Saturday, July 16, 2016

MINGGU BIASA KE-16 TAHUN C/2



HARI MINGGU BIASA XVI THN C/2
Kej.18,1‑10a  Kol.1,24‑28  Luk.10,38‑42
Paroki Kritus Raja Mbaumuku Minggu, 17 Juli 2016
==========================================================
Buka
Sibuk dan berkesibukan telah menjadi ciri atau identitas hidup dan kehidupan manusia sepanjang zaman. Lebih lagi zaman sekarang kesibukan menjadi indikator keberhasilan seseorang. Kesibukan sering dinilai penting tanpa memperoalkan untuk apa orang sibuk dan apa yang harus disibuki. Orang sibuk sering dipuji karena ada pengandaian kesibukan menjadi awal setiap kesuksesan dalam hidup. Hari ini, melalui Firman yang diperdengarkan kepada, Yesus justru mengkritisi setiap kesibukan manusia. Bagi Yesus, ke­sibukan bukanlah takaran dan ukuran yang menentukan kualitas dan mutu kehidupan manusia. Bagi Yesus kesibukan yang tanpa hasil tidak ada artinya. Yesus menghendaki suatu model kesibukan yang membuahkan hasil. Penggalan kitab suci seben­tar berkisah tentang kesibukan Abraham, Paulus dan Marta serta Maria berhadapan dengan para tamu. Pengalaman bertamu yang melahirkan kesibukan tuan  rumah sekaligus sebagai ke­sempatan untuk menilai tuan rumah yang menerima tamu. Mari­lah kita bertanya diri perihal semua kesibukan kita selama ini. Apakah kesibukan kita betul berisi ataukah hanya seka­dar sibuk. Mungkin kita berlaku seperti Marta yang selalu sibuk sampai tidak bisa membedakan hal terpenting. Mungkin kita kesibukan membuat kita tidak punya waktu untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan SabdaNya. Atas semua kelalaian itu kita mohon kerahiman Tuhan yang maha pengampun.....

Renungan
Orang bilang, rumah yang tidak pernah menerima tamu dan didatangi tamu diibaratkan sebagai sebuah pekuburan. Terlepas  dari benar tidaknya pernya­taan ini namun satu hal yang mau dikatakan bahwa menerima tamu di rumah itu, mengundang orang bertamu ke rumah itu merupakan satu hal yang baik karena bertalian dengan dimensi sosialitas manusia. Dalam perkara menerima tamu, ada sementara orang mengatakan bahwa orang di dunia Timur  adalah  orang yang bersikap ramah tamah. Keramah-tamahan itu salah satunya dibukti­kan dengan kebiasaan mereka menerima tamu ke rumah. Tata cara orang timur menerima tamu ke rumah  itu ada  aturan mainnya, ada tata caranya. Aturan main, tata cara itu tidak hanya untuk tamu yang datang tetapi juga untuk tuan rumah yang didatangi tamu atau dikunjungi. Tamu datang mengetahui apa yang sebaiknya untuk tuan rumah yang didatangi dan tuan rumah juga mengarhui apa yang sebaiknya untuk tamu yang datang.
 Ketiga penggalan ki­tab suci yang kita dengar dalam ketiga bacaan hari ini pada in­tinya mau menggaris bawahi tata cara, aturan main dalam ber­tamu dalam kunjung mengunjungi. Kitab kejadian dalam bacaan pertama tadi menggambarkan teknik, strategi Abraham ketika menerima tamu ke rumahnya. Dikatakan bahwa pada waktu itu Tuhan sendiri mau bertamu dalam penampakan yang terjelma dalam tiga orang tamu. Abraham punya sikap tersendiri dan unik dalam menerima tamunya itu. Abraham melihat ketiga orang itu, ia berlari dari depan pintu kemahnya, ia menjem­put mereka, ia menghormati mereka dengan bersujud ke tanah, ia mengajak  mereka untuk mampir ke kemahnya biar minum air dingin dan meminta mereka beristirahat sebentar. Ia menghi­dangkan mereka roti yang dibuat Sara, serta daging yang enak. Pelayanan  Abraham memang sempurna. Servisnya me­muaskan. Kian senangnya ketiga tamu itu dengan makanan yang enak itu maka mereka bertanya siapa yang membuat semuanya itu. Ternyata Sara bermain dibalik roti dan daging yang enak itu. Ia sibuk di dapur sampai tamu tidak tahu dia berada di mana. Sara pun dicari karena ia tidak menonjolkan dirinya di hadapan  tamu. Kepada Sara yang tidak menonjolkan diri itu dijanjikan seorang anak. Abraham memberi pelayanan kepada orang asing yang membuat semua mereka merasa senang dan diterima. Santu Paulus dalam bacaan kedua juga punya cara yang unik dalam hal melayani. Kepada Jemaat di Kolose Paulus menulis perihal cara dan model pelayanannya. Pelayanan Paulus itu tertuju kepada Yesus Kristus sendiri. Yesus yang telah melayani jemaat mau diteruskan dalam misi Paulus ini dengan melayani jemaat yang lainnya. Pelayanan yang ditawarkan Pau­lus itu berupa Firman Tuhan sendiri.
 Kebiasaan menerima dan menjamu tamu itu berlangsung sejak dahulu kala dan tetap berlanjut sampai zaman kita sekarang ini. Injil tadi mengisahkan tentang pengalaman tamu yang medtangi keluarga yang berada di kampung Betania. Santu Lukas mencatat bahwa di kampung Betania itu ada dua bersaudara. Mereka itu bernama Maria dan Marta. Maria dan Marta ini juga punya cara strategi yang unik dalam menerima dan menja­mu tamu. Tamu mereka saat itu adalah seorang pemuda yang sangat akrab dengan saudara mereka yang bernama Lazarus. Nama pemuda itu adalah Yesus. Lukisan penginjil lu­kas tadi sangat berbeda dengan caranya Abraham menerima ketiga orang asing dalam bacaan pertama.  Kalau kita mendengarkan secara teliti apa yang terjadi pada saat Yesus bertamu di sana maka jelas akan muncul kesan yang kurang enak. 
Cara Maria dan Marta menerima Yesus dan para muridnya sebagai tamu betul tidak sesuai dengan perasaan dan kebia­saan orang Timur. Kehadiran rombongan Yesus mendatang­kan suasana pertentangan antara tuan rumah antara Maria dan Marta. Rombongan Yesus itu memang merepotkan dan membuat ke­dua bersaudara itu menentukan prioritas masing‑masing. Marta utamakan dapur sedangkan Maria utumakan kamar tamu. Perbedaan prioritas dan kepentingan ini melahirkan perbedaan da­lam penilaian dan nilai yang didapat. Marta tampil seakan mengumumkan bahwa apa yang dibuatnya dan yang dipilihnya merupakan yang paling pent­ing. Dia sibuk di dapur. Bibirnya yang tadinya penuh lipstik kini harus diganti dengan arang. Pipinya yang tadinya di­poles dengan bedak mahal kini harus diganti dengan abu dapur dan bahkan ia harus memeras air mata gara‑gara asap dapur yang menyelimuti dia. Sampai di sini sebenarnya pilihan Marta bernilai tinggi. 
Persoalannya muncul ketika Marta meninggalkan tungku api, meluncur ke ruangan tamu di mana Maria sedang mendengarkan Yesus ber­sama rombongan-Nya. Marta tanpa basa basi, secara lancang, tanpa memperhitungkan perasaan Yesus  dan para murid-Nya sebagai tamu, menuduh Yesus  sebagai orang yang tidak punya kepedulian terhadap kesibukan Marta. “Tuhan, tidakkah Engkau peduli dengan kesubukan saya? Lihat bibir saya penuh arang, pipi saya penuh debu karena kerja sendiri, sibuk sendiri di dapur. Suruhlah Maria untuk membantu aku. Kita bisa bayangkan bagaimana muka Yesus saat itu karena tuan rumah yang menyuruh tamu. Sikap dan cara Marta ini memang berlawanan dengan kebiasaan kita yang beru­saha agar segala hal yang berkaitan dengan pelayanan terha­dap tamu harus disembunyikan. 
Sara dalam bacaan pertama tentu patut dipuji karena dia tidak pernah tampil di ruangan tamu. Yang ditampilkan di sana hanyalah hasil dari kesibukannya. Coba ktia bayangkan kalau besok kita pergi bertamu ke satu keluarga dan ibu rumah tanggap sibuk buatkan kopi di dapur dan bapa harus menemani tamunya di ruangan tamu. Dan saat itu ibu datang dan berteriak di depan kita sebagai tamu, dan ia perintahkan agar perintahkan bapa/suaminya supaya segera per­gi pinjam gula di rumah tetangga. Tentu kita sebagai tamu merasa malu dan bila perlu segera minta pulang.  Yesus seba­gai tamu dalam cerita tadi mengalami hal serupa karena Marta secara tidak langsung menyuruh  Yesus untuk segera ke dapur un­tuk melayani.  Kesibukan Marta itu belum terbukti karena belum ada sesuatu yang dihidangkan kepada Yesus dan rombongan-Nya. Marta mengatakan bahwa ia sibuk melayani tetapi belum ada teh atau kopi yang disajikan. Sampai akhir cerita injil tadi tidak ditulis bahwa setelah itu Yesus minum atau makan. Marta menganggap diri sibuk tetapi sibuk tanpa hasil. Untung Yesus itu orang hebat, tidak kenal malu, tidak meninggalkan rumah itu. Yesus justruperistiwa itu untuk menegaskan tentang arti dan makna setiap kesibukan manusia. Bagi Yesus Marta menjadi wakil semua manusia yang sibuk terus dan terus sibuk tetapi hasil dari kesibukan tidak nyata. Itu sama artinya orang pura-pura sibuk atau hanya main sibuk-sibukka. Bagi Yesus hidup yang hanya terkesan sibuk-sibukan tanpa hasil adalah kehidupan yang tidak bernilai, kehidupan yang tidak berarti. Bagi Yesus sebuah kesibukan baru bernilai untuk kehidupan hanya jika buah dan hasil kesibukan itu menjadi suatu kenyataan yang berguna. Tidak ada gunanya orang menyampaikan bahwa ia sibuk di dapur tetapi tak secangkir teh pun yang disajikan. Tak ada gunanya seorang bapa menyatakan sibuk kerja di kebun, di kantor, di sekolah tetapi sampai dia pensiun tidak ada prestasi dan hasil kerja yang bisa dinikmati orang lain.
Menghadpi Marta yang lancang dan cerewt itu Yesus mengajarkan nilai kesibukan manusia dan pilihan terpenting dalam hidup. Sibuk haruslah bermakna, sibuk haruslah berarti, sibuk haruslah dibuktikan dengan hasil. Marta sibuk sekadar sibuk, ia hanya sibuk-sibukan. Karena kesibukannya tidak menghasilkan sesuatu maka itu sama artinya dia telah memilih yang salah, memilih yang tidak penting. Itulah sebabnya Yesus justru memuji Maria yang tidak sibuk tetapi mendengarkan apa yang Yesus sampaikan. Bagi Yesus Maria memilih yang paling penting. Maria tidak sibuk ia hanya menyiapkan diri tenaga dan waktunya untuk mendengarkan Yesus.
Sebagai manusia tentu kita memang maklum dengan cara dan sikap Mar­ta ini tetapi sebagai ornag yang tahu adat jelas kita tidak setuju dengan cara Marta bersikap di hadapan tamunya. Namun dari sikap Marta ini kita bisa dapat hal penting, karena dengan itu  Yesus bisa membaeri pennilaian atas perbuatan Mar­ta dan perbuatan Maria. Karena Marta protes, dia tahu nilai kerjanya, nilai kesibukannya. Karena Marta protes Maria juga tahu bahwa ternyata Maria mendapat ni­lai paling tinggi dari Yesus. Penilaian Yesus terhadap cara kedua bersaudara ini memang tampaknya berat sebelah. Muncul kesan bahwa  Yesus membela orang yang tidak sibuk, hanya duduk men­dengarkan Dia. Maria yang dipuji sementara Marta dinilai te­lah memilih yang kurang penting. Hemat saya pernilaian Yesus ini tepat.  Yesus tidak bermaksud melecehkan orang yang sibuk atau tidak menghargai pengorbanan dan kesibukan Marta. Yesus mencintai orang yang rajin bekerja, yang sibuk bekerja. Namun yang dipuji adalah yang kerja dan yang sibuk berisi, sibuk mendatangkan hasil. 
Marta di mata Yesus  adalah contoh manusia yang katanya si­buk tapi tidak ada hasil. Marta sibuk tetapi air saja belum bisa disajikan kepada Yesus. Marta sibuk tanpa bukti dan itulah yang dinilai Yesus. Lain halnya  Maria dia tenang‑tenang tetapi dia duduk dan mendengarkan tamunya. Maria dan Marta sudah tahu Yesus itu Allah yang berkuasa membuat mukjizat bila kelaparan menimpa bahkan. Jadi Marta sebenarnya tidak perlu sibuk karena Yesus datang bukan untuk mencari makanan dan minuman. Mereka sudah tahu bahwa Yesus berkuasa membuat mukjzat kalau mereka lapar. Bebeapa bulan sebelumnya Yesus menghidupkan Lazarus saudara mereka. 
Marta masih berpikir secara manusia sedangkan Maria menyadari bahwa Yesus sebagai Tuhan yang berkausa melakaukan segalanya. Karena itulah Maria berjuang selalu dekat pada Yesus.  Inilah keunggulan Maria yaitu menaruh kepercayaaan kepada Yesus dan itu terbukti dengan selalu mau dekat di kaki Yesus untuk mendengarkan hal yang paling penting. Maria dipuji karena berlaku seperti Sara dalam bacaan pertama tadi yang tidak mau melaporkan kesibukannya kepada tamu.
 Zaman kita sekarang penuh persaingan.  Itulah sebabnya manusia zaman ini selalu sibuk, terus sibuk dan sibuk terus-terus. Manusia beru­bah semuanya menjadi si Sibuk. Akibatnya kita jatuh pada pilihan Marta. Sibuk tanpa hasil, penuh namun hampa, padat namun kkosong. Kita tenggelam dalam kesibukan sehingga tidak ada lagi  waktu buat kita untuk duduk dekat kaki Yesus seperti Maria. Duduk dekat Yesus berarti sibuk berisi, penuh yang berisi dan dan padat berisi. Bukan seperti Marta yang sibuk asal sibuk.
Marilah kita belajar dari peristiwa Marta dan Maria se­hingga setiap kesibukan kita menjadi kesibukan yang berisi dan berguna. Semoga kita bisa memilih mana yang paling baik untuk kita. Kita semua diberi pilihan mau menjadi Marta atau Maria. Hidup ini merupakan kesempatan untuk memilih nilai. Semoga kita bisa memilih secara tepat. Amin.

No comments:

Post a Comment