Saturday, August 8, 2015

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-19 THN B/1



HARI MINGGU BIASA XIX TAHUN B/1
Paroki Kritus Raja Mbaumuku, 9 Agustus 2015
1Raj 19:4‑8; Ef 4:30‑5:2; Yoh 6:41‑51
=============================================================
 
Buka
Hari ini Tuhan mengundang kita untuk menerima jaminan kehidupan jiwa kita melalui Yesus sang Roti Kehidupan. Tuhan menunjukkan cara hidup untuk berbagai dan menghidupan agar kita juga belajar berbagi  dan menghidupan orang lain. Ekaristi adalah perjamuan penjamin kehidupan jiwa karena Yesus sendiri rela hadir dan berada dalam darah dan daging kita. Kita berdoa memohonkan agar kita diberi kekuatan untuk meneruskan semangat Kristus yang berkorban dan berbagi untuk dunia dan sesama. Kita akui salah dan dosa kita...

Renungan
Sibuk dan berkesibukan merupakan tanda yang paling nyata dalam kehidupan kita manusia. Di mana-mana  dan kapan saja orang sibuk dan kita jumpa  setiap orang dengan segala macam urusannya. Kalau kita berusaha merenungkan sejenak dan bertanya tentang alasan, mengapa orang sibuk maka jawaban kita yang pas harus mengarah pada satu perkara yaitu orang sibuk karena orang membutuhkan makanan.  Pekerjaaan dan urusan yang paling utama dan terpenting untuk manusia yang masih hidup adalah urusan berkaitan dengan makan minum. Segala macam kebutuhkan manusia semuanya menginduk pada satu kebutuhan utama yaitu kebutuhan akan makanan.  Orang masih bisa bertahan untuk hidup meskipun  tanpa sandang dan rumah tetapi orang tidak mungkin bisa bertahan untuk hidup tanpa makanan dan minumam. Itulah sebabnya, dalam berbagai kesempatan beracara atau berpesta, urusan makan minum termasuk urusan yang paling merepotkan dan melelahkan. Makanan dan minuman itu bukan hanya  masalah bagi orang miskin tetapi juga masalah bagi orang kaya.  Dalam hal kebutuhan akan makanan dan minuman tidak ada yang kaya atau miskin. Rasa lapar dan haus adalah rasa yang  dihadapi baik orang miskin, sederhana maupun orang  kaya. Tanpa makanan dan minuman orang miskin, sederhana pasti mati. Demikian pula tanpa makanan dan minuman orang kaya juga akan mati.
 Bacaan-bacaan suci yang dihadirkan dalam perayaan minggu biasa ke-19  ini pada dasarnya  mau menegaskan kepada kita perihal keterkaitan, dan saling pengaruh antara  kehidupan dengan ketersediaan makanan  serta keterkaitan antara kematian dan ketiadaan makanan. Segala aktivitas manusia, siapa pun dia,  akan lumpuh dan tak berjalan kalau kebutuhan makanan dan minuman tidak tersedia. Ancaman kematian yang dikorelasikan dengan ketidaaan makanan memungkinkan manusia utnuk secara sungguh-sungguh menyiapkan makanan yang menjamin kelangsungan hiupnya. Korelasi antara ketersediaan makanan dan jaminan  untuk kehidupan secara jelas dibahasakan dalam bacaan pertama. Tokoh Elia yang diserahi tugas sebagai nabi,  mengalami kondisi krisis pangan  dalam perjalanan menuju gunung Horeb sebagai tempat perjumpaannya dangan Tuhan. Elia kelaparan dan kehausan dalam perjalanan, dalam aktivitas, dalam menjalankan peran sebagai  nabi yang membawa dan memperkenalkan Tuhan kepada bangsa  yang dihadapinya dan membawa bangsa itu kehadapan  Tuhan. Elia lapar dan harus karena bekerja, beraktivitas, berjalan. Bukan Lapar dan haus karena duduk dan tidur di tempat. Lapar dan haus yang menimpa Elia adalah situasi yang harus dihadapinya dan yang harus diterimanya sebagai utusan Tuhan.
Lapar dan haus karena beraktivitas melayanai Tuhan seperti yang dialami nabi Elia mau menegaskan kepada kita bahwa orang yang  setia menjalankan misi perutusan  Tuhan,  setia dalam mewartakan kebaikan Tuhan tidak akan dibiarkan mati kelaparan dan kehausan.  Orang yang setia  dalam tugas panggilan dijamin Tuhan tidak akan mati kelaparan dan kehausan.  Orang yang taat dan setia  senantiasa dibela Tuhan. Elia mengalami kelelahan karena kepalaran dan kehausan fisik dalam mengabdi Tuhan. Tuhan menanggapi kesetiaaan sang nabi dengan tersedianya kamanan dan minuman yang memungkinkan sang nabi tiba  di Horeb, gunung Tuhan. Elia mengalami pembebasan dan pemuasan secara fisik jasmani.
Nabi Elia dipilih dan dipanggil Tuhan untuk memberi dan menunjukkkan sikap Tuhan yang setia dan berbelaskasih  terhadap manusia. Elia dipanggil untuk  mendamaikan umat terpilih yang sering mengingkari janji kesetiaan mereka, umat yang terbelenggu dalam sikap bermusuhan dan berbalas dendam, umat yang membiakkan permusuhan karena saling memfitnah. Nabi yang diutus dalam kuasa dan bimbingan Roh Tuhan dipercayakan untuk mendamaikan umat pilihan yang terlibat dalam pertikaian.
Semangat atau spirit nabi Elia juga menganimasi atau menjiwai misi perutusan Santo Paulus yang telah berkeliling memberi kesaksian tentang Kristus. Paulus menghadapi  pelbagai situasi yang berbeda dari satu temat ke tempat lain yang dikunjunginya. Surat Paulus kepada jemaaat  Efesus hari ini berisi perintah yang segera ditanggapi. Surat Paulus ini merupakan sebuah imperasi  yang segera dilaksanakan karena jemaat Efesus terlibat dan terbelit dalam kegeraman, pertikaian, fitnah.(konteks pilkada?) Bagi Paulus, setiap orang yang menerima Yesus sebagai jalan hidupnya harus mengganti kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dengan keramahan, kemesraan, dan saling mengampuni. Paulus menawarkan pola dan model hidup ideal dengan merujuk kepada Yesus yang telah menyatakan kasih-Nya secara utuh dan sempurna dalam penyerahanan diri yang  total. Bagi Paulus, jemaat Efesus berada dalam kondisi kelaparan mental, kehausan spiritual, dan kehilangan orientasi dalam hidup. Kondisi seperti ini akan membawa kematian jika tidak disadari dan dibenahi.  Kristus yang diwartakan Paulus adalah jaminan kehidupan.
Dalam rencana Allah manusia diutus ke tengah dunia yang bersifat sementara sebelum dipangggil untuk kembali berada di hadapan Tuhan. Di dunia manusia mengalami kelaparan dan kehausan secara fisik seperti pengalaman Elia tetapi di dunia yang akan datang manusia akan terancam kematian karena kelaparan dan kehausan secara spiritual. Untuk mengatasi ancaman  kematian spiritual seperti ini, Yohanes dalam injil hari ini memberi jaminan dan kepastian tentang nasib masa depan jiwa orang percaya. Yohanes mencatat secara cermat kata-kata Yesus yang menjadi harapan dan andalan bagi jiwa  manusia,”Akulah Roti Hidup yang Turun dari Surga”. Kata-kata Yesus ini menegaskan bahwa tidak ada orang lain yang memberi jaminan kehidupan bagi jiwa di alam baka selain diri-Nya. Yesus memberi jaminan karena diri-Nya menjadi roti, makanan bukan makanan fisik jasmani melainkan makanan jiwa rohani yang menghidupkan. Roti yang menjamin kehidupan jiwa itu bukan berasal dari dunia dan karena kemuaman manusia melainkan yang turun dari surga karena kemauan Tuhan. ”Tidak seorang pun yang dapat datang kepada‑Ku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku." Kita semua dipanggil untuk datang kepada Yesus sebab di dalam Dia ada hidup. Dialah hidup kita. "Akulah roti hidup. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama‑lamanya." Inilah alasan yang mengharuskan  untuk datang kepada‑Nya. Ajakan untuk datang kepada Yesus, roti kehidupan tidak begitu saja ditanggapi manusia. Kita manusia masih mengeluh dan bersungut‑sungut dalam keraguan  seperti orang Yahudi.
Niat kita untuk datang kepada Yesus tidak mungkin hanya dengan usaha kita sendiri. Sesungguhnya itu adalah anugerah Tuhan. Ia sendirilah yang menarik kita. Sadar atau tidak, Dialah kekuatan yang ada dan hidup dalam diri setiap kita. Kekuatan‑Nya yang menarik tampak pertama‑tama lewat Roh‑Nya yang menguatkan kita, mendorong kita dalam perjalanan hidup kita menuju Yesus. Kita diundang datang kepada‑Nya, masuk dalam persekutuan hidup dengan‑Nya. 
Undangan Tuhan untuk  hidup dalam persekutuan karena Yesus yang diutus-Nya menjadi Roti kehidupan. Dalam konteks Injil Yohanes Yesus sebenarnya  sedang membicarakan dua jenis roti yakni, Manna roti yang berasal dari sorga yang dikenal sebagai makanan malaikat, yang menjadi makanan bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian “Kanaan”  dan Diri-Nya sendiri, yang telah diutus oleh Allah untuk menjadi Juruselamat kita. Paling kurang ada empat hal penting yang dapat kita petik untuk kehidupan kita terkait dua jenis roti ini:
(1) Manna harus dikumpulkan setiap hari. Artinya, sebagai seorang Kristen, kita wajib memperbaharui hubungan kita dengan Yesus setiap hari. Menerima Yesus, bukanlah sekali seumur hidup, tetapi setiap hari bahkan setiap saat, sebab Yesus berkata “diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”(Yoh.15:5). Memperbaharui hubungan kita dengan Yesus setiap hari akan menjadikan hidup kita sebagai berkat untuk sesama.
(2) Manna harus dikumpulkan pagi-pagi karena jika terlambat akan mencair. Lebih baik bila kita mencari Yesus sejak pagi-pagi sekali setiap hari dalam doa pribadi dan renungan Sabda Allah sebelum terlarut dalam kesibukan. Kesibukan adalah alat setan yang paling ampuh untuk memisahkan kita dari Tuhan.
(3) Persiapan manna untuk satu hari saja sebab manna hanya bertahan sehari. Setiap hari relasi kita dengan Yesus harus semakin baik dan semakin sempurna. Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini.
(4) Panggilan untuk berbagai, karena kita telah menerima roti hidup dari diri Yesus yang rela dibagi-bagikan maka kita juga dituntut untuk rela berbagi kebaikan kepada orang lain. Yang kaya bisa berbagi kepada yang miskin, yang berkelebihan bisa berbagi kepada yang berkekurangan, yang pintar berbagai kepada yang bodoh.

Seorang ibu sederhana pagi-pagi mendatangi tetangganya yang cukup berada. Ibu itu datang meminta sepotong roti untuk menenangkan anaknya yang menangis minta roti. Ibu yang didatangi itu dengan sopannya berkata, “Maaf, Bu kami belum sempat membeli roti. Kami tidak bisa berikan itu. Ibu itu pulang tanpa roti.  Saat sarapan pagi, ibu yang didatangi tadi mrmbuka lemari tempat penyimpanan roti. Ia terkejut karena beberapa  roti dalam lemari telah berubah menjadi batu. Hanya ada satu  yang belum berubah menjadi batu. Ibu itu menoba menggigit roti itu, dan tiba-tiba roti itu menjadi batu di mulutnya dan giginya tertanam pada roti yang membatu itu.

Yesus sudah memberi diri-Nya sebagai roti hidup untuk kita, biar kita belajar berbagi dari apa yang Tuhan berikan kepada kita. Kita telah mendapat banyak dari Tuhan untuk dibagikan kepada sesama berupa harta, kekuasaan, kepandaian, kebijaksanaan. Kita harus membaginya agar tidak membatu dalam diri kita. Amin

No comments:

Post a Comment