP Santu Paulus
Ruteng. Kelengkapan dan luasnya wawasan pemahaman akademik Anda melalui
pembekalan tentu saja tidak otomatis menjamin keberhasilan Anda dalam
menjabarkan dan mengaplikasikan semua program yang telah disusun.
Kita memerlukan dasar pijakan dan tiang topangan
spiritual bagi seluruh recana KKN ini. Kita memerlukan kekuatan dan jaminan
penyertaaan Tuhan. Kita butuhkan topangan spiritual dengan menggali pesan
Firman-Nya dan menimba aliran kasih-Nya dalam perayaan ekaristi ini. Kita bawa
semua rencana, program kerja kita kepada Tuhan secara bersama dalam kelompok
dan secara invidu. Kita bawa juga semua masyakat yang akan kita datangi dan
menjumpai kita biar mereka terbuka menerima seluruh proses kerja kita. Kita
berharap karena Tuhan kita akan bisa menjalankan KKN bukan saja bermartabat
tetapi lebih dari itu KKN yang menjadikan kita sebagai pencari dan pemilik
kebijaksanaan. Mengawali semuanya itu kita akui kesalahan dan dosa kita.
Renungan
Program KKN STKIP Santu Paulus Ruteng tahun ini dijalankan di bawah payung tema
yang luar biasa hebat dan inspiratif: “Membangun Desa Berbasis Kearifal Lokal”.
Bagi saya tema ini tidak saja Hebat tetapi juga inspiratif. Mengapa? Karena
tema ini memuat unsur program, sasaran
program, landasan pijak program. Membangun dalam tema ini bermakna aktivitas,
desa menjadi titik sasar program, dan kearifan
lokal menjadi dasar perlaksnaaan program. Tema ini juga inspiratif
karena melalui tema ini kita semua disadarkan bahwa hidup kita manusia ditandai
dengan aktivitas. Aktivitas membangun adalah ciri dan pangggilan kehidupan.
Tema besar ini jelas amat relevan dengan nama program yang akan kita jalankan selama sebulan ke depan.
Program yang akan kita laksanakaan dinamakan KKN yang
biasanya dipanjangkan dari kata Kuliah Kerja Nyata. Ketiga kata ini sudah biasa dan sering kita dengar dan ucapkan. Bagi peserta KKN
tahun ini, tentu saja kata KKN ini menjadi sangat spesial karena Anda semua
akan merasakan dan mengalami secara konkret apa yang nyata terjadi di tengah
masyarakat. Dalam KKN Anda akan menilai apakah aneka pengetahuan teoretis yang
Anda dapatkan saat kuliah bisa cocok atau berdamai dengan pengalaman nyata
masyakat di mana Anda ber-KKN. Kondisi di lapangan merupakan ujian terbesar bagi
Anda apakah Anda menjadi orang yang aktif bekerja, kreatif menemukan dan arif
dalam aneka perilaku.
Buku Pedoman KKN secara sangat teknis mencatat bahwa
KKN merupakan bentuk praktis dan langkah implemetasi pengembangan prilaku
kecendikiwanan seseorang dalam rangka mempertajam kepekaan terhadap masalah sosial
kemasyarakatan. Dengan ini, jelas dan benar bahwa KKN merupakan salah satu
tahap yang harus dilewati seseorang dalam rangka menciptkan keseimbangan antara
pengetahuan teoretis dengan pengalaman nyata masyarakat. Karena itu, KKN
hendaknya disadari sebagai momen spesial untuk menunjukkan kegayutan antara
pengetahuan yang dipelajari secara teoretis dengan keterampilan beraksi nyata
di tengah kehidupan masyarakat.
Lembaga STKIP Santu Paulus telah berupaya memodali
para peserta KKN melalui perkuliahan dan pekan pembekalan. Karena itulah, KKN
bagai lembaga merupakan momentum perutusan. Lembaga mengutus Anda karena Anda
semua telah melewati aneka proses akademik. Lembaga yakin sunggguh bahwa Anda
semua telah menadi orang yang mampu menjembatani konsep teoretis dengan situasi
masyarakat yang Anda datangi. Perilaku dan model tampil Anda di tengah
masyarakat dengan segala programnya mencerminkan kualitas proses yang Anda
dapatkan selama perkuliahan.
Konsep KKN sebagai momentum perutusan hendaknya
disadari sungguh-sungguh oleh setiap peserta karena tidak mudah bagi para
peserta untuk mendamaikan idealisme yang diteorikan dan kenyataan yang
dihadapi. Untuk itu diperlukan kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita
bisa bertindak. Kesadaran tentang siapa kita dan bagaimana kita bertindak
merupakan kondisi mental yang memungkinkan kita bisa bertindak tepat tempat,
tepat waktu, dan tepat sasar. Bertindak tepat tempat, waktu dan tepat sasar ini
memungkinkan Anda disebut sebagai orang pandai yang bijaksana. Hanya orang yang
pandai dan bijaksana yang bisa melakukan segalanya secara tepat.
Dua teks Kitab suci dalam misa perutusan ini
menggariswabahi pentingnya kebijaksanaan sebagai pengarah perilaku dan
peribahasa kita kapan dan di mana saja kita hidup. Kitab Amsal menegaskan bahwa
menuntut hikmat dan kebijaksanaan merupakan langkah setiap orang untuk hidup
dan bertindak dalam alur yang benar menuju sasaran yang benar. Kata Amal, “Hai
anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam
hatimu, telingamu memperhatikan hikmat, hatimu terarah kepada kepandaian dan
pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, mencari hikmat dan
kebijaksanaan seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta
terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian. Pengertian hanya didapatkan
kalau manusia membuka diri terhadap kehendak Tuhan yang hadir melalui
orang-orang yang dipakai Tuhan. Kata Amsal, “Karena Tuhanlah yang memberikan
hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian, menyediakan
pertolongan bagi orang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela
lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya
yang setia maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan
kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena itu, hikmat akan masuk ke
dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan
memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Semua proses yang sudah Anda
lewati sebelum KKN ini memungkingkan Anda semua menjadi orang yang berkebijaksanaan
yang siap diutus.
Kisah Injil yang menghadirkan tokoh
Bartimeus hari ini sesungguh dapat dimaknai sebagai momentum perutusan. Saya
mengajak semua peserta KKN untuk mendisposisikan diri sebagai Bartimeus yang
Buta. Lokasi atau latar tempat kisah injil tadi di dekat kota Yerikho (saya
sudah sampai di tempat itu). Tokoh utama yang ditampilkan Bartimeus yang
kondisi fisiknya buta diperhadapkan dengan Yesus yang berkuasa menyembuhkan.
Bartimeus yang buta itu sadar dan pernah mendengarkan kisah tentang aksi penyembuhan
yang dilakukan Yesus. Itulah yang mendorong Bartimeus mendekat ke kota Yeikho.
Saat Yesus keluar dari kota itu bartimeus mendengar bahwa Yesus akan melintas.
Ia tidak ingin kehilangan momentum berahmat sehingga ia berteriak agar suaranya
diperhatikan dan didengarkan. Terbukti suara Bartimeus dianggap sebagai
kebisingan dan kegaduhan oleh para murid Yesus.
Dia diminta agar diam tetapi justru ia berteriak semakin keras. Mengapa
Bartimeus yang buta itu harus berteriak? Jawabannya karena ia memiliki
kerinduan yang paling dalam untuk bisa melihat. Mengapa ia mendekat ke kota
Yerikho? Jawabannya karena ia merindukan kesembuhan untuk bisa melihat.
Bartimeus sadar diri sebagai orang buta.
Kondisi buta jelas membatasi ruang
geraknya secara fisik. Ia inginkan pembebasan secara fisik agar dapat melakukan
lebih banyak hal dalam dan selama hidupnya. Bartimeus memang buta matanya
tetapi tidak buta hati dan pikirannya. Buktinya ia merapat ke gerbang kota
Yerikho dan berteriak meminta diperhatikan agar disembukan. Program kerja tepat
(merapat ke kota Yerikho), tindakannya tetap (cukup dengan cara berteriak),
tujuannya tepat pula (mendapatkan kesembuhan). Kalau saat misa perutusan ini
para peserta mendisposisikan diri sebagai Bartimeus maka kita harus berlangkah
mundur melihat pengalaman awal mengapa kita datang dan belajar di STKIP ini.
Anda memilih STKIP sebagai Yerikho buat Anda
mendapatkan sesuatu. Anda merapat ke STKIP sebagai Bartimeus yang bukan buta
fisik tetapi buta pengetahuan dan keterampilan. Anda merapat ke STKIP karena
Anda mendengarkan kisah bahwa banyak orang mendapatkan kesembuhan atau kebaikan
setelah diproses di lembaga ini. Karena itu proses perkulihan sebelum KKN buat
Anda kiranya dimaknai sebagai masa Anda membuka mata hati Anda sebelum menerima
perutusan seperti ini. Penampilan tokoh Bartimeus hendaknya menjadi pengingat
bagi Anda bahwa dulu Anda masuk ke sini ibaratnya orang buta yang merindukan
kesembuhan dan ingin melihat. Lembaga ini telah memproses Anda melalui pelbagai
dinamika yang telah Anda alami dan kini mata Anda telah terbuka. Bukan hanya
mata fisik Anda yang terbuka tetapi mata wawasan,pikiran dan pemahaman Anda
sudah terbuka lebar untuk melihat dan memakanai kenyataan. Dalam konteks kisah
Bartimeus ini para peserta KKN harus merasa diri sebagai Bartimeus yang dulu
buta kini sembuh dan menerima perutusan untuk melihat dan memaknai lebih banyak kenyataan kehidupan. STKIP telah
menjadi Yerikho, tempat penyembuhan Anda dari buta pengetahuan, wawasan, dan
pengertian. Ketika Anda mendaftar diri sebagai peserta KKN di sana sebanarnya
secara tidak langsung Anda menegaskan bahwa Anda telah disembuhkan dan menjadi
manusia yang sudah bisa melihat.
Kisah kesembuhan Bartiumeus tadi
sesungguhnya tidak terlalu penting dibandingkan dengan tujuan penyembuhan itu.
Karena itu kisah itu bukan sekadar menginformasikan tentang pengalaman
kesembuhan bartimeus tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kesembuhan itu
berujung pada perutsusan untuk membutikan bahwa kesembuhan itu berdampak nyata
dalam hidup. Karena itu, ketika Yesus bertanya tentang apa yang diinginkannya,
Bartimeus menjawab Rabuni, supaya aku
melihat. Mengrankan bagi kita bahwa Yesus tidak menjawab misalnya, “Ya sekarang
silahkan melihat”. Yang dikatakan Yesus justru perintah atau imperasi untuk
pergi. Setelah Bartimeus bangun dan siap pergi baru dia bisa melihat semua
kenyataan secara tepat. “Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau”. Yesus
tidak mengakan melihatlah imanmu telah membantu engkau untuk bisa melihat. Di
sini jelas bagi kita bahwa orang bisa melihat lebih banyak hanya kalau orang
bersedia untuk pergi. Bagi Yesus mata yang normal dan baik tidak menjamin orang
bisa dan bersedia pergi menerima tugas perutusan. Bagi Yesus orang akan melihat
kenyataan sebenarnya bermula dari kerelaan untuk siap diutus. Bagi Yesus mata
baik bukan syarat bisa melihat yang bnar tetapi kesediaan untuk diutus justru
menjadi syarat untuk bisa melihat yang benar.
Karena itu, kami berharap peserta KKN, tidak perlu berbangga dan membanggakan diri
sebagai orang yang telah memiliki pengatahuan yang banyak sebagai modal untuk
ber-KKN tetapi yang paling penting Anda punya niat dan tekat untuk pergi dan
melaksanakan semuanya dengan niat dan semangat yang baik, maka di sana Anda
akan bisa melihat lebih banyak dari apa yang Anda pelajari. Ingat Bartimeus
baru bisa melihat setelah ia bersedia pergi mengikuti perintah Yesus. Kerelaan
dan kesesdiaan untuk pergi itulah yang memungkinkan mata Anda terbuka melihat
kenyataaan. Semoga semangat Bartimeus
memberi inspirasi buat Anda semua untuk bisa melihat kenyataan di tempat
ber-KKN. Tidak penting bagi Bartimeus mengalami kesembukan di kota Yeriko,
karena yang paling penting dia bisa melihat lebih banyak setelah disembuhkan.
Tidak penting Anda disembuhkan di STKIP dengan pengetahuan yang Anda pelajari
tetapi yang terpenting bagaimana Anda bisa melihat kenyataan berdasarkan apa
yang Anda pelajari. Lembaga berharap Anda semua menjadi Bartimeus yang
mengalami kesembuhan sejak Anda bersedia untuk pergi dan di sana Anda
membuktikan bahwa Anda memang telah menjadi orang yang bisa melihat. Lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng mengutus
Anda sebagai Bartimeus. Karena itu belajrlah pada Bartimeus yang kreatif,
aktif, dan responsif. Semoga Aanda kembali sebagai Bartimeus yang sukses dalam
menjalankan misi perutusan lembaga. Amin
Rm.Bone
Rampung
No comments:
Post a Comment